Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS BESAR KULIT

PSORIASIS VULGARIS

ERICK KRISTIANTO

KEPANITRAAN Kulit dan Kelamin RS. HUSADA

30 September -2 November 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang dilimpahkanNya, sehingga
pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Besar berjudul “Psoriasis Vulgaris”

”Tak ada gading yang tak retak”, begitu pula penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.
Hendrik Kunta Adjie, Sp.KK yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingannya selama siklus
kepaniteraan kulit di RS Husada selama kepaniteraan 30 September – 2 November 2013.

Dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan wacana-wacana yang berkaitan dengan
Psoriasis, Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Jakarta, 21 Oktober 2013

Penulis,

Erick Kristianto
KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT : RS HUSADA

Nama : Erick Kristianto Tanda Tangan


NIM : 406127026
………………….
dr. Pembimbing / Penguji :
dr. Hendrik Kunta Adjie, SpKK
…………………

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. ABB
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 41 tahun
Alamat : -
Pekerjaan : Administrasi
Status Perkawinan : sudah menikah

B. ANAMNESIA
Autoanamnesa dari pasien tanggal 5 Oktober 2013, jam 11.00 WIB
Keluhan Utama : Sisik putih transparan di alami sejak febuari 2012
awal mula di lutut kemudian muncul di kaki,
sekarang mulai timbul keluhan serupa di siku kiri.
Keluhan Tambahan : Gatal saat stress
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien pertama kali datang pada febuari 2012 ke Poli Kulit RS Husada
dengan keluhan sisik putih transparan di kedua lutut.
Pasien mengaku sisik putih transparan tersebut tidak sakit dan bertambah
besar apabila pasien dalam keadaan stress. Apabila sisik putih transparan tersebut
digaruk, kulitnya menjadi mengelupas bewarna putih seperti ketombe. Apabila pasien
sedang kepanasan, pasien merasa lebih gatal dan akan menggaruk luka tersebut sampai
keluar darah.
Sejak 1 ½ tahun yang lalu, pasien berobat ke poli kulit RS husada,
kemudian oleh dokter di RS tersebut di diagnosis Psoriasis Vulgaris dan sudah
diberikan obat minum cetrizine, salep racikan yang berisi clobetasol propionat 0,05%,
AS 3%, LCD 5%. Kemudian sisik putih transparan tersebut sempat berkurang
beberapa saat, namun pada saat pasien stress sisik putih transparan tersebut muncul
kembali. Sebelum 1 ½ tahun ini, pasien mengaku belum pernah menderita sakit seperti
ini. Pasien menyangkal keluarganya ada yang sakit seperti ini. Pasien juga menyangkal
adanya penyakit seperti kencing manis dan hipertensi.
Pasien memiliki kuku nail pit / pitting nail hampir pada seluruh jari di
kedua tangan pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami riwayat sakit seperti ini sebelumnya.
C. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : Baik
Tensi : 110/70 mmHg
Berat Badan : 75 kg
Tinggi Badan : 170 cm
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Skera Ikterik (-/-)
Gigi : Hygine gigi baik, carries (-)
THT : Dalam batas normal
D. STATUS DERMATOLOGI
Distribusi : Bilateral
Lokasi : Pada kedua lutut dan kedua tumit kaki
Efloresensi : Skuma kasar berlapis bewarna putih sirkumskrip ukuran
plakat dengan dasar yang eritematosa.
E. PEMERIKSAAN PENUNJUANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

F. RESUME
Penderita seorang laki-laki, 41 tahun. Pertama kali datang pada februari
2012 dengan keluhan timbul sisik putih transparan di kedua lutut, keluhan tersebut di
rasakan meluas bila pasien dalam keadaan stress. Riwayat penyakit yang sama dalam
keluarga tidak ada. Saat ini pasien sedang menjalani pengobatan di poliklinik kulit
Husada, riwayat pengobatan pasien : Clobetasol Propionate 0,05%, AS 3%, LCD 5%,
Cetrizine 10 mg 2x1/hari . Kemudian pada tanggal 7 oktober 2013 pasien datang
kembali ke poli kulit Husada unuk kontrol serta keluhan munculnya sisik putih
transparan yang baru di siku kiri pasien.

Status Dermatologi :
Distribusi : Bilateral
Lokasi : pada kedua lutut dan tumit kaki
Efloresensi : Skuma kasar berlapis bewarna putih keabu-abuan
sirkumskrip ukuran plakat dengan dasar yang eritematosa.

G. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding :
Dermatofitosis
Sifilis stadium II
Diagnosis Kerja :
Psoriasis Vulgaris
H. PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan Medikamentosa
i. Topikal
Asam salisilat 3%
Bethametasone cream 0,05%
Camphora 1%
LCD 5%
Vaseline album

ii. Sistemik
Antihistamin (Cetrizine 10 mg 2x sehari)

I. PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad bonam
Ad Functionam: Ad bonam
Ad Kosmetikam: Dubia ad malam
Ad Sanationam : Ad malam
ANALISIS KASUS

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien laki-laki usia 41 tahun ini mengeluh timbul sisik putih
transparan sejak 1 ½ tahun yang lalu, keluhan tersebut itu terdapat di lutut kanan kiri. Di bawah
sisik putih transparan tersebut tampak dasar yang eritematosa. Saat ini pada siku kiri pasien
muncul sisik putih transparan yang baru, lesi yang baru pada siku kiri pasien ini kita sebut
dengan fenomena kobner(isomorfik).
Penderita telah berobat sejak 1 ½ tahun yang lalu di Poli Kulit RS Husada. Pasien telah
mendapatkan obat topical racikan. Sisik putih transparan pasien sempat berkurang selama
penggunaan obat tersebut. Namun apabila pasien dalam keadaan stress, sisik putih transparan
tersebut bertambah dan terasa gatal. Apabila sisik putih transparan tersebut tergaruk, kulitnya
menjadi mengelupas bewarna putih seperti ketombe. Fenomena ini di sebut tetesan lilin. Apabila
kepanasan, pasien sering menggaruk-garuk sisik putih transparan tersebut sampai berdarah.
Fenomena ini disebut Autzpits Sign. Sisik putih pada pasien ini disebabkan oleh stress
psikologik sehingga lebih dihubungkan dengan adanya gangguan system imun.
Dari status dermatologisnya didapatkan letak lesi yang merupakan tempat predileksi dari
psoriasis yaitu daerah ekstensor lutut dan siku. Dari efloresensi didapatkan Skuma kasar berlapis
bewarna putih transparan sirkumskrip ukuran plakat dengan dasar yang eritematosa. Dari
gambaran klinis diatas sangat menunjang diagnosis kearah psoriasis vulgaris
Pengobatan medikamentosa pada pasien ini diberikan secara topical dan sistemik. Pengobatan
topical diberikan adalah LCD (ter Batu bara) yang ditambahkan asam salisilat 3 %, camphora
1% dan betamethasone cream 0,05 sebagai vehikulum nya diberikan vaselin, karena penetrasi
obat ini sangat baik dalam bentuk salep. Salep ini diberikan pada malam hari karena pengaruh
dari ter adalah photosensitive. Khasiat kombinasi ini bersifat keratoplastik, vasokonstriksi dan
anti radang karena pada psoriasis turn over time nya lebih cepat daripada kulit normal.
Sedangkan untuk pengobatan sistemik diberikan antihistamin (cetrizine) untuk keluhan
gatalnya.
Selain pengobatan, KIE juga penting diberikan kepada pasien. Prognosis psoriasis vulgaris ini
dari segi functionam nya baik, dari segi kosmetikam kemungkinan buruk (dubia) karena sisik
putih transparan ini meninggalkan bekas dan tidak bisa hilang seutuhnya dari segi sanationam
buruk (malam) , dari segi vitam baik.
SISIK Putih Transparan Skuama putih Fenomena tetesan
lilin

gatal
stress

garuk
Lesi baru berdarah

Fenomena koebner Fenomena


autzpits
TINJAUAN PUSTAKA

PSORIASIS

I. Definisi
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun,bersifat kronik dan residif ditandai
dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis – lapis dan
transparan. 1

II. Epidemiologi
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan
kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih lebih mengingat bahwa perjalanan
penyakit ini menahun dna residif.
Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit bewarna. Di Eropa
dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Pada bangsa
berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian pula bangsa indian di Amerika.
Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua usia,
tetapi pada umumnya usia dewasa. 2

III. Etiologi
 Sex
o Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita. 1
 Ras
o Insidens pada kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit bewarna. Di eropa
2

 Herediter
o Bila orangtuanya tidak mengalami psoriasis resiko mendapat psoriasis 12 %.
Sedangkan jika salah satu orangtuanya menderita psoriasis resikonya mencapai
34-39 %. Psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial. Sedangkan psoriasis
tipe II dengan awitan lambat bersifat non familial. Hal lain yang menyokong
adanya factor genetic ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe
I berhubungan dengan HLA-B13, B17,Bw57 dan CW6. Psoirais tipe II berkaitan
dengan HLA B 27 dan CW 2, sedangkan psoriasis pustulosa berkorelasi dengan
HLA B-27. 1,2
 Faktor yang mencetus
o Trauma Fisik
 Pada Fenomena Kobner dikatakan bahwa tindakan menggaruk,
menggosok-gosok adalah salah satu yang mencetuskan proses Psoriasis
proliferative. 1,2
o Infeksi
 Psoriasis Gutata disebabkan oleh infeksi akut streptococcus. 1,2
o Stress
 Stress Psikis merupakan pencetus utama. Saebuah penelitian menemukan
bahwa pada orang dewasa, insidens terjadinya psoriasis setinggi 40%. 1,2
o Obat
 Obat yang sering menyebabkan psoriasis adalah glucocortiroid oral, anti
malaria, B-Blocker, interferon. 2
o Alkohol 2

IV. Patogenesis

Abnormalitas pada penderita psoriasis adalah sebagai berikut :


(1). Pada penderita psoriasis, terjadi abnormalitas pada pertumbuhan sel-sel dimana pertukaran
siklus sel terjadi pada 311 jam berubah menjadi 36 jam, terjadi pemendekan waktu siklus kurang
dari 28 jam. Terjadi perubahan keratinosit, dimana pada keadaan normal keratinosit apabila
mencapai epidermis akan kehilangan intinya. Sedangkan pada penderita psoriasis Keratinosit ini
tidak kehilangan inti disebut parakeratosit. Sehingga menyebabkan penebalan dari kulit disertai
dengan skuama. Pembentukan parakeratosis ini abnormal, sehingga apabila tergaruk akan
mudah sekali terjadi dilatasi dari pembuluh darah yang menyebabkan fenomena autzpitz.
(2). CD 8+ T cells, terdapat pada hampir diseluruh lesi psoriasis. Epidermis dan Dermis bereaksi
terhadap system imun selular. Sehingga terjadi perubahan pada epidermis dan dermis. Psoriasis
adalah penyakit yang disebabkan oleh sel T. pada penerlitian ditemukan banyak sel T CD8+
yang berada di sekitar lesi psoriasis mengelilingi pembuluh darah dermal, dan T Helper 1
bertanggung jawab atas terjadi nya sitokin. Psoriasis merupakan penyakit respons autoreaktif
imun. 1

V. Gejala Klinis
Keadaan umumnya tidak terpengaruhi, sebagian penderia mengeluh gatal ringan.
Pada Psoriasis terdapat :
a. Fenomena tetesan lilin
Skuama yang berubah waran menjadi putih pada goresan seperti lilin yang
digores disebabkan oleh berubahnya indeks bias.
b. Fenomena Auspitz
Tampak serum darah berbintik-bintik disebabkan oleh papilomatosis.
c. Fenomena Kobner
Garukan pada tempat lain pada penderita psoriasis akan menghasilkan lesi yang
sama dengan psoriasis

Predileksi tempat Psoriasis


1. telapak tangan dan telapak kaki

2. Kepala
3. Muka
Jarang terjadi psoriasis dan apabila terjadi psoriasis seringnya berkaitan dengan tipe yang
refraktori.

4. psoriasis kronik pada daerah perianal dan genital pada daerah lipatan-lipatan dan fleksura
5. Kuku

Kerusakan kuku pada penderita psoriasis terdiri atas :

 Onycholisis : pengangkatan lempeng kuku dari dasar nya disebabkan oleh abnormalitas
dari adhesi sel kuku, biasanya bermanifestasi dengan bercak putih atau bentuk salmon
pada lempeng kuku.
 Subungual hyperkeratosis : akumulasi dari material yang putih seperti kapur dibawah
kuku yang disebabkan oleh proliferasi dari dasar kuku.
 Pitting (depresi dari lempeng kuku) yang merupakan hasil dari sel-sel parakeratotic yang
hilang dari permukaan kulit
 Beau’s Line (garis transversal pada kuku) yang berasal dari inflamasi dari lempeng kuku
yang menyebabkan penghambatan dari pertumbuhan kuku.
 Splinter Haemorrhages (garis longitudinal hitam) karena kebocoran dari kapiler yang
berdilatasi.
6. Sendi

Figure 2.19 Acute arthropathy.

Jo i n t d i sease i n p so r i asi s
Psoriatic arthropathy is reported to affect 5–10% of patients
with psoriasis (Figure 2.19), and of these 40% have a family his-
tory of psoriasis. Seronegative arthritis in the context of pso-
riasis is thought to be human leukocyte antigen (HLA) linked.
Characteristically patients develop skin manifestations of psoria-
sis before joint involvement, but in 15% this is reversed. There are
fi ve recognized patterns of arthropathy associated with psoriasis
(Box 2.1). The distal interphalangeal joints are most commonly
affected (metacarpophalangeal joints are spared). The arthropathy
is usually asymmetrical. The sex ratio is equal, however there is a
male predominance in the spondylitic form, and a female predomi-
nance in the rheumatoid form (Figure 2.20). Arthritis mutilans is
a rarer form where there is considerable bone resorption leading to
‘telescoping’ of the fi ngers. Radiological changes include a destruc-
Psoriasis Arrthritis
tive arthropathy terjadi(Figure
with deformity pada 2.21).
5-10% dari penderita psoriasis. Dikaitkan dengan genetic dan
Psoriatic arthropathy usually waxes and wanes but can be severe
gen
enoughHLA (Human
to cause Leukosit
signifi cant functionalAntigen).
disabilities. Pada psoriasis
Stiffness, pain tipe ini 15% dapat kembali seperti
and joint deformity are the most common manifestations.
normal. Terdapat 5 kriteria untuk psoriasis arthritis

Box 2.1 Five types of psoriatic arthropathy

1 Distal interphalangeal joints (80% have associated nail changes)


2 Asymmetrical oligoarticular (hands and feet, ‘sausage-shaped’
digits)
3 Symmetrical polyarthritis (hands, wrists, ankles, ‘rheumatoid
pattern’)
nstable and likely to 4 Arthritis mutilans (digits, resorption of bone, resultant
ultraviolet light can ‘telescoping’ of redundant skin)
5 Spondylitis (asymmetrical vertebral involvement, male
more widespread and
preponderance)

VI. Histopatologis
Psoriasis memberikan gambaran histopatologik yang khas yakni parakeratosis akantosis pada
1/22/2009 9:43:06 Shobha
stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses Monroe. Selain itu terdapat
pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.
VII. Klasifikasi psoriasis
1. Psoriasis vulgaris
Bentuk ini adalah yang lazim terdapat karena itu disebut vulgaris dinamakan juga tipe
plak karena lesi nya umumnya berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang telah
diterangkan diatas.
2. Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. timbulnya mendadak dan diseminata
umumnya setelah infeksi streptococcus di saluran napas baguan atas sehabis influenza
atau morbili terutama anak –anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul setelah
infeksi yang lain, baik bacterial maupun viral.
3. Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)
Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor sesuai dengan
namanya.
4. Psoriasis eksudativa
Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada bentuk ini
kelainannya eksudativa seperti dermatitis akut.
5. Psoraiasis Sebroroik
Gambaran klini psoriasis seboroik merupakan gabungan dari psoriasis dan dermatitis
seborik dimana skuamanya menjadi agak berminyak dan agak lunak. Selain berlokasi
pada tempat yang lazim jug aterdapat pada temapt seboroik.
6. Psoriasis Pustulosa
Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit
tersendiri, kedua dianggap sebagai varian dari psoriasis. Terdapat 2 bentuk psoriasis
pustulosa , bentuk lokalisata dan generalisata. Bentuk lokalisata contohnya psoriasis
pustulosa palmo plantar (Barber) sedangkan bentuk generalisata contohnya psoriasis
pustulosa generalisata contohnya pustulosa generalisata akut (Von Zumbusch)
a. psoriasis pustulosa palmoplantar (Barber)
Penyakit ini bersifat kronik dan residif terjadi di telapak tangan dan kaki atau
kedaunya. Kelaianan kulit berupa kelompok-kelompok pustule kecil steril di dalam
diatas kulit eritematosa dan disertai rasa gatal.
Gejala : rasa terbakar  gatal
Kelainan kulit : terdapat pus warna kuning warna 2-5 cm, warna kuning dan tumbuh
pada daerah yang eritema serta ber skuama. Pustule terbatas pada telapak tangan dan
kaki.
b. Psoriasis pustulosa generalisata akut (Von zumbusch)
Sebagai factor provokatif adalah pengehentian obat mendadak seperti penisilin
dan derivatnya, antibiotic lain (betalaktam, hidroklorokuin, Kalium iodide,
Morfin, Sulfapiridin, Sulfonamida, Kodein dan pengehentian steroid sistemik.
Bisa juga karena factor lain seperti hipokalsemia, sinar matahari, alcohol, stress
emosional, infeksi bakteri dan virus.
Penyakit ini dapat muncul pada penderita yang belum, telah atau sedang
mengalami psoriasis.
Gejala awalnya nyeri kulit, hiperalgesia dengan gejala umum, demam, malese
nausea, anoreksia, psoriasis yang telah ada semakin eritematosa dan edematosa
pada kulit yang normal dalam beberapa jam timbul banyak pustule miliar pada
plak plak tersebut. Dalam sehari pustule berkonfluensi membentuk “lake of pus”
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis (Leukosit dapat mencapai
20.000/ML) kultur pus daru pustule steril.

7. Eritroderma Psoriatik
Terjadi pada penghentian obat topical yang kuat atau penyakit nya sendiri yang
meluas. Biasanya pada penderita ini, lesi untuk psoriasis nya tidak tampak lagi karena
eritema dan skuama tebal universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-
samar yakni lebih eritematosa dan kulitnya meninggi.

VII. Diagnosis
Jika gambaran klinisnya khas, tidaklah sukar membuat diagnosis. Kalau tidak khas,
maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang tergolong dermatosis
eritoskuamosa.
Pada diagnosis banding, hendaknya selalu diingat bahwa pada psoriasis terdapat
tanda-tanda yang khas yaitu : skuama kasar, transparan serta berlapis lapis, fenomena tetesan
lilin, dan fenomena autspitz.

VIII. Diagnosa Banding


 Dermatofitosis
Pada stadium penyembuhan, eritema dapat hanya terjadi di pinggir hingga
menyerupai dermatofitosis.
 Sifilis stadium II
Perbedaan nya pada sifilis terdapat sanggama tersangka, pembesaran kelenjar getah
bening menyeluruh dan tes serologic untuk sifilis (TSS positif)
 Dermatitis Seboroik
Skuamanya berminyak dan kekuningan dan bertempat pada predileksi seboroik.
 Pitriasis rosea

IX. Pengobatan
Pengobatan Sistemik
1. Kortikosteroid
Dapat mengontrol Psoriasis, dosis 30 mg prednison, setelah membaik dosis diturunkan
perlahan, bila dilepas mendadk dapat menyebabkan kekambuhan dan terjadi psoriasis
pustulosa generalisata
2. Obat Sitostatik
Biasa di pakai Metotreksat
I: Psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, Eritroderma karena
psoriasis yang sukar terkentrol obat standar
KI: gangguan fungsi dari hepar, ginjal, sistem hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi
aktif ( TBC), ulkus peptikum, Kolitis Ulserosa, Psikosis
Dosis : 3x 2,5 mg interval 12 jam seminggu dengan dosis total 7,5 mg bila tidak tampak
perbaikan naik 2,5-5 mg per minggu
Dosis IM : 7,5 mg-25mg dosis tunggal tiap hari
Jika sudah terkontrol dosis turunkan / perpanjang masa interval hingga bisa kembali ke
terapi topikal
Tiap 2 minggu periksa Hb, Leukosit, Diff, Thromobisit, Urin lengkap. ½ bulan periksa:
fungsi hati dan ginjal
Bila leukosit < 3500 hentikan pemberian
Jika fungsi hepar normal  biopsi hepar di lakukan setiap dosis total mencapai 1,5 gr
Hepar tidak normal  biopsi setiap dosis total mencapai 1gr
Efek samping : Nyeri kepala, alopesia, saluran cerna, sumsum tulang belakang, hepar,
lien.
3. Levodopa
I: penderita parkinson dengan psoriasis
Menyembuhkan hingga 40% kasus psoriasis
Dosis 2x 250 mg- 3x500mg
ES: Mual, Muntah, Anoreksia, Hipotensi, Gangguan Psikis, Jantung
4. DDS/ Dapson
I: Psoriasis Pustulosa tipe barber
Dosis : 2x100mg /hari
ES: anemia hemolitik, Methemoglobinemia, Agranulositosis

5. Etretinat, Asitretin
Etretinat : merupakan retinoid aromatik
I: Psoriasis yang sukar di sembuhkan dengan obat lain, Eritroderma Psoriatika
Cara kerja belum di ketahui pasti, pada psoriasis mengurangi proliferasi sel epidermal
pada lesi psoriasis dan kulit normal.
Dosis : 1 bulan pertama 1mg/kg/bb jika tidak ada perubahan dapat di tingkatkan 1 ½
mg/kg/bb
ES: kulit menipis, selaput lendir kering, Peninggkatan lipid darah, gangguan fungsi
hepar, Hiperostosis, Teratogenik
Asitretin : merupakan metabolik Etretinat yang utama
ES dan manfaat serupa dengan Etretinat, memiliki kelebihan yakni memiliki waktu paruh
eliminasi 2 hari. Pada Etretinat lebih dari 100 hari
6. Siklosporin
Memiliki efek Immunosupresif
Dosis 6 mg/Kg/BB
ES: Nefrotoksik dan Hepatotoksik
7. Terapi Biologi
Obat baru, memblok langkah molekular spesifik penting pada patogenesis psoriasis
Contoh obat: Infliksimal, Alefasep, Etanersep, Efalizumab, Adalimumab, Ustekimumab
Terapi Topikal
1. TER
Memiliki efek anti radang
Ada 3 jenis
Fosil : Iktiol
Kayu: Oleum kadini dan oleum ruski
Batu bara : Liantral atau LCD
TER batu bara lebih efektif dari pada Ter kayu namum memiliki kemungkinan iritasi
yang lebih besar. Pada psoriasis menahun kita gunakan Ter Batubara, pada Psoriasis
akut kita dapat menggunakan Ter kayu karena kemungkinan iritasi lebih kecil.
Sebagai vehikulum dapat di gunakan salap karena daya penetrasi terbaik.
2. Kortikosteroid
Topikal memberikan hasil yang baik, pemberian potensi dan vehikulum tergantung
lokasi. Krim pada skalp, muka dan daerah lipatan. Potensi sedang dapat di berikan
pada daerah muka, lipatan dan genitalia eksterna, potensi kuat pada batang tubuh dan
ekstremitas. Jika telah terjadi perbaikan dapat kita turunkan potensi dan frekuensi
pemberian.
3. Ditranol ( Antralin)
Efektif namun memiliki kekurangan berupa mewarnai kulit dan pakaian. Konstreasi
berkisar 0,2-0,8 dalam pasta, salap, krim. Lama pemakaian ¼ - ½ jam sehari.
Penyembuhan dalam 3 minggu
4. Pengobatan dengan penyinaran
Sinar UV menghambat mitosis, UVA yang di kombinasi dengan psoralen kita kenal
dengan cara goeckerman
UVB
Indikasi: Psoriasis Plak, Guttata, Pustular, Eritroderma
Dosis UVD 12-23 mm kemudian dapat di naikan 15% dari dosis sebelumnya.
5. Calcipitrol
Sintetik Vit D berupa salap / krim, memiliki efek antriproliferasi. Efek perbaikan
setelah 1 minggu.
Efek samping : 4-20 % penderita mengalami iritasi
6. Tazaroten
Molekul Retinoid Asetilinik Topikal, memiliki efek menghambat proliferasi,
Normalisasi petanda diferensiasi keratinosit, hambat petanda proinflamasi pada sel
radang yang menginfiltrasi kulit
7. Emolien
Melembabkan kulit, dapat di gunakan pada batang tubuh selain lipatan. Meningkatkan
daya penetrasi zat aktif, emolien sendiri tidak ada efek antipsoriasis.
Table 3.1 Management of psoriasis.

iasis. Type of psoriasis Standard therapy Alternatives

ent. Localized stable Tar preparations Dithranol/ichthammol


plaques Vitamin D analogues TL-01 (UVB)
Salicylic acid preparations
Topical steroids
DTUs).
Extensive stable TL-01 (UVB) Methotrexate
plaques PUVA Ciclosporin A
Acitretin Hydroxyurea
PUVA + acitretin Biological agents
Widespread small TL-01 (UVB) Steroid with LPC
plaques
rly assessment of Guttate psoriasis Moderate-potency topical Steroid with LPC
e. Indeed manag- steroids
s it is for medical TL-01 (UVB)
ay have a signifi - Facial psoriasis Mild/moderate-potency Steroid with LPC
ppearance of the topical steroid, vitamin D
me needs to be set Flexural psoriasis Mild/moderate-potency
he skin is cleared topical steroid + antifungal
y skin disease on Pustular psoriasis of Moderate/potent topical Acitretin
sing the validated hands and feet steroids Hand and foot PUVA
Potent topical steroid +
ed on a question- propylene glycol ± occlusion
s is the Psoriasis
Acute Inpatient management Methotrexate
assess the impact erythrodermic, Short-term mild topical Acitretin
aires embrace all unstable/generalized steroids Ciclosporin
nships, domestic pustular psoriasis Mycophenolate mofetil

PUVA, psoralen with ultraviolet A; TL-01, narr ow-band ultraviolet B; UVB,


heir psoriasis and
broad-band ultraviolet B; LPC, liquor picis carbis.
t been fully char-
uppressed rather
derlying cause of treatment for each patient should be tailored to the type of psoriasis, Man
d disease with an PHOTOTERAPI (PUVA)
their age, general health, social and occupational factors, their level
ecognized trigger of motivation and the acceptability of the treatment to the patient.
al trauma to the Some patients may start initially using simple topical therapy and
ate psoriasis) and then move to the stronger systemic agents if their disease is poorly
controlled, whereas others may move from stronger treatments to
hototherapy and simpler topical therapies once their disease is controlled.
most appropriate
Der m at o l o g y d ay t r eat m en t u n i t s
nd R. Morris-Jones. Dermatology day treatment units (DDTUs) facilitate the manage-
ment of psoriasis patients, particularly in relation to topical therapy,

1/22/2009 9:43:39 Shobha

Figure 3.6 After phototherapy.


Figure 3.4 Psoralen with ultraviolet A (PUVA) cabinet.

The total cumulative dosage is careful


as possible to reduce the risk of side-e
Two main types of phototherapy a
violet B (UVB) and ultraviolet A w
phototherapy has advantages over
children and during pregnancy, and
Figure 3.6 After phototherapy.
Figure 3.4 Psoralen with ultraviolet A (PUVA) cabinet.

The total cumulative dosage is carefully


as possible to reduce the risk of side-effe
Two main types of phototherapy are
violet B (UVB) and ultraviolet A wit
phototherapy has advantages over PU
children and during pregnancy, and do
of UV-blocking glasses after treatment.

Ultraviolet B (UVB) is short-wavelength


tered three times weekly (20–30 treatme
sis. Conventional broad-band UVB lam
280 to 330 nm; these machines are la
narrow-band UVB (TL-01) devices whi
311 nm. TL-01 is more effective than bro
a reduced risk of burning. The starting d
ments (mJ/cm2) for patients can be bas
erythema dose) which is the dose of U
erythema (the patient’s starting dose will
the MED for psoriasis). Alternatively th
(I–VI) can be used to guide the startin
totype refl ects the skin’s tolerance to sun
through to type VI black skin). UVB ca
with tar (Goeckerman regimen) or dithr
Figure 3.5 Before phototherapy. chronic thick plaques of psoriasis. UVB
Mekanisme dari fototerapi menyebabkan apoptosis dari sel imun acitretin
dan can also increase the effi cacy.
menghambat
Current estimates suggest that patients can be given approxi-
sintesis dan pelepasan sitokin
mately 200 pro treatments
individual inflamatori.
(<1000 J) of light safely within Ultraviolet A (UVA) is long-wavelength U
their lifetime. Consequently an individual patient’s light ‘quota’ can is given in combination with oral or top
Fototerapi harussoon
dilakukan
be used upoleh
with aspesialis kulit.comprising
standard course Fototerapi 20–30cocok
treat- digunakan
weekly (20–30 untuk
treatments) for recalcitran
ments (Figures 3.5 & 3.6). Maintenance treatment with photo- psoriasis. There are two types of psoral
penyakit lanjutan yang tidak hilang dengan terapi topical. Pasien dengan psoriasis
therapy is no longer recommended and rarely given for psoriasis. ralen (8-MOP) 0.6 mg/kg body weigh
dapat diberikan 2-3 x/ minggu. Kontra indikasi dari obat ini adalah adanya keganasan,
fotosensitif (lupus, porfiria, albinism, eroderma pigmentosum)

Fototerapi ini 21 dapat menyebabkan keganasan pada kulit. Sebelum fototerapi,


PBuxton_C003.indd

diberikan emolien pada kulit, googles untuk mengamankan mata dari keratitis dan
penutup alat genital.
22 ABC of Dermatology

Figure 3.8 Severe psoriasis suitable fo

systemic therapy include patients


(Figure 3.8), widespread diseas
topical/phototherapy regimens a
pathy. The fi rst-line systemic age
are methotrexate and acitretin.
hydroxyurea, azathioprine and m
therapies (infl iximab, etanercept,
(a)
considered if patients have failed
side-effects precluding the conti
agents.

M et h o t r ex at e
Methotrexate is suitable for t
pustular psoriasis in the acute s
chronic plaque disease. Methotre
over by the inhibition of folic ac
mitosis. Methotrexate is given on
Conventionally, patients are give
ally increase until the psoriasis
than clear. Maintenance doses o
adequate.
(b)

Figure 3.7 Hand (a) and foot (b) PUVA. Side-effects


Methotrexate is hepatotoxic an
must be measured before and du
(5-MOP) 1.2 mg/kg taken 2 hours before treatment. 8-MOP is sies for monitoring liver fi brosis
associated with a higher incidence of side-effects such as nausea, measuring serum levels of proco
vomiting, pruritus and erythema. The MPD (minimum phototoxic levels are measured and if the
X. Pencegahan dose) or skin phototype is used to determine the starting dose of unlikely to have signifi cant liver
UVA and the subsequent increments used (J/cm2). Protective gog- procollagen III are persistently ra
gles are worn during the UVA exposure and sunglasses for 24 hours considered.
Pasien di harapkan dapan mencegah
post treatment. terjadinya
Localized fenomena
PUVA can kobner
be given to ( isomorfic respon
palmar/plantar )
Myelosuppression can occur in
psoriasis (Figure 3.7). its onset may be rapid or insidio
dengan cara memakai kaos kaki yang agak tebal sehingga mengurangi gesekan withdengan
regular full blood counts (F
should be given on commencem
sepatu. Mengingat pekerjaanSy st penderita
em i c t r eatadalah
m en t seorang adminstrasi maka sebaiknya
an FBC 1 week later to ensure
Systemic therapy for severe
diingatkan untuk mengurangi gesekan siku dengan meja. psoriasis should ideally be managed suppression. Folic acid suppleme
by experienced specialist dermatologists. The indications for weekly). Methotrexate is excrete

PBuxton_C003.indd 22
XI. Prognosis
Prognosis psoriasis vulgaris ini dari segi functionam nya baik, dari segi kosmetikam
kemungkinan buruk (dubia) karena sisik putih transparan ini meninggalkan bekas dan tidak
bisa hilang seutuhnya dari segi sanationam buruk (malam) , dari segi vitam bonam(baik).
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2011.Hal: 130-133
2. Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL,
editors.Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 7thed. New York: McGraw
Hill; 2008.p.396-401
3. Paul K Burton, Rachael Marris Jane, ABC dermatology. 5th ed. India : Willey
Blackwell; 2009 ; p 11 -23
4. Diunduh dari : Gary W. Cole, Nill N Allai, William C shiel, Psoriasis symptoms,
treatment, pictures, causes and medications
http://www.medicinenet.com/psoriasis/article.htm 17 Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai