Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

DERMATITIS NUMULARIS

Disusun Oleh

Tri Handini
1102014269

Dosen Pembimbing :

Dr. dr. Nenden Lilis Setiasih, SpKK, FINSDV, MM

KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT ARJAWINANGUN CIREBON

UNIVERSITAS YARSI

2020
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 11 tahun
Alamat : Kejaksan, Cirebon
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
Status Pernikahan : Belum menikah
Suku Bangsa : Jawa
Waktu Masuk RS : 20 Agustus 2020
Waktu pemeriksaan : 20 Agustus 2020

IDENTITAS AYAH PASIEN


Nama : Tn. Z
Umur : 39 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan dengan pasien sendiri dan dilakukan alloanamnesis
dengan ayah pasien pada tanggal 20 Agustus 2020 pukul 11.00 WIB di Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUD Arjawinangun, Cirebon.

Keluhan Utama
Seorang anak perempuan berusia 9 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Arjawinangun Cirebon pada tanggal 20 Agustus 2020 pukul 11.00 WIB dibawa
ayahnya dengan keluhan beruntus-beruntus merah yang terasa gatal dan semakin membesar
serta berair pada tungkai kiri sisi luar yang tidak juga sembuh kurang lebih sejak 3 minggu
yang lalu, serta kulit yang bersisik pada lengan kanan dan kiri yang mengering berbentuk
bulat dan terasa sangat gatal sejak 1 minggu yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Arjawinangun Cirebon pada tanggal 20 Agustus 2020 pukul 11.00 WIB dibawa
ayahnya dengan keluhan beruntus-beruntus merah yang terasa gatal dan semakin membesar
serta berair pada tungkai kiri sisi luar kurang sejak 3 minggu yang lalu setelah pasien
pulang bermain dari sawah, pasien merasakan gatal di tungkai bawah kiri sisi luar. Selain
gatal pasien juga merasakan beruntus-beruntus yang berukuran lebih kecil dari ujung jarum
pentul. Awalnya beruntus padat, tetapi lama-kelaman saat di garuk karena gatal
mengeluarkan air. Awalnya beruntus di tungkai kiri ukurannya hanya kecil, tetapi semakin
lama semakin banyak dan meluas dan menyatu menjadi bentuk bulat seperti koin. Pasien
juga mengeluh pada kulit lengan atas kanan dan kirinya bersisik dan kering berbentuk bulat
dan terasa sangat gatal sehingga rasanya pasien ingin terus menerus menggaruknya sejak 1
minggu yang lalu. Ayah pasien sudah pernah memberikan obat salep untuk di oleskan di
atas luka pada tungkai kirinya tetapi tidak sembuh juga.

Riwayat Penyakit Dahulu


Menurut pasien dan ayah pasien hal ini baru pertama kali di alami oleh pasien.
Selama ini pasien belum pernah mengalami sakit pada kulit.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang sama dengan pasien. Baik ayah
pasien, ibu serta adik pasien tidak ada riwayat alergi baik makanan maupun obat-obatan.
Riwayat Kebiasaan
Pasien mandi 2 kali sehari, memakai handuk sendiri, di lap sampai kering, air di
rumah menggunakan air sumur. Pasien suka bermain di sawah selagi menemani ayahnya
bekerja sebagai seorang petani. Terkedang sepulang dari sawah pasien tidak lekas mandi
namun berbaring untuk melepas lelah di tempat tidur dan sprei diganti hanya sebulan sekali.
Riwayat Lingkungan Rumah
Pasien tinggal di rumah dengan ayah, ibu, dan adiknya. Di dalam rumah cahaya
matahari dapat masuk, dan ventilasi udara baik namun keluarga pasien jarang
membersihkan rumahnya secara teratur seperti menyapu, membersihkan tempat duduk dari
debu dan mengepel.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan pada genu dextra (cruris)
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :

 Tekanan darah : -
 Nadi : 112 x/menit, regular
 Suhu : 36.7˚C (afebris)
 Pernafasan : 20x/menit

Berat badan : 24 kg
Tinggi badan : 120 cm
Kesan : IMT didapatkan 16.67 (Berat Badan Kurang)
Kepala : Rambut hitam,tidak ada kelainan pada kulit kepala
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, alis
mata hitam.
Telinga : Normal, tidak ada kelainan kulit
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-), tidak ada kelainan kulit
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada kelainan kulit
Thorax (anterior dan posterior)

 Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris, tidak terdapat


kelainan kulit

 Palpasi : Fremitus raba kiri sama dengan kanan


 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kanan: ICS IV linea sternalis
dextra. Batas pinggang jantung: ICS III linea midclavicularis
sinistra. Batas jantung kiri: ICS V linea axilaris anterior sinistra

Auskultasi : BJ I – BJ II reguller, murmur (-), gallop (-)


Abdomen

 Inspeksi : Normal, tidak terdapat kelainan kulit


 Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba membesar
 Perkusi: Timpani
 Auskultasi : bising usus (+) normal

Genitalia : Tidak diperiksa


Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat
kelainan kulit (sesuai status dermatologis)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis,
terdapat kelainan kulit (sesuai status dermatologikus)

I. Status Dermatologikus
Distribusi : Regional
Ad regio : Cruris genu sinistra
Lesi : Multipel konfluens, berbentuk bulat,ukuran diameter ±3cm, berbatas tegas,
Efloresensi : Papul-eritema, erosi-eksoriasi, basah, krusta

Gambar 1. Tungkai kiri pasien


II. Status Dermatologikus
Distribusi : Regional
Ad Regio : Kedua lengan

Lesi : multipel, diskret, bentuk bulat sampai lonjong, ukuran bervariasi dengan
ukuran milier sampai numular.

Efloresensi : Makula, papul, hipopigmentasi, skuama halus, kering

Gambar 2. Kedua Lengan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pada pasien ini.

V. RESUME
Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Arjawinangung Cirebon pada tanggal 20 Agustus 2020 pukul 11.00 WIB dibawa
ayahnya dengan keluhan beruntus-beruntus merah yang terasa gatal dan semakin membesar
serta berair pada Cruris genu sinistra sisi luar kurang sejak 3 minggu yang lalu.
Pada anamnesis di dapatkan lesi kulit pada Cruris genu sinistra sudah berlangsung 3
bulan di mulai dari papul yang eritema dan terasa gatal, yang menjadi vesikel,kemudian di
garuk mengeluarkan cairan. Papul yang tadinya hanya sedikit menjadi semakin besar dan
menjadi basah. Pada kedua lengan lesi kulit dikeluhkan sejak 1 minggu yang lalu, dimana
terasa gatal, serta terdapat papul-papul dan terasa kering.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada Cruris genu sinistra distribusi


Regional Lesi multipel, konfluens, berbentuk bulat,ukuran diameter ±3cm, berbatas tegas,
efloresensi berupapul-eritema, erosi-eksoriasi, basah, krusta.
Pada kedua lengan, terdapat lesi multipel, diskret berbentuk bulat sampai lonjong ukuran
bervariasi dengan ukuran milier sampai numular, efloresensi makula, papul,
hipopigmentasi, skuama halus, kering. Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

VI. DIAGNOSIS BANDING


Dermatitis Numularis
Dermatitis Atopik
Psoriasis

VII. DIAGNOSIS KERJA

Dermatitis Numularis

VIII. USULAN PEMERIKSAAN

Usulan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding :


1. Mikologi kerokan kulit pada tungkai bawah kanan, yaitu kerokan kulit dari pinggir lesi
di tambah larutah KOH 10%, kemudian dilihat di bawah mikroskop.
2. Patch Test atau Prick Test.

IX. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
 Memberikan penjelasan pada orangtua pasien tentang penyakit yang diderita dan
pengobatannya.
 Menyarankan orang tua untuk mandi dengan air dingin, sehingga kulit pasien tidak
terlalu kering

 Memberikan edukasi mengenai cara kompres terbuka, yaitu kasa steril dibasahi
dengan larutan NaCl 0,9%steril, kemudian diperas, sehingga kasa tidak terlalu
basah, kemudian kasa 3 lapis di taruh menutupi luka di tungkai kiri bawah pasien,
selama 10 menit. Diulangi sebanyak 10 kali. Dilakukan 2 kali, saat siang dan
malam, dengan tujuan agar lukanya kering. Hari kedua yaitu besok paginya, luka
tidak perlu dikompres lagi.
 Pemakaian obat yang diberikan harus diberikan rutin sesuai aturan agar mencapai
penyembuhan maksimal

2. Medikamentosa
Sistemik (oral) :
o Lameson tablet 4 mg ( Metylprednisolone) diminum 2 kali sehari 1 tablet selama 5
hari setelah makan.
Dosis : 0,5-1,7 mg/kgBB/hari dibagi per 12 jam. Pada anak ini dengan berat badan
20 kg : 10mg-34 mg per hari.
o Chlorpheniramine maleat 4 mg diminum 2 kali sehari ½ tablet selama 5 hari.
Dosis : 2mg/ hari setiap 4-6 jam, dosis harian tidak melebihi 12 mg/ hari.
Topikal :
o Kompres terbuka menggunakan NaCl 0,9% dan kasa steril sebanyak 2 kali
pengulangan yaitu, siang hari dan malam hari untuk hari ini saja. Besok pagi
sudah tidak dikompres lagi. Satu kompres dilakukan sebanyak 10 kali,
dengan durasi 10 menit setiap kalinya. Kasa steril dibasahi dengan larutan
NaCl 0,9%steril, kemudian diperas, sehingga kasa tidak terlalu basah,
kemudian kasa 3 lapis di taruh menutupi luka di tungkai kiri bawah pasien.
o Saat di poli telah dilakukan kompres 1 kali dan lesi kulit sudah mulai
mengering.
o Antibitoik (Fusidic Acid Krim 10 g) dan kortikosteroid ( Ikaderm (clobetasol
propionate 0,05%) Krim 10 g )yang dicampur menjadi satu tempat,
dioleskan tipis-tipis pada kulit yang gatal ( kedua tungkai bawah dan kedua
lengan ) 2 kali sehari, segera sehabis mandi.

X. PROGNOSIS

 Quo ad vitam : Ad bonam


 Quo ad fungtionam : Ad bonam
 Quo ad sanationam : Dubia Ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon terhadap pengaruh faktor
eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi yang polimorfik
(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.
Dermatitis numular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap, dengan keluhan
gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk uang logam, sirkular atau lesi oval berbatas tegas,
umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki. Lesi awal berupa papul disertai vesikel yang
biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). Nama lain dari dermatitis nummular adalah
ekzem diskoid, ekzem numular, nummular eczematous dermatitis.
(Djuanda S, 2009)
Dermatitis numularis masih belum diketahui secara pasti. Dermatitis numularis biasanya
terjadi di tungkai kaki bagian bawah dengan perubahan xerotik selama berminggu minggu
maupun berbulan bulan. Peralihan musim dingin dapat menyebabkan dermatitis atopik, di mana
hal tersebut terkait dengan insiden reaktivitas kekebalan kulit yang tinggi terhadap aeroalergen di
lingkungan.

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi dermatitis numularis (DN) semakin meningkat dan berbeda antara satu daerah dengan
daerah yang lain. Penyebab DN diduga berhubungan dengan kolonisasi bakteri, dermatitis kontak
terhadap nikel, khromat dan kobalt; trauma fisik atau kimia, lingkungan, serta stres emosional.
Angka kejadian dermatitis numular pada usia dewasa lebih sering terjadi pada laki- laki
dibandingkan wanita, onsetn puncaknya ya pada usia antara 55 dan 65 tahun. Pada wanita onset
puncaknya pada usia 15 – 25 tahun. Penyakit ini jarang terjadi pada anak- anak dibawah usia 1
tahun, hanya sekitar 7 dari 466 anak yang menderita dermatitis numular dan frekuensinya
cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan umur. Penyebab atau rekurensi berbagai kasus
Dermatitis Numularis berhubungan dengan kelembaban udara , kolonisasi S. aureus, usia atau
xerotic skin dan riwayat kontak dengan alergen, tanpa mengabaikan kemungkinan faktor lainnya.
(Aminah, siti. 2009)
ETIOLOGI
Penyebab dermatitis nummular tidak diketahui secara pasti, namun banyak faktor telah
diajukan sebagai faktor etiologi . Faktor internal terjadinya dermatitis numularis adalah kulit kering
dan emosional, faktor eksternal seperti Staphylococcus yang berperan langsung dalam reaksi
hipersensitivtas, variasi musiman yang berkaitan dengan kehadaan hidrasi kulit yang rendah
sehingga membuat stratum kornemum menjadi lebih kering, gigitan serangga, dan konsumsi obat-
obatan. Alergen yang terkait sebagai faktor etiologi dapat berupa bahan kimia karet, formaldehida,
neomisin, krom dan nikel, serta merkuri. Alergen debu juga dapat terjadi pada pasien usia lanjut
dengan dermatitis nummular. Serta frekuensi mandi dalam sehari juga dapat memperburuk kondisi
dermatitis numularis dimana dikaitkan dengan kebersihan.
(Jiamtom, Sukhum, 2012)
PATOFISIOLOGI
Dermatitis numular merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis dan dermis saja.
Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari penyakit ini, tetapi sering bersamaan dengan kondisi
kulit yang kering. Adanya fissura pada permukaan kulit yang kering dan gatal dapat menyebabkan
masuknya alergen dan mempengaruhi terjadinya peradangan pada kulit.
Suatu penelitian menunjukkan dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan usia
yang lebih tua terutama yang sangat sensitif dengan bahan-bahan pencetus alergi. Barrier pada
kulit yang lemah pada kasus ini menyebabkan peningkatan untuk terjadinya dermatitis kontak
alergi oleh bahan-bahan yang mengandung metal. Karena pada dermatitis numular terdapat
sensasi gatal, telah dilakukan penelitian mengenai peran mast cell pada proses penyakit ini dan
ditemukan adanya peningkatan jumlah mast cell pada area lesi dibandingkan area yang tidak
mengalami lesi pada pasien yang menderita dermatitis numularis.
Suatu penelitian juga mengidentifikasi adanya peran neurogenik yang menyebabkan
inflamasi pada dermatitis numular dan dermatitis atopik dengan mencari hubungan antara mast
cell dengan saraf sensoris dan mengidentifikasi distribusi neuropeptida pada epidermis dan dermis
dari pasien dengan dermatitis numular. Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa pelepasan
histamin dan mediator inflamasi lainnya dari mast cell yang kemudian berinteraksi dengan neural
C-fibers dapat menimbulkan gatal. Para peneliti juga mengemukakan bahwa kontak dermal antara
mast cell dan saraf, meningkat pada daerah lesi maupun non lesi pada penderita dermatitis
numular. Substansi P dan kalsitonin terikat rantai peptide meningkat pada daerah lesi
dibandingkan pada non lesi pada penderita dermatitis numular. Neuropeptida ini dapat
menstimulasi pelepasan sitokin lain sehingga memicu timbulnya inflamasi.
Penelitian lain telah menunjukkan bahwa adanya mast cell pada dermis dari pasien
dermatitis numular menurunkan aktivitas enzim chymase, mengakibatkan menurunnya
kemampuan menguraikan neuropeptida dan protein. Disregulasi ini dapat menyebabkan
menurunnya kemampuan enzim untuk menekan proses inflamasi.

MANIFESTASI KLINIS
Gejala – gejala yang umum pada dermatitis numularis, antara lain:
- Timbul rasa gatal
- Luka kulit yang antara lain makula, papul, vesikel, atau tambahan :
 Bentuk numular (seperti koin).
 Terutama pada ekstremitas atas dan bawah
 Umumnya menyebar.
 Lembab dengan permukaan yang keras.
- Kulit bersisik atau ekskoriasi.
- Kulit yang kemerahan atau inflamasi

DIAGNOSIS

Untuk menentukan diagnosis dapat dilakukan anamnesia, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang.
Kriteria Diagnostik Klinis
1. Anamnesis
Menyerang terutama orang dewasa (50-65 tahun), jika terjadi pada anak anak
keluhan subjektif sangat gatal, terutama pada fase akut. Pada sebagian pasien dermatitis
numularis didapatkan insidensi atopi yang tinggi, tetapi pada sebagian yang lain tidak.
Pencetus antara lain kulit kering, fokus infeksi pada gigi, saluran napas atas, atau saluran
napas bawah. Faktor alergen lingkungan yang berperan sebagai pencetus yaitu: tungau debu
rumah dan Candida albicans. Stres emosional, disfungsi liver atau konsumsi alkohol
berlebihan dapat memperberat penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik

Predileksi: ekstremitas atas termasuk punggung tangan dan ekstremitas bawah dengan
kelainan kulit dapat bersifat akut, subakut, atau kronik. Lesi karakteristik berupa plak
berukuran 1-3 cm berbentuk koin yang terbentuk dari konfluensi papul dan papulovesikel.
Pada fase akut terdapat vesikel, erosi dan eksudasi membentuk lesi yang basah (oozing),
serta krusta pada dasar eritema. Pada fase kronis, berupa plak kering, berskuama, dan
likenifikasi. Dapat timbul komplikasi berupa infeksi bakteri sekunder. Kelainan kulit dapat
meluas ke badan, wajah dan leher atau menjadi generalisata.

3. Pemeriksaan Penunjang

Untuk membedakannya dengan penyakit lain, seperti dermatitis kontak diperlukan


patch test dan prick test untuk mengidentifikasikan bahan kontak. Pemeriksaan KOH
dapat dilakukan untuk membedakan tinea dengan dermatitis numular yang mempunyai
gambaran penyembuhan di tengah (central healing).

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari dermatitis numularis antara lain :
1. Dermatitis atopik

Merupakan peradangan kulit yang kronis dan residif, disertai gatal, umumnya terjadi
pada masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE
dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Umumnya pada pasien
dengan lesi pada tangan. Patch test dan prick test dapat membantu jika terdapat
riwayat dermatitis atopik.

Gambar 1. Bentuk lesi dermatitis atopik persisten pada daerah telapak tangan dan
daerah dada.
2. Dermatofitosis

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur dermatofita yang menyerang


jaringan kulit yang mengandung zat tanduk seperti stratum korneum pada epidermis,
rambut, dan kuku. Pada dermatofitosis dapat terlihat sebagaitinea dengan pinggir
aktif, bagian tengah agak menyembuh, tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi
tinea. Pada dermatitis numularis bagian tepilebih vesikuler dengan batas relatif
kurang tegas dibandingkan tinea. Pada tinea, dapat dicari hifa dari sediaan langsung
untuk menegakkan diagnosis.

Gambar 3. Bentuk lesi tinea korporisGambar 3. Bentuk lesi tinea korporis

TATALAKSANA

Non Medikamentosa
- Melindungi kulit dari trauma.
Karena pada jenis ini biasanya berawal dari trauma kulit minor. Jika ada
trauma pada tangan, gunakan sarung tangan supaya tidak teriritasi dan tidak
menggaruk lesi dari trauma tersebut

- Emollients.
Emollients merupakan pelembab. Digunakan untuk mengurangi kekeringan
pada kulit. Contoh emollients yang sering digunakan antara lain ; aqueous
cream, gliserine dan cetomacrogol cream, wool fat lotions.
- Hindari atau mengatasi faktor pencetus
Medikamentosa
Terapi bersifat kausatif dan/atau simtomatis sesuai dengan manifestasi klinis
Topikal
- Kompres terbuka pada lesi akut
- Pemerian kortikosteroid topical yaitu triamcinolone 0,025-0,1% atau
clobetasol propionate topical. Diberikan untuk menghilangkan peradangan
pada kulit dan mengurangi iritasi kulit
Oral
- Prednison oral dosis oral 40-60 mg 4 kali per hari untuk dewasa dengan dosis
yang diturunkan secara perlahan-lahan sedangkan anak anak 0.5-2
mg/kgBB/hari
- Diberikan untuk mengurangi rasagatal. Biasa digunakan antihistamin
golongan H1, misalnya hidroxyzine HCl dengan dosis dewasa 25 mg setiap
6-8 jam sedangkan anak anak 50 mg perhari. .
- Antibiotik dapat diberikan, Eritromisin 125-500 untuk dewasa dan pada anak
anak dengan BB <40kg 12.5-25 mg/kgBB/ hari dengan indikasi untuk infeksi
yang disebabkan Staphylococcus Aureus. Cephalexin juga dapat diberikan
dengan 250 mg untuk dewasa, sedangkan dosis anak anak, yaitu 25-50
mg/kgBB/ hari , 6-8 jam sekali selama 10 hari.

PROGNOSIS
Pasien perlu untuk diberitahukan tentang perkembangan atau perjalanan penyakit
dari dermatitis numular yang cenderung sering berulang. Mencegah atau menghindari dari
faktor-faktor yang memperburuk atau meningkatkan frekuensi untuk cenderung berulang
dengan menggunakan pelembab pada kulit akan sangat membantu mencegah penyakit ini.
- Quo ad vitam : Ad bonam
- Quo ad fungtionam : Ad bonam
- Quo ad sanationam : Dubia Ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, siti. Pola Penyebab dan Rekurensi Dermatitis Numularis.  
Budimulja U. Mikosis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2009
Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009.
Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2009.
Jami L Miller, Nummular Dermatitis (Nummular Eczema) Medication.
Updated: Nov 21, 2019. Sitasi tgl 24 Agustus 2020. 22:36.
https://emedicine.medscape.com/article/1123605-medication#4
James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews’ Diseases of the Skin Clinical
Dermatology. Eleventh Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2011.
Jiamtom, Sukhum.. Clinical features and aggravating factors in nummular
eczema in Thais. Asian Pac J Allergy Immunol 2012;31:36-42
Panduan praktis klinis. PPKPERDOSKI 2017. Sitasi tgl 24 Agustsu 2020 ,
22:14 https://www.perdoski.id/uploads/original/2017/10/PPKPERDOSKI2017.pdf
1.

17

Anda mungkin juga menyukai