Oleh:
Radityo Priambodo
NPM. 130321190504
BANDUNG
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN...............................................................................vi
BAB I..............................................................................................................1
BAB II..........................................................................................................10
BAB III.........................................................................................................24
ii
3.1.1 Kriteria Inklusi..........................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................36
iii
DAFTAR TABEL
…...24
….32
Tabel 3.4 Gambaran Distribusi Derajat ISI Pasien CSM yang Dinilai dengan
……………………………………………………………32
…...32
…...33
Tabel 3.7 Hubungan Derajat ISI yang dinilai dengan T2WI MRI Potongan sagital
…………………………....33
Tabel 3.8 Hubungan Derajat ISI yang dinilai dengan T2WI MRI Potongan sagital
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Pasien dengan cervical spondilosis myelopati dengan autofusion pada
v
DAFTAR SINGKATAN
vi
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
adalah kondisi degeneratif dari tulang belakang servikal yang bersifat non-
Istilah stenosis tulang belakang mengacu pada diagnosis anatomi yang meningkat
seiring bertambahnya usia dan dapat terjadi pada individu dengan tanpa gejala. 2
CSM adalah salah satu kondisi paling umum pada orang tua. Sejumlah
studi menunjukkan bahwa CSM adalah salah satu gangguan sumsum tulang
belakang yang paling umum pada populasi yang lebih tua yang datang dengan
degeneratif. Data saat ini terbatas pada studi berbasis populasi pada tingkat rawat
inap CSM. Secara global, insiden rawat inap terkait CSM telah diperkirakan
mencapai 4,04/100.000 orang per tahun dan disertai meningkatnya laju tindakan
pembedahan.5 Studi lainnya menunjukkan pada 14.140 pasien yang tercatat dalam
1
National Health Insurance Research Database di Taiwan bahwa pasien yang
dirawat di rumah sakit karena kasus CSM berjumlah 349.500.000 orang per tahun.
100.000 orang-tahun. CSM lebih sering terjadi pada laki-laki dan pada pasien
yang lebih tua. Insiden tertinggi CSM antara laki-laki dan perempuan adalah 28,9
dan 15,3 per 100.000 orang-tahun pada pasien berusia 70 tahun dan lebih tua. 6
melalui informasi epigenomik yang tidak terkandung dalam urutan DNA. Pada
populasi umum, prevalensi titik nyeri leher berkisar antara 0,4% hingga 41,5%,
kejadian 1 tahun berkisar antara 4,8% hingga 79,5%, dan prevalensi seumur hidup
punggung bawah dan leher tetap menjadi penyebab utama tahun hidup dengan
kecacatan dari CSM. Kondisi ini menjadi penyebab utama keempat terbanyak
mencapai 0,4%-41,5% dalam satu tahun dan risiko disabilitas seumur hidup
mencapai 86,8%.7
berhubungan, yang umumnya diakibatkan oleh proses penuaan (wear and tear
2
degeneratif pada servikal menyebabkan lesi primer pada spondilosis, dilain pihak,
penekanan saraf spinal dan pembuluh darah menyebabkan gejala mielopatik. Ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan gejala mielopatik, yaitu faktor mekanik
Meskipun terdapat penyakit multilevel dalam banyak kasus, C5-6 adalah tingkat
yang paling umum di mana kompresi dan CSM terjadi. Hal ini dapat terjadi
karena secara anatomis dan biomekanik, area C5-6 menunjukkan lebih banyak
menyebabkan pada area C5-6 paling rentan dan mudah terjadi mikrotrauma dan
Gejala klinis yang dominan muncul adalah nyeri leher, yang sering
berhubungan dengan nyeri bahu. Selain itu, pasien dapat mengeluhkan nyeri
hingga rasa kebas, gangguan koordinasi dan gaya berjalan (gait), kelemahan pada
waktu menggengam dan gangguan berkemih dan buang air besar.8,9 Secara klinis,
sindrom CSM dibagi menjadi lima kelompok yaitu (1) Lesi Transverse Syndrome
posterior, dan segmen anterior horn terlibat, (2) Motor System Syndrome, yang
ada gejala defisit sensorik, (3) Central Cord Syndrome, berupa defisit motorik dan
sensorik yang terutama pada ekstremitas atas dibanding ekstremitas bawah, (4)
kolumna posterior, dan (5) Brachialgia dan Cord Syndrome: nyeri radikular pada
traktus yang panjang (sensorik dan motorik).8,12 Gejala klinis dari CSM dapat
(1) Neck Disability Index (NDI) merupakan satu satunya alat ukur berupa
NDI sering digunakan sebagai alat ukur untuk menilai dampak dari nyeri
leher pada aktivitas fungsional pasien dan untuk mengukur hasil dalam
praktik klinis dan penelitian. NDI memiliki 10 buah item pertanyaan yang
4
Beberapa skala tersedia untuk menilai disabilitas fungsional pada pasien dengan
CSM. Dua skala yang umum digunakan adalah sistem penilaian skor penilaian
perubahan motorik dan sensorik pada ekstremitas atas dan bawah serta fungsi
kecacatan fungsional dan hasil pada pasien dengan CSM. Bahkan penilaian ini
telah mengevaluasi korelasi pada sejumlah kecil pasien atau pada pasien yang
Pasien dengan riwayat dan disertai dengan temuan pemeriksaan fisik yang
tinggi, dan kontras jaringan lunak tinggi yang secara jelas menunjukkan jaringan
saraf, ligamen, dan jaringan lunak paraspinal lainnya. 15 MRI juga memberikan
spinalis) dan luaran pasien. Akan tetapi, pada umumnya berdasarkan data, ada
sekitar 60% dari seluruh pasien CSM yang bersifat asimtomatik. Dari pasien yang
5
memiliki gejala atau simptomatik, 58-85% dilakukan pemeriksaan MRI dan
Salah satu kriteria dari MRI yang menjadi prognosis luaran buruk pada
pasien CSM adalah peningkatan intensitas atau Increased Signal Intensity (ISI)
penilaian ISI pada T2WI namun salah satu penilaian yang utama yang sering
intensitas dan batas dari ISI. Penilaian kualitatif ini terdiri dari skor 0 (tidak ada
perubahan), skor 1 (apabila intesitas mulai meningkat dan batas mulai kabur), dan
penilaian ISI melalui T2WI masih terbatas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara derajat ISI dengan gambaran klinis yang dinilai
dengan skor mJOA dan skor Nurick pada pasien CSM. Peneliti ingin mengetahui
6
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa derajat ISI yang didapatkan dari T2WI MRI pada pasien yang
2. Bagaimana hubungan antara derajat ISI yang didapatkan dari T2WI MRI
terhadap skor mJOA dan skor Nurick pada pasien CSM di Departemen Bedah
7
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui derajat ISI yang didapatkan dari T2WI MRI pada pasien
2. Untuk mengetahui hubungan antara derajat ISI yang didapatkan dari T2WI
MRI terhadap skor mJOA dan skor Nurick pasien CSM di Departemen Bedah
Mendapatkan data mengenai derajat ISI yang didapatkan dari T2WI MRI pada
pasien yang diduga mengalami CSM, dan hubungan antara derajat ISI yang
didapatkan dari T2WI MRI terhadap skor mJOA dan skor Nurick pada pasien
8
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah mengenai
hubungan antara derajat ISI yang didapatkan dari T2WI MRI terhadap skor mJOA
dan skor Nurick pasien CSM di rumah sakit Hasan Sadikin Bandung sehingga
akan didapatkan suatu parameter penilaian dari penelitian ini yang dapat dijadikan
Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
derajat ISI yang didapatkan dari T2WI MRI terhadap skor mJOA dan skor Nurick
pasien CSM di rumah sakit Hasan Sadikin Bandung sehingga digunakan sebagai
tatalaksana tindakan medis pada pasien dengan CSM dan dapat menjadi dasar
9
BAB II
Tulang belakang cervical inferior terdiri atas 5 tulang vertebra (C3-C7) yang mana
ini terdiri atas badan artikulasi yang lebih kecil yang berkembang dengan arah
transversum. Badannya memiliki dua faset, superior dan inferior, dan juga
memiliki dua rafe ekstremitas lateral yang mengarah ke superior dikenal sebagai
transversum berada pada anterior. Setiap prosesus ini terdiri atas dua akar,
anterior dan posterior yang dihubungan oleh sebuah badan lamina. Pada dasar dari
dan dilewati oleh pembuluh darah vertebra dan saraf vertebra. Sendi prosesus,
superior dan inferior, berada di posterior terhadap pedikel dan bersendi dengan
vertebra bagian atas dan bawah. Sendi prosesus superior berakhir dengan sendi
faset yang berhadapan ke belakang dimana yang bagian inferiornya dengan sendi
Prosesus spinosusnya pendek dan terbelah dua kecuali tulang belakang cervical
ke 7 dimana prosesus spinosusnya panjang dan tidak terbelah dua dan teraba pada
10
dasar dari leher dan menjadi suatu tanda penting jika ingin mencari tulang
vertebra atas dan bawah. Tulang vertebra ke 7 juga memiliki foramen transversum
lebih kecil dimana hanya vena yang melintas. Tulang Vertebra servikal ke 6
untuk arteri tiroid inferior dan untuk arteri vertebra. Tulang vertebra servikal ke 6
11
2.1.1.2 Biomekanika Cervical Spine
Struktur lower cervical spine memiliki bentuk yang Struktur lower cervical
spine memiliki bentuk yang seragam. Struktur ini memiliki sendi uncovertebral
memiliki sudut inklinasi sekitar 45 derajat dari bidang horizontal dan inklinasinya
lebih curam di segmen bawah. Inklinasi ini memungkinkan rotasi aksial lebih
sedikit daripada yang terjadi pada upper cervical spine. Processus transversus
juga berfungsi untuk melindungi spinal cord dan arteri vertebralis. Motion
lower cervical spine terhubung oleh flavum kuat yang teridiri dari serat elastis
yang dapat membatasi gerakan fleksi berlebihan. C5-6 adalah tingkat yang paling
umum di mana kompresi dan CSM terjadi. Hal ini dapat terjadi karena secara
terdapat kesamaan sudut intervertebral fleksi maksimum antar tingkat. Selain itu,
menyebabkan pada area C5-6 paling rentan dan mudah terjadi mikrotrauma dan
12
2.1.2 Cervical Spondylosis Myelopathy (CSM)
2.1.2.1 Definisi
adalah kondisi degeneratif dari tulang belakang servikal yang bersifat non-
Istilah stenosis tulang belakang mengacu pada diagnosis anatomi yang meningkat
seiring bertambahnya usia dan dapat terjadi pada individu dengan tanpa gejala.2
2.1.2.2 Prevalensi
CSM adalah salah satu kondisi paling umum pada orang tua. Sejumlah
studi menunjukkan bahwa CSM adalah salah satu gangguan sumsum tulang
belakang yang paling umum pada populasi yang lebih tua yang datang dengan
degeneratif. Data saat ini terbatas pada studi berbasis populasi pada tingkat rawat
inap CSM. Secara global, insiden rawat inap terkait CSM telah diperkirakan
mencapai 4,04/100.000 orang per tahun dan disertai meningkatnya laju tindakan
13
pembedahan.5 Studi lainnya menunjukkan pada 14.140 pasien yang tercatat dalam
dirawat di rumah sakit karena kasus CSM berjumlah 349.500.000 orang per tahun.
100.000 orang-tahun. CSM lebih sering terjadi pada laki-laki dan pada pasien
yang lebih tua. Insiden tertinggi CSM antara laki-laki dan perempuan adalah 28,9
dan 15,3 per 100.000 orang-tahun pada pasien berusia 70 tahun dan lebih tua.6
gambar dalam bidang aksial, koronal, dan sagital. MRI menawarkan detail
anatomi tulang dan jaringan lunak. Ini memberikan visualisasi yang lebih baik
dari elemen jaringan lunak tulang belakang. Tingkat kompresi elemen saraf dan
herniasi diskus pada MRI diatas dengan melakukan foto polos cervical atau
14
Gambaran MRI pada CSM adalah (1) Pengurangan area transverse pada
medulla spinalis (TASC) pada level kompresi maksimal. “Banana” shaped pada
Ada bukti yang bertentangan antara apakah kanalis stenosis dapat memprediksi
tulang belakang oleh osteofit dan/atau diskus, dan oleh karena itu potongan sagital
dan T1W juga perlu dipertimbangkan dalam evaluasi. Penebalan tidak spesifik
medulla spinalis pada MRI dan (2) “Snake eyes”(AKA “owl’s eyes”) pada
kistik medulla spinalis dan berhubungan dengan outcome yang buruk. 11,12 Kendati
dengan luaran pasca operasi yaitu apabila terdapat kriteria: Multilevel T2W1
Pasien yang memiliki riwayat dan temuan pemeriksaan fisik yang sesuai
dengan CSM 5-6, maka MRI disarankan sebagai tes noninvasif yang paling tepat
adanya penekanan akar saraf. (nilai rekomendasi B). Berbagai metode telah
ultrasonografi, foto polos, CT scan dan MRI, tetapi metode radiologi pilihan untuk
15
Keuntungan MRI dibandingkan metode lain meliputi: non invasif, non-radiasi,
sensitivitas tinggi, dan kontras jaringan lunak tinggi yang secara jelas
Gambar 2.2 Gambaran MRI Pasien dengan cervical spondilosis myelopati dengan autofusion pada
C5-C6 dan hilangnya diskus intervertebralis pada level ini.
Salah satu kriteria dari MRI yang menjadi prognosis luaran buruk pada
pasien CSM adalah peningkatan intensitas atau Increased Signal Intensity (ISI)
Terdapat beberapa cara penilaian ISI pada T2WI namun salah satu penilaian yang
utama yang sering digunakan oleh beberapa penilitian adalah penilaian kualitatif
berdasarkan intensitas dan batas dari ISI. Penilaian kualitatif ini terdiri dari skor 0
16
(tidak ada perubahan), skor 1 (apabila intesitas mulai meningkat dan batas mulai
Ppada derajat skor 1 ISI (gambar A) yaitu intensitas mulai meningkat dan batas mulai kabur
serta pada derajat skor 2 ISI (gambar B) yaitu sangat intens dengan batas yang tegas. 12
(1). Neck Disability Index (NDI) merupakan satu satunya alat ukur berupa
17
digunakan sebagai alat ukur untuk menilai dampak dari nyeri leher pada aktivitas
fungsional pasien dan untuk mengukur hasil dalam praktik klinis dan penelitian.
NDI memiliki 10 buah item pertanyaan yang menekankan pada nyeri dan aktivitas
18
Gambar 2.5. Skor Nurick.14
Beberapa skala tersedia untuk menilai disabilitas fungsional pada pasien dengan
CSM. Dua skala yang umum digunakan adalah sistem penilaian skor penilaian
perubahan motorik dan sensorik pada ekstremitas atas dan bawah serta fungsi
kecacatan fungsional dan hasil pada pasien dengan CSM. Bahkan penilaian ini
telah mengevaluasi korelasi pada sejumlah kecil pasien atau pada pasien yang
CSM adalah salah satu kondisi paling umum pada orang tua. Sejumlah
studi menunjukkan bahwa CSM adalah salah satu gangguan sumsum tulang
belakang yang paling umum pada populasi yang lebih tua yang datang dengan
19
Secara epidemiologis, CSM lebih sering terjadi pada laki-laki dan pada pasien
yang lebih tua. Pada sebagian besar kasus, mielopati spondilosis servikal
sendi yang berhubungan, yang umumnya diakibatkan oleh proses penuaan (wear
primer pada spondilosis, dilain pihak, penekanan saraf spinal dan pembuluh darah
gejala mielopatik, yaitu faktor mekanik akibat mikrotrauma dan iskemi yang dapat
C5-6 adalah tingkat yang paling umum di mana kompresi dan CSM terjadi
load pada area C5-6 sehingga menjadi area yang paling rentan dan mudah terjadi
mikrotrauma dan degenerasi yang dapat berujung pada servikal spondilosis dan
CSM. Pasien dengan riwayat dan disertai dengan temuan pemeriksaan fisik yang
diagnosis lain (Chiari malformasi, tumor medulla spinalis) dan luaran pasien.
Salah satu kriteria dari MRI yang menjadi prognosis luaran buruk pada pasien
CSM adalah peningkatan intensitas atau Increased Signal Intensity (ISI) dari
20
pemeriksaan T2-weighted imaging (T2WI). Terdapat beberapaa cara penilaian ISI
pada T2WI namun salah satu penilaian yang utama yang sering digunakan oleh
dari ISI. Penilaian kualitatif ini terdiri dari skor 0 (tidak ada perubahan), skor 1
(apabila intensitas mulai meningkat dan batas mulai kabur), dan skor 2 (sangat
intens dengan batas yang tegas). Kendati demikian, semakin tinggi ISI maka
luaran pasca operasi akan lebih buruk. Oleh karena itu, dibutuhkan diagnosis dini
agar pasien dapat diberikan terapi secara optimal sesuai kondisinya. Salah satu
digunakan adalah menilai luaran klinis pasien CSM. Luaran klinis pasien CSM
dapat dinilai dengan beberapa instrumen yang paling umum digunakan yaitu skor
penilaian ISI melalui T2WI masih terbatas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara derajat ISI dengan gambaran klinis yang dinilai
dengan skor mJOA dan skor Nurick pada pasien CSM. Peneliti ingin mengetahui
21
2.3 Premis Penelitian
berikut:
Premis 1
CSM merupakan salah satu kondisi gangguan medulla spinalis yang umum
terjadi pada populasi yang lebih tua akibat proses degeneratif yang pada umumnya
Premis 2
Premis 3
gejala klinis pasien CSM adalah skor mJOA dan skor Nurick.14
22
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis
yang digambarkan melalui skor mJOA dan skor Nurick pasien CSM.
klinis yang digambarkan melalui skor mJOA dan skor Nurick pasien CSM.
23
BAB III
Subjek penelitian adalah semua pasien di divisi Spine, Pain and Peripheral
Nerve, bagian Bedah Saraf Rumah Sakit Hasan Sadikin dengan diagnosis cervical
spondylosis myelopathy (CSM) yang tercatat direkam medis dan telah melakukan
1) Pasien di divisi Spine, Pain and Peripheral Nerve, bagian Bedah Saraf dan
yang telah berobat rawat jalan ataupun rawat inap di Rumah Sakit Hasan
Sadikin.
2) Pasien dengan data radiologis berupa gambaran T2WI MRI dan rekam medis
yang lengkap.
sebelumnya
24
3.2. Metodologi Penelitian
mengenai hubungan antara hubungan antara derajat ISI yang didapatkan dari
T2WI MRI terhadap skor MJOA dan skor Nurick pasien CSM di rumah sakit
25
3.2.2 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian
operasional ukur
Usia sesuai
dengan yang
medis
Bayangan abu-
24
abu kabur), dan
dibandingkan tegas).
dengan jaringan
sekitarnya
Gejala klinis
fisik
didapatkan dari
hasil anamnesis
Variabel terikat : Skor mJOA dan Skor Nurick pasien CSM di Departemen Bedah
25
Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data
Semua pasien di divisi Spine, Pain and Peripheral Nerve, bagian Bedah
Saraf yang berobat jalan ataupun rawat inap di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung
dengan didiagnosis CSM lalu dianalisis dengan memperhatikan kriteria inklusi dan
diteliti.
gejala klinis di lembar status pasien yang dilakukan oleh residen bedah saraf
di Poli Bedah Saraf ataupun dirawat inap RSHS yang telah dilaporkan serta
disetujui oleh konsulen divisi Spine, Pain, and Peripheral nerve bagian
3. Karakteristik MRI dinilai oleh konsulen divisi Spine, Pain, and Peripheral
26
(PACS) dan software Radiant Dicom Viewer 2020 yang dapat diakses
c. Penilaian gejala klinis CSM berdasarkan skor mJOA dan skor Nurick
saraf di Poli Bedah Saraf ataupun dirawat inap RSHS yang telah
sampling, yaitu semua subjek yang ada (pasien CSM yang datang di rawat jalan
maupun rawat inap di divisi Spine, Pain and Peripheral Nerve, bagian Bedah Saraf
27
3.2.5.1 Jumlah Subjek Penelitian
n= [ (Z α +Z β) 2
0,5 ln[(1+r )/(1−r )]]2
+3
Dimana:
n = besarnya sampel
Maka:
n=
[ ( Z α + Z β)
]
0,5 ln [(1+r )/(1−r )]
2
+3
n= [ (1,64+ 1,28)
0,5 ln[(1+0,5)/(1−0,5)] ] 2
+3
n= [ (1,64+1,28) 2
0,5 ln [(3)] ]
+3
n= [ 2,920 2
]
0,5 ln[(3)]
+3
28
Departemen Bedah Saraf dan Departemen Saraf Rumah Sakit Hasan Sadikin
Analisa
Gambar Statistik
3. 1 Analisis Penelitian
29
a. Data deskriptif
ISI, kor MJOA, dan skor Nurick yang disajikan dalam bentuk tabel
numerik.
b. Analisis korelatif
variabel perancu dari hubungan derajat ISI dari T2WI MRI potongan sagital
Departemen Saraf Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Hasil analisis rank
spearman terdiri dari nilai p, dan jumlah subjek. Nilai p menunjukkan batas
c. Analisis multivariat
linear regression untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan serta
hubungan faktor faktor tersebut terhadap derajat ISI T2WI MRI. Hasil
analisis linear regression terdiri dari nilai t hitung, F hitung, nilai p, dan R-
Tempat Penelitian
30
Penelitian ini akan dilaksanakan di Divisi Spine, pain and Peripheral
Nerve, Bagian Bedah Saraf dan Bagian Saraf, Rumah Sakit Hasan Sadikin /
November 2023.
Data-data pasien Spine yang telah didiagnosis CSM yang memiliki gejala
berupa pemeriksaan MRI yang sudah dikelompokkan berdasarkan usia, dan jenis
gambaran karateristik pasien dengan diagnosis CSM dan hubungan antara derajat
nyeri pasien dengan diagnosis CSM dengan derajat ISI potongan sagital dari
T2WI MRI.
41-60 tahun
>60 tahun
31
Tabel 3.2 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Kelompok Usia 13
Laki-laki
Perempuan
Gambaran Distribusi Derajat ISI Pasien CSM yang Dinilai dengan T2WI
MRI Potongan sagital
Tabel 3.4 Gambaran Distribusi Derajat ISI Pasien CSM yang Dinilai dengan T2WI MRI
Potongan sagital
32
Skor mJOA Frekuensi (n) Persentase (%)
0 -11
12-14
15-17
33
Gambaran Distribusi Skor Nurick
0
1
2
Hubungan Derajat ISI yang dinilai dengan T2WI MRI Potongan sagital
Tabel 3.7 Hubungan Derajat ISI yang dinilai dengan T2WI MRI Potongan sagital dengan
Skor mJOA
34
Hubungan Derajat ISI yang dinilai dengan T2WI MRI Potongan sagital
dengan Skor Nurick
Derajat Skor Nurick Nilai P
ISI dari
T2WI
0 1 2 3 4 5
MRI
Potongan
Sagital
Tabel 3.8 Hubungan Derajat ISI yang dinilai dengan T2WI MRI Potongan sagital dengan
Skor Nurick.
35
3.2.9 Pertimbangan Etik
Keikutsertaan subjek dalam penelitian dilakukan secara sukarela dan sadar setelah
sentral pasien CSM 5-6 di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Penelitian ini diharapkan
C. Justice (keadilan)
Bandung.
36
DAFTAR PUSTAKA
PMID: 23204243.
2. Genevay S, Atlas SJ. Lumbar Spinal Stenosis. Best Pract Res Clin
Rheumatol. 2010;24(2):253–65.
3. Mattei TA, Goulart CR, Milano JB, Dutra LP, Fasset DR. Cervical
2011;7(2):170-178. doi:10.1007/s11420-011-9208-1
5. Wu JC, Ko CC, Yen YS, Huang WC, Chen YC, Liu L, Tu TH, Lo SS,
causing spinal cord injury: a national cohort study. Neurosurg Focus. 2013
6. Chen LF, Tu TH, Chen YC, Wu JC, Chang PY, Liu L, Huang WC, Lo SS,
37
7. Kuo DT, Tadi P. Cervical Spondylosis. [Updated 2021 Sep 29]. In:
9. Yudoyono, F., Dahlan, R. H., Ompusunggu, S. E., Hamijoyo, L., & Arifin,
https://doi.org/10.37275/ijr.v8i1.11
https://www.medscape.com/answers/1913265-68823/what-is-the-
prevalence-of-spinal-stenosis
11. Driscon, Sean J et al. In-vivo Motion Characteristics Of The C5-C6 And
12. Roguski M, Benzel EC, Curran JN, Magge SN, Bisson EF, Krishnaney
39:2070–2077.
38
INDEX VERSI INDONESIA PADA MECHANICAL NECK PAIN.
2011;20(9):1545-1551. doi:10.1007/s00586-011-1773-y
doi:10.1007/s00586-012-2483-9
16. Pessini Ferreira LM, Auger C, Kortazar Zubizarreta I, et al. MRI findings
doi:10.1259/bjrcr.20200133
39
1