Anda di halaman 1dari 57

UNIVERSITAS ANDALAS

TUGAS APLIKASI I

ASUHAN KEPERAWATAN Ny “R”DENGAN PROSEDUR


KEMOTHERAPI PADA PASIEN CA MAMAE DI RUANGAN BEDAH
ONKOLOGI RUMAH SAKIT DR. M. DJAMIL PADANG 2020

Disusun Oleh:
YUSVITA WALIA
1921312001

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulilah kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Dengan Prosedur Kemotherapi Pada
Pasien Dengan Ca Mamae Di RS Dr. M. Djamil Padang.Shalawat beriring salam
tidak lupa kami ucapkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang terang menerang oleh ilmu
seperti saat ini. Makalah ini kami himpun dari berbagai sumber yang bertujuan
agar mahasiswa perawat terutama Mahasiswa program Studi Magister
Keperawatan dapat mengetahui tentang melakukan analisis terhadap Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Yang Menjalani prosedur Kemotherapi Ny.R Dengan
Ca Mamae di RS Dr. M. Djamil Padang.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga Makalah ini bermanfaat bagi
bagi pembaca. kami menyadari Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami
juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun guna
untuk kesempurnaan Makalah ini, dan apabila ada kesalahan dalam pembuatan
Makalah ini kami mohon maaf.

Padang,September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN.......................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.................................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan
2.................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1 Konsep Kanker Payudara
3.................................................................................................
2.2 Kemoterapi
16...............................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian
36...............................................................................................
3.2 Pemeriksaan Fisik
44...............................................................................................
3.3 Pemeriksaan Penunjang
46...............................................................................................
3.4 Analisa Data
47...............................................................................................
3.5 Diagnosa Keperawatan
51
3.5 Intervensi Keperawatan
52
3.5 Implementasi Keperawatan
63

BAB IV ANALISIS SITUASI


4.1 Profil Lahan Praktik
71...............................................................................................

ii
4.2 Analisis Masalah Keperawatan
72...............................................................................................
4.3 Analisis Intervensi
72...............................................................................................
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah
73...............................................................................................

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
75...............................................................................................
5.2 Saran
76...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses keperawatan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang komplek
yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dalam memberikan asuhan
keperawatan. Rangkaian proses asuhan keperawatan ini diawali dengan proses
pengkajian. Pengkajian merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam
proses asuhan keperawatan. Dengan pengkajian yang tepat dan benar akan
menghasilkan suatu diagnosa keperawatan yang akurat, sehingga akan
menghasilkan suatu tindakan keperawatan yang tepat dalam proses
keperawatan.
Kemoterapi merupakan pemberian obat untuk membunuh sel kanker.
Kemoterapi mempunyai prosedur terapi sendiri sesuai dengan dosis, interval,
siklus pemberian obat sesuai dengan protokolnya, tidak seperti radiasi atau
operasi yang bersifat lokal, kemoterapi merupakan terapi sistemik yang berarti
obat menyebar keseluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah
menyebarjauh atau metastaseketempatlain(Irawan, 2017).
Perawat sebagai salah seorang tenaga kesehatan yang paling banyak
berhubungan langsung dengan pasien, sehingga perawat juga harus
mengetahui gangguan apa saja yang terjadi pada pasien dan asuhan
keperawatan yang bagaimana yang dibutuhkan oleh pasien kemoterapi baik
sebelum, sedang maupun sesudah menjalani kemoterapi. Gangguan ini bisa
dipaparkan perawat dalam bentuk diagnosa keperawatan dan nantinya akan
tercakup dalam suatu asuhan keperawatan pada pasien yang menjalani
prosedur kemoterapi.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum

1
Mengaplikasikan dan menganalisis penerapan Asuhan keperawatan
pada pasien Onkologi yang menjalani therapy kemoterapi.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memahami konsep kanker payudara
2. Memahami konsep kemoterapi
3. Menerapkan Asuhan keperawatanpadapasien onkologi dengan
kemoterapi

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1Konsep KankerPayudara
1.Defenisi
Karsinoma mammae adalah salah satu tumor ganas yang paling
sering ditemukan pada perempuan (Desen, 2011). Perubahan patologi
yang terjadi di dalam sel dan jaringan tubuh sebagai akibat kanker yang
menyebar,penyebarannya yaitu melalui darah dan pembuluh limfe ke
daerah lain dari tubuh.(Port&Matfin, 2009; American Cancer Society,
2014). Kanker payudara tumbuh di kelenjer susu, saluran susu, jaringan
ikat, dan jaringan lemak pada payudara(Medicastore,2011).
2. Etiologi
Kanker payudara secara spesifik belum diketahui penyebabnya
(Desen, 2011; American Cancer Society, 2014). Beberapa faktor risiko
yang menyebabkan meningkatnya kejadian kanker payudara adalah :
a. Umur
Kasus kanker payudara banyak ditemukan pada perempuan yang
berumurantara 40-64 tahun (Wilensky dan Lincoln, 2008). Dengan
pertambahan umur maka frekuensi kanker mengalami peningkatan
karena adanya akumulasimutasi somatik sehingga mengakibatkan
berkembangnya neoplasma ganas (Kumar et al,2007).
b. Jeniskelamin
Terjadinya kanker payudara berpengaruh pada jenis
kelamin,resikolebih tinggipadaperempuandibandingkandenganlaki-
laki.Salahsatupeneltiandi Inggris menyatakan bahwa kasus kanker
yang terjadipadalaki-lakisekitar 1%, selebihnya terjadi pada perempuan
(John Cleese,2010).
c. Terpapar radiasi
Adanya riwayat terpapar dengan radiasi pada perempuan di usia remaja
atau dewasa muda, maka risiko terjadinya kanker

3
payudaraakanmeningkat. Paparan radiasi akan menyebabkan terjadinya
aberasi pada jaringan payudara yang sedang dalam masa
perkembangan (Smeltzer & Bare 2013). Kelenjar mammae relatif peka
terhadap radiasi pengion, sehingga paparan radiasi yang berlebih akan
menyebabkan peluang kanker menjadi lebih tinggi(Desen,2011).
Menurut Golberg (2010), perempuan yang sering terpapardenganpolusi
udara maka akan memiliki risiko terkena kanker payudaraduakalilipat.
Gas nitrogen dioskida bukan satu-satunya polutan yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor, tetapi ada gas lain yang bersifatkarsinogenik.
d. Merokok
Merokok mampu menginisiasi karsinogenesis mammae melalui
dampak genotoksik dari komponen yang berkaitan dengan tembakau
(Magnusson,Edren & Rosenberg, 2007). Epitel pada payudara akan
berproliferasi dengan cepat selama waktu antara menarche dan
kehamilan pertama, dan waktu itu sangat rentan terhadap perubahan
kearah keganasan. Oleh karena itu, semakin muda usia pertama kali
seseorang itu merokok aktif, maka terkena risiko kanker payudara
semakin besar (Magnusson et al,2007).
Seseorang sebagai perokok pasif menghirup dua campuran bentuk asap
yaitu asap dari pembakaran tembakau (asap yang berasal dari ujung
rokok seorang perokok aktif atau yang berasal dari cerutu) dan asap
utama (asap yang dhembuskan oleh perokok aktif). Kedua asap ini
berbeda,asapdaripembajaran tembakau mempunyai karsinogen lebih
tinggi dari pada asaputama. Disamping itu, asap dari pembakaran
tembakau mempunyai partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan
asap utama sehinggamudahuntuk masuk ke dalam sel-sel tubuh. Asap
utama mengandung >4.000senyawa kimia, diduga sekitar 60% dapat
menyebabkan kanker (ACS, 2011). Menurut
penelitianTerrydanRohan(2002)menyatakanbahwakandungandarirokok
tembakau adalah asam aminino aromatik, polycyclic hydrocarbons,
dan N- nitrosamines yang dapat menyebabkan tumor.

4
e. FaktorHormonal
Hormon yang berhubungan dengan insiden terjadinya kanker payudara
adalah hormon estrogen. Perempuan yang menggunakan terapi hormon
lebih dari 5 tahun maka mempunyai risiko tinggi terjadinya kanker
payudara, dan pada perempuan yang menggunakan terapi hormon yang
kurang dari 5 tahun tidak meningkatkan terjadinya kanker payudara
(Stopeck et al, 2012).Suatu penelitian membuktikan bahwa
penggunaan jangka panjang pada hormon estrogen mengalami
peningkatan risiko kanker payudara secara bermakna, jangka waktu 10
tahun sebesar 1,24 kali dan pada penggunaanhormonestrogen > 15
tahun lebih dari 1,56 kali (North American Menopause Society, 2012).
f. Menarche
Menstruasi pertama atau menarche pada usia <12 tahun, menopause
umur >55 tahun, pertama kehamilan di umur 35 tahun atau tidak
pernah hamil. Semakin muda usia menarche, maka risiko kanker
semakin besar, karena semakin lama perempuan tersebut terpapar
dengan hormon reproduktif dari tubuhnya (ACS, 2011).
Fungsi dari estrogen adalah sebagai promotor pada kanker tertentu
khususnya kanker payudara. Kadar estrogen tinggi pada wanita
yangmengalami menstruasi, maka akan meningkatkan risiko terjadinya
kanker payudara pada perempuan yang mendapatkan menstruasi lebih
awal dan menopause yang lambat (Corwin, 2009). Seorang
perempuanyangtidak pernah hamil berisiko 1,1-2,0 kali terkena kanker
payudara dibandingkan dengan perempuan yang pernah mengalami
kehamilan dan melahirkan anak (ACS, 2011). Perempuan yang
melahirkan anak pertama pada umur 30 tahun atau lebih, maka akan
berisiko untuk terkena kanker payudara, karenakehamilan
menyebabkan proliferasi sel payudara, proliferasi sel dapat
meningkatkan risiko kanker payudara terutama untuk perempuan yang
sudahtua (WCR,2008).
g. Kegemukan

5
Makanan yang berlemak dibuktikan oleh tingginya kadar estrogen.
Jaringan lemak adalah tempat utama dalam produksi estrogen. Jadi
perempuan dengan berat badan lebih dari indeks massa tubuh (IMT)
yang tinggi,makamempunyai level estrogen yang tinggi. Obesitas
mempunyai efek perangsang terhadap perkembangan kanker payudara.
Estrogen tesebut disimpan dalam jaringan lemak (adiposa). Sebagian
dari penderita kanker payudara memiliki estrogen positif (ER+), hal ini
menandakanbahwaestrogendapat menstimulasi pertumbuhan sel
kanker payudara. Semakin banyak jaringan adiposa, maka semakin
banyak estrogen mengikat ER+ sel-sel kanker (Baradero,
2006;Depkes,2012).
h. KonsumsiAlkohol
Alkohol yang masuk ke dalam lambung akan diuraiolehenzym
dehydrogenase, enzim ini hanya bisa mengelola sebanyak 15% dari
seluruh jumlah alkohol yang masuk, sisanya diproses oleh hati. Dengan
secara terus menerus mengkonsumsi alkohol maka fungsi hati akan
semakinlemahdan daya tahan tubuh menurun, sehingga menyebabkan
tingginya risiko yang menderita kanker pada perempuan (American
Cancer Society, 2012). Menurut National Cancer Institute, tahun 2011
sedikit atau banyaknya jumlah alkohol yang dikonsumsi setiap hari
maka akan meningkatkan terjadinya kanker payudara, risko tersebut
berbanding lurus dengan jumlah alkohol yang dikonsumsi setiap
harinya. Perempuan yangmengkonsumsi2-5minuman yang
mengandung alkohol setiap hari memiliki risiko 1,5 kali lebih besar
dari pada perempuan yang tidak mengkonsumsi alkohol sama sekali
(American Cancer Society, 2012).
i. Riwayat Kanker PayudaraSebelumnya
Pada seorang perempuan yang mempunyai riwayat kanker pada satu
payudara, maka pada payudara sebelahnya akan mempunyai risiko
untuk berkembang menjadi kanker payudara (Desen, 2011).
j. Riwayat Genetik danKeluarga

6
Sebuah penelitian menyatakan bahwa pada perempuan yang
menpunyai keluarga primer seperti ibu, anak, saudara yang menderita
kanker, makapeluang terkena kanker payudara lebih tinggi dua sampai
tiga kali lipat dibandingkan dengan perempuan yang tidak memiliki
riwayat keluarga. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa gen utama
yang terkait dengan timbulnya kanker payudara adalah BRCA-1 dan
BRCA-2. Apabila ada perempuan yang memiliki salah satu gen
tersebut maka kemungkinan terkena kanker payudara sangatlah besar
(Desen, 2011). Hasil penelitian menyatakan bahwa semakin dekat
hubungan keluarga yang menderitakankermaka semakin semakin besar
terjadinya risiko kanker payudara (Brown & Boatman, 2011).
k. Tidak MenyusuiAnak
Menyusui sangatlah penting untuk memberikanproteksiterhadaprisiko
kanker payudara. Perempuan yang tidak pernah menyusui bayinya,
kelenjar susunya tidak pernah dirangsang untuk mengeluarkanair
susu.Oleh karenaitu, memberikan ASI pada anak akan
dapatmengurangirisikokanker payudara (Depkes, 2012). Perempuan
yang tidak pernah menyusui anaknya
mempunyairisikokankerpayudara1,1-
2,0kalidibandingkandenganwanita
l. Pemakaian KontrasepsiOral
Pemakaian kontrasepsi oral lebih dari 7 tahun secaraterus-
menerusmaka akan dapat meningkatkan terjadinya risiko kanker
payudara (Depkes, 2012). Risiko penggunaan kontrasepsi oral lebih
tinggi pada perempuan yang mempunyai keturunan
kankerpayudaradibandingkandenganperempuan yang tidak mempunyai
keturunan kanker payudara (Casey, Cerhan & Pruthim, 2008).

7
3. Gejala Klinis Kanker Payudara
Menurut Pazdur, Wagman, Camhausen & Honskis (2011). Gejala klinis
kanker payudara berupa :
a. Terdapat benjolan pada payudara
Adanya benjolan pada payudara mengakibatkan terjadinya perubahan
pada puting susu yaitu dapat berupa massa di ketiak, keluar secret, dan
ketidaknyamanan pada muskuloskeletal. Benjolan ini pada awalnya
kecil, dan semakin lama maka akan semakin membesar.
b. Terdapat erosi atau eksema putingsusu
Puting susu atau kulit akan tertarik kedalam (retraksi), dapat berwarna
merah muda atau kecokelat-cokelatan sehingga kulit menjadi edema
dan kulit akan terlihat seperti kulit jeruk (Peau d’orange), terdapat
kerutan dan borok pada payudara. Semakin lama borok tersebut akan
semakin besar sehingga dapat membuat selutuh payudara hancur,
mudah berdarah bahkan perdarahan pada puting susu, bau yang busuk
pada payudara, dan menimbulkan rasa nyeri atau sakit pada tumor
yang sudah membesar dan mulai bermetastase ke tulang. Dengan
demikian akan terjadi pembesaran kelenjar getah bening pada ketiak,
bengkak pada lengan, dan terjadi penyebaran kanker pada seluruh
tubuh (Conzen, Grushko, & Olopade, 2008).
4. Klasifikasi KankerPayudara
a. Klasifikasi stadium
Penentuan stadium kanker payudara berdasarkan sistem klasifikasi TNM
American Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010 sebagai berikut :
Tumor Varian Keterangan
Primer (T)
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tis Karsinoma ductal in situ
(DCIS)

8
Tis Karsinoma lobular in situ
(LCIS)
Tis Penyakit paget pada puting payudara tanpa
(Paget) tumor (catatan: penyakit paget yang
berhubungan dengan
tumor diklarifikasikan berdasarkan ukuran
tumor)
T1 Diameter terbesar tumor < 2 cm
T1mic Diameter terbesar mikroinvasi < 0,1 cm
T1a Diameter terbesar tumor > 0,1 cm dan < 0,5 cm
T1b Diameter terbesar tumor > 0,5 cm dan < 1 cm
T1c Diameter terbesar tumor > 1 cm dan < 2 cm
T2 Diameter terbesar tumor > 2 cm dan < 5 cm
T3 Diameter terbesar tumor > 5 cm
T4 Tumor berukuran apapun dengan ekstensi
langsung ke
dinding dada atau kulit
T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak
termasukm.pektoralis
T4b Edema (teremasuk peau d’orange) atau ulserasi
kulit
payudara, atau nodul satelit di kulit payudara
yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Karsinoma inflamatorik

9
KGB Varian Metatstasis ke KGB
regional (N)
Nx KGB regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional
N1 KGB aksila ipsilateral yang masih bisa
digerakkan
pN1mi Mikrometastasis > 0,2 mm ≤ 2mm
pN1a 1-3 KGB aksila
pN1b Mikrometastasis ke KGB mamaria interna
(berdasarkan
sentinel node biopsy, karena tidak terlihat
scara klinis)
PN1c Mikrometastasis ke 1-3 KGB aksila dari KGB
mamaria interna (berdasarkan sentinel node
biopsy, karena tidak
terlihat scara klinis)
N2 Metastasis pada KGBaksila ipsilateral
yangterfiksasi
atau KGB mamaria interna yang terdeteksi
secara klinis dan tidak terdapat metastasis
KGB aksila secaraklinis
N2a Metatstasis pada KGB aksila ipsilateral yang
terfiksasi
satu sama lain atau terfiksasi ke stryktur lain
pN2a 4-9 KGB aksila
N2b Metastasis pada KGB mamaaria interna yang
terdeteksi secara klinis dan tidak terdapat
metatstasis pada KGB
aksila secara klinis
pN2b KGB mamaria interna, dapat terlihat secara
klinis dan
tidak terdapat metastasis KGB aksila
N3 KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria
interna yang terdeteksi secara klinis dan

10
terdapat metastasis KGB aksila secara klinis
atau KGB supraklavikula ipsilateral dengan
atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau
mamaria interna
N3a Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
pN3a ≥ 10 KGB aksila atau infraklavikula
KGB Varian Metatstasis ke KGB
regional (N)
Nx KGB regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional
N1 KGB aksila ipsilateral yang masih bisa
digerakkan
pN1mi Mikrometastasis > 0,2 mm ≤ 2mm
pN1a 1-3 KGB aksila
pN1b Mikrometastasis ke KGB mamaria interna
(berdasarkan
sentinel node biopsy, karena tidak terlihat
scara klinis)
PN1c Mikrometastasis ke 1-3 KGB aksila dari KGB
mamaria interna (berdasarkan sentinel node
biopsy, karena tidak
terlihat scara klinis)
N2 Metastasis pada KGBaksila ipsilateral yang
terfiksasi
atau KGB mamaria interna yang terdeteksi
secara klinis dan tidak terdapat metastasis
KGB aksila secara klinis
N2a Metatstasis pada KGB aksila ipsilateral yang
terfiksasi
satu sama lain atau terfiksasi ke stryktur lain
pN2a 4-9 KGB aksila
N2b Metastasis pada KGB mamaaria interna yang
terdeteksi secara klinis dan tidak terdapat
metatstasis pada KGB
aksila secara klinis
pN2b KGB mamaria interna, dapat terlihat secara

11
klinis dan
tidak terdapat metastasis KGB aksila
N3 KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria
interna yang terdeteksi secara klinis dan
terdapat metastasis KGB aksila secara klinis
atau KGB supraklavikula ipsilateral dengan
atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau
mamaria interna
N3a Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
pN3a ≥ 10 KGB aksila atau infraklavikula
KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB
aksila
pN3b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis
denganKGB aksila atao mikrometastasis ke
> 3KGB aksila dan mamaria interna
(melalui sentinel node biopsykarena
tidak terlihat secara klinis)
N3c KGB supraklavikula ipsilateral
pN3c KGB supraklavikula

Metastasis Keterangan
Jauh (M)
Mx Metatstasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh

Stadium T N M
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0

12
T3 N1 M0
T3 N2 M0
IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
IIIC T N3 M0
apapun
IV T N M1
apapun apapun

13
5. Pemeriksaan Diagnostik dan DiagnostikBanding
a. Anamesis
Anamnesis mencakup status haid, perkawinan, partus, laktasi, adanya
riwayat kelainan payudara sebelumnya, adanya riwayat keluarga dengan
kanker, penyakit ginekologik, fungsi dari kelenjar tiroid. Dan untuk
penyakit sekarang harus diperhatikan waktu timbulnya massa, kecepatan
pertumbuhannya,dan hubungannya denganhaid.
b. PemeriksaanFisik
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh yaitu :
1) Inspeksi
Amati kesimetrisan payudara, dan ukurannya, lihat apakah ada
benjolan tumor atau perubahan pada kulit seperti ada cekungan,
edema, kemerahan, nodul satelit, erosi, dll), lihat pada papila mammae
kesimetrisan, retraksi, erosi, distorsi, dan kelainanlain.
2) Palpasi
Pasien dalam posisi berbaring, bisa juga dalam posisi kombinasi
duduk dan berbaring. Pada saat memeriksa rapatkan keempat jari,
gunakanujungdan perut jari, palpasi dengan lembut searah atau
berlawanan arah dengan jarum jam, kemudian dengan lembut pijat
areola mammae, papila mammae,perhatikan apakah keluar sekret, jika
terdapat sekret pada papilamammaeharus buat sediaan apus untuk
pemeriksaan sitolgi. Jika terdapat tumor, harus dilakukan pemeriksaan
secara rinci dengan mencatat lokasi,ukuran,
konsistensi,kondisibatas,permukaan,mobilitas,nyeritekan,dlldarimassa
yang teraba tersebut. Selanjutnya periksa aksila dan suoraklavikular
dan perhatikan apabila ada kelainan.
c. PemeriksaanPenunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang pada kanker payudara yaitu (Desen,
2011):

14
1) Mammografi
Keunggulan dari mammografi adalah dapat memperlihatkan nodul
yang sulit untuk dipalpasi atau terpalpasinya atipikal menjadi sebuah
gambar,lesi payudara yang tanpa nodul dapat ditemukan tetapi adanya
bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan sebagai rujukan tindak
lanjut pada analisis diagnostik dan sekitar 80%
ketepatandiagnostiknya.
2) USG
Tumor kistik atau padat tidak hanya dapat dibedakan dengan
pemeriksaan dopler dan tranduser frekuensi tinggi, namun pasokan
darah serta kondisi jaringan disekitarnya juga dapat diketahui, dah ini
dijadikan sebagai dasar diagnosis yang sangat baik.
3) MRI Payudara
MRI mammae dengan kontras mempunyai spesifitas dan sensitivitas
yang tinggi terhadap mendiagnosis kanker payudara stadium dini
dikarenakan tumor payudara mengandung microvasvular density
(MVD) yang abnormal.
4) PemeriksaanLaboratorioum
Dalam hal ini, pemeriksaan spesifik pada kanker payudarabelumada.
CEA mempunyai nilai positif yang bermacam-macam 20-70%,
CA15-3 mempunyai angka positif 33-6-% sebagai antibodi
monoklonal. Keseluruhannya dapat digunakan sebagai tindak lanjut
klinis dan referensi diagnosis.
5) Pemeriksaan Sitologi Aspirasi JarumHalus
Metode ini disebut juga dengan Fine Needle Aspiration Biopsy
(FNAB). Walaupun sederhana namun aman dan memiliki akurasi
90% lebih. Menurut beberapa data menyatakan bahwa hasil terapi
tidak akan dipengaruhi oleh aspirasijarum.
6) Pemeriksaan Sitologik Aspirasi JarumMandrin
Pada pemeriksaan ini mempunyai kelebihan sederhana dan aman
seperti diagnosis sitologi aspirasi jarum halus,

15
jugaketepatandiagnosishistologik biopsi eksisi, serta dapat dibuat
pemeriksaan imunohistologi yang sesuai. Pemeriksaan ini banyak
dipakai di klinis, khusus pada pada pasien kemoterapineoadjuvan.
7) PemeriksaanBiopsi
Cara biopsi dapat berupa biopsi eksisi atau insisi, tapi pada umumnya
banyak digunakan biopsi eksisi. Di Rumah Sakit yang menyediakan
dapat dilakukan pemeriksaan potong beku saat operasi. Bila tidak ada
perlegkapan itu, untuk kanker payudara yang dapat di operasi tidak
sesuai dilakukan insisi tumor, untuk menghindari penyebaran
iatrogenik tumor. Terhadap kasus stadium lanjut dengan luka ulseratif
boleh dilakukan biopsy jepit.

2.2 Kemoterapi
1. Pengertian
Kemoterapi merupakan suatu pengobatan untuk kanker dengan
menggunakan obat-obatan atau hormone. Kemoterapi dapat di gunakan lebih
effektif baik pada penyakit yang diseminata ataupun yang masih terlokalisir.
Pada awalnya penemuan kemoterapi di anggap sebagai penanganan paliatif
akan tetapi dengan seiringnya zaman dan teknologi yang semakin
berkembang maka kemoterapi dapat digunakan sebagai obat penyembuhan
beberapa jenis penyakit kanker. Penggunaan kemoterapi kombinasi akhir –
akhir ini telah menunjukkan keberhasilan yang substansial, terutama obat-
obatan yang menunjukkan mekanisme yang berbeda masing-masing yang
terdapat pada kombinasi kemoterapi tersebut. Penentuan kemoterapi yang
sesuai dengan penentuan jenis tertentu, serta kombinasi obat yang digunakan
dan juga waktu pemberian obat apakah diberikan sebelum atau sesudah
pembedahan atau bersamaan dengan radioterapi juga jadi penentu untuk ke
efektifan membunuh sel kanker nya (Aziz, M Fariz, Andrijono, 2006).
Kemoterapi adalah cara pengobatan tumor dengan memberikan obat
pembasmi sel kanker (disebut sitostatika) yang diminum ataupun yang
diinfuskan ke pembuluh darah. Jadi, obat kemoterapi menyebar ke seluruh
jaringan tubuh, dapat membasmi sel-sel kanker yang sudah menyebar luas di

16
seluruh tubuh. Karena penyebaran obat kemoterapi luas, maka daya
bunuhnya luas, efek sampingnya biasanya lebih berat dibandingkan dua
modalitas pengobatan terdahulu (Hendry, dkk 2007).
Obat kemoterapi secara umum disebut sitostatika, berefek menghambat
atau membunuh semua sel yang sedang aktif membelah diri.Jadi, sel normal
yang aktif membelah atau berkembang biak juga terkena dampaknya, seperti
sel akar rambut, sel darah, sel selaput lendir mulut,dll.Sel tubuh tersebut
adalah yang paling parah terkena efek samping kemoterapi, sehingga dapat
timbul kebotakan, kurang darah, sariawan, dll (Hendry,dkk 2007).
Oleh karena itu, pemberian obat sitostatik (berupa obat medis ataupun
obat herbal) harus dibawah pengawasan dokter yang berpengalaman untuk
mencegah timbulnya efek samping yang serius, dan bila terjadi efek samping
dapat segera diatasi atau diobati. Agar sel tubuh normal mempunyai
kesempatan untuk memulihkan dirinya, maka pemberian kemoterapi biasanya
harus diberi jedah (selang waktu) 2-3 minggu sebelum dimulai lagi
pemberian kemoterapi berikutnya (Hendry,dkk 2007).
2. Tujuan penggunaan kemoterapi
a. Terapi adjuvant
Kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat sendiri atau bersamaan
dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah
bermetastase.
b. Terapi neodjuvan
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa
tumor, biasanya dikombinasi dengan radioterapi.

17
c. Kemoterapi primer
Kemoterapi yang digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang
kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk
mengontrol gejalanya.
d. Kemoterapi induksi
Kemoterapi yang digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi
berikutnya.
e. Kemoterapi kombinasi
Kemoterapi yang mengunakan 2 atau lebih agen kemoterapi.
(Rasjidi, 2007)
3. Manfaat Kemoterapi
Adapun manfaat kemoterapi adalah sebagai berikut:
a. Pengobatan.
Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis
Kemoterapi atau beberapa jenis Kemoterapi.
b. Kontrol.
Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan
Kanker agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.
c. Mengurangi Gejala
Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan Kanker, maka
Kemoterapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang
timbul pada penderita, seperti meringankan rasa sakit dan memberi
perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran Kanker pada daerah yang
diserang.
Mengingat keterbatasan manfaat kemoterapi, maka digunakan
kombinasi dengan cara pengobatan lain untuk mengambil masing-masing
manfaat, yaitu: Kemoterapi adjuvant, ialah kemoterapi yang diberikan
sesudah operasi. Manfaatnya mengurangi kekambuhan local dan
mengurangi penyebaran yang akan timbul.
Kemoterapi neo adjuvant ialah kemoterapi yang diberikan sebelum
operasi. Manfaatnya adalah mengurangi ukuran tumor sehingga mudah

18
dioperasi. Kemoterapi paliatif diberikan hanya untuk mengurangi
besarnya tumor yang dalam hal ini karena atau lokasinya menggangu
pasien karena nyeri ataupun sulit bernafas. Kemoterapi adalah suatu cara
pengobatan kanker yang sudah teruji, meski pun tidak dapat dihindari
adanya efek samping. Penelitian-penelitian yang professional tentang
kemoterapi dapat dimanfaatkan untuk pengobatan kanker dan
mengeliminasi efek samping yang terjadi.
4. Fungsi kemoterapi
a. Penyakit kanker telah menyebar luas ke organ lain (metastase)
b. Risiko untuk penyakit yang tidak terdeteksi tinggi
c. Tumor tidak dapat direseksi dan resistensi terhadap terapi radiasi
d. Untuk membunuh sel kanker secara selektif
(Aziz, M Fariz, Andrijono, 2006)
5. Macam-macam Kemoterapi
Menurut mekanisme kerjanya, maka obat kemoterapi dapat diklasifikasikan
menjadi:
a. Alkylating Agent
Alkylating memengaruhi molekul DNA, yaitu mengubah struktur
atau fungsinya sehingga tidak dapat berkembang biak. Contoh lain obat
golongan ini adalah busolvon dan cisplatin. Obat ini biasanya digunakan
dengan kasus leukemia, limfoma non-Hodgkin, myeloma multiple dan
melanoma malignan. Efek sampingnya adalah mual; muntah; rambut
rontok; iritasi kandung kemih (sistitis) disertai terdapatnya darah dalam
dalam air kemih; jumlah sel darah put ih, sel darah merah, dan trombosit
menurun; jumlah sperma berkurang (pada pria mungkin terjadi
kemandulan yang menetap) (Indrawati, 2009).
b. Antibiotik
Golongan anti tumor antibiotik umumnya obat yang dihasilkan oleh
suatu mikroorganisme, yang umumnya bersifat sel non spesifik, terutama
berguna untuk tumor yang tumbuh lambat. Mekanisme kerja terutama
dengan jalan menghambat sintesa DNA dan RNA. Yang termasuk

19
golongan ini adalah: Actinomicin D, Mithramicin, Bleomicin, Mitomicyn,
Daunorubicin, Mitoxantron, Doxorubicin, Epirubicin, Idarubicin.
c. Antimetabolit
Antimetabolit adalah zat yang bisa menghambat enzim-enzim yang
diperlukan untuk memproduksi basa yang menjadi bahan penyusun DNA.
Antimetabolit dan juga asam folat dapat mencegah terjadinya pembelahan
pada sel kanker. Contoh dari obat ini antara lain adalah: Methotrexate,
Floxuridine, Plicamycin, Mercaptopurine, Cytarabine dan Flourouracil
(Indrawati, 2009).
Antimetabolit adalah sekumpulan obat yang memengaruhi sintesis
(pembuatan) DNA atau RNA dan mencegah perkembangbiakan sel. Obat
golongan ini menimbulkan efek yang sama dengan alkylating agents.
Efek samping tambahan terjadinya ruam kulit, warna kulit menjadi lebih
gelap (meningkatkan pigmentasi), atau gagal ginjal. Contoh obat ini
adalah methotrexate dan gemcitabine yang digunakan pada kanker
leukimia serta tumor payudara, ovarium dan saluran pencernaan
(Iskandar, 2007).
d. Mitotic Spindle
Golongan obat ini berikatan dengan protein mikrotubuler sehingga
menyebabkan disolusi struktur mitotic spindle pada fase mitosis. Antara
lain: Plakitaxel (Taxol), Vinorelbin, Docetaxel, Vindesine, Vinblastine,
Vincristine.
e. Topoisomerase Inhibitor
Obat ini mengganggu fungsi enzim topoisomerase sehingga
menghambat proses transkripsi dan replikasi. Macam-macamnya antara
lain: Irinotecan, Topotecan, Etoposit.
f. Hormonal
Beberapa hormonal yang dapat digunakan dalam kemoterapi antara
lain: Adrenokortikosteroid (Prednison, Metilprednisolon, Dexametason),
Adrenal inhibitor (Aminoglutethimide, Anastrozole, Letrozole, Mitotane),
Androgen, Antiandrogen, LHRH, Progestin.
g. Cytoprotektive Agents

20
Macam-macamnya antara lain: Amifostin, Dexrazoxan.
h. Monocronal Antibodies
Obat ini memiliki selektifitas relatif untuk jaringan tumor dan
toksisitasnya relatif rendah. Obat ini dapat menyerang sel tertentu secara
langsung, dan dapat pula digabungkan dengan zat radioaktif atau
kemoterapi tertentu. Macam-macamnya antara lain: Rituximab,
Trastuzumab.
i. Hematopoietic Growth Factors
Obat-obat ini sering digunakan dalam kemoterapi tetapi tidak
satupun yang menunjukan peningkatan survival secara nyata. Macam-
macamnya antara lain: Eritropoitin, Coloni stimulating factors (CSFs),
Platelet growth Factors.
6. Mekanisme kerja kemoterapi
Pertumbuhan sel kanker/ gompertz
Dimana proses massa tumor yang makin membesar, maka waktu gandanya
akan semakin panjang. Hal ini disebabkan semakin banyak sel yang
memasuki siklus, yang selanjutnya akan meningkatkan proses metabolisme
akti sehingga sel tersebut menjadi sensitive terhadap pengobatan kemoterapi.
Sel- sel yang beregenerasi secara teratur dan berhenti berkembang saat fase
istirahat atau menahan pertumbuhan disaat kebutuhan sudah tercukupi. Pada
suatu waktu sel-sel tersebut berkembang atau bertumbuh secara tidak teratur
dan mungkin tidak memasuki fase istirahat. Pada umumnya sel-sel yang
membelah secara aktif adalah yang paling sensitive terhadap kemoterapi.

Waktu ganda (doubling time)


Maksunya waktu ganda tumor yaitu dimana waktu yang diperlukan dari suatu
massa tumor untuk mencapai ukuran dua kali lipat. Waktu ganda tumor atau
kanker sangat bervariasi yaitu sebagai berikut waktu ganda pada tumor
embrional atau limfositik yaitu 20-40 hari, Pada adenokarsinoma dan
squamous cell carcinoma sel-sel 50-150 hari. Sel tumor metastatic waktu
gandanya lebih pendek dari induknya. Pertumbuhan sel pada stadium dini
adalah eksponensial, maka pertumbuhan tumor dari satu sel menjadi 1 mm

21
induk mengalami 20 kali waktu ganda. Tumor dengan ukuran 5 mm sudah
mengalami 27 kali waktu penggandaan tumor ukuran 1 cm sudah mengalami
30 kali waktu penggandaan. Ada dua factor yang berhubungan dengan
perkembangan tumor yaitu fraksi pertumbuhan (growth fraction) dan
kematian sel. Fraksi pertumbuhan merupakan jumlah sel dalam masa tumor
dimana secara aktif terlibat dalam proses pertumbuhan. Ada satu massa tumor
hanya sebgaia fraksi kecil dari sel tumor yang berproliferasi cepat, sedangkan
sebagian besar sel-sel tumor barada dalam fase istirahat.
Kinetika sel
Kemoterapi dengan dosis tinggi dan intermitten substansional lebih efektif
dari pada pemberian dengan dosis rendah. Obat-obat kemoterapi membunuh
sel berdasarkan fraksi sel yang konstan bukan jumlah sel yang konstan.
Pembunuhan kemoterapi pertama dapat membunuh 2 sampai 10 log sel. Bila
populasi sel kanker berjumlah 10 pangkat 2 (1 kg tumor)diberikan dosis
tunggal kemoterapi, sebagian besar sel kanker hilang akan tetapi tidak
menghilangkan sel kanker secara tuntas. Oleh sebab itu diperlukan
memberikan kemoterapi ulangan secara intermitten. Konsep kemoterapi
dapat membunuh sel kanker secara logistic (log kill hipotesis) juga
merupakan dasar dari pemberian kemoterapi adjuvant. Setiap sel yang akan
membelah diri akan mengikuti pola replikasi sel yang disebut waktu generasi
(generation time) yang terdiri dari lima fase yaitu :
a. Fase G 1
P ada fase ini akan diproduksi enzim untuk sintesis DNA dan RNA
berlangsung kira-kira 4-24 jam
b. Fase S
Pada fase ini mulai terjadinya sintesis DNA kira-kira 10-20 jam
c. Fase G 2
Pada fase ini terjadinya sintesis RNA dan protein seluler (2-10 jam) dan
setelah fase inin maka sel akan masuk ke fase M.
d. Fase M
Pada fase ini akan terjadi proses miosis dimana satu sel akan membelah
menjadi 2 sel anak 0,5-1 yang selanjutnya akan masuk ke fase G

22
e. Fase G 0
Pada fase ini dimana fase yang sel-sel nya tidak aktif maka akan
dimasukkan ke dalam sel ini yang merupakan proses makro molekuler
relative tidak aktif sehingga sel tersebut tidak sensitive terhadap
kemoterapi.
Kanker tidak akan berkembang cepat daripada jaringan yang normal. Pada
jaringan sel tumor lebih banyak sel yang berada dalam fase aktif dari siklus
sel jika dibandingkan pada jaringan normal. Pada jaringan normal sebagian
besar populasi sel berada pada fase G0 (Black, Joyce M, 2014).
7. Klasifikasikemoterapi
Klasifikasi kemoterapi dapat dibagi atas dua yaitu siklus sel spesifik dan
siklus sel nnonspesifik, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Kemoterapi Fase Spesifik
No Fase Obat Obat Bekerja Tipe Obat
Bekerja
1 G1 Produk Alami Enzim Asparaginase
Hormon Kortikosteroid
2 S Antimetabolite Pirimidin analog Sitarabin
Analog asam folat 5 FU
Analog purin MTX
Tioperazin
Hidrourea
3 G2 Produk Alami Antibiotic Bleomicin
Topoisomerik Etopoksid
4 M Produk Alami Mitotis Vinkristin
Vinblastine

Tabel klasifikasi obat sitostatik


No Klasifikasi Tipe Obat
1 Alkylating atgent Alkil sulfonat Busulfan
Treosulfan

Etilenimin
Nitrosourea Karmustin

23
Lomustin
Klorambusil
Siklofosfamid
2 Antimetabolite Analog asam folat Metotreksate
Analog purin 6 merkapto purin
Analog pirimidin 5 fluoro urasil
3 Alkaloid vinca Derivate podofilin Etoposid
Teniposid

Taksan Dosetaksel
Paklitaksel

Alkaloid vinca Vinkristin


Vinblastine
4 Antibiotika Antrasiklin Doorubisin
Epirubisin
Mitoksantron
Lain – lain Bleomisin
Mitomisin
Dektinomisin D
5 Sitostatika lain Derivate platinum Sisplatin
Karboplatin
Derivate kamtotesin Irinotesan
Topotesan
(Black, Joyce M, 2014)
8. Spesifitas kemoterapi terhadap fase dan siklus sel
Kemoterapi dapat digolongkan berdasarkan mekanisme kerja obat pada siklus
sel atau pada fase tertentu dari sel.
a. Obat kemoterapi fase spesifik (Phase Spesific Drug)
Golongan obat yang sangat aktif sel yang berasal dari fase tertentu dari
siklus sel. Sifat –sifat nya terdapat limitasi daya bunuh obat pada satu kali
pemberian. Hal ini disebabkan karena obat harus bekerja pada salah satu
fase siklus sel saja, peningkatan dosis tidak akan meningkatan proporsi

24
sel yang terbunuh. Sel –sel yang terbunuh akan meningkat jika dilakukan
pemberian obat dalam waktu yang panjang atau diberikan berulang untuk
meningkatkan populasi sel masuk ke fase tertentu tempat obat-obat
tersebut aktif bekerja.
b. Obat kemoterapi spesifik siklus sel (cell cycle specific drug)
Obat – obat golongan ini aktif bekerja pada sel yang aktif dalam siklus
sel, akan tetapi tidak bekerja pada salah satu fase yang spesifik. Golongan
ini yaitu golongan alkali, antibiotic antitumor.
c. Obat-obat nonspesifik sel (cell cycle non specific)
Obat ini bekerja efektif pada setiap sel tidak bergantung pada siklus
tempat sel tersebut berada. Obat ini bekerja pada sel-sel yang berada pada
fase G 0. (Black, Joyce M, 2014)
9. Terapi kombinasi
Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki laju respond an memperbaiki daya
tahan hidup. Efektivitas kemoterapi kombinasi meningkat karena mencegah
timbulnya klon yang resisten. Efek sitolitik akan meningkat akibat dari
menggabungan obat, penggabungan obat siklus spesifik sel dan siklus
nonspesifik sehingga dapat membunuh sel baik yang berada dalam
pembelahan maupun sel dalam fase inaktif. Kombinasi obat akan
menimbulkan peningkatan aktivitas secara biokimiawi.
Prinsip pemilihan kemoterapi kombinasi :
a. Obat- obat yang dipilih adalah obat yang aktif secara individu
b. Obat tersebut harus mempunyai toksisitas yang berbeda
c. Kombinasi obat hendaknya rasional secara biokimiawi
Penilaian yang harus dilakukan sebelum kemoterapi dilakukan pada pasien
kanker adalah sebagai berikut :
a. Menegakkan diagnosis
b. Sebelum kemoterapi dilakukan pasien harus terdiagnosa penyakit kanker
nya secara hispatologi atau sitologi yang konsisten dengan diagnosis
klinis
c. Telah ditentukan stadiumnya pada kanker yang diderita pasien
d. Telah ditetapkannya status penampilan pasien

25
Status pasien atau performance status dilakukan bertujuan untuk
merefleksikan tingkat efektivitas pasien dan seberapa jauh penyakit kanker
berdampak pada pasien dan juga merupakan salah satu indicator prognosis
bagaimana pengaruh obat-obatan terhadap keadaan umum pasien.
Macam- macam status penampilan :
a. Karnofsky
Terdiri dari sepuluh tingkatan aktivitas, keuntungan variasi cukup besar,
dan kerugian sukar untuk diingat. Dapat dilihat indeks status penampilan
dalam tabel berikut ini :

No Kemampuan fungsional Skor Tingkat kemampuan


1 Mampu melakukan 100 Normal
aktivitas yang normal Tidak ada keluhan
tanpa memerlukan Tidak ada keluhan
bantuan Tidak ada kelainan klinis
90 Dapat melakukan aktivitas yang
normal
80 Secara klinis penyakit ringan
Aktivitas normal dengan sedikit
hambatan
Gejala klinis penyakit (+)
2 Tidak dapat bekerja, 70 Bisa mengurus diri sendiri
dapat melakukan aktivitas Aktivitas normal menurun
sehari-hari, dapat Kemampuan kerja secara aktif
mengurus diri sendiri menurun
akan tetapi perlu bantuan 60
Perlu bantuan orang lain untuk
50 sebagian besara keperluan dirinya
Memerlukan bantuan & bantuan
medis

26
3 Tidak dapat mengurus 40 Memerlukan perawatan medis
diri sendiri sehingga 30 Sakit berat, perlu perawatan rumah
butuh perawatan 20 sakit
Sangat sakit, sehingga butuh
10 perawatan rumah sakit
0 Mendekati proses kematian
meninggal

27
b. Eastern cooperation oncology group (ECOG)
Tabel status penampilan ECOG
Grade Tingkat aktivitas
0 Aktivitas yang dilakukan penuh, dapat melakukan aktivitas tanpa
pertolongan (karnovsky 90-100)
1 Aktivitas yang dilakukan terbatas, dapat melakukan pekerjaan ringan
(karnovsky 70-80)
2 Dapat mengurus diri sendiri, akan tetapi tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan, 50 % di atas tempat tidur karnovsky 50-60)
3 Dapat mengurus diri sendiri secara terbatas, lebih dari 50 % berada
diatas tempat tidur
4 Tidak berdaya secara penuh, tidak dapat mengurus diri sendiri, total
diatas tempat tidur (karnovsky 10-20)
(Black, Joyce M, 2014)
10. Dosis dan Cara Pemberian Obat Kemoterapi
Dosis obat kemoterapi
Dihitung berdasar Luas Permukaan Tubuh (LPB). Sedangkan LPB dihitung
dengan table berdasarkan tinggi badan dan berat badan. Apabila tubuh pasien
makin kurus selama pemberian kemoterapi seri I dan II maka untuk
pemberian seri selanjutnya harus diukur lagi LPB-nya, mis: BB = 56 kg, TB
= 150 cm, LPT = 1,5m2. Dosis obat X : 50 mg/m2, berarti penderita harus
mendapat obat 50 x 1,5 mg = 75 mg.
Cara pemberian obat kemoterapi
a. Intra vena (IV)
Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV
pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit,
atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya
lebih akurat tetesannya.

28
b. Intra tekal (IT)
Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor
dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C.
c. Radiosensitizer
Yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi, tujuannya untuk
memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara lain
Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.
d. Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®,
Myleran®, Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®,
Gleevec®.
e. Subkutan dan intramuskular
Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-
Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis.
Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian
Bleomycin.
f. Topikal
g. Intra arterial
h. Intracavity
i. Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang
banyak pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin.
Pemberian intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk
memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura atau untuk mengehntikan
produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak, contohnya Bleocin.
11. Efeksamping kemoterapi atau toksisitas
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam mempengaruhi efek samping
kemoterapi adalah jenis obat yang di pakai, dosis obat, jadwal pemberian
obat, cara pemberian obat dan factor predisposisi.
Toksisitas umum obat-obatan kemoterapi
a. Mielosupresi

29
b. Mual muntah
c. Ulserasi membrane mukosa
d. Alopesi
Toksisitas selektif
Beberapa obat kemoterapi yang mempunyai efek samping yang spesifik
contohnya :
a. Vinca alkaloid : menimbulkan neurotoksik
b. Ifosfamid dan siklofosfamid : sistitis hemorajik
c. Antrasiklin : kardiomiopatik
d. Bleomisin : fibrosis fulmonalis
e. Asparagine : reaksi anafilaksik
f. Sisplatin : renotoksik
Pengenalan dan penilaian toksisitas
a. Setiap tenaga medis yang memberikan obat kemoterapi haruslah
mengenal efek samping dari obat yang diberikannya dan dapat mengatasi
keadaan dari efek samping kemoterapi yang berat.
b. Dikembangkannya gradiasi tingkat toksisitas dari NCI (National Cancer
Institute)
Toksisitas hematologi
Supresi pada sumsum tulang akan menimbulkan infeksi dan perdarahan yang
berat dan ringannya tergantung pada keadaan umum pasien, lamanya depresi
sumsum tulang dan keadaan klinis penyakit.
Modifikasi dosis untuk toksisitas nonhematologi
a. ±dosis kecuali toksisitas grade 3-4
b. Pada pasien tangan toksisitas grade 3-4 diberikan 25-50% dosisnya
c. Toksisitas hepar, renal yang lebih dari 48 jam, dosis dimodifikasi jadi 35
– 50 %
(Black, Joyce M, 2014)

12. Ekstravisasi
Yaitu keluarnya obat vesikan (obat yang dapat menimbulkan destruksi
jaringan) atau iritan ke jaringan subkutan yang berakibat timbulnya rasa

30
nyeri, kematian pada jaringan dan ulserasi jaringan. Insiden ekstravasasi
terjadi sekitar ± 6 % walaupun dilakukan oleh tenaga yang terampil.
Tanda – tanda ekstravasasi
a. Adanya rembesan cairan yang keluar dari tempat masuknya jarum
b. Tetesan tersebut melambat atau berhenti
c. Terjadinya pembengkakan pada tempat infus
d. Adanya eritema dan infeksi
e. Adanya rasa nyeri, rasa panas dan rasa sakit
f. Daerah kemerahan sekitar jarum
Pemilahan lokasi pemberian obat intra vena
a. Memilih vena yang tampak jelas, ukuran besar, potensi kerusakan
jaringan sekitar seminimal mungkin
b. Memilih lokasi insisi/ jalan infus secara berurutan yaitu antekubiti,
dorsum manus, fosa kubiti
c. Hindari memilih lokasi yang dekat sendi, syaraf yang vital dan tendon
d. Hindari daerah bekas infus sebelumnya, ekstremitas sirkulasinya yang
jelek (bengkak), daerah bekas radiasi, penususkan yang berulang – ulang.
e. Penusukan dilakukan dari daerah yang distal jika gagal lanjutkan daerah
proksimal
f. Jarum haruslah di fiksasi dengan baik
g. Gunakan jalur infus yang lancar, perhatikan adanya refluks darah pada
saat aspirasi
h. Pada saat penyuntikan melalui selang infus, cairan infus tetap menetes
i. Pemberian obat-obatan vesikan harus dalam dosis yang tepat dan waktu
pemberian yang cepat. Makin lama pemberian vesikan maka makin besar
kemungkinan terjadinya ekstravasasi.
j. Selalu menanyakan keadaan atau keluhan pasien
k. Periksa refluk darah secara berkala/ penghentian pemberian obat harus
dilakukan spoel dengan minimal 10 cc cairan untuk mencegah aliran balik
obat kemoterapi pada waktu mencabut jarum
l. Hentikan infus atau pemberian obat bila dicurigai terjadinya ekstravasasi
(Black, Joyce M, 2014)

31
Indikasi dan kontra indikasi pemberian kemoterapi
a. Indikasi kemoterapi
MenurutBrule, cs (WHO, 1973), ada 7 indikasi pemberiankemoterapi
yaitu:
1) Untuk menyembuhkan kanker
Hanya beberapa jenis kanker yang dapat disembuhkan oleh
kemoterapi, seperti: akut lomfloblastik leukemia, Burkitt limfoma,
Wilm tumor pada anak-anak, choriokarsinoma.
2) Memperpanjang hidup dan remisi
Kanker yang sensitive terhadap kemoterapi dan walaupun penyakit
progresif, seperti: akut myeloblatik leukemia, limfoma maligna
stadium III atau Iv, myeloma, metastase melanoma maligna atau
kakner mamma, kolon, ovarium, testis.
3) Memperpanjang interval bebas kanker
Walaupun kanker keliatan masih local setelah operasi atau
radioterapu, sepert: limfoma stadium II, melanoma maligna kanker
mamma, kolon, ovarium. Pengobatan perlu waktu cukup lama dan
dosis tinggi dengan interval yang panjang untuk memberikan
kesempatan jarinan normal pulih diantara pengobatan.
4) Menghentikan progresi kanker
Progresi penyakit ditunjukkan secara subjektif, seperti anoreksia,
penurunan berat badan, nyeri tulang, dsb, atau terdapat kelainan
objektif seperti penurunan fungsi-fungsi organ dapat diberikan
sitistatika, asalkn kemungkinan berhasil 25% atau lebih. Misalnya
pada matastase kanker mamma, kolom, dsb.
5) Paliasi symptom
Pada kanker yang terdapat pada tempat-tempat yang tidak cocok
untuk radiasi, dapat diberikan sitostatika walaupun obat itu tidak
memberi respons yang baik sebagai terapi sistemik. Misalnya dapat
diberikan instalasi sitostatika intrapleural, injeksi intratumoral dengan
thiotepa, dsb.
6) Mengecilkan volume kanker

32
Mengecilkan tumor pra-bedah atau pra-radioterapi seperti pemberian
bleomycin untuk kanker mulut, saluran napas bagianatas atau
pemberian alkylator dengan kombinasinya pada limfoma stadium II.
7) Menghilangkan gejala para neoplasma
Pada metastase kanker yang memberikan sindroma para neoplasma.
misalnya pemberian kortikosteroid pada anemia hemolitik,
fibrinolisis, dermatomyositis, neuropathi perifir, degenerasi cerebelair,
pemberian androgen pada kaheksia, anoreksia atau pemberian
mithramycin pada
hiperkalsemia.
b. Kontra indikasi kemoterapi
1) Kontra indikasi absolut
a) Penyakit stadium terminal
b) Hamil trimester pertama, kecuali akan digugurkan
c) Septicemia
d) Koma.
2) Kontra indikasi relative
a) Usia lanjut.
Terutama untuk tumor yang tumbuhnya lambat dan sensitivitasnya
rendah.
b) Status penampilan yang sangat jelek
c) Ada gangguan fungsi organ vital yang berat seperti: hati, ginjal,
jantung, sumsum tulang dsb.
d) Dementia
e) Penderita tidak dapat mengunjungi klinik secara teratur
f) Tidak ada kooperasi dari penderita
g) Tumer resistens terhadap obat
h) Tidak ada fasilitas penunjang yang memadai
i) Dsb.
c. Pemantauan kemoterapi
Obat-obat anti-kanker sangat toksis, karena itu pada pemberian
khemoterapi perlu dikerjakan pemantauan toksisitasnya. Sebelum

33
memberikan khemoterapi terlebih dulu harus diketahui dengan baik
bagaimana status penderita sebagai data dasar:
1) Fisik penderita, terutama status penampilan dan toksisitas
2) Radiologi, terutama keadaan parunya
3) Laboratorium, terutama hemoglobin, leukosit dan thrombosit.
d. Toktosisitad kemoterapi
Toksisitas khemoterapi perlu dipantau untuk menghindari komplikasi
yang latal. Kalau timbul toksisitas dosis obat-obat yang diberikan perlu
disesuaikan dan kalau perlu dihentikan untuk sementara sampai toksisitas
dapat diatasi. Sebelum memberikan khemoterapi perlu diperiksa darah,
fungsi hati, fungsi ginjal, dsb. Untuk darah pemberian dosis protokol
sebaiknya diberikan bila hemoglobin 210 mg%, Leukosit 2 4.000 per mm
dan thrombosit > 100.000 per mm3.
e. Komplikasi kemoterapi
1) segera
a) Shock
b) Arrhtytmia
c) Nyeri pada tempat suntikan
d) Dsb

34
2) Dini
a) Mual/muntah
b) Panas
c) Panas, reaksi hipersensitif
d) dsb
3) Lambat (beberapa hari)
a) Stomatitis
b) Diarrhea
c) Alpecia
d) Depresi sumsum tulang, terjadi:
(1) Setelah 1-3 minggu: sebagian besar obat anti-kanker
(2) Setelah 4-6 minggu: nitrosourea
4) Lambat (beberapa bulan)
a) Hiperpigmentasi kulit
b) Lesi organ
(1) Andriamycin: hati
(2) Bleomycin, Bulsufan: paru
(3) Methotrexate: hati
c) Gangguan kapsitas reproduksi
(1) Amenorhoea
(2) Penurunan konsentrasi sperma
d) Gangguan endokrin
(1) Ferminisasi
(2) Varilisasi
e) Efek karsinogen

35
ASUHAN KEPERAWATAN MODEL SEFL CARE OREM PADA NY.R
DENGAN CA MAMAE

A. Diagnostic Operation (Pengkajian)


Identitas Pasien

Nama : Ny. R No Reg. :


Tanggal Masuk RS : Diagnosa Medis : Ca Mamae
Alamat : Padang Tanggal Pengkajian :

Basic Conditioning Factor


Usia Jenis Kelamin :
Status Kesehatan : Pola Hidup :
 Keluhan Utama  Diet
Klien mengeluh benjolan di payudara Klien mengatakan tidak nafsu makan
kiri sejak 3 bulan yang lalu, awal dan hanya menghabiskan ¼ porsi
benjolan tampak kecil namun semakin klien setiap makanan.
lama semakin membesar dan terasa  Aktivitas :
keras. klien mengatakan benjolan terasa Klien mampu melakukan aktivitas
nyeri sekali ketika tersentuh. Klien sendiri
merasa cemas dengan keadaan penyakit
nya sekarang yang semakin memburuk.  Gaya hidup yang negative
terhadap kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang Klien mengatakan gemar
mengkonsumsi makanan berlemak,
Awal mulanya pada bulan November
bumbu penyedap masakan dan
2019 pasien merasakan ada benjolan
sebelum sakit terkadang suka
pada payudara sebelah kiri, kemudian
mengkonsumsi mie instan.
pasien berobat ke rumah sakit,
dilakukan pemeriksaan jaringan pada Sistem Keluarga
benjolan. Pada tanggal 24-02-2020 di Klien tinggal dengan anak- anak
klien dan dirumah sakit klien
diagnosa ca mammae of NST grade II,
ditemani oleh anak perempuan dan
LVI (-) berdasarkan hasil PA. Saat ini kakak perempuan klien.
pasien rutin menjalani kemoterapi.
 Riwayat Kesehatan Dahulu Sosial Budaya :
Klien tamat SD. Klien seorang ibu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit rumah tangga yang mempunyai 3
hipertensi, diabetes mellitus,dan orang anak perempuan. Klien

36
penyakit jantung.Pasien mengatakan mempunyai suku minang kabau.
sebelumnya tidak ada keluhan Agama klien islam. Klien melakukan
ibadah diatas tempat tidur. Sholat 5
benjolan seperti tumor, pasien
waktu slalu dilakukan klien diatas
mengatakan sehat sehat saja. tempat tidur dan dibantu oleh anak
perempuan klien.

 Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien menyangkal,tidak ada keluarga
yang menderita ca mammae.
Sistem Pelayanan Kesehatan : Ketersediaan sumber daya
Pelayanan Kesehatan Terdekat : Koping saat ada masalah :
Klien mengatakan jika sakit selalu segera Klien mengatakan sakit kanker yang
berobat kepelayanan kesehatan tempat klien diderita sekarang pemberian tuhan
tinggal. dan tuhan juga lah nanti yang akan
 Kebiasaan Saat Sakit : menyembuhkannya. Klien
Anak klien mengatakan setelah mengetahui mengatakan akan berobat sampai
ibunya ada benjolan didaerah payudara klien sembuh. Klien mengatakan
sebelah kiri segera dibawa berobat kerumah sedih dan khawatir melihat anak klien
sakit M. Djamil padang. harus merawat dan menjaga klien.
Oleh sebab itu klien mengatakan
harus bisa sembuh dan pulang
kerumah dan berkumpul dengan
anak- anak dan keluarga klien.

Status Perkembangan : Lingkungan :


Klien mengatakan sejak menderita kanker  Kondisi rumah
payudara, klien masih dapat beraktivitas Klien mengatakan di padang klien
seperti biasa. tinggal di rumahnya sendiri. Rumah
klien dekat dengan rumah sakit.
 Kondisi sekitar rumah
Klien mengatakan rumah klien
sangat rapat dan berdekatan dengan
tetangganya.

Universal Self Care Requsites (USCR)


Udara
 Keluhan Pemeriksaan radiologi tanggal 12-
03-2020
Klien mengatakan nafas klien tidak sesak.
Kesimpulan: tak tampak kelainan
Klien tidak menggunakan nafas cuping

37
hidung. Tidak ada menggunakan otot radiologis pada radiografi thorax.
dinding dada. Pernafasan klien normal.
Klien mengatakan nyeri saat batuk.
 Tanda – tanda Vital :
TD : 130/90.mmHg

Nadi : 88 x/menit

Suhu : 360C

RR : 20 x/menit

Pemeriksaan fisik
Jantung klien dalam batas normal. Bunyi
jantung klien normal dan tidak ada bunyi
suara jantung tambahan.

Cairan
 Keluhan  Pemeriksaan Laboratorium
Turgor kulit baik. Tanggal Pemeriksaan :
……….
(tambahannya deks?) Hb: 10.6 g/dl (12.0-14.0)
Leukosit : 60.25 mm3 (5.0-10)
Trombosit: 409mm3 (150-400)

 Terapi Medis

-
Nutrisi
 Keluhan :  Pemeriksaan Laboratorium
Klien mengatakan tidak nafsu makan. Tanggal Pemeriksaan
Klien hanya menghabiskan ¼ porsi diit. Kimia Klinik
Klien mengatakan tidak menyukai HB : 10,6g/dl (12.0-14.0)
makanan rumah sakit. Klien mengatakan  Pemeriksaan Diagnostik :
kadang-kadang terasa mual.
BB :55 kg, TB : 160 cm, IMT : 21.5 Terapi Medis :
- Ranitidin
- Ondansentron
-Dexamethason

Eliminasi
Klien mengatakan BAK dan BAB tidak ada  Hasil Pemeriksaan Laboratorium

38
keluhan. Tanggal Pemeriksaan………….
Fungsi Ginjal
Ureum: ( 20 – 40)
Kreatinin: (0,6 – 1,5)
Natrium:
Kalsium:
Klorida:

 Terapi Medis
-

Keluhan :  Kemampuan Ekstremitas :


Klien mengatakan mampu melakukan Kekuatan otot
aktivitas sendiri.
5555 5555

5555 5555

Fungsi Sosial Promosi dan Keinginan Kesehatan


kearah Normal
 Keluhan :  Keluhan :
Klien sangat kooperatif pada tenaga Klien dan keluarga klien mengatakan
kesehatan. Klien mampu komunikasi akan berobat sampai klien sembuh.
dengan baik.

Development Self Care Requisites (DSCR)


Pemeliharaan Pengembangan Pencegahan/Manajemen Kondisi
Lingkungan Yang Mengancam Perkembangan
Normal
 Perkembangan melakukan perawatan diri  Perasaan saat sakit sekarang :
: Klien mampu melakukan kebutuhan Klien cemas akan penyakit yang
dasar klien sendiri. dideritanya saat ini. Benjolan pada
(ini aneh nggk ya?) payudara kiri makin lama makin
membesar.
Health Deviation Self Care Requisites (HDSCR)
Kepatuhan Dalam Mengikuti Proses Kesadaran Tentang Masalah
Pengobatan Kesehatan
Klien mengatakan akan mengikuti semua Klien mengatakan gemar

39
saran yang diberikan oleh dokter mengkonsumsi santan, bumbu
kepadanya. Demi kesembuhan klien juga. penyedap masakan, makanan
berlemak dan sebelum sakit
terkadang suka mengkonsumsi mie
instan, dan setelah didiagnosa ca
mamae klien menjaga pola
makannya.

Memodifikasi Gambaran Diri Terhadap Modifikasi Gaya Hidup Untuk


Perubahan Status Kesehatan. Beradaptasi
Klien mengatakan saat ini klien sudah tua. Klien mengatakan saat ini tidak
Jadi tidak terlalu malu jika payudara menyukai makanan santan,makanan
kirinya diangkat. Klien mengatakan asal instan dan berlemak. Klien lebih
bisa sembuh, akan melakukan apapun. banyak makan sayur dan buah-
buahan.

B. Design Nursing System

Analisa Data
N Data Etiologi Masalah
o
1. DataSubjektif Terbentuknya Nyeri Kronik
 Klien mengatakan nyeri skala 3 massa tumor
pada area payudara

40
 Klien mengatakan nyeri menetap,
terkadang nyeri terasa sangat hebat Menekan sel
jika ada tekanan. saraf
 Klienmengatakancepatletihkarenan
yeri yangterusdirasakannya.
 Klien mengatakan pola tidurnya Sensitisasi ujung
terganggu akibat nyeri saraf nyeri
yangdirasakan.
 Pengkajiannyeri
P:Nyeriterasa jika ada tekanan, Nyeri terus
tersenggol atau tersentuh
Q:Nyeriterasacukup kuat
R:nyeridirasakandiareapayudara
kiri menerus

S:nyeriberadapadaskala3 Nyeri kronik

T:nyeriterus menerus
DataObjektif
 Wajah klien terlihat menahan
nyeri dan meringis.
 Terdapat perubahan kemampuan
untuk melakukan aktivitas sehari-
hari akibat nyeri.
 Perubahan pola tidur akibat nyeri
yang dirasakan
 TTV :
TD : 130/90 mmHg
Suhu : 36oC
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i

2. Data Subjektif: Kanker Payudara Nutrisikurangda

41
 Klien mengatakan perubahan ri
sensasi rasa,sering mual dan kebutuhan
muntah setelah menjalani Terapi: agen tubuh
kemoterapi,kurang selera kemoterapi
makan,setelah muntah
Bekerjapadabagi
Data Objektif: an atas
 TTV : salurancerna
TD : 130/90 mmHg
Suhu : 36oC Merangsang
HR : 80 x/i kemoreseptor di
RR : 20 x/i chemoreseptor
 Tidak tertarik untuk makan, trigger zone
kurang minatpadamakanan,
tonusototlemah,mukosa mulut Memicu mual
kering. dan muntah

Nafsu makan
berkurang
3. Data subjektif Ukuran mammae Anxietas
 Klien mengatakan kanker di abnormal
payudara semakin membesar, nyeri
terus menerus.
 Klien mengatakan semakin cemas Mammae
dengan keadaan nya sekarang asimetrik

Data objektif :
 Klien tampak termenung
Tindakan
 Klien tampak cemas memikirkan
kemoterapi
penyakitnya

42
43
Intervensi keperawatan

DIAGNOSA NURSING DIAGNOSES (NANDA) NURSING OUTCOMES CLASSIFICATION (NOC)


Nyeri Kronis
a. Tingkat Kenyamanan (Comfort a. Manajemen Nyeri (Paint Management)
Nyeri yang berlangsung
Level)
selama enam bulan atau 1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
lebih, meskipun enam Indikator : termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
bulan merupakan suatu kualitas dan faktor presipitasi
1) Nyeri berkurang
periode yang dapat 2) Observasi reaksi nonverbal pasien dari
2) Kecemasan berkurang
berubah untuk ketidaknyamanan
3) Stres berkurang
membadakan nyeri akut 3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
dan nyeri kronis. 4) Ketakutan berkurang mengetahui pengalaman nyeri pasien
4) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Batasan karakteristik : b. Kontrol Nyeri (Pain Control) 5) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
a. Perubahan tekanan Indikator : 6) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
darah tentang ketidakefektifan konrol nyeri masa
b. Perubahan frekuensi 1) Mampu mengontrol nyeri, (tahu lampau
jantung penyebab nyeri, mampu 7) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
c. Melaporkan nyeri menggunakan teknik menemukan dukungan
secara verbal nonfarmakologis untuk 8) Kontrol lingkungan yng dapat mempengaruhi
mengurangi nyeri, mancari nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan
d. Mengekspresikan bantuan) kebisingan
perilaku gelisah, 2) Melaporkan bahwa nyeri 9) Kurangi faktor presipitasi nyeri
merengek, meringis berkurang dengan menggunakan 10) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
manajemen nyeri nonfarmakologi, dan interpersonal)
e. Gangguan tidur
3) Mampu mengenali nyeri, (skala, 11) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
laporan isyarat nyeri
intensitas, frekuensi, dan tanda intervensi
nyeri) 12) Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
4) Menyatakan rasa nyamanstelah

44
nyeri berkurang 13) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
5) Tanda-tanda vital dalam batas
15) Tingkatkan istirahat
normal
16) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan
c. Paint Level tindakan nyeri tidak berhasil
Indikator :
1) Mealporkan nyeri berkurang
2) Melaporkan lamanya nyeri
b. Pemberian Analgetik
dirasakan
3) Tidak mengerang 1) Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas dan
4) Ekspresi wajah releks tingkat keparahan sebelum mengobati pasien
5) Pasien tidak mondar-mandir 2) Periksa perintah medis untuk obat, dosis,
6) Respiration rate dalam rentang frekuensi yang ditentukan analgesik
normal 3) Periksa alergi obat
4) Evaluasi kemampuan pasien untuk berpartisipasi
7) Blood pressure dalam rentang
dalam pemilihan anlgesik, rute, dan dosis, serta
normal
melibatkan pasien
5) Pilih analgesik sesuai atau kombinasi dari
analgesik ketika lebih dari satu yang diresepkan
d. Vital signs
Indikator : 6) Tentukan pilihan analgesik, berdasarkan jenis dan
1) Denyut jantung apikal dalam severity rasa sakit
rentang normal
7) Pantau tanda-tanda vital sebelum dan setelah
2) Irama denyut jantung dalam
pemberian analgesik narcotok diatas dosis
rentang normal
3) Denyut nadi radial dalam rentang 8) Fasilitasi respon pasien terhadap analgesik
normal
4) Tekanan Systole dan Diastole 9) Informasikan kepada pasien terkait efek samping
dalam rentang normal dari analgesik

45
10) Evaluasi efektifitas analgesik pada interval yang
sering dan teratur setelah pemberian masing-
masing, terutama setelah dosis awal
c. Monitoring Tanda-Tanda Vital
1) Monitor tekana darah, nadi, suhu, dan status
pernafasan sesuai anjuran
2) Catat fluktuasi tekanan darah pasien
3) Monitor tekanan darah setelah pasien memperoleh
pengobatan
4) Monitor tanda dan gejala hipotermia dan
hipertermia yang dilaporkan
5) Monitor kualitas dan kuantitas denyut nadi
6) Monitor denyut janung
7) Monitor pernafasan
8) Monitor suara nafas
9) Monitor pola nafas abnormal
10) Monitor warna, suhu, kelembapan kulit
11) Identifikasi penyebab-penyebab kemungkinan
adanya perubahan tanda-tanda vital
d. Peningkatan Tidur
1) Tentukan pola aktifitas/ tidur pasien
2) Tentukan efek pengobatan pasien terhadap pola
tidur pasien
3) Monitor/catat pola tidur, jumlah waktu tidur
pasien
4) Monitoring pola tidur, dan catat tanda fisik yang

46
dapat mengganggu tidur
5) Bantu untuk mengurangi situasi yang bisa
membuat pasien stress sebelum tidur
6) Diskusikan dengan pasien dan keluarga terkait
teknik meningkatkan kualitas tidur
7) Sediakan pamflet dengan informasi tentang teknik
peningkatan tidur.

Defisit Nutrisi
a. Status Nutrisi a. Nutrition Management
Asupan nutrisi tidak
cukup untuk memenuhi Indikator : 1) Tentukan status nutrisi pasien dan kemampuan
kebutuhan metabolik pasien dalam memenuhi kebutuhan tersebut
1) Intake nutrisi dalam rentang
tubuh. 2) Tentukan kecenderungan pemilhan makanan
normal
pasien / identifikasi makanan yang mebuat pasien
2) Intake makanan dalam rentang
alergi dan intoleran
normal
Batasan Karakteristik : 3) Ajarkan pasien atau keluarga terkait nutrisi
3) Intake minuman dalam rentang
4) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
a. Berat badan 20% atau normal
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
lebih di bawah rentang
4) Rasio BB/TB dalam rentang pasien
berat badan ideal
normal 5) Ajarkan pasien atau keluarga terkait kebutuhan
b. Bising usus hiperaktif
diit berdasarkanumur atau perkembangan meliputi
c. Membran mukosa b. Status Nutrisi: Hasil Labor Biokimia
: kalsium, protein, cairan, dan kalori.
pucat
Indikator : 6) Monitor intake diet dan kalori pasien
d. Kerapuhan kapiler
1) Serum albumin dalam rentang 7) Monitor peningkatan dan penurunan berat badan
normal pasien
2) Hematokrit dalam rentang normal b. Nutrition Therapy
3) Hemoglobin dalam rentang normal

47
4) Glukosa darah 1) Lengkapi pengkajian nutrisi sesuai anjuran
2) Tentukan dan kolaborasikan dengan ahli gizi
5) BUN dalam rentang normal
terkait jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
3) Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan
tinggi kalsium
4) Monitor hasil labor berkaitan dengan status nutrisi
pasien.
5) Berikan pada pasien atau keluarga catatn contoh
diit yang ditentukan.
c. Nausea Management
1. Ajarkan pasien untuk memonitor pengalaman
mualnya
2. Ajarkan pasien untuk mempelajari strategi-strategi
untuk mengatur mualnya
3. Lakukan pengkajian lengkap terkait mual,
meliputi frekuensi, durasi, dan faktor presipitasi.
4. Evaluasi pengalaman-pengalaman mual pasien
sebelumnya
5. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan mual
pasien sebelumnya
6. Berikan terapi anti emetik yang diberikan untuk
menghindari terjadinya mual
7. Ajarkan teknik-teknik nonfarmakologi, seperti
relaksasi, terpi musik, distraksi, acupressure untuk
mengatur mual yang dirasakan oleh pasien

48
d. Nutrition Monitoring
1) Timbang berat badan pasien
2) Pantau perkembangan BMI pasien
3) Monitor penurunan dan peningkatan berat
badanpasien
4) Identifikasi perubahan berat badan yang terjadi
baru-baru ini pada pasien
5) Monitor turgor kulir pasien
6) Monitor mual dan muntah
7) Monitor intake diit dan kalori pasien
8) Identifikasi perubahan nafsu makan dn aktifitas
pasien
9) Monitor kepucatan, kemerahan, kekeringan
jaringan mukosa
10) Monitor hasil labor (meliputi : serum albumin,
hemoglobin, hematokrit, elektrolit).
e. Nutrition Counseling
1) Bina hubungan terapeutik berdasarkan
kepercayaan dan respek pada pasien
2) Tentukan intake makanan dan kebiasaan makan
pasien
3) Berkolaborasi dengan pasien dalam menentukan
tujuan realistis jangka pendek dan jangka panjang
untuk perubahan dalam status nutrisi
4) Sediakan informasi tentang kebutuhan kesehatan
untuk modifikasi diit : penurunan berat badan,
peningkatan berat badan, kekurangan cairan
5) Diskusikan dengan pasien terkait kelompok dasar

49
makanan yang dibutuhkan dalam modifikasi diit
6) Bantu pasien untuk mencatat kebiasaan makannya
tiap 24 jam
Anisietas
a. Tingkat Ansietas (Anxiety Level) a. Reduksi Ansietas
Kondisi emosi dan
pengalaman subjektif Indikator : 1) Identifikasi saat ansietas berubah (mis, kondisi,
individu terhadap objek waktu, stressor)
1) Kebingungan secara verbal
yang tidak jelas dan 2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
berkurang
3) Monitor tanda tanda ansietas (verbal dan
spesifik akibat antisipasi 2) Khawatir secara verbal berkurang
nonverbal)
bahaya yang 3) Perilaku gelisah berkurang
4) Ciptakan suasana therapiutik untuk menumbuhkan
memungkinkan individu 4) Perilaku tegang berkurang kepercayaan
melakukan tindakan 5) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
b. Kontrol Diri (Self Control)
untuk menghadapi memungkinkan
ancaman Indikator : 6) Pahami situasi yang membuat ansietas
7) Dengarkan dengan penuh perhatian
Batasan karakteristik : 1) Mampu mengontrol perilaku, 8) Gunakan pendekatan yang tenang dang
(menyerang, mengumpat, melukai meyakinkan
a. Krisis situasional diri/ orang lain, merusak 9) Tempatkan barang pribadi yang memberikan
b. Kebutuhan tidak lingkungan, agresif/amuk) kenyamanan
terpenuhi 2) Tidak ada ancaman pada orang 10) Motivasi mengidentifikasisituasi yang memici
c. Krisis maturasional lain secara verbal kecemasan
d. Ancaman terhadap 3) Tidak ada berbicara dengan ketus 11) Diskusikan perencanaan yang realistis tentang
konsep diri 4) Tidak ada berbicara dengan suara peristiwa yang akan datang
e. Ancaman terhadap keras 12) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
kematian
5) Tidak ada merasa depresi mungkin dialami
f. Kekhawatiran
13) Informasikan secara faktual mengenai diagnosi,
mengalami kegagalan

50
g. Disfungsi sitem
c. Dukungan Sosial pengobatan dan prognosis
keluarga
Indikator : 14) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,
h. Hubungan orang tua
1) Mampu meminta bantuan pada jika perlu
anak tidak memuaskan
orang lain. 15) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
i. Factor keturunan
2) Mampu menerima bantuan yang kompetitif, sesuai kebutuhan
(temperamen mudah
ditawarkan orang lain 16) Anjukan mengungkapkan perasaan dan persepsi
teragitasi sejak lahir)
3) Mampu menerima dukungan 17) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
j. Penyalahgunaan zat
emosi yang disediakan oleh orang ketegangan
k. Terpapar lingkungan
lain. 18) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri
(mis, toksin, polutan,
yang tepat
dll)
19) Latih teknik relaksasi
l. Kurang terpapar
informasi
b. Monitoring Tanda-Tanda Vital
1) Monitor tekana darah, nadi, suhu, dan status
pernafasan sesuai anjuran
2) Catat fluktuasi tekanan darah pasien
3) Monitor tekanan darah setelah pasien memperoleh
pengobatan
4) Monitor tanda dan gejala hipotermia dan
hipertermia yang dilaporkan
5) Monitor pernafasan
6) Monitor suara nafas
7) Monitor suhu tubuh
8) Monitor pola nafas abnormal
9) Monitor warna, suhu, kelembapan kulit
10) Identifikasi penyebab-penyebab kemungkinan
adanya perubahan tanda-tanda vital

51
52
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai