Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

DERMATITIS NUMULARIS

Dosen Pembimbing :
Dr. dr. Nenden Lilis Setiasih, SpKK, FINSDV, MM

Disusun Oleh :
Tri Handini
1102014269

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RS ARJAWINANGUN CIREBON
IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 11 tahun
Alamat : Kejaksan, Cirebon
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
Suku Bangsa : Jawa
Waktu Masuk RS : 20 Agustus 2020
Waktu pemeriksaan : 20 Agustus 2020
 
IDENTITAS AYAH PASIEN
Nama : Tn. Z
Umur : 39 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
ANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan dengan pasien sendiri dan dilakukan alloanamnesis dengan ayah
pasien pada tanggal 20 Agustus 2020 pukul 11.00 WIB di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD
Arjawinangun, Cirebon.

 Keluhan Utama

Muncul bercak merah yang terasa gatal dan semakin meluas serta berair pada tungkai kiri
 Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Arjawinangun Cirebon pada tanggal 20 Agustus 2020 pukul 11.00 WIB dibawa oleh
ayahnya dengan keluhan bercak merah berukuran kecil seperti ujung jarum pentul namun
lama-kelaman sangat gatal dan pasien meggaruknya, bercak meluas dan menyatu menjadi
bentuk bulat seperti koin dan berair pada tungkai kiri kurang lebih sejak 3 minggu yang lalu
setelah pasien pulang bermain dari sawah.

Ayah pasien sudah pernah memberikan obat berupa salep untuk di oleskan di atas luka
pada tungkai kiri anaknya tetapi tidak kunjung sembuh. Saat pasien hendak pergi ke sawah ia
lebih suka mengenakan celana pendek dan baju lengan pendek dan ketika pulang pasien
tidak lekas bergegas mandi untuk membersihkan badan. Kulit pasien tampak mudah kering
namun tidak pernah menggunakan pelembab.
 Riwayat Penyakit Dahulu

Menurut pasien dan ayah pasien hal ini baru pertama kali di alami oleh pasien. Selama ini
pasien belum pernah mengalami sakit pada kulit.

 Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang sama dengan pasien. Baik ayah
pasien, ibu serta adik pasien tidak ada riwayat alergi baik makanan maupun obat-obatan.
 Riwayat Kebiasaan

Pasien mandi 2 kali sehari saat sebelum ke sawah dan sepulang dari sawah , pasien
memakai handuk sendiri, di lap sampai kering,namun jarang dicuci. Pasien suka bermain di
sawah selagi menemani ayahnya bekerja sebagai seorang petani. Terkedang sepulang dari
sawah pasien tidak lekas mandi namun berbaring untuk melepas lelah di tempat tidur dan sprei
temapt tidurnya diganti hanya sebulan sekali.

 Riwayat Lingkungan Rumah

` Pasien tinggal di rumah dengan ayah, ibu, dan adiknya. Di dalam rumah cahaya matahari
dapat masuk, dan ventilasi udara baik namun keluarga pasien jarang membersihkan rumahnya
secara teratur seperti menyapu, membersihkan tempat duduk dari debu dan mengepel lantai.
PEMERIKSAAN FISIK
 Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan pada genu dextra (cruris)
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : -
Nadi : 112 x/menit, regular
Suhu : 36.7˚C (afebris)
Pernafasan : 20x/menit
Berat badan : 27 kg
Tinggi badan : 120 cm
Kesan : IMT didapatkan 18,75 (Berat Badan Normal)
Kepala : Rambut hitam,tidak ada kelainan pada kulit kepala
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, alis, mata hitam.
Telinga : Normal, tidak ada kelainan kulit
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-), tidak ada kelainan kulit
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada kelainan kulit
PEMERIKSAAN FISIK

 Thorax (anterior dan posterior)


Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris, tidak terdapat kelainan kulit
Palpasi : Fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

 Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung kanan: ICS IV linea sternalis dextra. Batas pinggang jantung: ICS III linea

midclavicularis sinistra. Batas jantung kiri: ICS V linea axilaris anterior sinistra

Auskultasi : BJ I – BJ II reguller, murmur (-), gallop (-)


PEMERIKSAAN FISIK
 Abdomen
Inspeksi : Normal, tidak terdapat kelainan kulit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
 
 Genitalia : Tidak diperiksa
 Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, tidak
terdapat kelainan kulit (sesuai status dermatologis)
 Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis,
terdapat kelainan kulit (sesuai status dermatologikus)
STATUS DERMATOLOGIKUS CRURIS GENU SINISTRA

 Distribusi: Regional
 Ad regio : Cruris genu sinistra
 Lesi : Multipel konfluens, berbentuk bulat,ukuran diameter ±3cm, berbatas tegas
 Efloresensi : Papul-eritema, erosi-eksoriasi, basah, krusta
Gambar 1. Tungkai kiri pasien

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Tidak dilakukan pada pasien
RESUME

Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Arjawinangun
Cirebon pada tanggal 20 Agustus 2020 pukul 11.00 WIB dibawa ayahnya dengan keluhan muncul bercak merah
yang terasa gatal dan semakin meluas serta berair pada tungkai kiri.

Pada anamnesis di dapatkan lesi kulit pada Cruris genu sinistra sudah berlangsung selama 3 minggu di
mulai dari papul yang eritem dan terasa gatal, menjadi vesikel, kemudian di garuk mengeluarkan cairan. Papul
yang kecil menjadi semakin besar dan menjadi basah.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada Cruris genu sinistra distribusi Regional Lesi multipel, konfluens,
berbentuk bulat,ukuran diameter ±3cm, berbatas tegas, efloresensi berupa papul-eritema, erosi-eksoriasi, basah,
dan krusta.

Pasien suka mengenakan celana pendek dan baju lengan pendek saat pergi ke sawah dan ketika pulang
pasien tidak lekas bergegas mandi untuk membersihkan badan. Kulit pasien tampak mudah kering namun tidak
pernah menggunakan pelembab. Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
 DIAGNOSIS BANDING

Dermatitis Numularis

Dermatitis Atopik

Dermatofitosis

 DIAGNOSIS KERJA

Dermatitis Numularis

 USULAN PEMERIKSAAN

Usulan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding :

Mikologi kerokan kulit pada tungkai bawah kanan, yaitu kerokan kulit dari pinggir lesi di tambah larutah

KOH 10%, kemudian dilihat di bawah mikroskop.

Prick Test.
TATALAKSANA

 Non medikamentosa

1. Memberikan penjelasan pada orangtua pasien tentang penyakit yang diderita dan
pengobatannya.

2. Memberikan edukasi mengenai cara kompres terbuka, yaitu kasa steril dibasahi dengan
larutan NaCl 0,9%steril, kemudian diperas, sehingga kasa tidak terlalu basah, kemudian
kasa 3 lapis di taruh menutupi luka di tungkai kiri bawah pasien, selama 10 menit.
Diulangi sebanyak 10 kali. Dilakukan 2 kali, saat siang dan malam, dengan tujuan agar
lukanya kering.

3. Pemakaian obat yang diberikan harus diberikan rutin sesuai aturan agar mencapai
penyembuhan maksimal
TATALAKSANA

 Medikamentosa

Sistemik (oral) :

1. Lameson tablet 4 mg ( Metylprednisolone) diminum 2 kali sehari 1 tablet selama 5 hari


setelah makan.

Dosis : Pada anak ini dengan10mg-34 mg per hari.

2. Chlorpheniramine maleat 4 mg diminum 2 kali sehari ½ tablet selama 5 hari.

Dosis : 2mg/ hari setiap 4-6 jam, dosis harian tidak melebihi 12 mg/ hari.
TATALAKSANA

 Topikal :

1. Kompres terbuka menggunakan NaCl 0,9% dan kasa steril sebanyak 2 kali pengulangan yaitu, siang
hari dan malam hari untuk hari ini saja. Besok pagi sudah tidak dikompres lagi. Satu kompres
dilakukan sebanyak 10 kali, dengan durasi 10 menit setiap kalinya. Kasa steril dibasahi dengan
larutan NaCl 0,9%steril, kemudian diperas, sehingga kasa tidak terlalu basah, kemudian kasa 3 lapis
di taruh menutupi luka di tungkai kiri bawah pasien.

2. Antibitoik (Fusidic Acid Krim 10 g) dan kortikosteroid ( Ikaderm, clobetasol propionate 0,05%)
Krim 10 g ) yang dicampur menjadi satu tempat, dioleskan tipis-tipis pada kulit yang gatal ( kedua
tungkai bawah dan kedua lengan ) 2 kali sehari, segera sehabis mandi.
PROGNOSIS
 Quo ad vitam : Ad bonam
 Quo ad fungtionam : Ad bonam
 Quo ad sanationam : Dubia Ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
 Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau
faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi yang polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,
skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.

 Dermatitis numular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap, dengan keluhan gatal, yang ditandai
dengan lesi berbentuk uang logam, sirkular atau lesi oval berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan
dan kaki. Lesi awal berupa papul disertai vesikel yang biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). Nama lain
dari dermatitis nummular adalah ekzem diskoid, ekzem numular, nummular eczematous dermatitis.

 Dermatitis numularis adalah peradangan pada kulit yang bersifat kronis, ditandai dengan lesi berbentuk mata
uang koin atau agak lonjong , berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel yang biasanya mudah
pecah sehingga membasah (oozing)
EPIDEMIOLOGI

 Dermatitis numularis biasanya ditemukan pada orang dewasa dan lebih sering terjadi pada
laki laki dibandingkan perempuan, dengan onset puncaknya pada usia 50-65 tahun

 Pada anak anak biasanya terjadi pada usia rentang 5 tahun keatas

 Prevalensi dermatitis numularis di poliklinik Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM divisi


dermatologi sebanyak 3,3% untuk dewasa dan divisi pediatric sebanyak 5,1%

 Penyebab atau rekurensi berbagai kasus Dermatitis Numularis berhubungan dengan


kelembaban udara , kolonisasi S. aureus, uxerotic skin dan riwayat kontak dengan alergen
ETIOLOGI

 Penyebab dermatitis numularis tidak diketahui secara spesifik, namun banyak faktor telah diajukan
sebagai faktor etiologi .

 Faktor internal terjadinya dermatitis numularis seperti kelembaban kulit

 faktor eksternal seperti Staphylococcus yang berperan langsung dalam reaksi hipersensitivtas, , tungau
debu rumah, candida albicans, variasi musiman yang berkaitan dengan kehadaan hidrasi kulit yang rendah
sehingga membuat stratum kornemum menjadi lebih kering, gigitan serangga, dan konsumsi obat-obatan.

 Alergen yang terkait sebagai faktor etiologi dapat berupa bahan kimia karet, formaldehida, neomisin, krom
dan nikel, serta merkuri. Alergen debu juga dapat terjadi pada pasien usia lanjut dengan dermatitis
nummular, serta frekuensi mandi dalam sehari juga dapat memperburuk kondisi dermatitis numularis
dimana dikaitkan dengan kebersihan
PATOFISIOLOGI

 Dermatitis numularis merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis dan dermis saja.

 Pada permukaan kulit yang kering dan gatal dapat menyebabkan masuknya alergen dan mempengaruhi
terjadinya peradangan pada kulit.

 Cell mast pada dermis dari pasien dermatitis numular menurunkan aktivitas enzim chymase,
mengakibatkan menurunnya kemampuan menguraikan neuropeptida dan protein ( Calcitonin gene-
related peptide) seingga meningkat pada lesi. Disregulasi ini dapat menyebabkan stimulus pada
keratinosit untuk melepaskan sitokin yang menyebabkan peningkatan proses inflamasi.

 pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya dari cell mast yang kemudian berinteraksi dengan
neural C-fibers dapat menimbulkan gatal
MANIFESTASI KLINIS

Gejala – gejala yang umum pada dermatitis numularis, antara lain:


 Timbul rasa gatal
 Luka kulit yang antara lain makula, papul, vesikel, atau tambahan :
 Bentuk numular (seperti koin).
 Terutama pada ekstremitas atas dan bawah
 Umumnya menyebar.
 Lembab dengan permukaan yang keras.
 Kulit bersisik atau ekskoriasi.
 Kulit yang kemerahan atau inflamasi
DIAGNOSIS

Kriteria Diagnostik Klinis

 Anamnesis

Menyerang terutama orang dewasa (50-65 tahun), jika terjadi pada anak anak
keluhan subjektif sangat gatal, terutama pada fase akut.

Pencetus antara lain kulit kering

Faktor alergen lingkungan yang berperan sebagai pencetus yaitu: tungau debu
rumah dan Candida albicans
 Pemeriksaan Fisik

Predileksi: ekstremitas atas termasuk punggung tangan dan ekstremitas bawah dengan kelainan kulit dapat bersifat
akut, subakut, atau kronik.

Lesi karakteristik berupa plak berukuran 1-3 cm berbentuk koin yang terbentuk dari konfluensi papul dan
papulovesikel. Pada fase akut terdapat vesikel, erosi dan eksudasi membentuk lesi yang basah (oozing), serta krusta pada
dasar eritema. Pada fase kronis, berupa plak kering, berskuama, dan likenifikasi.

Dapat timbul komplikasi berupa infeksi bakteri sekunder. Kelainan kulit dapat meluas ke badan, wajah dan leher atau
menjadi generalisata.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Penunjang

Untuk membedakannya dengan penyakit lain, seperti dermatitis kontak diperlukan prick
test untuk mengidentifikasikan bahan kontak. Pemeriksaan KOH dapat dilakukan untuk
membedakan tinea dengan dermatitis numular yang mempunyai gambaran penyembuhan di
tengah (central healing).
DIAGNOSIS BANDING
 Dermatitis Atopik  Dermatomikosis

Merupakan peradangan kulit yang kronis Merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur dermatofita yang

disertai gatal, umumnya terjadi pada masa bayi menyerang jaringan kulit yang mengandung zat tanduk seperti

dan anak-anak, sering berhubungan dengan stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku. Pada
dermatofitosis dapat terlihat sebagai tinea dengan pinggir aktif,
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat
bagian tengah agak menyembuh, tetapi secara klinis berbeda dari
atopi pada keluarga atau penderita. Umumnya
bentuk lesi tinea. Pada dermatitis numularis bagian tepi lebih
pada pasien dengan lesi pada tangan. Patch test
vesikuler dengan batas relatif kurang tegas dibandingkan tinea. Pada
dan prick test dapat membantu jika terdapat
tinea, dapat dicari hifa dari sediaan langsung untuk menegakkan
riwayat dermatitis atopik diagnosis.
TATALAKSANA

Non Medikamentosa

 Melindungi kulit dari trauma.

Karena pada dermatitis numularis biasanya berawal dari trauma kulit minor. Jika ada trauma pada tangan, gunakan

sarung tangan supaya tidak teriritasi dan tidak menggaruk lesi dari trauma tersebut

 Emollients.

Emollients merupakan pelembab. Digunakan untuk mengurangi kekeringan pada kulit. Contoh emollients yang

sering digunakan antara lain ; aqueous cream, gliserine dan cetomacrogol cream, wool fat lotions.

 Hindari atau mengatasi faktor pencetus

menghindari penggunaan bahan wol atau bahan lain yang dapat menyebabkan iritasi, sering memebersihkan rumah

agar tidak terdapat tungau debu rumah, dan menghindari kontak alegen
TATALAKSANA

Medikamentosa

 Topikal

Kompres terbuka pada lesi akut

Pemerian kortikosteroid topical yaitu triamcinolone 0,1% atau clobetasol topical 0,05 %. Diberikan untuk
menghilangkan peradangan pada kulit dan mengurangi iritasi kulit

 Oral

Prednison oral dosis oral 40-60 mg 4 kali per hari untuk dewasa dengan dosis yang diturunkan secara perlahan-
lahan sedangkan anak anak 0.5-2 mg/kgBB/hari

Antihistamin golongan H1, misalnya hidroksisin HCl dengan dosis dewasa 25 mg setiap 6-8 jam sedangkan anak
anak 50 mg perhari setiap 6 jam sekali

Antibiotik dapat diberikan, Eritromisin 125-500 untuk dewasa dan pada anak anak dengan BB <40kg 12.5-25
mg/kgBB/ hari dengan indikasi untuk infeksi yang disebabkan Staphylococcus Aureus. Cephalexin juga dapat diberikan
dengan 250 mg untuk dewasa, sedangkan dosis anak anak, yaitu 25-50 mg/kgBB/ hari , 6- 8 jam sekali selama 10 hari.
PROGNOSIS

Kelainan ini biasanya menetap selama berbulan-bulan, bersifat kronik dan dapat timbul
kembali (recurrent). Dari suatu penelitian, sejumlah penderita yang diikuti berbagi interval
perkembangannya selama dua tahun, didapatkan bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh
hanya untuk beberapa minggu sampai tahun dan 53% tidak pernah terbebas dari lesi terkecuali
masih dalam pengobatan
 Quo ad vitam : Ad bonam
 Quo ad fungtionam : Ad bonam
 Quo ad sanationam : Dubia Ad bonam
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, siti. Pola Penyebab dan Rekurensi Dermatitis Numularis.  


Rahmayunita, Githa. Dermatitis Numularis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015
Jami L Miller, Nummular Dermatitis (Nummular Eczema) Medication. Updated: Nov 21, 2019. Sitasi tgl
24 Agustus 2020. 22:36. https://emedicine.medscape.com/article/1123605-medication#4
James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews’ Diseases of the Skin Clinical Dermatology. Eleventh Edition.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2011.
Jiamtom, Sukhum.. Clinical features and aggravating factors in nummular eczema in Thais. Asian Pac J
Allergy Immunol 2012;31:36-42
Panduan praktis klinis. PPKPERDOSKI 2017. Sitasi tgl 24 Agustsu 2020 , 22:14
https://www.perdoski.id/uploads/original/2017/10/PPKPERDOSKI2017.pdf
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai