Anda di halaman 1dari 3

PEMERIKSAAN SYARAF KRANIAL

NILAI
No TINDAKAN
0 1 2
1 Persiapan alat
1. Bahan bacaan
2. Vial-vial berisi bahan beraroma (vanila atau kopi)
3. Objek-objek yang sudah dikenal (koin, klip kertas, peniti)
4. Jepit pengaman atau jarum steril
5. Kartu snellen
6. Penlight
7. Vial-vial berisi gula, garam, bubuk kopi halus secukupnya
8. Spatel lidah
9. Dua kom berisi air panas dan dingin
10. Bola-bola kapas yang berujung lancip
11. Garpu tala
12. Hammer reflek
2 Persiapan perawat :
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
3 Persiapan lingkungan :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
2. Posisikan pasien duduk nyaman
4 Persiapkan alat-alat didekat pasien
5 Cuci tangan
6 Prosedur Pemeriksaan :
1. Nervus Olfaktorius/N I (sensorik)
Nervus olfaktorius diperiksa dengan zat-zat (bau-bauan) seperti : kopi, vanila. Pada pemeriksaan
ini yang perlu diperhatikan adalah adanya penyakit intranasal seperti influenza karena dapat
memberikan hasil negatif atau hasil pemeriksaan menjadi samar/tidak valid.
Cara pemeriksaan :
tiap lubang hidung diuji terpisah. Pasien atau pemeriksa menutup salah satu lubang hidung
pasien kemudian pasien disuruh mencium salah satu zat dan tanyakan apakah pasien mencium
sesuatu dan tanyakan zat yang dicium. Untuk hasil yang valid, lakukan dengan beberapa zat/bau-
bauan yang berbeda, tidak hanya pada 1 macam zat saja.
Penilaian :
Pasien yang dapat mengenal semua zat dengan baik disebut daya cium baik (normosmi). Bila
daya cium kurang disebut hiposmi dan bila tidak dapat mencium sama sekali disebut anosmi.
2. Nervus Optikus/N II (sensorik)
Kelainan-kelainan pada mata perlu dicatat sebelum pemeriksaan misalnya : katarak, infeksi
konjungtiva atau infeksi lainnya. Bila pasien menggunakan kaca mata tetap diperkenankan
dipakai.
a. Ketajaman penglihatan
Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai apakah pasien dapat
melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa lanjutkan dengan jarak baca yang dapat digunakan
klien, catat jarak baca klien tersebut.
Pasien disuruh melihat satu benda, tanyakan apakah benda yang dilihat jelas/kabur, dua bentuk
atau tidak terlihat sama sekali /buta.
b. Lapangan penglihatan
Cara pemeriksaan : alat yang digunakan sebagai objek biasanya jari pemeriksa. Fungsi mata
diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa duduk atau berdiri berhadapan, mata yang akan
diperiksa berhadapan sejajar dengan mata pemeriksa. Jarak antara pemeriksa dan pasien
berkisar 60-100 cm. Mata yang lain ditutup. Objek digerakkan oleh pemeriksa pada bidang
tengah kedalam sampai pasien melihat objek, catat berapa derajat lapang penglihatan klien.
3. Nervus Okulomotorius/N III (motorik)
Merupakan nervus yang mempersarafi otot-otot bola mata ekstena, levator palpebra dan
konstriktor pupil.
Cara pemeriksaan :
Diobservasi apakah terdapat edema kelopak mata, hiperemi, konjungtiva,hiperemi sklerata,
kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit (endophthalmus), dan bola mata menonjol
(exophthalmus).
4. Nervus Trokhlearis/N IV (motorik)
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang diperiksa adalah
ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 3 mm, midriasis >5 mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran
antara kedua pupil (isokor / sama, anisokor / tidak sama), dan reaksi pupil terhadap cahaya
(positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakah
terdapat perdarahan pupil (diperiksa dengan funduskopi).

gbr ukuran pupil


5. Nervus Trigeminus/N V (motorik dan sensorik)
Merupakan syaraf yang mempersarafi sensoris wajah dan otot pengunyah. Alat yang digunakan :
kapas, jarum, botol berisi air panas, kuliper/jangka dan garpu penala.
Sensibilitas wajah.
Rasa raba : pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung memanjang, dengan
menyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari area normal ke area dengan kelainan.
Bandingkan rasa raba pasien antara wajah kiri dan kanan.
Rasa nyeri : dengan menggunakan tusukan jarum tajam dan tumpul. Tanyakan pada klien
apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai dari area normal ke area dengan kelainan.
Rasa suhu : dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol berisi air dingin dan air
panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin). Pasien disuruh meyebutkan panas atau dingin
yang dirasakan
Rasa sikap : dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien diminta menyebutkan area
wajah yang disentuh (atas atau bawah)
Rasa getar : pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu penala yang dientuhkan
ke wajah pasien.
Otot mengyunyah
Cara periksaan : pasien disuruh mengatup mulut kuat-kuat kemudian dipalpasi kedua otot
pengunyah (muskulus maseter dan temporalis) apakah kontraksinya baik, kurang atau tidak
ada. Kemudian dilihat apakah posis mulut klier. Simetris atau tidak, mulut miring.
6. Nervus Abdusens/N VI (motorik)
Fungsi otot bola mata dinilai dengan keenam arah utama yaitu lateral. Lateral atas, medial atas,
medial bawah, lateral bawah, keatas dan kebawah. Pasien disuruh mengikuti arah pemeriksaan
yang dilakukan pemeriksa sesuai dengan keenam arah tersebut. Normal bila pasien dapat
mengikuti arah dengan baik. Terbatas bila pasien tidak dapat mengikuti dengan baik karena
kelemahan otot mata, ninstagmus bila gerakan bola mata pasien bolak balik involunter.
7. Nervus Fasialis/N VII (motorik dan sensorik)
Cara pemeriksaan :
Fungsi sensoris : dengan memberikan sedikit berbagai zat di 2/3 lidah bagian depan seperti gula,
garam dan kina. Pasien menutup mata dan disuruh menjulurkan lidah pada waktu diuji dan
selama menentukan zat-zat yang dirasakan klien menyebutkannya atau ditulis dikertas oleh
klien.
Fungsi motoris : minta pasien mengangkat kedua alis matanya, cemberut, menutup mata dgn
rapat, memperlihatkan gigi, tersenyum dan menggembungkan pipinya.
8. Nervus Akustikus/N VIII (sensorik)
1. Pendengaran : tes bisik, weber, rinne, swabach (lihat di pemeriksaan telingga)
2. Keseimbangan : dilakukan dengan memperhatikan apakah klien kehilangan keseimbangan
hingga tubuh bergoyang-goyang (keseimbangan menurun) dan normal bila pasien dapat
berdiri/berjalan dengan seimbang.
9. Nervus Glosso-faringeus/N IX (motorik dan sensorik)
Cara pemeriksaan dengan menyentuhkan tongs patel keposterior faring pasien. Timbulnya reflek
muntah adalah normal (positif), negative bila tidak ada reflek muntah dan amati adanya kesulitan
menelan.
10. Nervus Vagus/N X (motorik dan sensorik)
Cara pemeriksaan :
Fungsi sensoris : pasien disuruh membuka mulut lebar-lebar dan disuruh berkata ‘aaah’ Jika ada
gangguan maka otot stylopharyngeus tak dapat terangkat dan menyempit dan akibatnya rongga
hidung dan rongga mulut masih berhubungan sehingga bocor.
Fungsi motorik : observasi denyut jantung klien apakah ada takikardi atau brakardi.
11. Nervus Aksesorius/N XI (motorik)
Cara pemeriksaan : dengan menyuruh pasien menengok kesatu sisi melawan tangan pemeriksa
sedang mempalpasi otot wajah Test angkat bahu dengan pemeriksa menekan bahu pasien ke
bawah dan pasien berusaha mengangkat bahu ke atas. Normal bila klien dapat melakukannya
dengan baik, bila tidak dapat kemungkinan klien mengalami parase.
12. Nervus Hipoglosus (motorik)
Cara pemeriksaan : pasien disuruh menjulurkan lidah dan menarik lidah kembali, dilakukan
berulang kali. Normal bila gerakan lidah terkoordinasi dengan baik, parese/miring bila terdapat
lesi pada hipoglosus.

7 Rapikan pasien seperti keadaan semula


8 Dokumentasikan hasil pemeriksaan
TOTAL : Bandung,
Nilai = 1 x …….. + 2 x …….. x 100 = ……… x 100 = ………… …… /…... /……
2 x ……. Fasilitator
…………………..

Anda mungkin juga menyukai