Anda di halaman 1dari 5

TRI HANDINI .

1102014269

TUGAS

STIGMA DAN DISKRIMIINASI ORANG TERKAIT DENGAN HIV/AIDS (ODHA)

Disusun Oleh :

Tri Handini 1102014269

Pembimbing :

dr. Mayaa Trisiswati, MKM

KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

PERIODE 02 NOVEMBER 2020 – 28 NOVEMBER 2020


TRI HANDINI . 1102014269

HIV merupakan penyakit yang berkaitan dengan sistem imunitas seluler tubuh,
menghancurkan atau merusak fungsinya. Infeksi ini mengakibatkan kerusakan secara
progresif dari sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan defisiensi imun sedangkan
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau penyakit yang
diakibatkan karena penurunan kekebalan tubuh akibat adanya infeksi oleh Human
Imunodeficiency Virus (HIV). AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

HIV/AIDS juga menjadi masalah di Indonesia, dimana Indonesia merupakan negara


urutan ke-5 paling berisiko HIV/AIDS di ASIA. Seiring dengan meningkatkan jumlah kasus
HIV/AIDS maka tidak sedikit pula didapatkan stigma maupun diskriminasi pada penderita

Stigma sendiri merupakan atribut, perilaku, atau reputasi sosial yang mendiskreditkan
dengan cara tertentu. Menurut Corrigan dan Kleinlein stigma memiliki dua pemahaman sudut
pandang, yaitu stigma masyarakat dan stigma pada diri sendiri (self stigma). Stigma
masyarakat terjadi ketika masyarakat umum setuju dengan stereotipe buruk seseorang (misal,
penyakit mental, pecandu, dll) dan self stigma adalah konsekuensi dari orang yang
distigmakan menerapkan stigma untuk diri mereka sendiri

Sejak tahun 1987 di dunia, respon terhadap penyakit HIV/AIDS seperti ketakutan,
penolakan, stigma, dan diskriminasi telah muncul bersamaan dengan terjadinya epidemik.
Stigma dan diskriminasi telah tersebar secara cepat, menyebabkan terjadinya kecemasan dan
prasangka terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Stigma sering tidak didefinisikan
secara eksplisit, melainkan sepintas disebut “tanda aib”. Erving Goffman mendefinisikan
stigma sebagai atribut yang mendiskreditkan secara signifikan. Penyimpangan label sosial
memaksa individu untuk melihat stigma pada dirinya dan orang lain sebagai tidak diinginkan
atau didiskreditkan.3 Stigma merupakan hambatan utama dalam pencegahan, perawatan,
pengobatan, dan dukungan HIV. Ketakutan akan stigma membuat orang cenderung kurang
ingin melakukan pemeriksaan HIV dan kurang ingin atau menunda mengungkapkan status
HIV kepada pasangan. Stigma juga berhubungan dengan penundaan atau penolakan
perawatan dan ketidakpatuhan dalam pengobatan HIV

Analisis Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) 2007 mengukur sikap stigma dengan empat pertanyaan yaitu: 1) setuju atau tidak
tentang merahasiakan, membicarakan dengan anggota keluarga lain, 2) konseling dan
TRI HANDINI . 1102014269

pengobatan, 3) mencari pengobatan alternatif, dan 4) mengucilkan bila ada anggota keluarga
yang menderita HIV/AIDS.

Stigma masyarakat terhadap ODHA memiliki dampak yang besar bagi program
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS termasuk kualitas hidup ODHA. ODHA akan
merasa takut melakukan tes HIV karena bila hasilnya terungkap maka mereka akan
dikucilkan. Hal ini menyebabkan mereka menunda untuk berobat apabila menderita sakit,
yang akan berdampak pada semakin menurunnya kesehatan mereka.

Salah satu faktor penyebab penularan HIV adalah penggunaan narkoba suntik yang
tidak steril. Prevalensi pengguna narkoba suntik di Indonesia diperkirakan sebesar 2,4 % dari
total penggunaan berbagai jenis narkob sedangkan penularan HIV di Indonesia 11,4 %
disebabkan penggunaan jarum suntik secara bergantian pada pecandu narkoba.

Hal ini juga berdampak pada pecandu narkoba suntik yang terinfeksi HIV dimana
mereka memiliki beban ganda stigma dalam hubungan sosial di masyarakat. Pecandu narkoba
termasuk orang atau kelompok penyandang stigma sebelum terkena HIV/AIDS dan stigma
tersebut meningkat pada saat mereka terkena penyakit. Stigma sebagai pecandu cenderung
disifatkan sebagai orang yang “tercela” dan “berbahaya”.

Selain itu HIV pada anak anak, Anak dengan HIV merupakan kelompok rentan yang
perlu dilindungi, mengingat orang tua mereka sering kali sudah meninggal karena HIV/AIDS
sehingga menjadi beban keluarga atau kerabat. Berdasarkan Undang-Undang No.23 tahun
2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi. Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung
jawab memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan
anak dengan ketentuan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk pula
anak yang masih dalam kandungan. Oleh karena itu program pengobatan anak khususnya
anak dengan HIV merupakan salah satu bentuk perlindungan anak.

Studi yang dilakukan oleh UNICEF dan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
menunjukkan kesulitan yang dihadapi oleh anak-anak yang terinfeksi HIV/AIDS untuk
mengakses pelayanan pendidikan dan kesehatan disebabkan oleh adanya diskriminasi,
kesulitan keuangan keluarga, kesehatan anak yang buruk dan kebutuhan untuk merawat orang
tua yang juga terinfeksi HIV-AIDS. Anak penderita HIV/AIDS adalah kelompok yang paling
TRI HANDINI . 1102014269

sering mendapat perlakuan diskriminatif di Indonesia. Sebagian besar malah tidak bersekolah
atau dikucilkan masyarakat. Karena stigma dan diskriminasi, mereka tidak mendapatkan
akses yang layak untuk layanan kesehatan dan pendidikan dan mereka bisa mengalami stigma
atau ditolak oleh keluarga mereka sendiri

Stigma terhadap ODHA juga terjadi di kalangan remaja. Hal ini disebabkan remaja
kurang menyadari dan memahami akan bentuk dan efek stigma terhadap populasi beresiko
maupun terhadap ODHA. Penelitian Mutahar dkk menemukan bahwa remaja beresiko 1,5
kali mempunyai stigma terhadap ODHA dibandingkan dengan orang dewasa. Pengetahuan
tentang HIV/AIDS sangat mempengaruhi sikap seseorang terhadap ODHA. Stigma muncul
berkaitan dengan ketidaktahuan seseorang tentang mekanisme penularan HIV yang
dipengaruhi oleh adanya epidemi HIV/AIDS. Kesalahpahaman atau ketidaktahuan tentang
HIV sering kali berdampak pada ketakutan terhadap ODHA sehingga menyebabkan
penolakan terhadap ODHA. Sebuah penelitian dilakukan pada pelajar SMA dan menemukan
pelajar dengan pengetahuan yang rendah lebih berisiko untuk menstigma ODHA daripada
pelajar yang memiliki pengetahuan yang tinggi. Pengetahuan tentang HIV mempunyai
pengaruh dengan sikap menstigma terhadap ODHA dimana tingkat pengetahuan rendah dan
tinggi juga mempunyai hubungan dengan sikap yang positif terhadap ODHA.

Maka diperlukannya upaya untuk mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap


ODHA dengan berusaha mencoba memahami pengalaman hidup yang dialami pengidap HIV
akan menyebabkan hasil psikologis yang positif untuk membantu meningkatkan kualitas
hidup orang dengan HIV/ AIDS (Treisman & Angelino, 2004). Tetap bergaul dengan ODHA
dan menghindari faktor penularan serta mengerti pengalaman kurang baiknya saat
menghadapi stigmatisasi, dilain pihak ODHA akan merasa lebih nyaman mengungkapkan
statusnya kepada mereka dan mengungkapkan ketakutannya. Serta memberi edukasi kepada
masyarakat dengan baik dan benar mengenai pengetahuan tentang HIV/AIDS agar tidak
selalu menimbulkan dampak negatif terhadap ODHA.
TRI HANDINI . 1102014269

Daftar Pustaka

Mahajan AP, Sayles JN, Patel VA, Remien RH, Ortiz D, Szekeres G, et al. Stigma in
the HIV/AIDS epidemic: A review of the literature and recommendations for the way
forward. NIH Public Access [Internet]. 2010 [cited 2017 Mar 22];

Oktarina O, Hanafi F, Budisuari MA. Hubungan Antara Karakteristik Responden,


Keadaan Wilayah Dengan Pengetahuan, Sikap Terhadap HIV/AIDS Pada Masyarakat
Indonesia. Bul Penelit Sist Kesehat [Internet]. 2009 [cited 2017 Mar 14];12(4).

Situmeang, Berliana. Hubungan Pengetahuan HIV/AIDS dengan Stigma terhadap


Orang dengan HIV/AIDS di Kalangan Remaja 15-19 Tahun di Indonesia (Analisis Data
SDKI Tahun 2012). Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia. Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 2, Juli 2017

Sosodoro O, Emilia O, Wahyuni B. Hubungan Pengetahuan Tentang HIV/AIDS


dengan Stigma Orang dengan HIV/AIDS di kalangan Pelajar SMA. Ber Kedokt Masy
[Internet]. 2012

Shaluhiyah Z, Musthofa SB, Widjanarko B. Stigma Masyarakat terhadap Orang


dengan HIV/AIDS. Kesmas Natl Public Heal J [Internet]. 2015 [cited 2017 Mar
14];9(4):333–9

Unicef indonesia. Ringkasan Kajian Respon Terhadap HIV & AIDS. Ringkasasn
Kaji. 2012;1–6.

Anda mungkin juga menyukai