KEPERAWATAN PERIOPERATIF
TEKNIS INSTRUMEN BEDAH ONKOLOGI: MASTEKTOMI
DOSEN PENGAMPU
SHOBIRIN, A. Md. Kep.
KELOMPOK 5
BENEDIKTA SAVIRA JORA LOVA 201111007
CAESAR NANDA PUTRA 201111008
EVA SELVIANA 201111010
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Kesimpulan ............................................................................................ 22
B. Saran ....................................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kanker payudara salah satu penyakit yang tidak menular yang
saat ini masih menjadi salah satu masalah Kesehatan yang serius yang
dapat menyebabkan kematian terutama pada Wanita. Kanker payudara
merupakan insiden tertinggi nomor dua yang menyebabkan kematian
setelah kaknker serviks dan mendapat kecendrungan dari tahun ketahun
semakin meningkat. Factor resiko yang menyebbakan kanker payudara
adalah factor reproduksi, factor endokrin, diet dan genetik atau riwayat
keluarga.
Diperkirakan jumlah kasus baru tidak kurang dari 1.050.346 per tahun.
Dari jumlah itu, 580.000 kasus terjadi di negara maju seperti jepang,
sisanya di negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan estimasi
International Agency for Researh on Cancer, pada tahun 2020 akan ada
1,15 juta kasus baru kanker payudara dengan 411.000 kematian. Sebanyak
70% kasus baru. Diperkirakan bahwa di seluruh dunia lebih dari 508.000
wanita meninggal pada tahun 2011 karena kanker payudara (WHO, 2018).
World Health Organize (WHO, 2018) juga menyatakan bahwa meskipun
kanker payudara dianggap penyakit dari negara maju, hampir 50% dari
kasus kanker payudara dan 58% kematian oleh kanker payudara terjadi di
negara-negara yang kurang berkembang.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
b. Edema lengan
d. Mastitis inflamatoar.
d. Komplikasi
Pada pasien yang mengalami limfedema, intervensi dini dengan terapi fisik
dan teknik pijat dekompresi dapat membantu mencegah perkembangan dan, dalam
beberapa kasus, mengurangi limfedema (Miller, 2020).
e. Patofisiologi
Menurut American Join Committe on Cancer (AJCC) 2020 patofisiologi
mastektomi, yaitu:
Terdapat suatu perubahan dalam bahan genetic sel yang dapat memancing
sebuah sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetic sel ini dapat disebabkan
oleh suatu genetic yang disebut dengan karsinogen, yang bisa berupa bajan kimia,
virus, radiasi atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel terdapat kepekaan yang
sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetic dalam sel atau bahan lainnya
yang bisa disebut dengan promoto. Yang menyebabkan sel lebih sedikit rentan
dengan suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik manapun bisa terjadinya sel
menjadi leih peka dengan mengalamai suatu keganasan.
5
f. Manifestasi Klinis
b. Payudara tidak simentris atau mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena
mulai timbul pembengkakan
c. Ada perubahan kulit: penebalan, cengkungan, kulit pucat disekitar punting susu,
mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara
f. Ada prubahan pada punting susu: gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi, dan
terjadi retraksi
g. Pemeriksaan Penunjang
a. Mandatory
- Mamografi dan/atau USG payudara
- Pemeriksaan sitologi (FNAB) atau histopatologi tumor payudara
- Foto toraks
- USG liver/abdomen
- pemeriksaan kimia darah lengkap, rekam jantung (EKG) kalau ada indikasi
untukpersiapan operasi
b. Oprional
- bone scanning
- pemeriksaan kimia darah/ tumor marker (Cancer, 2021)
6
9. Ochsner-kocher, Untuk 2
1:2, Straight 16 cm menjepit arteri
dan pembulu
darah
8
7. Pada saat diseksi axilla, jangan sampai memotong thoracalis longus yang ada
di m.serratus anterior
8. Rawat perdarahan yang ada kemudian pasang redon drain 2 buah dibagian
medial dan lateral
9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis, subcutan dengan benang absobable dan
kulit dengan banang non absorbable
10. Bebat tekan daerah operas dengan verban elastik
j. Klasifikasi Ca Mammae
1. Kanker yang bersifat invasif dapat tumbuh dan menyerang ke dalam jaringan
di sekitarnya dan sel-sel ganas dapat terpisah dari tumor induk untuk menyebar
ke bagian-bagian lain di dalam tubuh. Sel-sel ini dapat tumbuh dan membentuk
himpunan tumor baru yang disebut metastase atau tumor sekunder.
2. Kanker payudara yang bersifat non invasif dibatasi dengan saluran-saluran
(ductus karsinoma in situ-DKIS) dari payudara. Ketika terdapat kelainan
pertumbuhan sel-sel pada lobular payudara dan barsifat non invasif maka
kondisi ini disebut lobular karsinoma in situ (LKIS), memiliki DKIS atau LKIS
meningkatkan risiko untuk berkembang ke arah kanker payudara invasif.
3. Paget’s disease merupakan bentuk kanker yang dalam taraf permulaan
manifestasinya sebagai eksema menahun puting susu, yang biasanya merah
dan menebal. Paget’s disease juga merupakan suatu kanker intraduktal yang
tumbuh dibagian terminal dari duktus laktiferus. Secara patologik cirri-cirinya
adalah: sel- sel paget(seperti pasir), hipertrofi sel epidermoid, infiltrasi sel-sel
bundar di bawah epidermis.
pembedahan
4. Pastikan keamanan alat-
alat yang digunakan selama
prosedur operasi
2. Resiko cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Pastikan posisi pasien yang
berhubungan dengan keperawatan diharapkan cedera sesuai dengan tindakan
proses pembedahan tidak terjadi dengan kriteria hasil : operasi
1. Tubuh pasien bebas dari cedera 2. Cek integritas kulit
3. cek daerah penekanan pada
tubuh pasien selama operasi
4. Hitung jumlah kasa, jarum,
bisturi, deper, dan hitung
instrumen bedah
3. Resiko syok Setelah dilakukan tindakan 1.Mengobservasi tanda-tanda
hipovolemik keperawatan diharapkan vital
beerhubungan dengan hipovolemik syok dapat dicegah 2.Mengobservasi pemasukan
perdarahan dengan kriteria hasil : dan pengeluaran cairan
1. Perdarahan dapat diatasi selama prosedur operasi
2. Tanda-tanda vital dalam batas 3. Memastikan keamanan
norma elektrikal dan alat-alat yang
digunakan
4. Menghentikan perdarahan
bila terjadi menggunakan
kasa atau couter
c. Pasca Operatif
1) Pengkajian
Pengkajian awal pasca operasi adalah sebagai berikut:
a) Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan pengeluaran cairan
selama prosedur operasi
b) Memastikan keamanan elektrikal dan alat-alat yang digunakan
c) Menghentikan perdarahan bila terjadi menggunakan kasa atau couter.
d) Usia dan kondisi umum pasien, kepatenan jalan nafas, tanda-tanda vital
e) Anestesi dan medikasi lain yang digunakan
f) segala masalah yang terjadi dalam ruang operasi yang mungkin
mempengaruhi perawatan pasca operasi
g) Patologi yang dihadapi
h) Cairan yang diberikan, kehilangan darah, dan penggantian
i) Segala selang, drain, kateter, atau alat bantu pendukung lainnya
j) Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anestesi yang akan
diberitahu.
16
1. Status respirasi
a) Kontrol pernapasan
2. Status sirkulasi
pengkajian kecepatan denyut dan irama jantung yang teliti serta pengkajian
tekanan darah menunjukkan status kardiovaskular
3. Status neurologi
4. Muskuloskeletal
Kaji kondisi organ pada area yang rentan mengalami cedera posisi pasca
bedah
2) Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anestesi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi
17
B. Saran
Tinjauan literatur mengenai depresi pada pasien kanker payudara paska
mastektomi sangat perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai tingkat depresi pada pasien kanker payudara paska mastektomi, sehingga
depresi dapat diantisipasi agar tidak terjadi pada pasien kanker payudara yang akan
menjalani mastektomi.
DAFTAR PUSTAKA
Giannakeas V, Narod SA. Manfaat yang diharapkan dari mastektomi preventif terhadap
kejadian dan kematian kanker payudara pada pembawa mutasi BRCA, berdasarkan usia
saat mastektomi. Pengobatan Kanker Payudara. 2018 Januari; 167 (1):263-267. [ PubMed
(https://translate.google.com/website?sl=en&tl=id&hl=id&client=srp&u=https://
pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28914396) ]
Rehnke RD, Groening RM, Van Buskirk ER, Clarke JM. Anatomi Sistem Fasia Superfisial
Payudara: Teori Komprehensif Anatomi Fasia Payudara. Bedah Rekonstruksi Plast.
November 2018; 142 (5):1135-1144. [ Artikel gratis PMC (https://www-ncbi-nlm-nih-
gov.translate.goog/pmc/articles/PMC6211786/?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc) ] [ PubMed
(https://translate.google.com/website?sl=en&tl=id&hl=id&client=srp&u=https://
pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30511967) ]
Siotos C, McColl M, Psoter K, Gilmore RC, Sebai ME, Broderick KP, Jacobs LK, Irwin S,
Rosson GD, Situs Tumor Habibi M. dan Prognosis Kanker Payudara. Klinik Kanker
Payudara. Oktober 2018; 18 (5):e1045-e1052. [ PubMed
(https://translate.google.com/website?sl=en&tl=id&hl=id&client=srp&u=https://
pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29941391) ]
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Tindakan Keperawatan (SLKI). Jakarta: PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1.
Jakarta: PPNI.
Tomas PS. Diagnosis dan Penatalaksanaan Lesi Payudara Berisiko Tinggi. J Natl Kompr Canc
Netw. November 2018; 16 (11):1391-1396. [ PubMed
(https://translate.google.com/website?sl=en&tl=id&hl=id&client=srp&u=https://
pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30442737) ]
20