Disusun Oleh :
Khoirunisa 2015730072
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah, karena dengan rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Referat “Kelainan Putting Susu” ini tepat pada
waktunya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak yang membaca, agar penulis dapat mengkoreksi dan dapat membuat laporan
kasus yang lebih baik kedepannya.
Demikianlah laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dari kegiatan klinis Obstetri &
Ginekologi serta untuk menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Khoirunisa
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. PAYUDARA
Anatomi Payudara
Payudara wanita disebut juga glandula mammaria, merupakan suatu alat
reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan
meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia
superficialis dinding rongga dada diatas musculus pectoralis mayor dan dibuat
stabil oleh ligamentum suspensorium. Dengan masing-masing payudara
berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan
yang meluas ke ketiak atau axilla. Ukuran payudara berbeda untuk setiap
individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang
salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari pada payudara yang lain.
Kelainan puting susu adalah keadaan puting susu tidak normal dimana puting susu
yang normal memiliki ciri-ciri khas dengan bentuk yang silendris, menonjol keluar
dari permukaan umum payudara ibu. Kelainaan puting susu sangat mengganggu
aktifitas laktasi.
PERADANGAN
Mastitis
Pengertian
Mastitis adalah infeksi pada payudara dengan tanda radang lengkap, bahkan dapat
berkembang menjadi abses. Mastitis adalah peradangan payudara yang disebabkan
oleh kuman, terutama staphylococos aureus melalui luka pada puting susu dan
peradangan darah.
Jenis Mastitis
Menurut Prawirohardjo (2006) Mastitis dibedakan berdasarkan tempatnya
dibedakan menjadi:
1) Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae.
2) Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat itu.
3) Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mamma dan otot-otot dibawahnya.
Etiologi
Dua penyebab utama mastitis adalah Stasis ASI dan infeksi. Stasis ASI biasanya
merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi.
Gunther pada tahun 1958, menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis
diakibatkan stagnasi ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien
dapat mencegah keadaan tersebut. Ia mengatakan bahwa infeksi bila terjadi bukan
primer, tetapi diakibatkan olehstagnasi ASI sebagai media pertumbuhan bakteri
(WHO, 2003).
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada
kulit normal (staphylococos aureus). Bakteri sering sekali berasal dari mulut bayi dan
masuk kedalam saluran air susu melalui retakan atau robekan dari kulit (biasanya
pada puting susu) perubahan hormonal didalam tubuh wanita menyebabkan
penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel mati. Saluran yang terlambat menyebabkan
payudara lebih mudah mengalami infeksi.
Patofisiologi mastitis
Ansietas Nyeri
Penatalaksanaan mastitis
Menurut Varney (2007), penatalaksanaan mastitis adalah sebagai berikut:
Badan panas
Bengkak
Nyeri seluruh payudara atau hanya
lokal
Payudara keras dan berbenjol-benjol
Penyebab Mastitis
ABSES PAYUDARA
Suatu kondisi pada payudara dimana terbentuk sawar jaringan granulasi yang berbentuk
kapsul dan berisi pus, sebagai akibat dari suatu proses radang atau infeksi.
Secara umum, abses mammae terjadi sekunder akibat mastitis yang tidak terobati,
pengobatan lambat atau mastitis dengan pengobatan yang tidak adekuat, atau obstructed breast
atau luka pada mammae yang terinfeksi.
Tanda dan Gejala
Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
Payudara yang tegang dan padat kemerahan.
Pembengkakan dengan adanya fluktuasi. Benjolan terasa lunak karena berisi nanah
Pencegahan abses payudara
1) Bersihkan putting susu sebelum dan setelah menyusui
2) Oleskan lanolin atau vitamin A dan D setelah menyusui
3) Hindari penggunaan pakaian yg sebabkan iritasi pada area payudara
4) Menyusui bergantian antrar payudara kiri dan kanan
5) Obati permasalahan payudara sampai tuntas
Penatalaksanaan
Teapi drainase / insisi payudara
- Pembiusan, dilakukan secara local namun pada keadaan tertentu pembiusan
dilakukan secara umum.
- Lakukan desinfeksi payudara dengan Povidone Iodine atau Chlorhexidine
kemudian persempit lapangan operasi dengan duk steril
- Lakukan insisi (sesuai garis langer), kemudian diperdalam sampai mencapai
abses. Periksa kultus pus dan test kepekaan. Setelah abses dievakuasi, lakukan
biopsy.
- Dinding abses dicuci dengan larutan Nacl 0,9%
- Pasangkan drain penros. Cuci dengan larutan sublimat dan Nacl 0,9%
- Luka operasi ditutup situasi atau dibiarkan terbuka.
NIPPLE DISCHARGE
Pengeluaran cairan dari putting, baik secara spontan atau dengan manipulasi jaringan
payudara.
Manifestasi klinik
- Putting keluar cairan berwarna.
- Dismaertai rasa terbakar, gatal, nyeri sekitar putting atau pebengkakkan atau retraksi
Pemeriksaan penunjang
◦ SADARI
◦ Mammografi
◦ Galaktografi
◦ Duktografi
◦ MRI
Penatalaksanaan
• Mikrododektomi
• Prosedur hadfiels
PUTTING LECET / CRACKED NIPPLE
Cracked nipple berarti lecet pada puting susu, biasa juga disebut sore nipple. Pada masa-
masa awal menyusui, kebanyakan wanita merasa nyeri ringan atau merasa tidak nyaman, dan
hal ini dapat dianggap sebagai hal yang normal. Namun, jika ibu merasa sangat nyeri saat
menyusui atau puting menjadi rusak, walaupun hal ini juga sudah umum terjadi, dapat
dianggap sebagai hal yang tidak normal.
Sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah mengalami lecet pada
puting. Biasanya lecet pada puting terjadi karena posisi bayi yang salah saat menyusui,
yakni karena puting tidak masuk ke dalam rongga mulut bayi sampai areola mammae
sehingga bayi hanya menghisap pada bagian puting susu ibu saja.
Penyebab
Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai areola tertutup oleh
mulut bayi. Bila bayi hanya menyusui pada puting susu, maka bayi akan mendapat
ASI sedikit, karena gusi bayi tidak menekan pada sinus latiferus, sedangkan pada
ibunya akan menjadi nyeri/kelecetan pada puting susu.
Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk
membersihkan puting susu.
Bayi dengan tali lidah yang pendek atau biasa disebut frenulum lingual, sehingga
menyebabkan bayi sulit menghisap sampai ke areola payudara dan isapan hanya pada
puting susu saja.
Dapat timbul apabila ibu menghentikan proses menyusui pada bayi dengan kurang
berhati-hati.
Tanda dan Gejala
Puting lecet ditandai dengan rasa nyeri pada payudara, disertai dengan adanya
retakan atau luka pada puting payudara, meliputi eritema, edema, fisura atau retakan,
lecet, atau bintik-bintik kuning atau gelap dan ekimosis.
Penatalaksanaan
Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecetnya lebih
sedikit. Untuk menghindari tekanan lokal pad puting maka posisi menyusu harus
sering diubah, untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan
lamanya menyusui. Di samping itu, kita harus yakin bahwa teknik menyusui yang
digunakan bayi benar, yaitu harus menyusu sampai ke kalang payudara. Untuk
menghindari payudara yang bengkak, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa,
kemudian diberikan dengan sendok, gelas, dan pipet.
Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin-
anginkan sebentar agar melembutkan puting sekaligus sebagai anti-infeksi.
Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk membersihkan
payudara.
Pada puting susu bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa.
Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak sampai
terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu sering.
Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat menyebabkan
lecet pada puting susu ibu. Jika ditemukan gejala moniliasis dapat diberikan
nistatin.
Sebaiknya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi selesai
menyusu, tidak dengan memaksa menarik puting tetapi dengan menekan dagu atau
dengan memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi.
Pencegahan
Jangan membersihkan puting dengan sabun dan zat pembersih lain, hanya dengan
air. Hindari produk yang dapat mengeluarkan proteksi natural dari puting payudara,
misalnya alkohol atau bahan pengering lainnya.
Teknik menyusui harus benar.
Menyusu harus sesuai kebutuhan bayi, sesegera mungkin menyusu bayi ketika bayi
terlihat ingin menyusu.
Ketika menyusu harus dihentikan, selipkan jari tengah dan jari telunjuk dalam
mulut bayi di antara gusi bayi untuk menghentikan bayi menghisap sebelum mulut
bayi dilepaskan dari payudara.
Puting susu dan areola harus kering setelah menyusui.
Jangan memakai lapisan plastik pada pakaian dalam (bra).
PUTTING RATA / INVERTED NIPPLE
Definisi
Puting rata (inverted / retracted / flat nipple) merupakan suatu kelainan familial, yang terjadi
sejak lahir dimana puting terlihat rata atau tertarik ke dalam. Hal ini menyebabkan
kemampuan bayi untuk mengulum puting dan menghisap menjadi berkurang.
Penyebab
Hal ini disebabkan oleh kegagalan perkembangan puting payudara untuk berelevasi selama
perkembangan fetus. Satu ataupun kedua puting dapat mengalami puting rata.
Tanda dan Gejala
Ada dua jenis puting rata:
1. Retraksi/umbilikasi, dimana puting masih dapat ditarik keluar
2. Invaginasi (true inverted), diamana puting tidak dapat ditarik keluar lagi
Puting tipe inversi retraktil biasanya kembali ke posisi normal dengan sendirinya dari awal
hingga akhir kehamilan. Pada banyak kasus, derajat inversi tidak mempengaruhi kemampuan
bayi untuk menggenggam jaringan areolar dan memasukkan puting ke mulutnya, walaupun
hal ini biasanya membutuhkan waktu yang lama.
Penatalaksanaan
Derajat puting rata dapat dipengaruhi oleh tindakan ibu yang tidak menyusui. Posisi
puting yang terlihat tidak masuk ke dalam mulut bayi tidak selalu mengukur seberapa baik
fungsi dari puting tersebut. Pada banyak kasus, selama ibu memposisikan bayi dengan baik
pada perlekatan dengan areola sehingga puting berada pada posisi yang baik di dalam mulut
bayi, tidak ada alasan bagi ibu yang memiliki puting rata untuk tidak menyusui bayinya.
Selama bayi menghisap, puting akan bertambah panjang menjadi dua klai dibanding dari
posisi istrahatnya. Aktivitas menyusui ini membantu menjelaskan mengapa tingkat puting
rata atau puting inversi akan semakin berkurang beberapa minggu atau beberapa bulan
setelah berulang-ulang menyusui bayi
Puting datar dan tenggelam dapat diperbaiki dengan perasat Hoffman, yaitu dengan
meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari didaerah gelanggung susu, kemudian dilakukan
urutan menuju kearah berlawanan. Pada true inverted nipple, perasat Hoffman tidak dapat
memperbaiki keadaan. Pada keadaan ini ASI harus dikeluarkan secara manual dengan pijatan
tangan atau masase pada payudara, atau dengan pompa susu dan diberikan pada bayi dengan
sendok, gelas, atau pipet.
Dengan pengurutan puting susu, posisi puting susu ini akan menonjol keluar seperti keadaan
normal. Jika dengan pengurutan posisinya tidak menonjol, usaha selanjutnya adalah dengan
memakai Breast Shield atau dengan pompa payudara (Breast Pump). Jika dengan cara-cara
tersebut diatas tidak berhasil (disebut True Inverted Nipple) maka usaha koreksi selanjutnya
adalah dengan tindakan pembedahan (operatif).