PEMERIKSAAN MAMMOGRAPHY
Oleh:
22104101011
Pembimbing:
ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................6
2.1 Definisi...........................................................................................................................6
2.2 Jenis Mammografi..........................................................................................................6
2.3 Indikasi Pemeriksaan Mammografi................................................................................6
2.4 Teknik Pemeriksaan Mammografi.................................................................................7
2.5 Temuan Pada Mammografi............................................................................................8
2.6 Temuan Massa Pada Mammografi dan Klasifikasi BI-RADS......................................15
2.7 Laporan Mammografi..................................................................................................23
BAB III..................................................................................................................................25
KESIMPULAN......................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................25
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobules. Kanker payudara merupakan salah
satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based
Registration di Indonesia, KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif
sebesar 18,6%. Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000
wanita dari kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita
pada laki - laki dengan frekuensi sekitar 1 %. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus
ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit
dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis
dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar
pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal (Panigroro et al., 2019).
Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan menganalisa citra
jaringan yang didapatkan dari beberapa alat seperti USG, MRI, atau Mammografi.
Mammografi merupakan alat pemeriksa Sinar-X berenergi rendah yang digunakan
untuk mengevaluasi perubahan jaringan payudara. Citra mammografi cocok
digunakan dalam mendeteksi abnormalitas pada jaringan payudara namun kurang
cocok untuk membedakan abnormalitas jinak dan ganas. Indikasi radiografis yang
menunjukkan abnormalitas (lesi) pada jaringan payudara adalah kalsifikasi dan massa
(Dougherty, 2010).
Mammografi memiliki sensitivitas yang tinggi dalam mendeteksi kanker
payudara yang tidak terdeteksi secara klinis, sensitivitas mamografi berkisar antara
71-98%. Pada mamografi, deteksi, evaluasi klasifikasi sangatlah penting karena bisa
menjadi tanda awal pada kanker payudara. Untuk standarisasi penilaian dan
pelaporan pada lesi yang ditemukan pada mammogram, American of Radiology
mengembangkan Breast Imaging Reporting Data System (BI-RADS).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mammografi adalah modalitas pemeriksaan radiologi khusus payudara
dengan menggunakan sinar-x untuk menghasilkan gambar payudara.
2.2 Jenis Mammografi
1. Skrining Mammografi
Skrining dilakukan secara berkala untuk menemukan kanker kecil sebelum
terdeteksi melalui palpasi mandiri atau pemeriksaan payudara klinis. Mammografi
dilakukan setiap 1, 2 atau 3 tahun dari usia 40-50 tahun sampai sekitar 70-75 tahun,
hal ini tergantung pada program skrining nasional/regional. European guidelines
menyarankan pemeriksaan dengan interval 2 tahun untuk populasi wanita umum dari
usia 50 hingga 70 tahun (Perry et al., 2008). Skrining mamografi adalah prosedur
standar yang terdiri dari empat pandangan (juga disebut proyeksi), dua untuk setiap
payudara: proyeksi cranio-caudal dan proyeksi miring medio-lateral (Sardanelli et al.,
2017).
2. Diagnostik Mammografi
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien dengan gejala klinis seperti benjolan
yang teraba, keluarnya cairan dari puting susu, penebalan kulit dan/atau retraksi
puting untuk mendiagnosis atau menyingkirkan kanker payudara. Sebelum atau
setelah dilakukan pemeriksaan mamografi, pemeriksaan payudara klinis lengkap
dilakukan. Kemudian, benjolan yang teraba, bekas luka dari operasi sebelumnya atau
kelainan lainnya dapat ditandai dengan menempatkan penanda pada kulit. Laporan
tertulis formal selalu disiapkan oleh ahli radiologi dengan kesimpulan, termasuk
langkah-langkah lebih lanjut yang direkomendasikan.
2.3 Indikasi Pemeriksaan Mammografi
Indikasi dilakukan pemeriksaan mammografi menurut American Cancer Society 2015
adalah;
Wanita dengan risiko rata-rata kanker payudara harus menjalani pemeriksaan
mamografi secara teratur mulai usia 45 tahun.
Wanita berusia 45-54 tahun harus diskrining setiap tahun.
Wanita 55 tahun harus beralih ke skrining dua tahunan atau memiliki
kesempatan untuk melanjutkan skrining setiap tahun.
Wanita harus memiliki kesempatan untuk memulai skrining tahunan antara
usia 40 dan 44 tahun.
Wanita harus melanjutkan skrining mamografi selama kesehatan mereka
secara keseluruhan baik dan mereka memiliki harapan hidup 10 tahun.
ACS tidak merekomendasikan pemeriksaan payudara klinis untuk skrining
kanker payudara di antara wanita berisiko rata-rata pada usia berapa pun.
2.4 Teknik Pemeriksaan Mammografi
Ada dua standar dalam skrining mamografi: craniocaudal (CC) dan
mediolateral oblique (MLO). Untuk proyeksi CC, payudara pasien diposisikan pada
detektor gambar dengan dayung menekan payudara ke arah superior-inferior. Harus
ada setidaknya beberapa jaringan inframammary yang ada pada detektor, dan gambar
idealnya harus mencakup area belahan dada dan beberapa otot pektoralis mayor
(terlihat sekitar 30%). Kompresi disesuaikan, dengan mempertimbangkan beberapa
faktor, termasuk ukuran payudara dan toleransi pasien. Tanpa kompresi yang
memadai, mungkin ada pemisahan jaringan parenkim yang tidak memadai, paparan
yang tidak seragam di seluruh payudara, dan kemungkinan besar bergerak saat
dilakukan pemeriksaan.
Untuk proyeksi MLO, sudut mesin umumnya 40 hingga 60 derajat, dengan
kompresi yang diterapkan miring di dinding dada, tegak lurus dengan sumbu panjang
dari m.pectoralis major. Proyeksi MLO sangat penting karena merupakan proyeksi
yang menunjukkan seluruh jaringan payudara. Proyeksi MLO dengan posisi adekuat
menunjukkan profil putting susu, permukaan anterior m.pectoralis terlihat sejajar
sampai putting, lipatan kulit inframmary harus terlihat, payudara harus terangkat
dengan baik dan terkompresi dengan baik sehingga jaringan payudara tersebar
dengan rata diantara piringan kompresi dan film.
Gambar 2 1 Proyeksi craniocaudal (CC) dan mediolateral oblique (MLO)
Jika pada mamografi diagnostik diperlukan kompresi fokus atau pembesaran,
mungkin diperlukan untuk menilai lebih lanjut adanya massa, asimetri atau
kalsifikasi. Kompresi fokal ditempatkan dengan memperkirakan lokasi lesi
berdasarkan hasil skrining mammogram. Fokus pengambilan gambar dapat dilakukan
dengan mengangkat payudara menjauh dari detektor gambar, memungkinkan
perbesaran geometris. Temuan dijelaskan berdasarkan lokasi menggunakan jam dan
jarak dari puting susu (dalam sentimeter).
2.5 Temuan Pada Mammografi
Menurut Zonderland & Smithuis, 2014, temuan pada mammografi dijabarkan
sebagai berikut:
1. Komposisi payudara
Pada BI-RADS edisi 2013 penetapan komposisi payudara diubah menjadi kategori a,
b, c dan d diikuti dengan uraian sebagai berikut:
Gambar 2 2 Komposisi Payudara
a) Payudara hampir seluruhnya berlemak.
Mammografi sangat sensitif dalam komposisi ini.
b) Ada area kepadatan fibroglandular yang tersebar.
Kepadatan atau densitas berdasarkan tingkat redaman x-ray pada jaringan
payudara tetapi bukan merupakan temuan mamografi yang terpisah.
c) Payudara sangat homogeny dan dapat mengaburkan massa kecil.
Beberapa area di payudara cukup padat untuk mengaburkan massa kecil.
d) Payudara sangat padat, yang menurunkan sensitivitas mamografi.
2. Klasifikasi BI-RADS berdasarkan temuan massa pada mammogram
Dalam mamografi, massa didefinisikan sebagai lesi yang menempati ruang,
terlihat dalam dua proyeksi berbeda, karakteristik massa berdasarkan bentuk dan
kontur. Massa harus diukur dan diketahui lokasinya. Mammogram dengan kompresi
lokal memungkinkan analisis bentuk, kontur, dan kepadatan massa yang lebih tepat.
Hal ini juga berguna untuk membedakan gambar yang diperoleh dengan superposisi
kelenjar susu dari massa nyata.
Menurut sistem BI-RADS (Breast Imaging Reporting and Data System) oleh
American College of Radiology (ACR), suatu massa diklasifikasikan berdasarkan
Bentuknya: bulat, lonjong, berlobus atau tidak beraturan;
Gambar 2 11 BI-RADS 0
B. BI-RADS 1
Kategori BI-RADS 1 pada mammogram ditemukan, payudara simetris dan
tidak ditemukan massa maupun gambaran mencurigakan atau tidak ditemukan
kalsifikasi yang mengarah pada keganasan.
Gambar 2 12 BI-RADS 1
Massa berbatas tegas menunjukkan lesi jinak. Dalam mamografi, massa
berbatas tegas tipikal jinak, oleh ACR ditempatkan dalam kategori 2 BI-RADS,
harus dibedakan dari lesi probably benign ditempatkan dalam kategori 3, karena
memerlukan pemantauan jangka pendek (secara umum 4 bulan, lalu 1 tahun, lalu
2 tahun).
C. Lesi tipikal jinak: BI-RADS2
Dalam mammogram dapat ditemukan tanda dan karakteristik dari massa
tertentu, sehingga memungkinkan untuk diklasifikasikan sebagai jinak dengan
pasti.
Jenis atau tipikal massa yang biasanya jinak dalam mamogram adalah:
- Massa berbatas tegas dengan makrokalsifikasi (fibroadenoma dan kista
kalsifikasi);
-
Gambar 2 13 Mammography: calcified fibroadenoma the seat of coral shaped
macrocalcifications (BI-RADS 2).
- Massa lemak atau massa dengan kepadatan campuran (kelenjar getah
bening, kista berminyak (oily cyst), hamartoma, lipoma, galaktokel)
Gambar 2 17 Phyllode tumor massa oval dengan kontur berbatas tegas dan
sebagian ‘masked’.
o Tumor ganas
Mucinous carcinoma
Karsinoma musinosa atau koloid juga merupakan subtipe spesifik dari
karsinoma invasif. Tumor ini sangat berdiferensiasi, ditandai dengan adanya sejumlah
besar musin ekstraseluler di mana struktur karsinomatous mengapung. Dalam
mamografi, mungkin muncul sebagai massa yang padat dan berbatas tegas, terutama
dalam bentuk murni.
Gambar 2 22 BI-RADS 6
Pada mammogram awal terdapat tumor yang teraba (panah biru). Karena
jaringan fibroglandular yang padat, tumor tidak terlihat dengan baik. USG
menunjukkan massa 37 mm dengan margin tidak jelas dan sudut dan
bayangan. Setelah kemoterapi tumor tidak terlihat pada mammogram.
Ultrasonografi menunjukkan penyusutan tumor menjadi massa 18 mm, yang
dikategorikan sebagai BI-RADS 6.
2.7 Laporan Mammografi
Setelah dilakukan pemeriksaan mammografi selanjutnya dilakukan pelaporan
hasil mammografi dan dilakukan klasifikasi berdasarkan BI-RADS. Tata cara
pelaporan standar menurut BI-RADS adalah;
1. Menjelaskan indikasi.
Skrining, diagnostik atau tindak lanjut.
Sebutkan riwayat pasien.
Jika USG dilakukan, sebutkan jika USG ditargetkan ke lokasi tertentu atau
pemeriksaan tambahan.
2. Jelaskan komposisi payudara.
3. Jelaskan setiap temuan yang signifikan menggunakan terminologi standar.
Gunakan deskriptor morfologi: massa, asimetri, distorsi arsitektur dan
kalsifikasi.
Temuan ini mungkin memiliki fitur terkait, seperti misalnya massa dapat
disertai dengan penebalan kulit, retraksi puting susu, kalsifikasi, dll.
Hubungkan temuan ini dengan informasi klinis, mamografi, US atau MRI.
Integrasikan mamografi dan temuan USG dalam satu laporan.
4. Bandingkan dengan penelitian sebelumnya.
Menunggu ujian sebelumnya untuk perbandingan hanya boleh dilakukan jika
diminta untuk membuat penilaian akhir
5. Menyimpulkan ke kategori penilaian akhir.
Gunakan kategori BI-RADS 0-6 dan frasa yang terkait dengannya. Jika
Mammografi dan USG dilakukan: penilaian keseluruhan harus didasarkan
pada yang paling abnormal dari kedua payudara, berdasarkan kemungkinan
keganasan tertinggi.
6. Memberikan rekomendasi manajemen.
7. Komunikasikan temuan tak terduga dengan dokter yang merujuk. Diskusi
verbal antara ahli radiologi, pasien atau dokter yang merujuk harus
didokumentasikan dalam laporan.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Mammografi adalah modalitas pemeriksaan radiologi khusus payudara dengan
menggunakan sinar-x untuk menghasilkan gambar payudara. Pemeriksaan
mammografi dapat dilakukan dengan tujuan skrining dan untuk penegakan diagnosis.
Pemeriksaan mammografi bertujuan untuk menilai komposisi payudara, massa,
temuan yang asimetri, kelainan struktur atau anatomi, kalsifikasi, dan temuan lainnya.
Hasil pemeriksaan mammografi dilaporkan dengan Breast imaging-reporting and data
system (BI-RADS). Pada pelaporan BI-RADS dibagi menjadi BI-RADS 0 – BI-
RADS 6 sesuai dengan temuan pada mammogram. Penilaian berdasarkan kategori
BI-RADS 0 – BI-RADS 6, merujuk pada tingkat keganasan. Setelah dilakukan
penilaian akhir berdasarkan BI-RADS kemudian dilakukan rekomendasi manajemen
atau perawatan sesuai dengan kategori.
DAFTAR PUSTAKA
Alteri, R., Bertaut, T., Brinton, L. A., Fedewa, S., Freedman, R. A., Gansler, T.,
Gaudet, M. M., Kramer, J., Lin, C. C., McCullough, M., Miller, K., & Newman,
L. A. (2015). Breast Cancer Fact & Figures 2015-2016. American Cancer
Society, Atlanta, Georgia.
Berment, H., Becette, V., Mohallem, M., Ferreira, F., & Chérel, P. (2014). Masses in
mammography: What are the underlying anatomopathological lesions? In
Diagnostic and Interventional Imaging (Vol. 95, Issue 2).
https://doi.org/10.1016/j.diii.2013.12.010
Dougherty, G. (2010). Image analysis in medical imaging: Recent advances in
selected examples. In Biomedical Imaging and Intervention Journal (Vol. 6,
Issue 3). https://doi.org/10.2349/biij.6.3.e32
Panigroro, S., Hernowo, B. S., & Purwanto, H. (2019). Panduan Penatalaksanaan
Kanker Payudara (Breast Cancer Treatment Guideline). Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 4(4), 1–50. http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf
Perry, N., Broeders, M., de Wolf, C., Törnberg, S., Holland, R., & von Karsa, L.
(2008). European guidelines for quality assurance in breast cancer screening and
diagnosis. Fourth edition - Summary document. In Annals of Oncology (Vol. 19,
Issue 4). https://doi.org/10.1093/annonc/mdm481
Sardanelli, F., Fallenberg, E. M., Clauser, P., Trimboli, R. M., Camps-Herrero, J.,
Helbich, T. H., & Forrai, G. (2017). Mammography: an update of the EUSOBI
recommendations on information for women. Insights into Imaging, 8(1).
https://doi.org/10.1007/s13244-016-0531-4
Zonderland, H., & Smithuis, R. (2014). The Radiology Assistant : Bi-RADS for
Mammography and Ultrasound 2013. Octubre.