Anda di halaman 1dari 7

3.

Pemeriksaan Nervus Kranial

Nervus kranial dibagi menjadi dua belas yaitu :

1.) Nervus Olfactory : Penciuman (sense of smell)


2.) Nervus Optic : Penglihatan
3.) Nervus Oculomotor : Konstriksi pupil, membuka mata (elevasi kelopak mata),
gerakan ekstraokuler
4.) Nervus Trochlear : Rotasi mata ke arah bawah dan dalam
5.) Nervus Trigeminal : a. Motoris  Temporal dan muskulus maseter (penutupan
rahang) lateral pterygoids (pergerakan rahang kea rah lateral)
b. Sensoris  Opthalmic, maxillary dan mandibular.
6.) Nervus Abducens : Gerakan mata ke arah lateral
7.) Nervus Facial : a. Motoris Gerakan wajah, ekspresi wajah, penutupan mata
dan penutupan bibir.
b. Sensoris  Perasa asin, manis, asam, dan pahit di daerah
dua pertiga lidah anterior dan sensasi dari telinga.
8.) Nervus Accoustic : Pendengaran (bagian cochlear) dan keseimbangan (bagian
vestibular)
9.) Nervus Glossopharyngeal : a. Motoris Faring
b. Sensoris  Bagian posterior dari gendang telinga dan
saluran telinga, faring dan bagian posterior lidah, termasuk
perasa asin, manis, asam, dan pahit
10.) Nervus Vagus : a. Motoris perasa, faring, laring
b. Sensoris  faring, laring
11.) Nervus Accessory : a. Motoris sternocleidomasteoid dan bagian atas dari
trapezius
12.) Nervus Hypoglossal : a. Motoris lidah
Pemeriksaan Nervus Olfactory

Pemeriksaan nervus olfaktorius dilakukan ketika pasien mengeluh adanya


penurunan fungsi indra penciuman. Hal ini biasanya terjadi pada kondisi abnormalitas
sinus, trauma kepala, perokok, penuaan, penggunaan kokain dan penyakit Parkinson.
Cara melakukan pemeriksaan nervus olfaktorius dilakukan dengan cara meminta
pasien mencium bebauan yang familiar. Sebelum melakukan pemeriksaan, pasien
diminta untuk memberishkan lubang hidung dengan air. Pertama-tama pastikan setiap
lubang hidup dalam keadaan yang paten, hal ini dapat dilakukan dengan cara menutup
satu lubang hidung dan membau dengan lubang hidung yang lain.
Kemudian, pasien diminta untuk menutup mata. Tutup satu lubang hidung, dan
lakukan tes penciuman dengan bahan-bahan yang khas seperti cengkeh, kopi, sabun atau
vanila. Hindari penggunaan bahan yang dapat mengiritasi seperti ammonia karena
ditakutkan dapat menstimulasi nervus cranial V. Minta pasien untuk mengidentifikasi
setiap aroma dan lakukan hal ini pada kedua hidung.

Pemeriksaan Nervus Optikus


Lakukan pemeriksaan dengan fundus optikus dengan bantuan ophthalmoscope
dan perhatikan diskus optikus. Untuk mengevaluasi luas lapang pandang, gunakan tes
konfrontasi. Lakukan tes pada setiap mata secara terpisah dan kedua mata secara
bersamaan. Terkadang pada penderita stroke, pasien akan mengeluh hilangnya lapang
pandang secara parsial, karena itu pemeriksaan mata penting untuk dilakukan secara
terpisah dan bersamaan.

Pemeriksaan Nervus Oculomotor, Trochlear, dan Abducens

Periksa ukuran dan bentuk dari pupil pada setiap mata dan bandingkan. Apabila
ada perbedaan >0.4 mm diameter pada kedua diameter, kondisi ini disebut Anisokor, hal
ini normal pada 38% individu yang sehat. Setelah itu lakukan tes reaksi pupil (refleks
cahaya). Terakhir, lakukan tes konstriksi pupil (pupillary constrictor muscle),
konvergensi (medial rectus muscles), dan akomodasi lensa (ciliary muscle).
Periksa gerakan ekstraokular mata dengan cara 6 gerakan cardinal mata (saat
menatap), apabila terdapat kerusakan atau kehilangan salah satu gerakan kardinal mata,
hal ini disebut diplopia. Tanyakan pada pasien arah cardinal yang menyebabkan diplopia
memburuk dan cek adanya deviasi asimetris dari gerakan mata. Tentukan apabila
diplopia yang diderita pasien merupakan monocular atau binocular dengan cara meminta
pasien untuk menutup satu mata, kemudian lakukan hal yang sama pada mata yang lain.

Periksa konvergensi mata, identifikasi adanya nystagmus (sebuah gerakan mata


yang bersifat involunter, bisa cepat atau lambat) dan catat arahnya (horizontal, vertical,
rotary, or campuran). Minta pasien untuk melihat objek yang jauh untuk mengobservasi
apakah adanya peningkatan atau penurunan nystagmus . Periksa adanya ptosis
(penurunan kelopak mata atas).

Pemeriksaan Nervus Trigeminal

Pada keluhan kesulitan berketak atau menggerakkan rahang kea rah yang
berlawanan, diduga terjadi penurunan fungsi muskulus masseter dan lateral pterygoid.
Adanya deviasi rahang ketika membuka mulut menunjukkan adanya penurunan fungsi di
daerah yang mengalami deviasi. Apabila terdapat kelemahan nervus trigemal yang
bersifat unilateral maka kemungkinan besar ada lesi pontine. Kelemahan yang bersifat
bilateral menunjukkan adanya penyakit hemisfer bilateral. Pemeriksaan yang dilakukan
dibagi menjadi motoris dan sensoris.

Pada pemeriksaan motoris, lakukan palpasi muskulus temporal dan masseter


secara bergantian dan minta pasien untuk menggeretakkan rahangnya. Catat kekuaatan
kontraksi muskulus. Minta pasien untuk membuka mulut dan menggerakkan rahang dari
sisi satu ke sisi lainnya.
Figur 1 menunjukkan Figur 2 menunjukkan pemeriksaan Figur 3 menunjukkan area
pemeriksaan nervus trigeminus
pemeriksaan nervus trigeminus motoris nervus trigeminus dengan
sensoris
dengan cara palpasi muskulus cara palpasi muskulus maseter
temporal

Sebelum melakukan pemeriksaan motoris, jelaskan prosedur yang akan


dilakukan. Lakukan pemeriksaan sensasi nyeri di bagian dahi, kedua pipi, dan dagu
seperti gambar. Selama pemeriksaan, mata pasien harus dalam keadaan tertutup.
Gunakan alat tajam yang sesuai seperti jarum kecil atau kapas telinga. Alat pemeriksaan
wajib diganti setiap kali memeriksa satu area untuk menghindari resiko infeksi. Saat
melakukan pemeriksaan, gunakan alat tajam dan tumpul secara bergantian atau acak
untuk memberikan stimulus yang kontras. Minta pasien untuk menentukan apakah
stimulus yang diberikan tajam atau tumpul.

Apabila terdeteksi adanya penurunan maupun kehilangan fungsi sensoris, lakukan


pemeriksaan sensasi temperatur untuk memastikan diagnosis. Pemeriksaan sensasi temperature
dapat dilakukan dengan cara mengisi dua tabung reaksi dengan air panas atau air dingin, atau
gunakan garputala yang dicelupkan kedalam air hangat atau air dingin, keringkan dan tempelkan
ke kulit pasien. Minta pasien untuk mengidentifikasi apakah stimulus yang diberikan dingin atau
panas.

Tes sensoris selanjutnya adalah tes rangsang halus, dimana pasien diminta untuk
memberikan pernyataan setiap kali stimulus diberikan. Alat yang digunakan pada tes ini bisa bulu
atau kapas halus.
Lakukan tes refleks kornea dengan cara meminta pasien melihat keatas dan fiksasi pada
objek yang jauh, kemudian dekati pasien dari arah yang berlawanan, menghindari area lapang
pandang dari pasien. Sentuh kornea dengan kapas telinga dan hindari bulumata (seperti figur 4).
Normalnya, kedua mata akan segera berkedip setelah menerima rangsangan stimulus halus,

Pemeriksaan Nervus Facial

Adanya pemipihan dari lipatan nasolabial dan penurunan dari kelopak mata
bawah menunjukkan kelemahan otot wajah. Cedera perifer pada nervus facialis biasanya
mempengaruhi wajah bagian atas maupun bawah (seperti yang terlihat di Bell’s palsy
atau paralysis wajah tipe lain). Lakukan inspeksi wajah pada saat istirahat dan saat
berbicara. Catat adanya asimetri pada wajah, paling sering terlihat di lipatan nasolabial,
perhatikan adanya tics atau gerakan abnormal. Minta pasien untuk melakukan hal berikut:

1. Menaikkan kedua alis.


2. Mengerut.
3. Tutup kedua mata dengan kuat dan cek kekuataannya dengan cara membuka
mata pasien dengan jari (seperti figur 5)
4. Menunjukkan gigi atas dan gigi bawah (meringis)
5. Tersenyum
6. Menggembungkan kedua pipi

Figur 4 menunjukkan pemeriksaan Figur 5 menunjukkan pemeriksaan nervus


refleks kornea facial
Pemeriksaan Nervus Accoustic

Pemeriksaan nervus akustik dilakukan dengan cara tes bisik. Minta pasien untuk
mengulang angka yang dibisikkan ke salah satu telinga selagi menutup telinga lain.
Apabila ada penurunan fungsi pendengaran maka tentukan tipe konduktif (terjadi
kesalahan konduksi) atau sensorineural (terjadinya kerusakan nervus akustik). Lakukan
pemeriksaan Rinne untuk memeriksa konduksi udara dan tulang, dilanjutkan dengan
pemeriksaan lateralisasi menggunakan tes weber.

Pemeriksaan Nervus Glossopharyngeal dan Vagus

Sebelum melakukan pemeriksaan, perhatikan suara pasien. Apakah serak atau


sengau? Tanyakan adanya keluhan susah menelan. Setelah itu lakukan pemeriksaan
dengan cara meminta pasien untuk mengatakan “ah” atau menguap sambil
mengobservasi adanya gerakan dari palatum velum dan faring. Normalnya, palatum
velum akan naik secara simetrikal, uvula tetap berada di tengah dan setiap bagian dari
posterior faring bergerak secara medial seperti tirai.

Selanjutnya lakukan pemeriksaan reflek muntah. Sebelum memulai pemeriksaan


ada baiknya memberitahukan prosedur yang akan dilakukan dan efek dari prosedur
tersebut sehingga pasien lebih bisa kooperatif. Reflek ini meliputi adanay elevasi dari
lidah, palatum velum dan kontriksi muskulus faringeal. Lakukan stimulasi reflek muntah
di ujung lidah dan lakukan observasi.

Pemeriksaan Nervus Accessory

Lakukan inspeksi dari belakang pasien, periksa adanya atrofi atau fasikulasi
(getaran halus di serat otot). Minta pasien untuk mengangkat kedua bahu ke arah atas
kemudian lakukan tahanan seperti figur 6. Nilai kekuatan dan kontraksi dari trapezius.
Minta pasien untuk menolehkan kepala ke arah yang berlawanan dengan tangan
pemeriksa (seperti figure 7), lakukan tahanan. Periksa kontraksi dari muskulus
sternocleidomastoid yang berlawanan dan nilai kekuataan gerakan terhadap tangan
pemeriksa.
Figur 6 menunjukkan pemeriksaan nervus accessory Figur 7 menunjukkan pemeriksaan nervus accessory

Pemeriksaan

Pemeriksaan nervus hypoglossal dilakukan dengan cara mendengarkan artikulasi dari


pengucapan pasien. Lakukan inspeksi lidah pasien pada posisi istirahat, periksa adanya atrofi atau
fasikulasi. Kemudian minta pasien menjulurkan lidah dan periksa adanya asimetri, atrofi, atau
deviasi (normalnya, lidah berada di tengah). Minta pasien menggerakkan lidah dari satu sisi ke
sisi lain, dan catat adanya gerakan asimetris. Apabila hasil pemeriksaan meragukan, minta pasien
untuk mendorong lidah ke arah dalam pipi, secara bergantian sambil dipalpasi dari luar untuk
menilai kekuatannya.

Anda mungkin juga menyukai