Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPERAWATAN PERIOPERATIF
TEKNIS INSTRUMEN BEDAH ONKOLOGI: MASTEKTOMI

DOSEN PENGAMPU
SHOBIRIN, A. Md. Kep.

KELOMPOK 5
BENEDIKTA SAVIRA JORA LOVA 201111007
CAESAR NANDA PUTRA 201111008
EVA SELVIANA 201111010

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan penyusunan makalah Perioperatif dengan judul "Teknis Instrumen
Bedah Onkologi: Mastektomi’’ tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung


bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.

Kami sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat


diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.

Singkawang, September 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3

A. Konsep Pembedahan Masktektomi ........................................................ 3


a. Pengertian .................................................................................. 3
b. Indikasi ....................................................................................... 6
c. Kontraindikasi ............................................................................ 8
d. Komplikasi ................................................................................. 12
e. Patofisiologi ............................................................................... 15
f. Manifestasi Klinis ...................................................................... 1
g. Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 1
h. Persiapan Pembedahan Mastektomi ........................................... 1
i. Teknik Pembedahan Mastektomi ............................................... 1
j. Klasifikasi Ca Mammae ............................................................. 1
B. Konsep Asuhan Keperawatan Perioperatif Pembedahan Mastektomi.... 1
a. Pre-Operatif ................................................................................ 1
b. Intra Operatif .............................................................................. 1
c. Pasca Operatif ............................................................................ 1

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 22

A. Kesimpulan ............................................................................................ 22
B. Saran ....................................................................................................... 22

Daftar Pustaka .................................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manajemen onkologi pada perawat yaitu pembedahan atau operasi,


kemoterapi dengan obat-obatan sitostatika, radioterapi, terapi hormonal,
dan terapi biologik. Pada manajemen keperawatan tersebut tidak semua
akan dilakukan, bergantung dengan jenis atau tipe kanker yang diderita,
darimana asal kanker tersebut atau pola penyebarannya. Umur, kondisi
kesehatan umum serta sistem pengobatan juga mempengaruhi proses
pengobatan kanker.

Penyakit kanker payudara salah satu penyakit yang tidak menular yang
saat ini masih menjadi salah satu masalah Kesehatan yang serius yang
dapat menyebabkan kematian terutama pada Wanita. Kanker payudara
merupakan insiden tertinggi nomor dua yang menyebabkan kematian
setelah kaknker serviks dan mendapat kecendrungan dari tahun ketahun
semakin meningkat. Factor resiko yang menyebbakan kanker payudara
adalah factor reproduksi, factor endokrin, diet dan genetik atau riwayat
keluarga.

Diperkirakan jumlah kasus baru tidak kurang dari 1.050.346 per tahun.
Dari jumlah itu, 580.000 kasus terjadi di negara maju seperti jepang,
sisanya di negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan estimasi
International Agency for Researh on Cancer, pada tahun 2020 akan ada
1,15 juta kasus baru kanker payudara dengan 411.000 kematian. Sebanyak
70% kasus baru. Diperkirakan bahwa di seluruh dunia lebih dari 508.000
wanita meninggal pada tahun 2011 karena kanker payudara (WHO, 2018).
World Health Organize (WHO, 2018) juga menyatakan bahwa meskipun
kanker payudara dianggap penyakit dari negara maju, hampir 50% dari
kasus kanker payudara dan 58% kematian oleh kanker payudara terjadi di
negara-negara yang kurang berkembang.
2

Pengobatan atau terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker


payudara antara lain pemberian kemoterapi (sitostatika ), radioterapi
(penyinaran), hormon, dan operasi pengangkatan payudara (mastektomi)
(Purwoastuti, 2018). Tipe mastektomi dan penanganan kanker payudara
bergantung pada beberapa faktor, yakni usia, kesehatan secara
menyeluruh, status menopause,dimensi tumor, tahapan tumor dan seberapa
luas penyebarannya, stadium tumor dan keganansannya, status reseptor
hormon tumor, dan penyebaran tumor, apakah telah mencapai simpul
limfe atau belum (Pamungkas, 2021).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, diperoleh


beberapa rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini di antaranya
sebagai berikut.

1. Bagaimana konsep pembedahan onkologi: mastektomi?


2. Bagaimana asuhan keperawatan yang bisa diberikan kepada pasien
dengan kasus perioperative pembedahan mastektomi?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di sebutkan, diperoleh


beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini di antaranya sebagai berikut.

1. Mahasiswa mampu memahami konsep pembedahan onkologi:


mastektomi.
2. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan yang bisa
diberikan kepada pasien dengan kasus perioperative pembedahan
mastektomi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Pembedahan Mastektomi
a. Pengertian
Mastektomi adalah operasi kanker payudara yang mengangkat seluruh
payudara. Mastektomi mungkin dilakukan ketika seorang wanita tidak dapat diobati
dengan operasi konservasi payudara (lumpektomi), yang menyelamatkan sebagian
besar payudara. Jika seorang wanita memilih mastektomi daripada operasi
konservasi payudara untuk pribadi alasan. Untuk wanita yang sangat berisiko
terkena kanker payudara kedua yang terkadang memilih untuk menjalani
mastektomi ganda (pengangkatan kedua payudara) (Cancer, 2021).
Usia, kesehatan secara keseluruhan, status menopause, ukuran tumor,
stadium tumor dan luas penyebaran, stadium tumor dan tingkat keganasan, status
reseptor hormon tumor, dan apakah tumor telah bermigrasi ke kelenjar getah
bening, semuanya mempengaruhi jenis mastektomi dan pengobatan kanker
payudara, menurut Kozier (2019).
b. Indikasi
Menurut Cancer (2021) indikasi dilakukannya pembedahan mastektomi,
yaitu:
a. Kanker payudara yang mengenai otot pektoralis mayor
b. Keganasan jaringan lunak pada payudara.
c. Kontraindikasi

Menurut Cancer (2021) adapun kontraindikasi pada tindakan pembedahan


mastektomi, yaitu:

a. Tumor melekat dinding dada

b. Edema lengan

c. Nodul satelit yang luas

d. Mastitis inflamatoar.

d. Komplikasi

Pasien mentoleransi mastektomi dengan baik di sebagian besar rangkaian


dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah. Namun, beberapa kemungkinan
4

komplikasi mungkin saja terjadi. Ini termasuk pembentukan seroma atau


hematoma, infeksi luka, kerusakan atau nekrosis lipatan kulit, dan limfedema.
Seroma adalah kumpulan cairan dalam rongga yang dibuat melalui pembedahan
yang dihasilkan dari transeksi pembuluh darah dan limfatik. Kebanyakan ahli bedah
menggunakan saluran hisap tertutup di bawah penutup kulit untuk mengurangi laju
pembentukan seroma. Frekuensi infeksi luka operasi pada pasien yang menjalani
operasi payudara adalah sekitar 8% (Throckmoton, 2019). Organisme yang paling
umum terlibat adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus epidermis,dan
infeksi harus mendapat pengobatan dengan antibiotik yang sesuai, dengan atau
tanpa pembukaan luka. Demikian pula, nekrosis flap terjadi pada sekitar 8% pasien
dan berhubungan dengan suplai darah yang tidak memadai ke flap, penutupan luka
karena tekanan, obesitas, dan jenis sayatan (vertikal versus transversal). Nekrosis
ditangani dengan debridemen dan cakupan cangkok kulit jika diindikasikan.
Limfedema lebih jarang terjadi sejak munculnya teknik mastektomi yang
dimodifikasi. Diseksi kelenjar getah bening aksila merupakan faktor risiko paling
signifikan terjadinya limfedema, dengan insiden yang dilaporkan lebih dari 20%.
Sebagai perbandingan, 3,5 hingga 11% pasien yang menjalani biopsi kelenjar getah
bening sentinel mengalami limfedema.

Pada pasien yang mengalami limfedema, intervensi dini dengan terapi fisik
dan teknik pijat dekompresi dapat membantu mencegah perkembangan dan, dalam
beberapa kasus, mengurangi limfedema (Miller, 2020).

e. Patofisiologi
Menurut American Join Committe on Cancer (AJCC) 2020 patofisiologi
mastektomi, yaitu:
Terdapat suatu perubahan dalam bahan genetic sel yang dapat memancing
sebuah sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetic sel ini dapat disebabkan
oleh suatu genetic yang disebut dengan karsinogen, yang bisa berupa bajan kimia,
virus, radiasi atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel terdapat kepekaan yang
sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetic dalam sel atau bahan lainnya
yang bisa disebut dengan promoto. Yang menyebabkan sel lebih sedikit rentan
dengan suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik manapun bisa terjadinya sel
menjadi leih peka dengan mengalamai suatu keganasan.
5

f. Manifestasi Klinis

Menurut (Trisa, 2018) Gejala kanker payudara adalah :

a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara

b. Payudara tidak simentris atau mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena
mulai timbul pembengkakan

c. Ada perubahan kulit: penebalan, cengkungan, kulit pucat disekitar punting susu,
mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara

d. Ada perubahan suhu pada kulit: hangat, kemerahan, panas

e. Ada cairan yang keluar dari punting susu

f. Ada prubahan pada punting susu: gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi, dan
terjadi retraksi

g. Ada rasa sakit.

g. Pemeriksaan Penunjang
a. Mandatory
- Mamografi dan/atau USG payudara
- Pemeriksaan sitologi (FNAB) atau histopatologi tumor payudara
- Foto toraks
- USG liver/abdomen
- pemeriksaan kimia darah lengkap, rekam jantung (EKG) kalau ada indikasi
untukpersiapan operasi
b. Oprional
- bone scanning
- pemeriksaan kimia darah/ tumor marker (Cancer, 2021)
6

h. Persiapan Pembedahan Mastektomi

No Gambar Alat Nama Alat Fungsi Alat Jum


lah
1. Scalpel handle No. Pegangan 1
4 pisau operasi

2. Dressing forces, Untuk 2


model USA, 14,5 menjepit kasa
cm sewaktu
menekan
luka.menjepit
jaringan yang
tipis dan lunak

3. Tissue forceps, Marking 2


model USA, 14,5 daerah insisi
cm dengan
menggunakan
pinset
cirugis,untuk
membuka
fasia dan otot

4. Standard operating Untuk 1


scissor, straight memotong
SH/BL, 14,5cm pembedahan
jaringan dan
organ

5. Metzenbaum Fino Untuk 1


scissor, Curved memotong
14,5 cm jaringan halus
seperti
kulit,otot,dan
fasia dan
untuk
pembedahan
di ruang
sempit
7

6. Metzenbaum Fino Untuk 1


scissor, Curved menggunting
14,5 cm jaringan,benan
g,balutan

7. Metzenbaum Fino Untuk 2


scissor, Curved heacting,
14,5 cm Menjahit luka
robek
terutama pada
kulit,otot,orga
n,serta
jaringan tubuh
lainnya

8. Allis clamp. 4:5, 15 Untuk 1


cm menahan atau
menggenggam
,mengangkat
jaringan berat

9. Ochsner-kocher, Untuk 2
1:2, Straight 16 cm menjepit arteri
dan pembulu
darah
8

10. Backhaus towel Menjepit duk 6


forceps, 13 cm

11. Hemost.Fcps Untuk 8


Halsted- mengklem/me
Mosquito,Str njepit jaringan
tubuh maupun
pembulu
darah untuk
menghentikan
pendarahan
dalam operasi

12. Hemost.Fcps Untuk 8


Halsted- menjepit
Mosquito,Cvd. benda
memegang
dan menekan

13. Volkmann Untuk 2


Retractors, Sharp, 4 membuka area
Prongs insisi

14. Retractor, Parker- Untuk 1


Langenbeck,Set menguakan
atau menarik
bagian yang di
operasi
dengan tujuan
untuk
mempelebar
lapangan
operasi
9

15. Yankauer Suction Untuk 1


Tube, 27 Cm menghisap
cairan (darah)

16. Needle Case Round Untuk 1


memasukan
jarum bedah
secara efisien
kedalam
autoklaf atau
peralatan
udara panas

17. Round Bowl 80 X Tempat 1


40 Mm menaruh
kasa,betadine,
sputum,/dahak
,kasa steril

18. Wire Basket Sebagai 1


255×245×70 Mm peralatan
bedah,wadah
peralatan
bedah,wadah
cairan dan
wadah
jaringan
10

19. Scissors Menggunting 1


Metzenb.,BI/BI,TC jaringan dan
benang serta
bahan operasi
lainya

20. Container Untuk wadah 1


580x280x150 mm; untuk
Green menyimpan
instrumen set
atau wadah
saat instrumen
set yang akan
di sterilkan

i. Teknik Pembedahan Mastektomi


1. Lengkapi persyaratan inform consent
2. Tindakan antisepsis dan asepsis
3. Insisi vertikal atau horisontal disesuaikan dengan leak dan kondisi tumor,
berbentuk ellips meliputi nipple areolar complex dan tumor
4. Dilakukan skin flap atas dan bawah dari garis insisi secara tajam dengan pisau
atau gunting atau bisa juga dengan elektrokauter dengan hati2 sampai melewati
jaringan mamma, katas sampai bagian bawah clavicula. kebawah sampai tepi
bawah keleniar mamma, kemedial sampai garis tengah dan kelateral sampai
tepi m.lattisimus dorsi sambil merawat perdarahan yang teriadi
5. Jaringan mamma dibebaskan dengan mengikutkan fascia pectoralis dimulai
dari bagian atas,medial dan bagian bawah mengarah ke axilla sambil merawat
perdarahan
6. Setelah sampai di axilla, dilakukan diseksi kelenjar axilla yang berada dibagian
inferior dari artcri dan vena axilaris, kemudian diteruskan pengangkatan
jaringan mamma secara en-block
11

7. Pada saat diseksi axilla, jangan sampai memotong thoracalis longus yang ada
di m.serratus anterior
8. Rawat perdarahan yang ada kemudian pasang redon drain 2 buah dibagian
medial dan lateral
9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis, subcutan dengan benang absobable dan
kulit dengan banang non absorbable
10. Bebat tekan daerah operas dengan verban elastik
j. Klasifikasi Ca Mammae
1. Kanker yang bersifat invasif dapat tumbuh dan menyerang ke dalam jaringan
di sekitarnya dan sel-sel ganas dapat terpisah dari tumor induk untuk menyebar
ke bagian-bagian lain di dalam tubuh. Sel-sel ini dapat tumbuh dan membentuk
himpunan tumor baru yang disebut metastase atau tumor sekunder.
2. Kanker payudara yang bersifat non invasif dibatasi dengan saluran-saluran
(ductus karsinoma in situ-DKIS) dari payudara. Ketika terdapat kelainan
pertumbuhan sel-sel pada lobular payudara dan barsifat non invasif maka
kondisi ini disebut lobular karsinoma in situ (LKIS), memiliki DKIS atau LKIS
meningkatkan risiko untuk berkembang ke arah kanker payudara invasif.
3. Paget’s disease merupakan bentuk kanker yang dalam taraf permulaan
manifestasinya sebagai eksema menahun puting susu, yang biasanya merah
dan menebal. Paget’s disease juga merupakan suatu kanker intraduktal yang
tumbuh dibagian terminal dari duktus laktiferus. Secara patologik cirri-cirinya
adalah: sel- sel paget(seperti pasir), hipertrofi sel epidermoid, infiltrasi sel-sel
bundar di bawah epidermis.

Klasifikasi stadium klinik kanker payudara yang sering digunakan adalah


klasifikasi (TNM). T menunjukkan ukuran tumor primer, N : kelenjar getah bening
regional dan M: metastase jauh. Dalam sistem ini kanker payudara dibagi menjadi :
12

B. Konsep Asuhan Keperawatan Perioperatif Pembedahan Mastektomi


a. Pre-Operatif
1) Pengkajian
Di ruang prabedah. Pada pengkajian di ruang pra bedah, perawat melakukan
pengkajian ringkas mengenai kondisi fisik pasien dan kelengkapan yang
berhubungan dengan pembedahan. Pengkajian ringkas tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Validasi: perawat melakukan konfirmasi kebenaran identitas pasien sebagai
data dasar untuk mencocokkan prosedur jenis pembedahan yang akan
dilakukan
2) Kelengkapan administrasi, status rekam medik data-data penunjang
(laboratorium dan radiologi), serta kelengkapan informed consent
3) Pengkajian psikologis, tingkat kecemasan dan pengetahuan pembedahan
4) Pemeriksaan fisik terutama tanda-tanda vital dan kondisi masa pada
payudara
2) Diagnosis Keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasional operasi
13

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi tentang


penyakit dan proses informasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit nya.
3) Intervensi Keperawatan

No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1. Cemas b.d krisis Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling
situasional operasi keperawatan diharapkan cemas percaya
dapat terkontrol dengan kriteria 2. Kaji tingkat kecemasan
hasil: pasien
1. Secara verbal dapat 3. Tenangkan pasien dan
mendemonstrasikan tekhnik dengarkan keluhan pasien
menurunkan cemas 4. jelaskan semua prosedur
2.Mencari informasi yang dapat tindakan kepada pasien setiap
menurunkan cemas akan melakukan tindakan
3.Menggunakan tekhnik relaksasi 5. Dampingi pasien dan ajak
untuk menurunkan cemas berkomunikasi yang
4.Menerima status kesehatan terapeutik
6. Berikan kesempatan
kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaannya
7. Ajarkan teknik relaksasi
8. Bantu pasien untuk
mengungkapkan hal-hal yang
membuat cemas
9. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk
pemberian obat penenang
2. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan
b.d keterbatasan keperawatan diharapkan pasien
informasi tentang bertambahnya pengetahuan pasien 2. jelaskan proses terjadinya
penyakit dan proses tentang penyakitnya dengan kriteria penyakit, tanda dan gejala
operasi hasil : serta komplikasi yang
1. Pasien mampu menjelaskan mungkin terjadi
penyebab komplikasi dan cara 3. Berikan informasi kepada
pencegahannya keluarga tentang
2. Pasien dan keluarga kooperatif perkembangan pasien
saat dilakukan tindakan 4. Berikan informasi pada
pasien dan keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan
5. Diskusikan pilihan terapi
6. Berikan penjelasan tentang
pentingnya ambulasi dini
7. Jelaskan komplikasi kronik
yang mungkin akan muncul
3. Nyeri akut b.d proses Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara
penyakitnya keperawatan diharapkan nyeri komprehensif(lokasi,
berkurang dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
1. Pasien mengatakan nyeri frekuensi, kualitas dan fase
berkurang presipitasi)
2. Pasien tanpa rileks 2. Observasi tanda-tanda vital
14

3. Tanda-tanda vital dalam batas 3. Atur posisi pasien


normal senyaman mungkin
4. Pelatih teknik relaksasi
nafas dalam
5. Anjurkan pasien
menggunakan teknik relaksasi
nafas dalam saat nyeri timbul
6. Gunakan teknik distraksi
7. Kolaborasi dengan dokter
dalam terapi obat analgesik
8. Persiapan pasien untuk
tindakan operasi
9. Dokumentasikan semua hal
yang dilakukan
b. Intra Operatif
1) Pengkajian
Pengkajian intra operatif bedah onkologi secara ringkas mengkaji hal-hal yang
berhubungan dengan pembedahan. Diantaranya adalah :
1. validasi identitas dan prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan, serta
konfirmasi kelengkapan data penunjang laboratorium dan radiologi.
2. Pengkajian mental, bila pasien diberi anesteshi local dan [asien masih
sadar/terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang
dilakukan terhadapnya dan memberikan dukungan agar pasien tidak
cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
3. Pengkajian fisik,TTV(bila terjadi ketidaknormalan maka perawat harus
memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah)
4. Transfusi dan infus
2) Diagnosis Keperawatan
1. Resiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
2. Resiko cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan
3. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
3) Intervensi Keperawatan

No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1. Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien dalam
berhubungan dengan keperawatan diharapkan risiko posisi yang aman sesuai
proses pembedahan perdarahan tidak terjadi dengan dengan indikasi
kriteria hasil: 2. Lindungi sekitar kulit dan
1. Tidak ada tanda-tanda perdarahan anatomi yang sesuai seperti
hebat kasa
3. Pantau pemasukan dan
pengeluaran cairan selama
15

pembedahan
4. Pastikan keamanan alat-
alat yang digunakan selama
prosedur operasi
2. Resiko cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Pastikan posisi pasien yang
berhubungan dengan keperawatan diharapkan cedera sesuai dengan tindakan
proses pembedahan tidak terjadi dengan kriteria hasil : operasi
1. Tubuh pasien bebas dari cedera 2. Cek integritas kulit
3. cek daerah penekanan pada
tubuh pasien selama operasi
4. Hitung jumlah kasa, jarum,
bisturi, deper, dan hitung
instrumen bedah
3. Resiko syok Setelah dilakukan tindakan 1.Mengobservasi tanda-tanda
hipovolemik keperawatan diharapkan vital
beerhubungan dengan hipovolemik syok dapat dicegah 2.Mengobservasi pemasukan
perdarahan dengan kriteria hasil : dan pengeluaran cairan
1. Perdarahan dapat diatasi selama prosedur operasi
2. Tanda-tanda vital dalam batas 3. Memastikan keamanan
norma elektrikal dan alat-alat yang
digunakan
4. Menghentikan perdarahan
bila terjadi menggunakan
kasa atau couter

c. Pasca Operatif
1) Pengkajian
Pengkajian awal pasca operasi adalah sebagai berikut:
a) Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan pengeluaran cairan
selama prosedur operasi
b) Memastikan keamanan elektrikal dan alat-alat yang digunakan
c) Menghentikan perdarahan bila terjadi menggunakan kasa atau couter.
d) Usia dan kondisi umum pasien, kepatenan jalan nafas, tanda-tanda vital
e) Anestesi dan medikasi lain yang digunakan
f) segala masalah yang terjadi dalam ruang operasi yang mungkin
mempengaruhi perawatan pasca operasi
g) Patologi yang dihadapi
h) Cairan yang diberikan, kehilangan darah, dan penggantian
i) Segala selang, drain, kateter, atau alat bantu pendukung lainnya
j) Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anestesi yang akan
diberitahu.
16

1. Status respirasi

a) Kontrol pernapasan

 Obat anestesi tertentu dapat menyebabkan depresi pernapasan. Sehingga


perawat perlu waspada terhadap adanya pernapasan yang dangkal dan lambat
serta batuk yang lemah.

 perawat mengkaji frekuensi, irama kedalaman ventilasi pernapasan,


kesimetrisan gerakan dinding dada, bunyi nafas dan warna membran mukosa.

b) Kepatenan jalan nafas salah satu kekhawatiran terbesar perawat adalah


obstruksi jalan nafas akibat aspirasi muntah, akumulasi sekresi mukosa di
faring, atau bengkaknya spasma faring

2. Status sirkulasi

 Pasien berisiko mengalami komplikasi kardiovaskular akibat kehilangan


darah secara aktual

 pengkajian kecepatan denyut dan irama jantung yang teliti serta pengkajian
tekanan darah menunjukkan status kardiovaskular

 perawat membandingkan ttv praoperatif dengan pasca operasi dokter harus


diberitahu jika tekanan darah pasien terus menurun dengan cepat pada setiap
pemeriksaan

3. Status neurologi

 Perawat mengkaji tingkat kesadaran pasien dengan cara memanggil namanya


dengan suara

 Mengkaji respon nyeri.

4. Muskuloskeletal

 Kaji kondisi organ pada area yang rentan mengalami cedera posisi pasca
bedah

2) Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anestesi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi
17

3. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan


3) Intervensi Keperawatan

No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji bunyi paru, frekuensi
gas berhubungan keperawatan diharapkan kerusakan nafas, kedalaman usaha nafas
dengan efek samping pertukaran gas tidak terjadi dengan 2. auskultasi bunyi nafas,
dari anestesi kriteria hasil: tandai area penurunan atau
1. Status neurologis dalam batas hilangnya ventilasi, dan
normal adanya bunyi tambahan
2. Dipsneau tidak ada 3. Pantau hasil gas darah dan
kadar elektrolit
4. Pantau status mental
5. Observasi terhadap
sianosis terutama membran
mukosa mulut
6. Pantau status pernapasan
dan oksigenasi
7. Ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
8. Kolaborasi dalam
pemberian oksigen sesuai
dengan kebutuhan
2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Catat karakteristik dari
kulit berhubungan keperawatan diharapkan kerusakan beberapa drainase
dengan luka post integritas kulit tidak terjadi dengan 2. Bersihkan luka post operasi
operasi kriteria hasil : tiap hari
1. Kerusakan kulit tidak ada 3. Pertahankan teknik septik
2. Eritema kulit tidak ada dan antiseptik dalam
3. Luka tidak ada pus perawatan luka post operasi
4. Suhu tubuh dalam batas normal 4. Pantau luka setiap
mengganti perban
5. bandingkan dan catat
secara teratur perubahan-
perubahan pada luka
6. ajarkan pasien dan
keluarga dalam proses
perawatan luka
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara
berhubungan dengan keperawatan diharapkan nyeri komprehensif (lokasi,
proses pembedahan berkurang atau teratasi dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan fase
1. Pasien melaporkan nyeri presipitasi)
berkurang dengan skala nyeri 2-0 2. Observasi reaksi ekspresi
2. Ekspresi wajah pasien tenang wajah dari ketidaknyamanan
3. Pasien dapat istirahat dan tidur 3.Monitor tanda-tanda vital
dengan nyaman pasien
4. Gunakan komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
5. kontrol faktor lingkungan
yang mempengaruhi nyeri
18

seperti suhu ruangan,


pencahayaan dan kebisingan
6. Ajarkan pasien teknik
relaksasi nafas dalam untuk
mengontrol nyeri
7. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya dalam
pemberian analgesik untuk
mengurangi nyeri
8. Evaluasi tindakan
pengurangan nyeri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien kanker payudara paska mastektomi mengalami depresi dengan tingkat
yang bervariasi. Ada beberapa faktor yang menyebakan pasien mastektomi mengalami
depresi seperti tidak siap kehilangan organ seksualitasnya, merasa tidak percaya diri,
merasa tidak menarik secara seksual, kurang dukungan dari pasangan. Depresi paska
mastektomi harus diatasi dengan memberikan intervensi keperawatan yang tepat seperti
perawat memberikan dukungan kepada pasien, melibatkan pasangan dan keluarga
dalam merawat pasien serta perawat memberikan informasi kesehatan yang dibutuhkan
oleh pasien. Selain itu dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan
depresi pada pasien kanker payudara paska mastektomi perawat akan lebih siap untuk
membantu pasien dalam menurunkan tingkat depresi dengan intervensi yang tepat.

B. Saran
Tinjauan literatur mengenai depresi pada pasien kanker payudara paska
mastektomi sangat perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai tingkat depresi pada pasien kanker payudara paska mastektomi, sehingga
depresi dapat diantisipasi agar tidak terjadi pada pasien kanker payudara yang akan
menjalani mastektomi.
DAFTAR PUSTAKA

Giannakeas V, Narod SA. Manfaat yang diharapkan dari mastektomi preventif terhadap
kejadian dan kematian kanker payudara pada pembawa mutasi BRCA, berdasarkan usia
saat mastektomi. Pengobatan Kanker Payudara. 2018 Januari; 167 (1):263-267. [ PubMed
(https://translate.google.com/website?sl=en&tl=id&hl=id&client=srp&u=https://
pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28914396) ]

Rehnke RD, Groening RM, Van Buskirk ER, Clarke JM. Anatomi Sistem Fasia Superfisial
Payudara: Teori Komprehensif Anatomi Fasia Payudara. Bedah Rekonstruksi Plast.
November 2018; 142 (5):1135-1144. [ Artikel gratis PMC (https://www-ncbi-nlm-nih-
gov.translate.goog/pmc/articles/PMC6211786/?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc) ] [ PubMed
(https://translate.google.com/website?sl=en&tl=id&hl=id&client=srp&u=https://
pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30511967) ]

Siotos C, McColl M, Psoter K, Gilmore RC, Sebai ME, Broderick KP, Jacobs LK, Irwin S,
Rosson GD, Situs Tumor Habibi M. dan Prognosis Kanker Payudara. Klinik Kanker
Payudara. Oktober 2018; 18 (5):e1045-e1052. [ PubMed
(https://translate.google.com/website?sl=en&tl=id&hl=id&client=srp&u=https://
pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29941391) ]

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Tindakan Keperawatan (SLKI). Jakarta: PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1.
Jakarta: PPNI.

Tomas PS. Diagnosis dan Penatalaksanaan Lesi Payudara Berisiko Tinggi. J Natl Kompr Canc
Netw. November 2018; 16 (11):1391-1396. [ PubMed
(https://translate.google.com/website?sl=en&tl=id&hl=id&client=srp&u=https://
pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30442737) ]

20

Anda mungkin juga menyukai