Pembimbing:
Disusun oleh:
1761050060
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat
dengan judul “Tumor Mammae” sebagai pemenuhan salah satu syarat di Kepaniteraan
Klinik Ilmu Bedah.
Berbagai kendala yang telah penulis hadapi sehingga dapat terselesaikannya
referat ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Atas bantuan
yang telah diberikan, baik waktu, moril maupun materiil maka selanjutnya ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Tommy Halauwet, Sp.B selaku Dosen
Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, serta masukan kepada penulis
di dalam menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini tidak luput
dari kesalahan dan kekurangan baik dari segi materi maupun bahasa yang disajikan.
Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan & kesalahan yang tidak
disengaja. Semoga referat ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca
pada umumnya dalam memberikan sumbang pikir dan perkembangan ilmu
pengetahuan kedokteran. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan guna memperoleh hasil yang lebih baik di dalam penyempurnaan referat ini
dari penulisan sampai dengan isi dan pembahasannya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.Anatomi Payudara2,4
Payudara terletak pada hemitoraks kanan dan kiri. Bagian superior dibatasi oleh
iga IIatau III, bagian inferior dibatasi oleh iga VI atau VII, bagian medial dibatasi oleh
pinggir sternum, bagian lateral dibatasi oleh garis aksilaris anterior. Duapertiga dasar
tersebut terletak di depan M.pectoralis major dan sebagian M.serratus anterior.
Sebagian kecil terletak di atas M.obliquus externus.
Struktur payudara terdiri atas:
Parenkim epitelial
Lemak, pembuluh darah, saraf dan saluran getah bening
Otot dan fasia
Gambar 1. Milky line3
Parenkim epithelial payudara dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus, yang
masing-masing mempunyai saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya dan
bermuara pada puting susu. Setiap lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-
masing terdiri dari dari 10-100 kelompok asini. Lobulus-lobulus ini merupakan struktur
dasar dari glandula mammae.
Jaringan ikat subcutis yang membungkus kelenjar mammae membentuk
septa diantara kelenjar dan berfungsi sebagai struktur penunjang dari kelenjar mammae.
Payudara dibungkus oleh fasia pektoralis superfisialis dimana permukaan anterior dan
posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper yang berfungsi sebagai penyangga.
Setengah bagian atas mammae, terutama quadran lateral atas mengandung lebih
banyak komponen kelenjar dibandingkan dengan bagian lainnya. Mammae terletak
diantara fascia superficialis dinding thorax anterior dan fascia profunda (pectoralis),
antara mammae dan dinding thorax terdapat bursa retromammaria yang merupakan
ruang antara fascia superficialis dengan fascia profunda (pectoralis), dengan adanya
bursa ini menjamin mobilitas mammae terhadap dinding thorax.
Gambar 3. Potongan sagital mammae6
Diameter rata-rata mammae sekitar 10-12 cm dan tebalnya antara 5-7 cm. Berat
mammae bervariasi yaitu antara 150-225 gram pada mammae nonlaktasi, namun dapat
mecapai 500 gram pada mammae laktasi.
Vaskularisasi Payudara :
1. Arteri
Payudara mendapatkan perdarahan dari:
a. Cabang-cabang perforantes a. mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III dan
IV dari a. mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir sternum
pada intercostal yang sesuai, menembus m. pektoralis mayor dan memberi
perdarahan tepi medial glandula mamae.
b. Rami pektoralis a. torako-akromialis. Arteri ini berjalan turun diantara m.
Pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh
utama m. pektoralis mayor. Setelah menembus m. pektoralis mayor, arteri ini
akan memperdarahi glandula mammae bagian dalam (deep surface).
c. Arteri torakalis lateralis (a. Mammaria eksterna). Pembuluh darah ini berjalan
turun menyusuri tepi lateral m. pektoralis mayor untuk memperdarahi bagian
lateral payudara.
d. Arteri torako-dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan cabang dari arteri
subskapularis. Arteri ini memperdarahi muskulus latissimus dorsi dan muskulus
serratus magnus.
2. Vena
Pada daerah payudara terdapat 3 grup vena:
a. Cabang-cabang perforantes vena mammaria interna. Vena ini merupakan vena
terbesar yang mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada vena
mammaria interna yang kemudian bermuara pada vena innominate.
b. Cabang-cabang vena aksilaris yang terdiri dari vena torako-akromialis, vena
torakalis lateralis dan vena torako-dorsalis.
c. Vena-vena kecil yang bermuara pada vena interkostalis. Vena interkostalis
bermuara pada vena vertebralis, kemudia bermuara pada vena azygos.
Kelenjar-kelenjar getah bening :
a. Kelenjar getah bening aksila
Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksila:
Kelenjar getah bening mammaria eksterna. Terletak dibawah tepi lateral
muskulus pertoralis mayor, sepanjang tepi medial aksila. Dibagi dalam 2
kelompok:
o Kelompok superior. Terletak setinggi intercostal II-III.
o Kelompok inferior. Terletak setinggi intercostal IV-V-VI.
Kelenjar getah bening skapula. Terletak setinggi vasa subskapularis dan
torakodorsalis, mulai dari percabangan vena aksilaris menjadi vena
subskapularis, sampai ketempat masuknya vena torako-dorsalis kedalam
latissimus dorsi.
Kelenjar getah bening sentral (Central nodes). Terletak didalam jaringan
lemak dipusat ketiak. Kadang-kadang beberapa diantaranya terletak sangat
superfisial, dibawah kulit dan fasia pada pusat ketiak, kira-kira pada
pertengahan lipat ketiak depan dan belakang. Kelenjar getah bening ini
adalah kelenjar yang relatif paling mudah diraba. Dan merupakan kelenjar
aksila yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.
Kelenjar getah bening interpektoral (Rooter’s nodes). Terletak diantara
muskulus pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis bena
torako-akromialis. Jumlah satu sampai empat.
Kelenjar getah bening vena aksilaris. Terletak sepanjang vena aksilaris
bagian lateral, mulai dari white tendon muskulus latissimus dorsi sampai
kesedikit medial dari percabangan vena aksilaris - vena torako-akromialis.
Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak sepanjang vena aksilaris,
mulai dari sedikit medial percabangan vena aksilaris - vena torako-
akromialis sampai di mana vena aksilaris menghilang dibawah tendon
muskulus subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar aksila yang tertinggi
dan termedial letaknya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-
kelenjar getah bening aksila masuk kedalam kelenjar ini. Seluruh kelenjar
getah bening aksila ini terletak dibawah fasia kostokorakoid.
Kelenjar getah bening prepektoral. Merupakan kelenjar tunggal yang
kadang-kadang terletak dibawah kulit atau didalam jariingan payudara
kuadran lateral atas disebut prepektoral karena terletak diatas fasia
pektoralis.
Kelenjar getah bening mammaria interna. Tersebar sepanjang trunkus
limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm dari pinggir sternum. Terletak didalam
lemak diatas fasia endotorasika, pada sela iga. Diperkirakan jumlah kelenjar ini ada 6-
8 buah
Gambar 7. Mammografi2
Suatu teknik pemeriksaan soft tissue teknik. Adanya proses keganasan akan
memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif,
comet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan rontgenologik dan
adanya mikroklasifikasi. Tanda-tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit,
bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan areola adanya bridge of
tumor; keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi
dalam jaringan lunak dibelakang mammae dan adanya metastasis ke kelenjar.
Mammografi ini dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak
teraba; jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening. Hanya saja untuk mass
screening cara ini mahal dan untuk itu dianjurkan secara selektif saja misalnya pada
wanita dengan adanya faktor risiko tadi. Ketepatan 83-95 %, tergantung dari teknisi
dan ahli radiologinya.
2. Ultrasonografi
USG berguna untuk menentukan ukuran lesi dan bias membedakan lesi kistik
atau solid. USG bisa juga dipakai untuk melihat respon kemoterapi neoadjuvant,
membantu ahli bedah dengan cara memberi marker preoperatif untuk menentukan
batas-batas sayatan dan sebagai penuntun untuk melakukan biopsi jarum pada lesi.
3. Biopsi
Pemeriksaan histologik. Untuk memperjelas diagnosis histopatologi, pertama-
tama diperlukan jaringan untuk pemeriksaan. Metode yang umum dilakukan adalah:
a. Biopsi jepit: untuk tumor dikulit atau mukosa, dengan tang biopsi dilakukan
biopsi jepit didaerah perbatasan tumor dan jaringan normal.
b. Biopsi insisi: ditepi tumor dilakukan insisi untuk mengambil spesimen
secukupnya, untuk biopsi kelenjar limfe dituntut untuk mengambil kelenjar
limfe dengan kapsul intak.
c. Biopsi eksisi: untuk tumor kecil permukaan, harus dieksisi total tumornya,
eksisi harus mencakup sejumlah jaringan normal disekitarnya.
d. Biopsi aspirasi jarum: dengan jarum khusus dilakukan aspirasi jaringan untuk
pemeriksaan histopatologi atau pulas sitologi.
Fine-needle aspiration biopsy (FNAB). Pemeriksaan sitology dimana
spesimen yang diperiksa diambil dengan aspirasi jarum halus.
Menggunakan jarum kecil (fine) no G 23-25. Yang dinilai dari sitologi
ini adalah sel sendiri, sitoplasma dan inti. Ketepatan pemeriksaan
sitologi ini 89-95 % .
1. Pada fase reproduksi awal (15-25 tahun) terdapat pembentukan duktus dan
stroma payudara. Pada periode ini umumnya dapat terjadi benjolan FAM dan
juvenil hipertrofi (perkembangan payudara berlebihan).
2. Periode reproduksi matang (25-40 tahun). Perubahan siklus hormonal
mempengaruhi kelenjar dan stroma payudara.
3. Fase ketiga adalah involusi dari lobulus dan duktus yang terjadi sejak usia 35-
55 tahun.
a) Fibroadenoma
Ini adalah suatu kelainan tumor jinak dan ini merupakan golongan
terbesar dari tumor payudara. Fibroadenoma mammae ini secara klinis
diketahui sebagai suatu tumor dipayudara, dengan konsistensi padat kenyal,
dapat digerakkan dari jaringan sekitarnya, bentuk bulat lonjong dan berbatas
tegas. Pertumbuhannya lambat, tidak ada perubahan pada kulit. Tidak disertai
rasa nyeri. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau
menjelang menopause, saat rangsangan estrogen meningkat. Terdapat pada usia
muda (15-30 tahun). Dapat dijumpai bilateral atau multiple. Dan sebagai tumor
jinak tidak ada metastasis jauh ataupun metastase regional (pembesaran kelenjar
getah bening ketiak).
Diagnosis bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik walaupun
dianjurkan juga untuk dilakukan aspirasi sitologi. Fine-needle aspiration (FNA)
sitologi merupakan metode diagnosa yang akurat. Diagnosa fibroadenoma bisa
ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien usia muda dan karena itu,
mammografi tidak rutin dikerjakan.
Gambaran histopatologis menunjukkan stroma fibroblastik longgar
yang terdiri dari ruang seperti saluran (ductlike) dilapisi epithelium yang terdiri
dari berbagai ukuran dan bentuk. Ductlike atau ruang glandular ini dilapisi
dengan lapisan sel tunggal atau multiple yang regular dan berbatas tegas serta
membran basalis yang intak
Penatalaksanaan pada fibroadenoma dilakukan eksisi dibawah pengaruh
anestesi lokal atau general. Fibroadenoma residif setelah pengangkatan jarang
terjadi. Sekiranya berlaku rekurensi, terdapat beberapa faktor yang diduga
berpengaruh.
b) Kelainan fibrokistik
Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia
adalah benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita.
Benjolan ini harus dibedakan dengan keganasan. Penyakit fibrokistik pada
umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50 tahun (>50%).
Biasanya multiple dan bilateral, konsistensi lunak, disertai rasa nyeri
terutama menjelang haid. Ukuran dapat berubah yaitu menjelang haid terasa
lebih besar dan penuh dan rasa sakit bertambah dan setelah menstruasi sakit
hilang atau berkurang dan tumor mengecil.
Tumor pada jenis ini umumnya tidak berbatas tegas, kecuali kista soliter.
Konsistensi padat kenyal dan dapat pula kistik. Jenis yang padat, kadang-
kadang sukar dibedakan dengan kanker payudara dini. Kelainan ini dapat juga
dijumpai tanpa masa tumor yang nyata, hinggan jaringan payudara teraba padat,
permukaan granular. Kelainan ini dipengaruhi oleh faktor hormonal atau
keseimbangan hormonal.
Apabila melalui pemeriksaan fisik didapatkan benjolan difus (tidak
memiliki batas jelas), terutama berada di bagian atas-luar payudara tanpa ada
benjolan yang dominan, maka diperlukan pemeriksaan mammogram dan
pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi berikutnya. Apabila keluar
cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan, sebaiknya diperiksakan tes
hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila cairan yang keluar dari
puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar, maka kemungkinan
benjolan tersebut jinak.
Pengobatan kelainan ini umumnya medikamentosa simptomatis. Namun
pada beberapa keadaan diperlukan operasi, yaitu apabila: medikamentosa tidak
menghilangkan keluhan nyerinya; ditemukan pada usia pertengahan sampai tua.
d) Intraduktal papilloma
Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan
disertai tangkai yang tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan
glandular dan jaringan fibrovaskular. Papilloma seringkali melibatkan sejumlah
besar kelenjar susu. Lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75%
tumbuh di bawah areola mamma ini memberikan gejala berupa sekresi cairan
berdarah dari puting susu. Hampir 90% dari Papilloma Intraduktus adalah dari
tipe soliter dengan diameternya kurang dari 1cm dan sering timbul pada duktus
laktiferus dan hampir 70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang
serous dan bercampur darah. Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa
pada area subareola walaupun massa ini lebih sering ditemukan pada
pemeriksaan fisis. Massa yang teraba sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.
Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini masih belum jelas. Dari
kepustakaan dikatakan bahwa, Papilloma Intraduktus ini terkait dengan
proliferasi dari epitel fibrokistik yang hiperplasia. Ukurannya adalah 2-3 mm
dan terlihat seperti broad-based atau pedunculated polypoid epithelial lesion
yang bisa mengobstruksi dan melebarkan duktus terkait.
Umumnya, pasien diterapi secara konservatif dan papilloma serta nipple
discharge dapat menghilang secara spontan dalam waktu beberapa minggu.
Apabila hal ini tidak berlaku, eksisi lokal duktus yang terkait bisa dilakukan.
Eksisi duktus terminal merupakan prosedur bedah pilihan sebagai
penatalaksanan nipple discharge. Pada prosedur ini,digunakan anestesi lokal
dengan atau tanpa sedasi. Tujuannnya adalah untuk eksisi dari duktus yang
terkait dengan nipple discharge dengan pengangkatan jaringan sekitar seminimal
mungkin. Apabila lesi benigna ini dicurigai mengalami perubahan kearah
maligna, terapi yang diberikan adalah eksisi luas disertai radiasi.
e) Adenosis sclerosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan
kelainan fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang
mencakup kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila
pembesaran lobulus saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus
dengan adenosis ini kemungkinan dapat diraba. Adenosis sklerotik adalah tipe
khusus dari adenosis dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti
jaringan fibrous.
Gambaran klinisnya apabila adenosis sklerosis cukup luas sehingga
dapat diraba, dokter akan sulit membedakan tumor ini dengan kanker melalui
pemeriksaan fisik payudara. Perubahan histologis berupa proliferasi (proliferasi
duktus) dan involusi (stromal fibrosis, regresi epitel).
Penatalaksanaan berupa biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya
dapat menunjukkan apakah tumor ini jinak atau tidak. Namun dengan biopsi
melalui pembedahan dianjurkan untuk memastikan tidak terjadinya kanker.
f) Galaktokel
Galaktokel bukan suatu kelainan neoplasma atau pertumbuhan baru,
tetapi suatu massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya saluran atau
duktus laktiferus pada ibu-ibu yang sedang atau baru selesai masa laktasi. Tumor
ini berisi air susu yang mengental. Klinis tumor berbatas tegas, bulat dan kisteus.
kista menimbulkan benjolan yang nyeri dan mungkin pecah sehingga memicu
reaksi peradangan lokal serta dapat menyebabkan terbentuknya fokus indurasi
persisten. Benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah
digerakkan. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan skrining sonografi, dimana
akan terlihat penyebaran dan kepadatan tumor tersebut. Penatalaksanaan
galaktokel dilakukan dengan aspirasi jarum halus untuk mengeluarkan sekret
susu. Pembedahan dilakukan jika kista terlalu kental dan sulit di aspirasi
Gambar 14 Galaktokel2
g) Mastitis
Mastitis adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara, yang biasanya
terdapat pada wanita yang sedang menyusui. Kerusakan pada kulit sekitar puting
tersebut akan memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk memasuki duktus
yang menjadi tempat berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-
sel inflamasi melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga
menyebabkan pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah. Perubahan
ini menyebabkan payudara menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat saat
perabaan.
Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa
berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting
susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah
bening aksila. Kondisi ini diterapi dengan antibiotik. Pada beberapa kasus,
mastitis berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang harus dikeluarkan
melalui pembedahan.
h) Nekrosis lemak
Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa
terjadi spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Nekrosis lemak
dapat juga terjadi akibat terapi radiasi. Ketika tubuh berusaha memperbaiki
jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami kerusakan tergantikan
menjadi jaringan parut.
Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak
membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata. Karena
kebanyakan kanker payudara berkonsistensi keras, daerah yang mengalami
nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit untuk dibedakan dengan kanker jika
hanya dari pemeriksaan fisik ataupun mammogram sekalipun.
i) Kista
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista
terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu
kecil untuk dapat diraba, dan ditemukan hanya bila jaringan tersebut dilihat di
bawah mikroskop. Jika cairan terus berkembang akan terbentuk makrokista.
Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan diameternya dapat mencapai 1
sampai 2 inchi.
Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia antara
35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara
usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini
terutamanya pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormon.
Penyebab utama terjadinya kelainan ini masih belum diketahui pasti
walaupun terdapat bukti yang mengaitkan pembentukan kista ini dengan
hiperestrogenism akibat penggunaan terapi pengganti hormon. Patogenesis dari
kista mammae ini masih belum jelas. Penelitian awal menyatakan bahwa kista
mammae terjadi karena distensi duktus atau involusi lobus. Sewaktu proses ini
terjadi, lobus membentuk mikrokista yang akan bergabung menjadi kista yang
lebih besar; perubahan ini terjadi karena adanya obstruksi dari aliran lobus dan
jaringan fibrous yang menggantikan stroma.
Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan
payudara menimbulkan rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan
terutama nyeri bila disentuh, mengarah pada kista. Diagnosis kista mammae
ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang
diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan dari kista bisa berbeda warnanya,
mulai dari kuning pudar sampai hitam, kadang terlihat translusen dan bisa juga
kelihatan tebal dan bengkak.
Eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini
sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah
diaspirasi, kista akan menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa dideteksi
dengan mammografi. Walau bagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa tidak
terdapat massa setelah dilakukan aspirasi. Terdapat dua cardinal rules bagi
menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni (1) massa menghilang secara
keseluruhan setelah diaspirasi dan (2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi
darah. Sekiranya kondisi ini tidak terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy dan
eksisi direkomendasikan. Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada
kista. Indikasi pertama adalah sekiranya cairan aspirasi mengandungi darah
(selagi tidak disebabkan oleh trauma dari jarum). Indikasi kedua adalah
rekurensi dari kista.
a. Faktor risiko4,7
Hal berikut yang termasuk dalam faktor risiko tinggi kanker payudara yaitu keadaan-
keadaan dimana kemungkinan seorang wanita mendapat kanker payudara lebih tinggi
dari yang tidak mempunyai faktor tersebut yaitu:
1. Usia
Faktor usia paling berperan dalam menimbulkan kanker payudara. Dengan
semakin bertambahnya usia seseorang, insiden kanker payudara akan meningkat.
Satu dari depalapn keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia di
bawah 45 tahun. Dua dari tiga keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita
berusia 55 tahun.
2. Genetik
Sekitar 5-10 % kanker payudara terjadi akibat adanya prediposisi genetik
herediter sebagai penyebab kanker payudara yang diderita. Seseorang yang satu
anggota keluarga tingkat pertamanya (ibu, kakak, atau adik kandung) menderita
kanker payudara akan memiliki resiko dua kali lebih tinggi terkena kanker payudara
dan meningkat lima kali lipat bila ada dua anggota keluarga tingkat pertama yang
menderita kanker payudara.
3. Hormonal
Faktor hormonal juga berperan besar dalam menimbulkan kelainan ini. Usia
menarche yang lebih dini yakini dibawah 12 tahun, meningkatkan resiko kanker
payudar sebanyak 3 kali, sedangkan usia menopause yang lebih lambat yakini diatas
55 tahun meningkatkan resiko kanker payudara sebanyak 2 kali. Penggunaan
kontrasepsi hormonal eksogen juga turut meningkatkan resiko kanekr payudara.
Penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan resiko kanker payudara 1,24 kali.
4. Faktor diet
The Committee on Diet, Nutrition, and Cancer of The National Academy of
Sciences menyimpulkan adanya hubungan sebab akibat antara makanan berlemak
dan insiden dari Ca mammae. Makanan yang berlemak tinggi dapat meningkatkan
resiko Ca mammae dua kali lipat.
5. Obesitas
Obesitas sebagai faktor risiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa
penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor risiko kanker payudara
kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obesitas.
Penelitian membuktikan bahwa resiko Ca mammae mempunyai hubungan
langsung dengan berat badan. Resiko untuk Ca mammae pada wanita obese 1,5
sampai 2 kali lebih tinggi daripada wanita tidak obese.
2) Tahap Promosi
Pada proses proliferasi fase sel mengalami pengulangan siklus sel tanpa
hambatan dan secara terus menerus berulang. Diteruskan dengan proses metastasis
dimana penyebab utama dari kenaikan morbiditas dan mortalitas pada pasien
dengan keganasan. Dalam berlangsungnya proses ini melibatkan interaksi
kompleks, tidak hanya ditentukan oleh jenis sel kanker itu sendiri, namun matriks
ekstraseluler, membran basal, reseptor endotel serta respon kekebalan host yang
berpartisipasi. mekanisme metastasis merupakan indikasi bahwa host pertahanan
mechanims pasien kanker gagal untuk mengatasi dan memblokir penyebaran sel
kanker. Setelah itu terjadi lagi proses neoangiogenesis. Angiogenesis adalah proses
pembentukan pembuluh darah baru yang terjadi secara normal dan sangat penting
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Angiogenesis juga terlibat dalam
proses penyembuhan, seperti pembentukan jaringan baru setelah cidera. Akan
tetapi, angiogenesis juga merupakan langkah yang sangat penting dalam
Carsiogenesis atau pertumbuhan sel kanker (cancer) sehingga terjadi
perkembangan sel kanker yang tidak terkendali dan bersifat ganas. Angiogenesis
juga berkembang menjadi sesuatu yang bersifat patologis dan berhubungan dengan
kanker, inflamasi, penyakit kulit dan penyakit mata. Kondisi patologi angiogenesis
ini dikarakterisasi oleh pembentukkan pembuluh darah baru dan penghancuran sel
normal yang ada di sekitarnya. Berbeda dangan angiogenesis fisiologis,
angiogenesis patologi ini dapat berlangsung lama sampai beberapa tahun dan
biasanya berhubungan dengan beberapa gejala klinis. Angiogenesis patologi adalah
pembentukkan pembuluh darah baru yang tidak normal dimana tubuh akan
kehilangan kontrol dalam mengatur keseimbangan sekresi angiogenik stimulator
dan inhibitor. Sel kanker akan memproduksi angiogenics growth factor yang
menyimpang dalam jumlah yang banyak dimana efeknya akan kuat sekali dalam
meniadakan efek angiogeneics inhibitor. Sebagai akibatnya adalah terjadinya
pembentukkan pembuluh darah yang baru dengan sangat cepat dalam pola yang
tidak terkontrol.
3) Tahap Progresif
Pada progresif ini gen-gen pertumbuhan yang diaktivasi oleh kerusakan DNA
mengakibatkan mitosis dipercepat dan pertumbuhan liar dari sel-sel ganas. Terjadi
aktivasi, mutasi atau hilangnya gen. Pada progresi ini timbul perubahan benigna
menjadi pra-malignan dan malignan. Fase metastasis meliputi beberapa tahap
pemisahan, termasuk pemisahan sel kanker dari sel induk, masuk dalam sirkulasi
sistemik atau kelenjar limfe, sehingga dapat menginvasi jaringan baru. Kemampuan
invasi sel kanker ini dihubungkan dengan banyaknya produksi protease pada sel
kanker ini. Protease akan mempengaruhi interaksi sel dan memfasilitasi pergerakan
sel kanker melalui matriks ekstraseluler. Tahap metastasis ini, merupakan tahap
paling kritis yang menyebabkan gejala klinis dan bahkan kematian. Terbentuknya
sel kanker dan kemampuannya untuk ‘berjalan’, metastasis, adalah suatu proses
yang sangat kompleks, yang melibatkan benyak gen didalamnya. Pada
perjalanannya, satu sel kanker harus melepaskan diri dari kelompoknya (primary
tumor) untuk mengadakan invasi kedaerah sekitarnya, berusaha menembus
pembuluh lymph atau secara langsung mencari pembuluh darah, berjuang melawan
proses pertahanan tubuh (hos immune defense), berhenti diorgan tujuannya dan
memulai berkembang biak di lingkungan barunya (secondary tumor). Dengan
kemampuan bermetastasis sel kanker untuk menembus jaringan normal, maka
tumor ganas primer dapat menyebarkan sel-sel kankernya ke seluruh tubuh.
c. Manifestasi klinis4
Perubahan kulit
1. Tanda lesung: ketika tumor mengenai ligament glandula mamae,
ligament itu memendek hingga kulit setempat menjadi cekung.
2. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange): ketika vasa limfatik subkutis
tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem
kulit, folikel rambut tenggelam kebawah tampak sebagai ‘tanda kulit
jeruk’.
3. Nodul satelit kulit: ketika sel kanker didalam vasa limfatik subkutis
masing-masing membentuk nodul metastasis, disekitar lesi primer dapat
muncul banyak nodul tersebar.
4. Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan
berwarna merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar,
lokasi itu dapat menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik,
ini disebut ‘tanda kembang kol’.
5. Perubahan inflamatorik: secara klinis disebut ‘karsinoma mamae
inflamatorik’, tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah
bengkak, mirip peradangan, dapat disebut ‘tanda peradangan’. Tipe ini
sering ditemukan pada kanker mamae waktu hamil atau laktasi.
Gambar 16. Peau d’ orange6
d. Stadium klinis7,8
Metode penentuan stadium yang umum adalah penentuan stadium
perkembangan klinis, stadium klinikopatologi, stadium TNM. Penentuan stadium TNM
(UICC) hanya untuk pasien yang belum pernah mendapat terapi, lingkup penyakit
terbatas pada yang tampak secara klinis.
M=Metastasis jauh
Mx: Metastasis jauh tidak diketahui
M0: Tidak ada metastasis jauh
M1: Ada metastasis jauh
Stadium klinis
Stadium IA: (T1N0M0 )
Tumor dengan diameter 2 cm atau kurang, tak terfiksir pada kulit atau pektoral
tanpa diduga ada metastasis aksila
Stadium I B: (T0N1M0,T1N1M0)
Tumor dengan diameter 2 cm atau kurang dan terdapat sel kanker pada kelenjar
getah bening
Stadium II A: (T0N1M0,T1N1M0, T2N0M0)
Tumor dengan diameter 2 cm atau kurang dengan metastasis aksila.
Tumor dengan diameter 2-5 cm dengan atau tanpa metastasis aksila.
Stadium II B: (T2N1M0, T3N0M0)
Tumor dengan diameter 2-5 cm dengan metastasis aksila
Tumor dengan diameter lebih dari 5 cm tanpa metastasis aksila
Stadium IIIA: (T0N2M0,T1N2M0,T2N2M0, T3N1M0,T3N2M0)
Tumor dengan diameter 5 cm dengan atau tanpa metastasis aksila.
Tumor dengan metastasis aksila yang melekat.
Stadium IIIB: (T4N0M0, T4N1M0, T4N2M0)
Tumor dengan metastasis infra atau supraklavikula.
Tumor yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding toraks.
Stadium IV: (TapapunNapapunM1)
Tumor buah dada yang telah mengadakan metastasis jauh
e. Penatalaksanaan4,8,10
1. Terapi bedah
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian
stadium III disebut sebagai kanker mamae operabel. Stadium 0, I, II, III awal
(stadium operable) sifat pengobatan adalah kuratif. Pengobatan pada stadium I,
II dan IIIa adalah operasi primer, terapi lainnya bersifat adjuvant. Untuk
stadium I dan II pengobatannya adalah radikal masektomi atau modifikasi
masektomi radikal dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant.
2. Radioterapi
Radioterapi diberikan secara teratur selama beberapa minggu setelah
dilakukan lumpektomi atau masektomi parsial dengan tujuan untuk membunuh
sel tumor yang tersisa yang terdapat di dekat area tumor. Radiasi dilakukan
tergantung dari besar tumor, jumlah KGB axilla yang terkena. Kadang terapi
radiasi diberikan sebelum tindakan bedah untuk menyusutkan ukuran tumor
yang besar sehingga mudah untuk diangkat.
Terapi radiasi sangat efektif mengurangi terjadinya rekurensi Ca
mammae pada kedua mammae dan dinding thorax. Tipe terapi radiasi yang
paling banyak digunakan untuk Ca mammae adalah terapi radiasi yang
diberikan dari sumber yang berada diluar tubuh yang dikenal dengan nama
external-beam radiation therapy. Terapi radiasi juga dapat diberikan dengan
cara menanamkan pil ke dalam area tumor (internal radiation therapy).
Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan:
a) Radioterapi murni kuratif: radioterapi murni terhadap kanker mamae
hasilnya kurang ideal, survival 5 tahun 10-37%. Terutama digunakan
untuk pasien dengan kontraindikasi atau menolak operasi.
b) Radioterapi adjuvant: menjadi bagian integral penting dari terapi
kombinasi. Menurut pengaturan waktu radioterapi dapat dibagi menjadi
radioterapi praoperasi dan pasca operasi. Radioterapi praoperasi
terutama untuk pasien stadium lanjut lokalisasi, dapat membuat
sebagian kanker mamae non-operabel menjadi ‘kanker mamae yang
operabel’. Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh mamae
(bila perlu ditambah radipterapi kelenjar limfe regional) pasca operasi
konservasi mamae (operasi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar
atau biopsi) dan radioterapi adjuvant pasca mastektomi. Dewasa ini
indikasi radioterapi pasca mastektomi adalah: diameter tumor primer ≥
5 cm, fasia pektoral terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar metastatic
lebih dari 4 buah dan tepi irisan positif. Area target iradiasi harus
mencakup dinding toraks dan regio supraklavikular. Regio mamaria
interna jarang terjadi rekurensi klinis, sehingga perlu tidaknya
radioterapi rutin masih kontroversial.
c) Radioterapi paliatif: terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut
dengan rekurensi, metastasis. Dalam hal meredakan nyeri efeknya
sangat baik. Selain itu kadang kala digunakan radiasi terhadap ovarium
bilateral untuk menghambat fungsi ovarium hingga mencapai efek
kastrasi.
3. Kemoterapi
Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama
diberikan pada kanker mammae yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat
pula diberikan pada kanker mammae yang sudah dilakukan mastektomi bersifat
terapi adjuvant. Biasanya diberikan kombinasi CMF (Cyclophosphamide,
Methotrexate, Fluorouracil).
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera
setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun.
Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka
harapan hidup penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif
dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun
penyinaran, obat-obat tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara.
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka
terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang
sifatnya sementara. Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya
obat ondansetron. Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka
terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut
akan menghilang. Macam-macam jenis kemoterapi sebagai berikut :
a) Kemoterapi pra-operasi: terutama kemoterapi sistemik, bila perlu dapat
dilakukan kemoterapi intra-arterial, mungkin dapat membuat sebagian
‘kanker mamae lanjut lokal non-operabel’ menjadi ‘kanker mamae
operabel’.
b) Kemoterapi adjuvant pasca operasi: indikasi kemoterapi adjuvant pasca
operasi relatif luas, terhadap semua pasien karsinoma invasif dengan
diameter terbesar tumor lebih besar atau sama dengan 1 cm harus
dipikirkan kemoterapi adjuvant. Hanya terhadap pasien lanjut usia
dengan ER, PR positif dapat dipertimbangkan hanya diberikan terapi
hormonal.
c) Kemoterapi terhadap kanker mamae stadium lanjut atau rekuren dam
metastatik: kemoterapi adjuvant karsinoma mamae selain sebagian kecil
masih memakai regimen CMF, semakin banyak yang memakai
kemoterapi kombinasu berbasis golongan antrasiklin. Terhadap pasien
dengan kelenjar limfe positif, reseptor hormon negatif masih dapat
dipertimbangkan memakai golongan taksan.
Untuk kemoterapi karsinoma mamae stadium lanjut, rekuren, metastatic
umumnya harus berdasarkan obat yang digunakan sebelumnya dan ditangani
secara individual. Bagi yang belum pernah memakai golongan antrasiklin dan
taksan, pertimbangan pertama adalah obat golongan antrasiklin adan golongan
taksan. Obat lini kedua yang sering dipakai adalah novelbin, vinblastine,
gemsitabin, cisplatin, xeloda.
4. Terapi hormonal
Sebagian besar kejadian dan perkembangan kanker mamae memiliki
kaitan tertentu dengan hormon, terutama melalui pemeriksaan reseptor estrogen
(ER) dan progesterone (PR) dari tumor untuk menentukan efek terapi hormonal.
Pasien dengan hasil pemeriksaan positif tergolong kanker mammae tipe
bergantung hormon, hasil terapi hormonal baik, pasien dengan hasil tes negatif
tergolong kanker mamae tipe tidak bergantung hormon, efek terapi hormonal
agak kurang. Terapi hormonal terutama mencakup bedah terutama adalah
ooforektomi (disebut juga kastrasi) terhadap wanita pramenopause. Terapi
hormonal medikamentosa dalam 20 tahun lebih terakhir ini mengalami
kemajuan besar, pada dasarnya sudah menggantikan operasi kelenjar endokrin.
Yang digunakan diklinis terutama adalah:
a) Obat antiestrogen.
Tamoksifen merupakan penyekat reseptor estrogen, mekanisme
utamanya adalah berikatan dengan ER secara kompetitif, menyekat
transmisi informasi ke dalam sel tumor sehingga berefek terapi. Iia
adalah obat terapi hormonal yang paling luas dipakai saat ini. Terapi
tamoksifen juga memiliki efek mirip estrogen, berefek samping
thrombosis vena dalam, karsinoma endometrium. Sehingga perlu
diperhatikan dan diperiksa berkala.
b) Inhibitor aromatase.
Pada wanita pasca menopause, estrogen terutama berasal dari
kolesterol yang disekresi lapisan reticular kelenjar adrenal dan
androstendion yang terdapat dijaringan lemak, hati, otot, dll. Kedua
zat itu melalui efek enzim aromatase diubah menjadi estradiol dan
estrogen. Obat inhibitor aromatase menghambat kerja enzim
aromatase, sehingga menghambat atau mengurangi perubahan
androgen menjadi estrogen. Aminoglutetimid adalah inhibitor
aromatase generasi pertama, karena ia menghambat sintesis hormon
adrenokortikal maka kurang selektif, sehingga sewaktu memakainya
harus menambahkan hormon adrenokortikal. Selain itu obat ini
berefek samping vertigo, ataksia, dll.
c) Obat sejenis LH-RH (luteinizing hormone-releasing hormone).
Obat jenis ini dewasa ini terutama adalah goserelin, efeknya
menghambat sekresi gonadotropin, menghambat fungsi ovarium
secara keseluruhan, sehingga kadar estradiol serum turun. Jadi, obat
ini dapat mencapai efek ooforektomi medikamentosa secara selektif,
hingga menghambat pertumbuhan tumor.
d) Obat sejenis progesterone.
Yang sering digunakan diklinis adalah medroksiprogesteron asetat
(MPA) dan megesterol asetat (MA). Terutama digunakan bagi
pasien pasca menopause atau pasca ooforektomi. Mekanisme
utamanya adalah melalui umpan balik hormon progestin
menyebabkan inhibisi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal,
androgen menurun, hingga mengurangi sumber perubahan menjadi
estrogen dengan hasil turunnya kadar estrogen. Selain itu obat
golongan ini juga berefek menambah nafsu makan, memperbaiki
kondisi umum pasien.
f. Pencegahan,1,7
Kanker payudara tergolong pada kegansan uang dapat didiagnosis secara dini.
Usaha untuk ini adalah melakukan SADARI (periksa Payudara Sendiri). Sadari
dilakukan setelah menstruasi, yaitu 7-10 hari dari hari menstruasi pertama; karena
pengaruh hormonal estrogen sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu
dalam keadaan tidak edema atau tidak membengkak sehingga lebih mudah meraba
adanya tumor atau kelainan.
SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri)
Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini
apabila terdapat benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas,
sehingga dapat menurunkan angka kematian. Meskipun angka kejadian
kanker payudara rendah pada wanita muda, namun sangat penting untuk
diajarkan SADARI semasa muda agar terbiasa melakukannya di kala
tua. Wanita premenopause (belum memasuki masa menopause)
sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah siklus
menstruasinya selesai.
Cara melakukan SADARI adalah :
KESIMPULAN
yaitu tumor mammae jinak (benign) dan tumor mammae ganas (maligna). Hampir 40
% pasien wanita yang datang ke rumah sakit datang dengan kelainan lesi jinak
payudara. Selain tingginya insiden dari lesi mammae yang bersifat benign, keganasan
pada kelenjar mammae juga menjadi penyebab utama kematian pada wanita.
tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru
maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang. Karsinoma payudara pada wanita
menduduki tempat nomor dua setelah karsinoma serviks uterus. Pencegahannya dapat
histopatologik .
DAFTAR PUSTAKA
8. Wan Desen. Buku ajar onkologi klinik edisi 2. Penerbit FK UI. Edisi kedua cetakan
ke-3, 2013.372- 382
9. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Ronbbins basic Pathology. 9th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders: 2013.
10. Muchlis Ramli. Update reast Cancer Management Diagnostic and Treatment.
Majalah kedokteran andalas, Divisi Bedah Onkologi, Departemen Ilmu Bedah FK
Universitas Indonesia. vol 38, No. Sulp. 1 agustus 2015.
41
42