Anda di halaman 1dari 2

Faktor resiko

• Usia
Usia 50-75 masih memiliki keinginan seksual yang aktiv tetapi beberapa
sudah memiliki masalah pada ereksi
• Lifestyle dan excercise
Ada beberapa bukti yang menghubungkan antara kejadian ED dengan tingkat
latihan fisik, dimana semakin sedikit aktivitas fisik membuat resiko terjadinya ED
semakin meningkat.
• Merokok dan alkohol
Beberpa bukti menunjukan risiko ED lebih tinggi untuk perokok dan mantan
perokok daripada bukan perokok. Mekanisme fisiopatologis yang mengarah ke DE
melibatkan penurunan ekspresi neuron. Selain itu, kerusakan pembuluh darah terkait
dengan merokok tembakau, menunjukkan bahwa itu membuat level testoteron
menurun. Masalah seksual pada pria alkoholik mungkin disebabkan pengaruh
langsung alkohol terhadap testis. Alkohol menurunkan produksi hormon testosteron
sehingga terjadi peningkatan relatif maupun absolut hormon estrogen dan
peningkatan persentase testosteron yang terikat ke protein sehingga testosteron bebas
yang aktif menjadi berkurang, akibatnya dorongan seksual menurun atau tertekan. Di
samping itu terjadi juga gangguan proses pembentukan spermatozoa. Selain
mengakibatkan gangguan hormon, penggunaan alkohol dalam jangka panjang juga
menimbulkan akibat lain yang dapat mengganggu fungsi seksual. Akibat lain yang
sering terjadi ialah gangguan fungsi hati, gangguan metabolisme neurotransmitter,
gangguan saraf tepi dan kurang darah (anemia). Semua gangguan tersebut pada
akhirnya juga dapat mengganggu fungsi seksual
• Depresi
The Massachusetts Male Aging Study (MMAS) menunjukan adanya hubungan
depresi dengan ED. Dikatakan bahwa depresi menjadi trigger terjadinya ED, begitu
pula depresi sedang sampai berat, dan obat anti depresi.
• Hipertensi dan penyakit jantung
Hipertensi dan penyakit janting memiliki hubungan dengan terjadinya ED
dikarenakan kurangnya pasokan vaskularisasi ke daerah penis.

• Hiperlipidemia
Data epidemiologi menyatakan bahwa adanya hubungan hiperlipidemia
dengan terjadinya ED, karena pada orang dengan hiperlipidemia terjadi kerusakan
endotel pembuluh darah dan inflamasi, didukung juga dengan bukti bahwa terapi first
line hiperlipidemia yaitu statin berkerja melindungi endotelium pembuluh darah
dimana hal itu meningkatkan fungsi ereksi.
• DM dan Obesitas
Pasien diabetes memiliki peningkatan risiko terjadinya DE, dengan prevalensi
mulai dari 35-90% Selain itu, pasien DM cenderung mengalami DE 10-15 tahun lebih
awal dari pasien ED tanpa DM. Kontrol glikemik yang buruk pada pasien dengan tipe
DM II memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan dan keparahan ED.
Komplikasi kronis makrovaskular , perubahan mikrovaskuler, neuropati, dan
disfungsi endotel meningkatkan kemungkinan bahwa dia- pria betik akan
mengembangkan ED. Data menunjukkan bahwa obesitas memiliki kontribusi
independen untuk ED, menjadi prediktor independen ED. Penurunan berat badan pria
gemuk juga dikaitkan dengan mendapatkan kembali normal fungsi ereksi
• Prediposisi genetik
Gen yang terlibat dalam fisiologi fungsi ereksi, serta pengembangan terjadinya
ED, juga melibatkan kontrol Gen NOS mengkodekan berbagai jenis neurotropik
faktor, dan gen saluran K þ; ini telah pro dianggap sebagai target untuk terapi berbasis
gen ketika lainnya perawatan gagal. Pemahaman sepenuhnya tentang penyimpangan
gen masih belum dipahami seluruhnya
• Hipogondanisme
Testosteron sangat penting untuk fungsi ereksi. Bukti telah membuktikan
perlunya androgen untuk mempertahankan tekanan intracavernosal yang cukup dan
fungsi otot polos untuk terjadinya ereksi. Literatur menunjukkan peran penggantian
testosteron terapi (TRT) pada fungsi ereksi menunjukan korelasi positif perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA
Calogero, Aldo E., et al. "Epidemiology and risk factors of lower urinary tract
symptoms/benign prostatic hyperplasia and erectile dysfunction." The Aging Male” ISSN
:1473-0790 vol 22 (2019): 12-19.

Anda mungkin juga menyukai