Anda di halaman 1dari 31

VIDEO REVIEW

UK Vaccine Mix n' Match & WHO Says 'Only Limited


Inconsistent Evidence' Of Mask Protection

Disusun Oleh:

Tri Handini (1102014269)

Pembimbing:
dr. Ferryal Basbeth, Sp.F, DFM

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU DEPARTEMEN


KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 04 JANUARI 2021 – 17 JANUARI 2021

1
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS

Nama : Ny. D
Umur : 19 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Suku : Bugis
Alamat : Jl. Bayur RT 21 Sempaja
Masuk RS (MRS) : Hari Kamis, 03 Desember 2020 pukul 10.00 WITA

Identitas suami:
Nama : Tn. K
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Security
Suku : Bugis
Alamat : Jl. Bayur RT 21 Sempaja

1.2 ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis kepada pasien dan pemeriksaan fisik


dilakukan pada Hari Kamis, 03 Desember 2020 pukul 10.00 WITA di Ruang
Instalasi Rawat Jalan Poli Kebidanan RSUD A. Wahab Sjahranie.
A. Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir.
B. Keluhan Tambahan
Mual dan muntah

2
C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien Ny.D G1P0A0 dengan usia kehamilan 19-20 minggu kembali datang ke
Ruang Instalasi Rawat Jalan Poli Kebidanan RSUD A. Wahab Sjahranie pada
Hari Kamis, 03 Desember 2020 pukul 10.00 WITA dengan keluhan keluar darah
berwarna merah segar yang deras dari jalan lahir sejak 3 hari terakhir. Banyaknya
perdarahan sekitar 2-5 kali ganti pembalut per hari. Awalnya, sekitar 2 minggu
yang lalu keluar flek-flek berwarna kecoklatan kemudian berhenti, keluhan
tersebut disertai mual dan muntah. Pada saat itu pasien pergi ke RS YARSI dan
dilakukan pemeriksaan Ultrasonografi (USG) didapatkan kantung gestasi berisi
cairan jernih dan terdapat gelembung gelembung kecil putih, kesan uterus
membesar dengan gambaran mola hidatidosa . Pasien diminta untuk melakukan
pemeriksaan β-hCG pemeriksaan laboratorium.
Saat ini pasien sedang hamil usia 19-20 minggu dengan HPHT 10 Juli
2020. Karena telat datang bulan pasien pasien melakukan test pack dan hasil
menunjukan positif. Pasien mengetahui bahwa dirinya hamil dengan
menggunakan test pack saat usia kehamilan 2 bulan.

D. Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien tidak sedang / memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes,


hepatitis, jantung, ginjal, asma, TBC dan penyakit lain yang kronis, atau yang
dapat memperberat proses persalinan. Pasien juga tidak memiliki riwayat infeksi
tuba dan penyakit infeksi menular seksual lainnya. Riwayat kuretase dan
keguguran pun disangkal.

E. Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat abortus dan kehamilan mola hidatidosa pada keluarga disangkal.


Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes, dan
penyakit jantung.

F. Riwayat Pengobatan dan Masuk Rumah Sakit

3
Pasien tidak memiliki riwayat pengobatan rutin

G. Riwayat Kebiasaan
Selama awal kehamilan pasien mengalami mual muntah sehingga pasien
jarang makan secara teratur dan kurang mengkonsumsi makan makanan yang
bergizi bagi ibu hamil, pasien juga tidak mengkonsumsi vitamin yang
diberikan bidan selama kehamilan

1.1 RIWAYAT OBSTETRI


G1P0A0
Anak hidup (AH) :0
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 10 Juli 2020
Hari Perkiraan Lahir (HPL) : 17 April 2021
Usia kehamilan berdasar HPHT : 19 - 20 minggu

No. Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Jenis Keadaan


Partus Partus Kehamilan Persalinan Persalinan Kelamin Anak
Anak/BB Sekarang
1 2021 Hamil saat ini
Tabel 1. Riwayat Persalinan Pasien

A. Riwayat Pernikahan

Menikah pertama kali dengan usia pernikahan 1 tahun


• Istri : usia 18 tahun, Pendidikan terakhir : SMP, Pekerjaan : IRT
• Suami : usia 21 tahun, Pendidikan terakhir : SMP, Pekerjaan : Security
B. Riwayat Ante Natal Care
Jumlah : 2x
Tempat : Bidan dan Rumah Sakit
Terakhir : Kehamilan usia 17 minggu
C. Riwayat Menstruasi

4
Menarche umur : 12 tahun
Siklus teratur setiap : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Jumlah darah haid : 3x ganti pembalut / hari
Hari Pertama Haid Terakhir : 10Juli 2020
Taksiran Persalinan : 17 April 2021

D. Riwayat Kontrasepsi
Pasien belum pernah menggunakan kontrasepsi.
E. Riwayat Penyakit
Diabetes Melitus, Hipertensi, Alergi, Asma disangkal
F. Riwayat Penyakit Selama Kehamilan
Mual muntah pada awal kehamilan ( awal trimester ), infeksi disangkal.

1.2 PEMERIKSAAN FISIK


A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. Antropometri
Berat Badan : 47 kg ( sekarang )
42 kg (sebelum hamil)
Tinggi Badan : 156 cm
IMT : 19,31 kg/m²
4. Tanda vital:
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 69 x/menit, reguler
Frekuensi napas : 20x/menit, reguler
Suhu : 36,4°C per axiller
B. Status generalis:
1. Kepala : normochepal
2. Mata : konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)
3. Telinga/hidung/tenggorokan : tidak ditemukan kelainan

5
4. Leher : pembesaran KGB (-) , pembesaran tiroid
(-)
5. Thorax:
Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop
(-)
Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
6. Abdomen : hepar: pembesaran (-), limpa: pembesaran
(-)
7. Ekstremitas : edema tungkai (-/-) , CRT < 2 detik
8. Genitalia : Status Ginekologi

1.3 STATUS GINEKOLOGI


Pemeriksaan Luar

1. Inspeksi
Wajah : chloasma gravidarum (-), edema (-)
Abdomen : cembung dan tegang, linea nigra(-), striae
gravidarum (-)
2. Palpasi
TFU : Tinggi fundus 2 jari dibawah umbilikalis
Leopold I : Tidak dilakukan
Leopold II : Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
Leopold IV : Tidak dilakukan
3. Auskultasi : DJJ sulit dievaluasi
4. Pemeriksaan Dalam : Tidak dilakukan

1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium tanggal 14 November 2020

Jenis Hasil Lab Nilai Normal


Pemeriksaan
Hb 11,4 mg/dl 11,0-16,00 mg/dl
Ht 35,3 % 37,0 -54,0 %

6
BT 2’ 2-5’
CT 9’ 5-10’
Leu 12.100 μL 4000- 10.000 μL
Trombosit 279.000 μL 150.000-450.000 μL
GDS 84 gr/dl 60-150 mg/dl
Ureum 20,6 10 - 40
Kreatinin 0,5 0,5 - 1,5
HbsAg NR NR
112 NR NR
β-hCG 168.267 mIU/ml Hamil (minggu) :
1-3 : 5-50
4 : 5-425
5 : 20-7.400
6 : 1.000-56.000
7-8 : 7.600-230.000
9-12 : 25.000-290.000
13-16 : 13.300-254.000
17-24 : 4.000-165.000
25-40 : 3.650-117.000

2. USG tanggal 14 November 2020

7
Tampak : Tampak kantung gestasi pada intrauterine, terdapat gelembung-
gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih.
Kesan : Uterus membesar dengan gambaran mola hidatidosa.

1.6 RESUME

Pasien Ny.D G1P0A0 dengan usia kehamilan 19-20 minggu kembali datang
ke Ruang Instalasi Rawat Jalan Poli Kebidanan RSUD A. Wahab
Sjahranie.
pada Hari Kamis, 03 Desember 2020 pukul 10.00 WITA dengan keluhan
keluar darah berwarna merah segar yang deras dari jalan lahir sejak 3 hari
terakhir. Banyaknya perdarahan sekitar 2-5 kali ganti pembalut per hari.
Awalnya, sekitar 2 minggu yang lalu keluar flek-flek berwarna kecoklatan,
kemudian perdarahan berhenti, keluhan tersebut disertai mual dan muntah.
Pada saat itu pasien pergi ke RS YARSI dan dilakukan pemeriksaan
Ultrasonografi (USG) didapatkan kantung gestasi berisi cairan jernih dan
terdapat gelembung gelembung kecil putih, kesan uterus membesar
dengan gambaran mola hidatidosa . Pasien diminta untuk melakukan
pemeriksaan β-hCG pemeriksaan laboratorium.
Saat ini pasien sedang hamil usia 19-20 minggu dengan HPHT 10
Juli 2020. Karena telat datang bulan pasien pasien melakukan test pack
dan hasil menunjukan positif. Pasien mengetahui bahwa dirinya hamil
dengan menggunakan test pack saat usia kehamilan 2 bulan.
Pada pemeriksaan fisik general dalam batas normal, status obstetri
wajah chloasma gravidarum (-), Abdomen tampak cembuk dan tegang,
palpasi nyeri tekan (-), TFU tepat 1 jari dibawah umbilikalis, DJJ sulit

8
dievaluasi. Pada pemeriksaan penunjang, hasil USG didapatkan Tampak
kantung gestasi pada intrauterine, terdapat gelembung- gelembung putih,
tembus pandang, berisi cairan jernih .Pada pemeriksaan penunjang
laboratorium didapatkan leukositosis dan peningkatan β-hCG 168.267
mIU/ml.

1.7 DIAGNOSIS AWAL


G1P0A0 Gravida 19-20 Minggu dengan Kehamilan mola hidatidosa

1.8 DIAGNOSIS AKHIR


Post Kuret II a/i Kehamilan dengan Mola Hidatidosa
1.9 TATALAKSANA
Kuret I tanggal 4 Desember 2020
Kuret II tanggal 11 Desember 2020

Lembar Observasi
Waktu Observasi
14/11/2020 Pasien memeriksakan diri ke Ruang Instalasi Rawat Jalan Poli
Kebidanan RS YARSI
S : Keluar darah segar dari jalan lahir, awalnya hanya berupa flek-flek
coklat. Keluhan ini juga disertai nyeri perut (+), mual (+), muntah (+).
HPHT 10 Juli 2020; TP 17 April 2021.
O:
Keadaan umum sedang; kesadaran composmentis.
Berat badan 47 kg; tinggi badan 156 cm.
Tekanan darah : 120/80 mmHg
TFU 2 jari di bawah pusat; DJJ sulit dievaluasi; HIS (-); VT tidak
dilakukan.
A : G1P0A0 gr 17-18 mg + Suspect Ab. Imminens
P :
USG  Hasil : Uterus membesar dengan gambaran mola hidatidosa.

9
Diagnosis kerja : Mola Hidatidosa
Cek lab lengkap + β-hCG
Rencana kuretase MRS
3/12/2020 Menerima pasien baru dari Poliklinik Kebidanan RS YARSI
10.00 S :Keluar darah berwarna merah segar yang deras dari jalan lahir sejak
3 hari terakhir.
HPHT 10 Juli 2020; TP 17 April 2021.
O:
Keadaan umum: tampak sakit sedang; kesadaran composmentis.
Berat badan 47 kg; tinggi badan 156 cm.
Tekanan darah : 110/70 mmHg; nadi 69 x/menit; nafas 22 x/menit;
suhu 36,40 C.
TFU 2 jari di bawah pusat; DJJ sulit dievaluasi; HIS (-); VT tidak
dilakukan.
A : Mola Hidatidosa
11.00 Lapor dr. Sp OG:
- Pro kuret I tanggal 4 Desember 2020
- Menyiapkan PRC 2 kolf
16.25 Cek DL ulang
Hb : 12,3 mg/dl
Leukosit : 12.500 μL
Hct : 35 %
Trombosit : 269.000 μL
4/12/2020 S : pusing (+)
O : Tekanan darah : 100/70 mmHg; nadi 80 x/menit; nafas 18 x/menit
A : Mola Hidatidosa pro kuret I hari ini
11.45 Pasien berbaring dengan posisi litotomi, dengan spinal anestesi
Desinfeksi dengan antiseptik povidon iodine pada vulva, vagina, dan
sekitarnya
Memasang duk steril di bawah bokong pasien
Memasang spekulum sims dan meminta asisten untuk menahan
spekulum pada posisinya dengan tangan kanan dan menahan fundus
uteri pasien dengan tangan kiri
Jepit serviks dengan tenakulum pada posisi jam 11

10
Lakukan sondase  11 cm, antefleksi
Bersihkan jaringan yang tertahan pada kanalis serviks dan kavum uteri
dengan abortus tang
Masukkan sendok kuret tumpul sampai ada tahanan pada fundus uteri,
kemudian kerok dengan menarik sendok kuret tumpul ke arah ostium
Dilakukan kuretase : keluar darah + jaringan mola ± 550 cc
Lepaskan jepitan tenakulum dan bersihkan sisa darah pada vulva dan
sekitarnya
Jaringan dikirim untuk pemeriksaan PA

Terapi post kuret :


Ciprofloxacin 2x500 mg tab
Metronidazole 2x500 mg tab
Metergin 3x1 tab
Vit. C 1x1 tab
5/12/2020 S : nyeri perut bagian bawah (+)
O : Tekanan darah : 100/70 mmHg; nadi 66 x/menit; nafas 18 x/menit
A : Mola Hidatidosa post kuret I hari ke 1
P :
Ciprofloxacin 2x500 mg tab
Metronidazole 2x500 mg tab
Metergin 3x1 tab
Vit. C 1x1 tab
Pasien boleh pulang
10/12/2020 Pasien MRS untuk rencana kuret II.
S : perdarahan dari jalan lahir (+)
O : Tekanan darah : 100/80 mmHg; nadi 64 x/menit; nafas 21 x/menit
A : Mola Hidatidosa pro kuret II
P : Pro kuret II besok
11/12/2020 S : nyeri perut bagian bawah (+)
O : Tekanan darah : 130/80 mmHg; nadi 68 x/menit; nafas 20 x/menit
A : Mola Hidatidosa pro kuret II hari ini
13.45 Pasien berbaring dengan posisi litotomi, dengan general anestesi

11
Desinfeksi dengan antiseptik povidon iodine pada vulva, vagina, dan
sekitarnya
Memasang duk steril di bawah bokong pasien
Memasang spekulum sims dan meminta asisten untuk menahan
spekulum pada posisinya dengan tangan kanan dan menahan fundus
uteri pasien dengan tangan kiri
Jepit serviks dengan tenakulum pada posisi jam 11
Lakukan sondase  11 cm, antefleksi
Bersihkan jaringan yang tertahan pada kanalis serviks dan kavum uteri
dengan abortus tang
Masukkan sendok kuret tajam sampai ada tahanan pada fundus uteri,
kemudian kerok dengan menarik sendok kuret tajam ke arah ostium
Dilakukan kuretase : jaringan mola ± 150 gr, darah ± 100 ml
Lepaskan jepitan tenakulum dan bersihkan sisa darah pada vulva dan
sekitarnya

Terapi post kuret :


Drip oksitosin 2 amp dalam RL 1 kolf s/d 12 jam
Cefadroxyl 2x500 mg tab
Asam mefenamat 2x500 mg tab
Metergin 3x1 tab
12/12/2020 S : nyeri perut bagian bawah (+)
O : Tekanan darah : 90/60 mmHg; nadi 60 x/menit; nafas 16 x/menit
A : Mola Hidatidosa post kuret II hari I
P :
Cek β-hCG
Cefadroxyl 2x500 mg tab
Asam mefenamat 2x500 mg tab
Metergin 3x1 tab
Pasien boleh pulang

1.10 PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam

12
Ad sanactionam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad malam

BAB II
PEMBAHASAN

13
Pasien Ny. D, 19 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan utama
Keluar darah berwarna merah segar yang deras dari jalan lahir sejak 3 hari
terakhir. Hari pertama haid terakhir 10Juli 2020. Didiagnosis dengan Mola
Hidatidosa setelah melakukan kunjungan ke Ruang Instalasi Rawat Jalan Poli
Kebidanan RS YARSI pada tanggal 14 November 2020. Penegakkan diagnosis
pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

2.1 Anamnesis
Kasus Teori
• Pasien berusia 18 tahun datang ke Gambaran Kinis Mola hidatidosa :
rumah sakit dengan keluhan • Amenorrhoe dan tanda-tanda
utama keluar darah berwarna kehamilan
merah segar yang deras dari jalan • Perdarahan pervaginam dari
lahir sejak 3 hari terakhir. bercak sampai perdarahan berat,
Banyaknya perdarahan sekitar 2- merupakan gejala utama dari
5 kali ganti pembalut per hari. mola hidatidosa
Awalnya, sekitar 2 minggu yang • Pasien mola hidatidosa juga
lalu keluar flek-flek berwarna dapat mengalami mual dan
kecoklatan, kemudian perdarahan muntah yang cukup berat.
semakin lama dirasakan semakin .
sering dan lama kelamaan terus-  Pasien mola hidatidosa juga
menerus keluar seperti sedang dapat mengalami mual dan
haid, keluhan ini disertai mual muntah yang cukup berat.
dan muntah.
• HPHT 10 Juli 2020. Pasien
mengetahui bahwa dirinya hamil
dengan menggunakan PP test saat
usia kehamilan 2 bulan.

 Pada kunjungan pertama ke Poli


Kebidanan, pasien juga

14
mengeluhkan mual dan muntah.

Mola hidatidosa
Frekuensi mola hidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau
usia subur relatif lebih tinggi. Gejalanya berupa amenorrhoe dan perdarahan
pervaginam.h Perdarahan merupakan gejala utama mola. Biasanya keluhan
perdarahan inilah yang menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. Gejala
perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-
rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bisa intermiten, sedikit-sedikit atau sekaligus
banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian karena perdarahan ini
umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan anemia.

2.2 Pemeriksaan Fisik


Kasus Teori
 Palpasi:  Pada permulaannya gejala mola
hidatidosa tidak seberapa berbeda
Pemeriksaan leopold sulit
dengan kehamilan biasa yaitu mual,
dievaluasi, TFU : 2 jari di
muntah, pusing dan lain-lain, hanya
bawah pusat
saja derajat keluhannya sering lebih
 Auskultasi
hebat. Selanjutnya perkembangan
DJJ sulit dievaluasi lebih pesat, sehingga pada
umumnya besar uterus lebih besar
dari umur kehamilan. Ada pula
kasus-kasus yang uterusnya lebih
kecil atau sama besar walaupun
jaringannya belum dikeluarkan.
Dalam hal ini perkembangan
jaringan trofoblas tidak begitu aktif
sehingga perlu dipikirkan
kemungkinan adanya jenis dying
mole.
 Pada mola hidatidosa tidak dirasakan

15
bagian-bagian janin dan adanya
gerakan janin maupun balotemen
walaupun uterus sudah membesar
sampai setinggi pusat atau lebih.
Selain itu juga tidak ditemukan
tanda kehamilan pasti seperti detak
jantung anak.

2.3 Pemeriksaan penunjang


Kasus Teori
 Pada pemeriksaan  Pada USG kasus menunjukkan gambaran
laboratorium tanggal 24 yang lebih khas berupa badai salju (snow
falk pattern) atau gambaran seperti
November 2014 didapatkan
sarang lebah (honey comb).
kadar β-HCG 168.267  Pada mola hidatidosa dan tumor
mIU/ml. trofoblas gestasional umumnya kadar
hCG jauh lebih tinggi daripada kadar
 Pada pasien dilakukan
puncak hCG pada kehamilan normal.
pemeriksaan USG dengan  Untuk mengkonfirmasi penyulit lain yang
hasil uterus membesar dan mungkin terjadi pada mola hidatidosa
yaitu emboli sel trofoblas ke paru-paru
gambaran mola hidatidosa.
dapat dilakukan pemeriksaan rontgen
thorax. Sebetulnya pada tiap kehamilan
selalu ada migrasi sel trofoblas ke paru-
paru tanpa memberikan gejala apa-apa.
Akan tetapi, pada mola kadang-kadang
jumlah sel trofoblas ini sedemikian
banyak sehingga dapat menimbulkan
emboli paru-paru akut yang bisa
menyebabkan kematian.

2.4 Penatalaksanaan
Kasus Teori
 Dilakukan penatalaksaan berupa  Dilakukan vakum kuretase dilanjutkan

16
kuretase sebanyak 2 kali. dengan kuretase dengan menggunakan
 Dianjurkan kepada pasien untuk sendok kuret biasa yang tumpul untuk
rutin memeriksakan kadar β-hCG mengeluarkan sisa-sisa konseptus dan
dan menunda kehamilan paling agar jaringan miometrium yang
tidak 1 tahun. ditumbuhi jaringan mola ikut
terbawa.Tujuh sampai sepuluh hari
sesudahnya dilakukan kerokan ulangan
dengan kuret tajam agar ada kepastian
bahwa uterus sudah benar-benar kosong
dan untuk memeriksa tingkat proliferasi
sisa-sisa trofoblas dan mengetahui ada
tidaknya infiltrasi jaringan mola ke
miometrium. Makin tinggi tingkat
proliferasi, makin perlu waspada
terhadap kemungkinan keganasan.
 Pemeriksaan kadar hCG dilaksanakan
tiap minggu sampai kadar menjadi
negatif selama 3 minggu, dan selanjutnya
tiap bulan selama 6 bulan. Sampai kadar
hCG menjadi negatif, pemeriksaan
Rontgen paru-paru dilakukan tiap bulan.
Selama dilakukan pemeriksaan hCG,
penderita diberitahukan supaya tidak
hamil, sekurang-kurangnya 1 tahun.

2.5 Bagaimana Prognosis pada Pasien Ini?


Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam

Quo ad vitam pada pasien ad bonam karena setelah pasien post kuretase II
keadaan pasien kembali membaik. Quo ad sanationam pada pasien dubia ad
bonam karena sudah dilakukan kuretase pada pasien sesegera mungkin, oleh

17
karena itu pasien juga harus rutin untuk melakukan pemeriksaan β-hCG. Quo ad
functionam pada pasien dubia ad malam karena pasien diarankan untuk menunda
kehamilan sekurang kurangnya selama 1 tahun dan sampai organ reproduksi
kembali siap untuk hamil dengan risiko mola hidatidosa dapat terulang dengan
angka kekambuhan dijumpai pada sekitar 1-2% kasus.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di
mana tidak ditemukan janin.
Mola hidatidosa merupakan penyakit trofoblas gestational yang ditandai
dengan abnormalitas vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik sehingga

18
terlihat seperti buah anggur yang bergerombol. Pada mola hidatidosa terdapat
proliferasi sel trofoblas yang berlebihan dan adanya edema stroma vilus. Secara
makroskopis mola hidatidosa terlihat seperti gelembung-gelembung, transparan,
dan berisi cairan jernih yang ukurannya bervariasi.
Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran
bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.
Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa ialah edema
stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili/degenerasi hidropik dan
proliferasi sel-sel trofoblas.

3.2 Faktor Risiko


Mola hidatidosa terjadi pada sekitar 1 dalam 1000 kehamilan di Amerika
Serikat dan Eropa. Walaupun di negara-negara lain dilaporkan lebih sering,
terutama di beberapa negara Asia, sebagian informasi ini berasal dari penelitian di
rumah sakit.
 Usia
Wanita yang berisiko tinggi untuk mengalami mola hidatidosa
adalah wanita dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun. Wanita dengan usia 35 tahun sampai 40 tahun risikonya
meningkat menjadi 2 kali lipat, sedangkan pada wanita usia 40 tahun
19 risiko meningkat sebesar 7 kali lipat dibandingkan wanita yang
hamil pada usia lebih muda. Hal ini dikarenakan kualitas sel telur
sudah mengalami penurunan
 Status Gizi
Status gizi berkaitan dengan tinggi badan, berat badan, dan BMI ibu
sebelum hamil dan saat hamil. Faktor gizi yang berkaitan dengan
kejadian mola hidatidosa adalah kekurangan vitamin A dan
kekurangan protein. Vitamin A berfungsi untuk mengatur proliferasi
dan apoptosis sel, sehingga ketika terjadi kekurangan vitamin A
akan menyebabkan proliferasi sel berlebihan termasuk pada sel

19
trofoblas. Sedangkan protein digunakan untuk zat pembangun yaitu
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan.
 Riwayat Obstetri
Riwayat obsteteri meliputi riwayat keguguran lebih dari 2 kali,
riwayat mola hidatidosa sebelumnya meningkatkan risiko 10 kali
lipat lebih besar, dan paritas ibu. Semakin tinggi paritasnya maka
kehamilan semakin berisiko yaitu dapat terjadi trauma kehamilan
atau adanya penyimpangan transmisi genetic.
 Riwayat Mola
Kekambuhan mola hidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus.
Dalam suatu ulasan tentang mola hidatidosa berulang tapi dari
pasangan berbeda, Tuncer dkk. (1999) menyimpulkan bahwa
mungkin terdapat masalah “oosit primer”.
 Kadar β-hCG
Peningkatan kadar β-hCG berhubungan dengan proliferasi sel
trofoblas plasenta yang berlebihan. Sel trofoblas terdiri dari
sitotrofoblas, sinsitiotrofoblas, dan trofoblas
intermediet.Sinsitiotrofoblas menginvasi stroma endometrium
ditambah dengan implantasi sel blastokis yaitu sel yang
menghasilkan β-hCG. Jika proliferasi sel trofoblas menjadi
berlebihan, maka semakin banyak β-hCG yang dihasilkan sehingga
menyebabkan kadar β-hCG meningkat
 Faktor Lain
Peran graviditas, paritas, faktor reproduksi lain, status estrogen,
kontrasepsi oral, dan faktor makanan dalam resiko penyakit trofoblas
gestasional masih belum jelas.

3.3 Klasifikasi
Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-gelembungberisi cairan
jernih merupakan kista-kista kecil seperti anggur dan dapat mengisi seluruh
cavum uteri. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada

20
plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah : satu
jenis tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola
besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai yang berdiameter lebih dari 1
cm.
Mola hidatidosa dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Mola Hidatidosa Sempurna
Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih.
Ukuran vesikel bervariasi dari sulit dilihat sampai yang berdiameter
beberapa cm dan sering berkelompok-kelompok menggantung pada
tangkai kecil. Temuan histologiknya ditandai oleh :
1) Degenerasi hidropik dan pembengkakan stroma vilus.
2) Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak.
3) Proliferasi epitel trofoblas dengan derajat bervariasi.
4) Tidak adanya janin dan amnion.

2. Mola Hidatidosa Parsial


Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang,
dan mungkin tampak sebagian jaringan janin, biasanya paling tidak
kantong amnion, keadaan ini diklasifikasikan sebagai mola hidatidosa
parsial. Terjadi pembengkakan hidatidosa yang berlangsung lambat pada
sebagian vili yang biasanya avaskular, sementara vili-vili berpembuluh
lainnya dengan sirkulasi janin-plasenta yang masih berfungsi tidak
terkena. Hiperplasia trofoblastik lebih bersifat fokal daripada
generalisata.

3.4 Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang dapat
menyebabkan antara lain:
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari Tropoblast
3. Keadaan sosioekonomi yang rendah
4. Paritas tinggi

21
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

3.5 Patofisiologi
Ada beberapa teori yang menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas:
1. Teori Missed Abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5minggu (missed abortion),
karena itu terjadi gangguan peredaran darahsehingga terjadi penimbunan
cairandalam jaringan mesenkim dari vili dan akhirnya terbentuk
gelembung-gelembung.

2. Teori Neoplasma
Sel sel abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai fungsi
abnormal pula, dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan kedalam
vili sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan
peredaran darah dan kematian mudigah.

3.6 Gambaran Klinis


Beberapa gejala klinis dari molahidatidosa:
1. Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan
2. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan
berat, merupakan gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa
terus menerus atauintermiten selama berapa minggu sampai beberapa
bulan sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Biasanya
terjadi mulai usia kehamilan 12 minggu.
3. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak
sesuai dengan usia kehamilan.
4. Tidak dirasakan bagian-bagian janin dan adanya gerakan
janin maupun balotemen walaupun uterus sudah membesar sampai
setinggi pusat atau lebih.
5. Hiperemesis. Pasien dapat mengalami mual dan muntah
cukup berat.

22
6. Preklampsia dan eklampsia sebelum usia kehamilan 24
minggu.
7. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan
diagnosa pasti.

3.7 Diagnosis
Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan
amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan
dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan detak jantung
anak. Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan kadar Human
Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah atau urin, baik secara bioasay,
immunoasay, maupun radioimmunoasay. Peninggian hCG, terutama dari hari ke-
100, sangat sugestif. Kadar hCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan
biasa. Pemeriksaan hCG merupakan cara yang paling bermanfaat baik untuk
diagnosis maupun untuk pemantauan pada penderita penyakit trofoblas. Human
chorionic gonadotropin adalah hormon glikoprotein yang dihasilkan oleh plasenta
yang memiliki aktivitas biologis mirip LH. Sebagian besar hCG diproduksi di
plasenta, tetapi sintesanya juga terjadi pada ginjal janin. Begitu pula ada jaringan
janin lain yang membentuk baik molekul hCG maupun molekul total hCG.
Molekul hCG memiliki 2 rantai asam amino yakni α hCG terdiri atas 92 asam
amino dan rantai β hCG terdiri atas 145 asam amino yang satu sama lain
berikatan secara nonkovalen. Ikatan antara kedua rantai adalah dengan gaya
elektrostatik dan hidrofobik dan vitro ikatan itu dapat dipisahkan.
Pada kehamilan normal pemeriksaan terhadap β hCG dengan pereaksi yang
menggunakan antibodi monoklonal terhadap β hCG cukup dilakukan secara
kualitatif dengan menggunakan urin sebagai spesimen. Pemeriksaan hCG serum
secara kuantitatif pada kehamilan normal menunjukkan kadar hCG menunjukkan
kadar hCG mencapai puncaknya pada trimester pertama kehamilan, yakni pada
hari ke 60-70 kehamilan sebesar 100.000 mIU/ml. Pada mola hidatidosa dan
tumor trofoblas gestasional umumnya kadar hCG jauh lebih tinggi daripada kadar
puncak hCG pada kehamilan normal.Pada penderita penyakit trofoblas gestasional
pemeriksaan hCG serum harus dilakukan secara kuantitatif baik dengan

23
pemeriksaan radio immunoassay maupun enzyme immunoassay. Pemilihan
pereaksi untuk pemeriksaan hCG secara kuantitatif pada penyakit trofoblas
gestasional harus spesifik terhadap β hCG , karena rantai α hCG mirip dengan
rantai α dari FSH, LH dan TSH yang merupakan hormon-hormon glikoprotein
yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis seperti sehinga dapat mengakibatkan
terjadinya reaksi silang dengan hormone hipofisis tersebut, dan mengakibatkan
kadar yang diperoleh bukan kadar HCG saja (false positive).
Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG, di mana kasus mola
menunjukkan gambaran yang khas, yaitu berupa badai salju (snow flake pattern)
atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb).
Diagnosis yang paling tepat bila kita telah melihat keluarnya gelembung
mola. Namun, bila kita menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah
terlambat karena pengeluaran gelembung umumnya disertai perdarahan yang
banyak dan keadaan umum pasien menurun. Terbaik ialah bila dapat
mendiagnosis mola sebelum keluar.
Pada kehamilan trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik,
sehingga seringkali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion,
abortus inkompletus, atau mioma uteri. Pada kehamilan trimester II gambaran
mola hidatidosa umumnya lebih spesifik. Kavum uteri berisi massa ekogenik
bercampur bagian-bagian anekoik vesikular berdiameter antara 5-10 mm.
Gambaran tersebut dapat dibayangkan seperti gambaran sarang lebah (honey
comb) atau badai salju (snow storm). Pada 20-50% kasus dijumpai adanya massa
kistik multilokuler di daerah adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka lutein.
Apabila jaringan mola memenuhi sebagian kavum uteri dan sebagian berisi
janin yang ukurannya relatif kecil dari umur kehamilannya disebut mola parsialis.
Umumnya janin mati pada bulan pertama, tapi ada juga yang hidup sampai cukup
besar atau bahkan aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa
tempat vili yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi,
sedangkan di tempat lain masih tampak vili yang normal. Umumnya mola
parsialis mempunyai kariotipe triploid. Pada perkembangan selanjutnya jenis
mola ini jarang menjadi ganas.

24
Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi pada mola hidatidosa merupakan pemeriksaan
baku emas untuk menegakan diagnosis pasti. Bahan yang dipakai adalah jaringan
mola hidatidosa yang berhasil dievakuasi melalui tindakan kuretase atau operasi.
Pada pemeriksaan histopatologi mola hidatidosa dilihat beberapa aspek yaitu
hiperplasia sel trofoblas, kontur dan lekukan vili, ada tidaknya sisterna, inklusi sel
trofoblas, serta ada tidaknya nucleated red blood cell dalam pembuluh darah fetal.
18 Pada mola hidatidosa komplet vili korialis berukuran besar, mengalami
degenerasi hidropik dan pembuluh darah villi tidak terlihat (avaskuler), serta pada
sebagian besar penderita terdapat vili yang dikelilingi proliferasi berlebihan
(hiperplasia) sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas. Gambaran ini menunjukan sel
bersifat atipik atau masih aktif. Sel trofoblas tersebut juga seringkali dapat masuk
ke dalam ruang pembuluh darah antar vili. Sedangkan pada mola hidatidosa
parsial ukuran beberapa vili 16 korialiasnyanormal, selain itu juga terdapat vili
yang mengalami edema dan terlihat berlekuk-lekuk, proliferasi sel trofoblas lebih
sedikit serta tidak bersifat atipik

Ultrasonografi (USG)

25
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang cepat, mudah,
tepat, dan akurat untuk mendiagnosis mola hidatidosa. Pemeriksaan ultrasonografi
dinilai lebih lengkap dan dapat mengkonfirmasi mola hidatidosa dibandingkan tes
lain seperti tes kadar β-hCG yang merupakan tes tambahan saja. Peran
pemeriksaan ultrasonografi untuk mola hidatidosa adalah sebagai diagnosis awal,
evaluasi respon terapi, membedakan invasi keganasan pada penyakit trofoblastik
gestasional, dan membedakan kasus kambuh pada keganasan penyakit
gestasional. Mola hidatidosa dapat optimal didiagnosis pada usia kehamilan 8
minggu dengan endovaginal sonography dan pada usia kehamilan 9 minggu
dengan abdominal sonography. Walaupun demikian, pemeriksaan ultrasonografi
harus disertai dengan pemeriksaan histopatologi yang bahannya diambil dari hasil
kuretase atau operasi mola hidatidosa untuk menegakan diagnosis pasti. Hal ini
dikarenakan gambaran mola hidatidosa di setiap usia kehamilan berbeda- beda
dan seringkali tidak terlihat pada trimester pertama. Pada umumnya mola
hidatidosa terlihat sebagai masa jaringan lunak besar dan mengisi kavum uteri
dengan amplitudo ekho rendah hingga sedang serta dengan ruang ruang yang
berisi kista-kista kecil dengan cairan yang tersebar. Pada usia kehamilan 8-12
minggu gambaran terlihat khas sebagai 18 jaringan ekhogenik di dalam lumen
yang homogeny dengan kata lain terlihat seperti ruang-ruang kistik. Pada mola
hidatidosa komplet tampak gambaran vili dengan degenerasi hidropik sehingga
menunjukan gambaran snowstorm appearance. Sedangkan pada mola hidatidosa
parsial terlihat adanya mola dengan janin atau plasenta dengan janin (bagian
janin) yang mengalami degenerasi hidropik. Pada trimester pertama mola
memiliki gambaran seperti blighted ovum atau bisa terlihat sebagai masa
ekhogenik yang avaskuler. Pada trimester kedua mola terlihat sebagai jaringan
lunak kurang ekhogenik yang dikelilingi masa yang lebih ekhogenik.

3.8 Komplikasi
Penyulit mola hidatidosa berupa perdarahan, preeklampsia, hipertiroidisme
dan tirotoksikosis sedangkan penyulit lanjut ialah terjadinya tumor trofoblas
gestasional pascamola, bisa berupa penyakit trofoblas ganas jenis vilosum (mola
destruens) ataupun penyakit trofoblas ganas jenis non vilosum (koriokarsinoma).

26
Perdarahan sering mengancam akibat terlambatnya diagnosis mola
ditegakkan, suatu hal yang sering dijumpai di negara-negara yang pelayanan
obstetrinya belum baik seperti Indonesia. Pada penelitian Martaadisoebrata hanya
2,5 % dari 126 kasus mola yang tidadak disertai penyulit perdarahan.
Penyulit lain yang mungkin terjadi adalah emboli sel trofoblas ke paru-paru.
Sebetulnya pada tiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke paru-paru
tanpa memberikan gejala apa-apa. Akan tetapi pada mola kadang-kadang jumlah
sel trofoblas ini terlalu banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru-paru
akut yang dapat mengakibatkan kematian.

3.9 Tatalaksana
1) Perbaiki Keadaan Umum
Dalam proses perbaikan keadaan umum dapat termasuk pemberian
pemberian transfusi darah untuk mengatasi syok atau anemia dan
menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau
tirotoksikosis.
2) Pengeluaran jaringan mola
Terdapat beberapa cara yaitu :
1) Vakum kuretase
Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum
kuretase. Untuk memperbaiki kontraksi diberikan pula
uterotonika. Vakum kuretase dilanjutkan dengan kuretase
dengan menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul untuk
mengeluarkan sisa-sisa konseptus dan agar jaringan
miometrium yang ditumbuhi jaringan mola ikut terbawa;
kerokan perlu dilakukan secara hati-hati karena adanya bahaya
perforasi. Sebelum tindakan kuret sebaiknya disediakan darah
untuk menjaga apabila terjadi perdarahan yang banyak.
Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya dilakukan kerokan
ulangan dengan kuret tajam agar ada kepastian bahwa uterus
sudah benar-benar kosong dan untuk memeriksa tingkat
proliferasi sisa-sisa trofoblas dan mengetahui ada tidaknya

27
infiltrasi jaringan mola ke miometrium. Makin tinggi tingkat
proliferasi, makin perlu waspada terhadap kemungkinan
keganasan.
2) Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup
umur dan cukup anak. Alasan untuk histerektomi ialah karena
umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor predisposisi
terjadinya keganasan. Batasan dipakai adalah umur 35 tahun
dengan anak hidup tiga. Tidak jarang bahwa pada sediaan
histerektomi bila dilakukan permeriksaan histopatologi sudah
tampak adanya tanda-tanda keganasan berupa mola
invasif/koriokarsinoma.
3) Pemeriksaan Tindak Lanjut
Pengamatan lanjutan pada wanita dengan mola hidatidosa yang
uterusnya dikosongkan sangat penting karena adanya kemungkinan
timbulnya tumor ganas (sekitar 20 %). Anjuran untuk semua penderita
pascamola dilakukan kemoterapi untuk mencegah timbulnya keganasan,
masih belum diterima oleh semua pihak.
Pemeriksaan kadar hCG dilaksanakan tiap minggu sampai kadar
menjadi negatif selama 3 minggu, dan selanjutnya tiap bulan selama 6
bulan. Sampai kadar hCG menjadi negatif, pemeriksaan Rontgen thorax
dilakukan tiap bulan. Selama dilakukan pemeriksaan hCG, penderita
diberitahukan supaya tidak hamil, sekurang-kurangnya 1 tahun.
Kemoterapi dapat dilakukan dengan memberikan Methotrexate
atau Dactinomycin, atau kadang-kadang dengan kombinasi 2 obat tersebut.
Biasanya cukup hanya dengan memberi satu seri dari obat yang
bersangkutan. Pengamatan lanjutan terus dilakukan, sampai kadar hCG
menjadi negatif selama 6 bulan.

3.10 Prognosis
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah
jantung atau tirotoksikosis. Di negara maju kematian karena mola hampir tidak

28
ada lagi. Akan tetapi di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar
antara 2,2 % dan 5,7 %. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali
setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang
kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Persentase
keganasan yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda-beda, berkisar
antara 5,56 %.

29
30
DAFTAR PUSTAKA

Berkowitz RS GD. Molar pregnancy. N Engl J Med. 2009; 1:360.


Cunningham, F. Gary, et al. Obstetri Williams. Ed. 21.Vol 2. Jakarta :
EGC, 2005.
Dhanda S, Ramani S, Thakur M. Gestational trophoblastic disease: a
multimodality imaging approach with impact on diagnosis and management.
Radiol Res Pract. 2014
Golfier F, Clerc J, Hajri T, Massardier J, Frappart L, Duvillard P, et al.
Contribution of referent pathologists to the quality of trophoblastic diseases
diagnosis. Hum Reprod. 2011; 26(10):2651–7.
Pradjatmo H, Dasuki D, Dwianingsih EK, Triningsih E. Malignancy risk
scoring of hydatidiform moles. Asian Pac J Cancer Prev. 2015; 16:2441–5.
Prawirohardjo, Sarwono, et al.Ilmu Kebidanan.Edisi Ketiga. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010.
Seckl MJ, Sebire NJ, Fisher R a., Golfier F, Massuger L, Sessa C.
Gestational trophoblastic disease: ESMO Clinical Practice Guidelines for
diagnosis, treatment and follow-up. Ann Oncol. 2013

31

Anda mungkin juga menyukai