Tabel 37-2. Menguraikan Terapi Tambahan. Catatan bahwa sebagian besar obat-
obatan ini memerlukan hasil tes laboratorium dasar spesifik, pemantauan ketat akan
efek sampingnya, pengobatan untuk mencegah interaksi obat, dan kehati-hatian
akan imuno supresan. Terapi pemeliharaan harus dilanjutkan sampai terjadi
penyembuhan luka total dan kemudian perlahan-lahan berkurang. Selain itu pasien
dengan PG ulseratif memiliki risiko kekambuhan yang signifikan sehingga
diperlukan tindak lanjut jangka panjang dan beberapa pasien memerlukan terapi
pemeliharaan jangka panjang.
UNRESPONSIVE PYODERMA PIODERMA GANGRENOSUM
GANGRENOSUM AND TIDAK BERESPON DENGAN
TREATMENT TERAPI DAN PERTIMBANGAN
CONSIDERATIONS TERAPINYA
When PG is not responding to Ketika PG tidak berespon dengan
treatment, or if healing stalls, the terapi, atau jika penyembuhan
provider must reassess the case: berhenti, praktisi harus menilai
Is there an uncontrolled comorbidity kembali kasus ini:
(eg, venous stasis, vascular ischemia, 1. Apakah ada komorbiditas yang
diabetes) that is inhibiting wound tidak terkontrol (misalnya, stasis
healing and needs to be addressed? vena, iskemia vaskular, diabetes)
1. Is there a new superimposed yang menghambat penyembuhan
infection that needs workup and luka dan perlu ditangani?
treatment? 2. Apakah ada infeksi superimpos
2. And if so, should another biopsy be baru yang perlu dilakukan
performed for pan-culture? pemeriksaan dan diberikan
3. Is there a better, more directed pengobatan? Dan jika demikian,
medication that should be tried? haruskah dilakukan biopsi lain
In patients with refractory or untuk pan-kultur?
difficult-to-treat PG, genetic analysis 3. Apakah ada obat yang lebih baik
can be considered and may help atau lebih terarah yang harus
identify better directed therapy. dicoba?
Pada pasien dengan PG yang sulit
diobati, analisis genetik dapat
dipertimbangkan dan dapat
membantu mengidentifikasi terapi
terarah yang lebih baik.
44
DeFilippis et al reviewed the DeFilippis et al44 meninjau literatur
published literature regarding yang diterbitkan mengenai sindrom
syndromes and genetic mutations dan mutasi genetik yang terkait
associated with PG, and found that dengan PG dan menemukan bahwa
PG responded to different treatments PG menanggapi pengobatan yang
depending on the underlying disease berbeda tergantung pada proses
process. For example, cases with the penyakit yang mendasarinya. Sebagai
PAPA syndrome and variants with contoh kasus dengan sindrom PAPA
increased IL-1β improved with the dan varian dengan IL-1β meningkat
anti–IL-1 β monoclonal antibody dengan pemberian anti-IL-1 β
canakinumab, the IL-1 receptor antibodi monoklonal canakinumab,
antagonist anakinra, and TNF-α antagonis reseptor IL-1 anakinra, dan
inhibitors, whereas a case of inhibitor TNF-α, sedangkan kasus
polycythemia vera with JAK2 polisithemia vera dengan mutasi
mutation responded to the JAK2 berespon dengan terapi
JAK1/JAK2 inhibitor ruxolitinib, and inhibitor JAK1 / JAK2 inhibitor
PG-like cases with MTHFR ruxolitinib, dan kasus mirip PG
mutations (whose pathway relies on dengan mutasi MTHFR (yang
vitamins B6 , B9 , and B12 ) improved jalurnya bergantung pada vitamin B6,
with B-vitamin therapy. 44 B9, dan B12) membaik dengan
pemberian terapi vitamin B.44
WOUND CARE PERAWATAN LUKA
The location, morphology, size, Lokasi, morfologi, ukuran, dan
and depth of each lesion should be kedalaman lesi harus dicatat (dengan
recorded (with photography) on fotografi) pada presentasi dan ulasan
presentation and subsequent review to selanjutnya untuk membantu
help monitor course. The cutaneous memantau perjalanan penyakit. Lesi
lesions of PG are usually extremely kulit PG biasanya sangat lunak
tender so cleansing should be carried sehingga pembersihan luka harus
out daily with tepid sterile saline or a dilakukan setiap hari dengan cairan
mild antiseptic solution. Silver salin steril hangat atau larutan
sulfadiazine 1% cream is usually antiseptik ringan. Krim perak
soothing when applied to the sulfadiazin 1% biasanya
ulcerated lesions of PG and may menyejukkan ketika diaplikasikan
facilitate granulation tissue formation pada lesi ulserasi PG dan dapat
while also inhibiting bacterial growth. memfasilitasi pembentukan jaringan
A nonadhesive dressing should be granulasi dan juga menghambat
applied over the lesion and held in pertumbuhan bakteri. Pembalut non
place with a crêpe elasticized bandage adesif harus dioleskan di atas lesi dan
wrapped firmly, but not tightly, over ditahan dengan balutan elastis crêpe
it. yang dibungkus dengan kuat, tetapi
Some patients, particularly those tidak dengan ketat.
with superficial lesions, obtain Beberapa pasien terutama yang
significant relief with the use of memiliki lesi superfisial mendapatkan
hydrocolloid dressings, which can be bantuan signifikan dengan
left on for 2 to 3 days and“melt” into penggunaan pembalut hidrokoloid
the lesion. yang dibiarkan selama dua hingga
tiga hari dan "meleleh" ke dalam lesi.
Careful instruction to the patient and Instruksi yang hati-hati untuk pasien
nurse is important to ensure dan perawat penting untuk
compliance and to avoid the use of memastikan kepatuhan pemberian
irritants such as chemical desloughing obat dan untuk menghindari
agents, caustics (such as silver penggunaan bahan iritan seperti
nitrate), or dressings such as gauze bahan kimia desloughing, kaustik
impregnated with soft paraffin and/or (seperti perak nitrat), atau pembalut
antibacterial agents that may adhere seperti kasa yang diresapi dengan
to the ulcer base. A variety of bacteria parafin lunak dan / atau agen
may be cultured from the wound antibakteri yang mungkin melekat ke
surface, but these usually represent dasar ulkus. Berbagai bakteri dapat
contaminants and directed antibiotic dikultur dari permukaan luka, tetapi
therapy is not required unless there biasanya mewakili kontaminan dan
are clinical signs of incipient cellulitis terapi antibiotik diarahkan tidak
around the wound. diperlukan kecuali ditemukan tanda-
PROCEDURES tanda klinis selulitis baru di sekitar
Debridement must not be performed luka.
aggressively and skin grafting should
PROSEDUR
be avoided if possible because of
Debridemen tidak boleh
pathergy and the risk of inducing new
dilakukan secara agresif dan grafting
PG lesions at the donor sites. Cultured
kulit harus dihindari jika
tissue allografts/auto-grafts and the
memungkinkan karena adanya
use of bovine collagen matrix have
patergik dan risiko menginduksi lesi
been reported to be useful in patients
PG baru di lokasi donor. Allograft /
in whom the disease is controlled but
auto-cangkok jaringan yang dikultur
re-epithelialization incomplete.67
dan penggunaan matriks kolagen
bovin telah dilaporkan bermanfaat
pada pasien yang penyakitnya
terkontrol tetapi epitelisasi ulang
tidak sempurna.
COUNSELING EDUKASI
The patient should be given Pasien harus diberikan harapan
realistic expectations of the speed of yang realistis tentang kecepatan
recovery likely in this disease. Thus, pemulihan yang mungkin terjadi pada
although lesions develop and evolve penyakit ini. Dengan demikian
within days, the healing process can meskipun lesi berkembang dan
take weeks to months. berevolusi dalam beberapa hari,
proses penyembuhan dapat
PREVENTION/SCREENING
berlangsung berminggu-minggu
A patient who has had a history
hingga berbulan-bulan.
of PG should be advised to avoid
trauma to the skin as there is the PENCEGAHAN DAN
possibility of precipitating a new SKRINING
lesion through the pathergic Seorang pasien yang memiliki
phenomenon. If such patients have to riwayat PG harus disarankan untuk
undergo surgery, they should have menghindari trauma pada kulit karena
close supervision by a dermatologist trauma memicu lesi baru melalui
of their postoperative course. Patients fenomena patergik. Jika pasien harus
with a history of aggressive PG may menjalani operasi, maka harus dalam
warrant a course of systemic steroids pengawasan ketat oleh dokter kulit
during and for a period (2 weeks or pasca operasi. Pasien dengan riwayat
longer) postoperatively to prevent the PG yang agresif dapat memerlukan
development of new PG lesions, and terapi steroid sistemik selama periode
subcuticular sutures should be used pasca operasi (dua minggu atau lebih)
where possible. untuk mencegah perkembangan lesi
PG baru dan jahitan subkutikular
harus digunakan jika memungkinkan.
Patients with a history of PG and Pasien dengan riwayat penyakit PG
Crohn disease who are to have an dan Crohn yang harus menjalani
ileostomy should be warned about the ileostomi harus diperingatkan tentang
possible development of parastomal kemungkinan perkembangan lesi PG
PG lesions, and to try to avoid parastomal dan untuk menghindari
irritation to the area to help prevent iritasi pada area tersebut sehingga
pathergy. membantu mencegah patergik.