Anda di halaman 1dari 28

ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA

DAN DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Asuhan Masa Nifas
Dosen Pengampu : Ibu Euis Nurhayati, S.ST., M.Kes

Disusun oleh :
Eka Nurizki
Ayu Kartika Pratiwi
Dinasti Setia RN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah


SWT atau Tuhan kami yang telah melimpahkan kasih atau rahmad-Nya, sehingga
Kami dapat menyusun makalah tentang “Anatomi dan Fisiologi Payudara dan
Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
sebagian dari tugas Pengantar Asuhan Nifas.
Tersusunnya makalah “Anatomi dan Fisiologi Payudara dan Dukungan
Bidan dalam Pemberian ASI” ini tidak terlepas dari bantuan yang diberikan oleh
berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Euis Nurhayati, S.ST., M.Kes selaku dosen mata kuliah Pengantar
Asuhan Nifas
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna dalam
menyusun makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
kami miliki. Maka saran dan koreksi yang bersifat membangun sangat Kami
butuhkan dari semua pihak.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan
pembaca pada umumnya.

Sukabumi, September 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam istilah medik, Payudara disebut Glandulla mammae yang berasal
dari bahasa latin Payudara (mammae,susu) adalah kelenjar yang terletak
dibawah kulit, diatas otot dada. Terletak sekitar iga kedua atau iga ketiga
sampai iga keenam atau ketujuh. Ukuran normal 10-20 cm dengan beratnya
pada wanita hamil adalah 200 gram. Pada wanita hamil aterem mencapai 400-
600 gram da pada masa laktasi sekitar 600-800 gram.
Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat dan jaringan
lemak. Dilihat dari luar, payudara terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang besar,
2. Areola, yaitu bagian tengah yang berwarna kehitaman,
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Secara mikroskopis payudara perempuan memiliki 3 unsur, kelenjar susu
(alveolus) yang menghasilkan susu, saluran susu (duktus laktiferus) dan
jaringan penunjang yag mengikat kelenjar kelenjar susu.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana anatomi fisiologi payudara?
2. Bagaimana proses fisiologi laktasi?
3. Apa pengertian ASI?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anatomi fisiologi payudara?
2. Untuk mengetahui pengertian proses fisiologi laktasi?
3. Untuk mengetahui pengertian ASI
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Payudara


Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,
di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk
nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya
kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
1. Letak
Payudara wanita disebut juga glandula mammaria yang merupakan alat
reprouksi tambahan. Payudara terletak pada sisi sternumdan meluas
setinggi antara costa ke dua dan keenam. Payudara teletak pada fascia
superficialis dinding rongga dada diatas musculus pectoralis mayor dan
dibuat stabil oleh ligamentum suspensori.
2. Bentuk
Masing masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan
mempunyai ekor ( caudal). Dari jaringnan yang meluas ke ketiak atau
axilla ( cauda axillaris spence ).
3. Ukuran
Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pda
stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara
ukurannya agak lebih besar daripada payudara yang lain.
4. Struktur Makroskopis
Struktur makroskopis dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Cauda Axillaris : jaringan payudara yang meluas ke arah axiila
b. Areola : daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan
mengalami pigmentasi dan masing masing payudara bergaris tengah
kira – kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanita yang
berkulit cerah, lebih gelap pada wanita yang berkulit coklat dan
warna tersebut menjadi lebih gelap ada waktu hamil. Di daerah
areola ini terletak kira – kira 20 glandula sebacea. Pada kehamilan
areola ini membesar dan di sebut tuberkulum montgomery.
c. Papilla mamae : Terletak dipusat areola mammae setinggi iga ( costa
) ke 4. Papila mammae suatu tonjolan dengan panjang kira – kira 6
mm, tersusun atas jaringan erektil berpigme dan merupakan
bangunan yang sangat peka. Permukaan papilla mammae berlubang
– lubang berupa ostium papillare kecil –kecil yang merupakan
ductus lactifer.ductus lactifer ini dilapisi oleh epitel.
Bentuk puting ada empat macam, yaitu bentuk yang normal,
pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted).
5. Struktur Mikroskopis
Struktur mikroskopis dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Alveoli : mengandung sel – sel yang mensekresi air susu. Sertiap
alveoli dilapisi oleh sel – sel yang mensekresi air susu, disebut acini
yang mengekstraksi faktor – faktor dari darah yang penting untuk
pembentukan air susu. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel – sel
mioepitel yang kadang – kadang di sebut sel keranjang atau sel laba
– laba. Apabila sel – sel ini dirangsang oleh oksitosin akan
berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer.
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari
alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos dan pembuluh darah. Lobulus yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus
pada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran
kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk
saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
b. Tubulus lactifer : saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
c. Ductus lactifer : saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus lactifer. Meluas dari ampulla sampai muara papilla mammae.
d. Ampulla : bagian dari ductus lactifer yang melebar yang merupakan
tempat menyimpan air susu.
Ampulla terletak di bawah areola.
e. jaringan ikat & lemak : jaringan penunjang & pelindung

2.2 Fisiologi Payudara


Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,
masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas
pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga
hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya
asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi.
Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada
beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal.
Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa
hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu
pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu
besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. Perubahan ketiga
terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar
karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh
duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)
1. Produksi Air Susu
Dalam fisiologi laktasi prolaktin suatu hormone yang disekresi
oleh glendula pituitary anterior, penting untuk produksi ASI tetapi
walaupun kadar hormone ini di dalam siklus maternal meningkat
selama kehamilan, kerja hormone ini dihambat oleh hormone plasenta.
Dengan lepas atau keluarnya plasenta pada akhi r proses persalinan,
maka kadar estrogen dan progesterone berangsur-angsur turun hingga
tingkat dapat dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin. Terjadi
peningkatan suplai darah yang beredar pat dilewat payudara dan dapat
diekstraksi dan penting untuk pembentukan akhir susu. Globulun, lemak,
dan molekul-molekul protein dari dasar sel-sel sekretoris akan
membengkakkan a cini dan mendorongnya menuju ke tubuli laktifer.
Peningkatan kadar prolactin akan menghambat ovulasi dan dengan
demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu
memberi air susu agar pengaruhnya benar-benar efektif. Kadar prolactin
paling tinggi adalah pada malam hari dan penghentian pertama air
susu dilakukan pada malam hari yang biasanya memang demikian
sebagai fungsi kontrasepsi.

2. Pengeluaran Air Susu


Dipengaruhi oleh hormone oksitosin, dimana pengeluran air susu dibagi
menjadi 2 proses, yaitu:
a. Tekanan dari belakang
Tekanan globuli yang baru terbentuk di dalam sel akan
mendorong globuli tersebut ke dalam tubuli laktifer dan
pengisapan oleh bayi yang akan memacu sekresi air susu lebih
banyak.
b. Refleks neurohormonal
Apabila bayi disusui maka grakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan syaraf yang terdapat di dalam glandula
pituitary posterior. Akibat langsung reflex ini adalah
dikeluarkannya oksitosin dari pituitary posterior, hal ini akan
menyebabkan sel-sel mioepitel di sekitar alveoli akan berkontraksi
dan mendorong air susu masuk ke dalam pembuluh laktifer dan
dengan demikian lebih banyak air susu yang mengalir ke dalam
ampulla. Refleksi ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit,
misalnya jahitan perineum. Dengan demikian penting untuk
menempatkan ibu dalam posisi yang aman, santai dan bebas dari
rasa sakit, terutama pada jam – jam menyusukan anak. Sekresi oks
itosin yang sama juga akan menyebabkan otot uterus berkontraksi
dan membantu involusi uterus selama nifas.
Proses Laktasinya secara runtut :
Proses Laktasi
Pengaruh Hormonal
Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun
hormon-hormon yang berperan adalah :
1) Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran
alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat
setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-
besaran.
2) Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI untuk
membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap
rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya
ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon
estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
3) Follicle stimulating hormone (FSH)
4) Luteinizing hormone (LH)
5) Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoil dalam
kehamilan.
6) Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim
pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam
orgasme. Selain itu, pasca melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI
menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya
susu let-down/milk ejection reflex.
7) Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan,
plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam
pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap
memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa
kehamilan (induced lactation).
3. Proses Pembentukan Laktogen
Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut:
1) Laktogenesis I
2) Laktogenesis II
3) Laktogenesis III
Laktogenesis I
Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobulus-alveolus. Terjadi
pada fase terakhir kehamilan. Pada fase ini, payudara memproduksi
kolostrum, yaitu berupa cairan kental kekuningan dan tingkat
progesteron tinggi sehingga mencegah produksi ASI. Pengeluaran
kolustrum pada saat hamil atau sebelum bayi lahir, tidak menjadikan
masalah medis. Hal ini juga bukan merupakan indikasi sedikit atau
banyaknya produksi ASI.
Laktogenesis II
Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya
kadar hormon progesteron, esterogen dan HPL. Akan tetapi kadar
hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-
besaran. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah
meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali
ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon
prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI,
dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian
mengemukakan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila
produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi,
namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh. Hormon
lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam
proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda
biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai
sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru
merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah
melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung
keluar setelah melahirkan. Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI
sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang
tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immuno
globulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih
rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah
alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan,
kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.
Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika
produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Pada tahap
ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI
banyak. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan
secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan
demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa
baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.
Ada 4 hormon yang penting dlm pertumbuhan ductus :
a. GH
b. Prolaktin
c. Glukokortikoid adrenal
d. Insulin
Terdapat faktor penghambat saat prolaktin disekresi oleh hipofise
anterior menekan sekresi hormon yang lain. Faktor penghambat :
dopamin kateklamin.
Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:
 Kurang sering menyusui atau memerah payudara
 Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain
akibat: struktur mulut dan rahang yang kurang baik; teknik
perlekatan yang salah.
 Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
 Jaringan payudara hipoplastik
 Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat
mencerna ASI
 Kurangnya gizi ibu

2.3 Pengertian ASI


ASI adalah emulsi lemak dalam l arutan protein, laktosa dan garam –
garam organic yang disekresi oleh ke dua payudara yang merupakan nutrisi
alamiah terbaik bayi yang dibutuhkan selama 6 bulan pertama.
Hormone yang disekresi glandula pituitary hormone, kadar hormone
ini meningkat selama kehamilan. Kerja hormone ini dihambat oleh
hormone plasenta.
Pada seorang ibu hamil dkenal 2 reflex yang masing – masing
berperan dalam pembentukan dan pengeluaran air susu.
3.1 Refleks prolactin
Menjelang akhir kehamilan hormone prolaktin memegang
peranan penting dalam proses pembuatan kolostrum, namun jumlah
kolostrumnya masih terbatas, karena aktifitas prolaktin dihambat oleh
estrogen dan progesteron yang kadarnya dihambat oleh estrogen dan
progesterone yang kadarnya memang tinggi. Hormone ini merangsang
sel – sel alveoli yang fungsinya untuk membuat air susu. Kadar
prolactin pada ibu yang menyusui akan normal kembali 3 bulan
setelah melahirkan sampai penyapihan an ak.
3.2 Refleks Let Down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis
rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutukan neuro
hipofisis yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Oksitosin sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitel.
Kontraksi dari gel akan air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli
dan masuk kesistem duktus yang untuk selanjutnya mengalir melalui
duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. Beberapa reflek yang
memungkinkan bayi baru lahir untuk memperoleh asi adalah sebagai
berikut :
a. Reflek roting
Reflek ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan
puting susu apabila diletakkan di payudara
b. Reflek menghisap
Saat bayi mengisi mulutnya dengan p uting susu atau pengganti
puting susu sampai ke langit langit keras dan punggung lidah.
Reflek ini melibatkan rahang, lidah dan pipi.
c. Reflek menelan
Gerakan pipi dan gusi dalam menekan areola, sehingga reflek ini
merangsang pertumbuhan rahang bayi.

1. Manfaat ASI bagi ibu dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu:
a. Aspek Kesehatan Ibu.
Hisapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin yang
membantu involusi uteri dan mencegah terjadinya perdarahan pasca
persalinan, mengurangi prevalensi anemia dan mengurangi
terjadinya karsinoma indung telur dan mammae, mengurangi angka
kejadian osteoporosis dan patah tulang panggul setelah menopause,
serta menurunkan kejadian obesitas karena kehamilan.
b. Aspek Keluarga Berencana
Menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan. Hormon
yang mempertahankan laktasi menekan ovulasi sehingga dapat
menunda kesuburan. Menyusui secara eksklusif dapat digunakan
sebagai kontrasepsi alamiah yang sering disebut metode amenorea
laktasi (MAL).
c. Aspek psikologis
Perasaan bangga dan dibutuhkan sehingga tercipta hubungan atau
ikatan batin antara ibu dan bayi

2. Manfaat Pemberian ASI Untuk Bayi


ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI tidak hanya
memberikan manfaat untuk bayi saja, melainkan untuk ibu, keluarga dan
negara.
Manfaat ASI untuk Bayi
1) Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
2) ASI mengandung zat protektif.
3) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
4) Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik.
5) Mengurangi kejadian karies dentis.
6) Mengurangi kejadian maloklusi.
Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi
Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain: lemak, karbohidrat, protein,
garam dan mineral, serta vitamin. ASI memberikan seluruh kebutuhan
nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi
selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih
selama tahun kedua
ASI mengandung zat protektif
Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka bayi jarang
mengalami sakit. Zat-zat protektif tersebut antara lain:
1) Laktobasilus bifidus (mengubah laktosa menjadi asam laktat dan
asam asetat, yang membantu memberikan keasaman pada
pencernaan sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme).
2) Laktoferin, mengikat zat besi sehingga membantu menghambat
pertumbuhan kuman.
3) Lisozim, merupakan enzim yang memecah dinding bakteri dan anti
inflamatori bekerjasama dengan peroksida dan askorbat untuk
menyerang E-Coli dan Salmonela.
4) Komplemen C3 dan C4.
5) Faktor anti streptokokus, melindungi bayi dari kuman streptokokus.
6) Antibodi.
7) Imunitas seluler, ASI mengandung sel-sel yang berfungsi membunuh
dan memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4,
lisozim dan laktoferin.
8) Tidak menimbulkan alergi.

Dukungan bidan dalam pemberian ASI


Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang
pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI
dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi.
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :
1) Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari
payudara ibunya.
2) Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui
bayinya sendiri.
Wanita yang baru pertama kali melahirkan, khususnya mereka yang
belum pernah menyusui sebelumnya, membutuhkan dukungan dan
penenangan (dukungan emosional), mereka perlu diajari dasar
penempelan yang baik kepayudara sehingga bebas dari rasa sakit
(dukungan praktis) dan mereka juga membutuhkan informasi faktual
tentang menyusui (dukungan informasi) dalam bentuk tahapan sederhana
dan teratur.
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :
1) Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama
beberapa jam pertama.
2) Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang timbul.
3) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
4) Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat
gabung).
5) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
6) Memberikan kolustrum dan ASI saja.
7) Menghindari susu botol dan “dot empeng”.
Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama
beberapa jam pertama
Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan
inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal
ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak
kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan
kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara
ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika
memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir.
Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang timbul
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar.
Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup
kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan.
Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan
cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak
dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan
mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya
Membantu ibu pada waktu pertama kali menyusui.
Segera susui bayi maksimal setengah jam pertama setelah
persalinan. Hal ini sangat penting apakah bayi akan mendapat cukup ASI
atau tidak. Ini didasari oleh peran hormon pembuat ASI, antara lain
hormon prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu
jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan prolaktin, isapan bayi
akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan
hormon oksitosin. Hormon oksitosin bekerja merangsang otot polos
untuk memeras ASI yang ada pada alveoli, lobus serta duktus yang berisi
ASI yang dikeluarkan melalui putting susu.
Apabila bayi tidak menghisap putting susu pada setengah jam setelah
persalinan, hormon prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin
sehingga ASI baru akan keluar pada hari ke tiga atau lebih. Hal ini
memaksa bidan memberikan makanan pengganti ASI karena bayi yang
tidak mendapat ASI cukup dan akan membuat bayi rewel.
Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam
menyusui.
Posisi menyusui dapat dilakukan dengan :
1. Posisi berbaring miring
2. Posisi duduk
3. Posisi ibu tidur telentang
Posisi berbaring miring
Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan
lelah atau nyeri.
Posisi duduk
Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk
memberikan topangan pada/ sandaran pada punggung ibu dalam posisi
tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan
dengan bersila di atas tempat tidur atau lantai, ataupun duduk di kursi.
Tidur telentang
Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini
juga dapat dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada di atas dada ibu
diantara payudara ibu.
Tanda-tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada
payudara antara lain:
1. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
2. Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara.
3. Areola tidak akan tampak jelas.
4. Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam, dan menelan
ASInya.
5. Bayi terlihat senang dan tenang.
6. Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah payudaranya.
Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat
gabung)
Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu
dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan
bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung
dalam proses laktasi dapat dilihat dari aspek fisik, fisiologis, psikologis,
edukatif, ekonomi maupun medis.
Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap
saat, tanpa terjadwal (nir-jadwal). Dengan demikian, semakin sering bayi
menyusu maka ASI segera keluar.
Aspek fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui.
Sehingga bayi mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks
oksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu
involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin.
Selain itu, berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif
dapat menjarangkan kehamilan atau dapat digunakan sebagai KB alami.
Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau
proses lekat (early infant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh
adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu
memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga
mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat
memberikan ASI secara eksklusif, merupakan kepuasan tersendiri.
Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat
bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat inilah,
dorongan suami dan keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu.
Aspek ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun
keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini
merupakan suatu penghematan dalam pembelian susu buatan dan
peralatan lain yang dibutuhkan.
Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi
nosokomial. Selain itu, ibu dapat melihat perubahan fisik atau perilaku
bayinya yang menyimpang dengan cepat. Sehingga dapat segera
menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang
dianggap tidak wajar.
Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi
disusui sesuai dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat
menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan
satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong
dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik,
karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi
berikutnya.
Memberikan kolostrum dan ASI saja.
ASI dan kolostrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi.
Kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi
pada keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang melahirkan prematur
sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang
melahirkan bayi cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup
bulan juga.
Kolostrum merupakan cairan kental kekuning-kuningan yang dihasilkan
oleh alveoli payudara ibu pada periode akhir atau trimester ketiga
kehamilan. Kolostrum dikeluarkan pada hari pertama setelah persalinan,
jumlah kolostrum akan bertambah dan mencapai komposisi ASI
biasa/matur sekitar 3-14 hari. Dibandingkan ASI matang, kolostrum
mengandung laktosa, lemak, dan vitamin larut dalam air (vitamin B dan
C) lebih rendah, tetapi memiliki kandungan protein, mineral dan vitamin
larut dalam lemak (vitamin A,D,E,K), dan beberapa mineral (seperti seng
dan sodium) yang lebih tinggi. Kolostrum juga merupakan pencahar
untuk mengeluarkan meconium dari usus bayi dan mempersiapkan
saluran pencernaan bayi bagi makanan yang akan datang.
Menghindari susu botol dan “dot empeng”.
Secara psikologis, bayi yang disusui oleh ibunya sejak dini sudah terlatih
bahwa untuk mendapatkan sesuatu harus ada usaha yang dilakukan,
semakin kuat usaha yang dilaksanakan maka semakin banyak yang
diperoleh. Berbeda dengan bayi yang menggunakan susu botol dan
kempengan, dari awal sudah membiasakan bayi dengan menyuapi.
Kebiasaan ini akan membentuk pribadi anak menjadi malas dan kurang
berusaha, sehingga sangat merugikan bayi yang akhirnya bayi akan
mengalami bingung puting, ini terjadi bila bayi pada saat menyusui
bersikap pasif (menunggu tetesan ASI), sedangkan ASI tidak akan
keluar. Pada akhirnya bayi kecewa dan menyusu dengan berkali-kali
melepas isapan atau terputus-putus seperti menyusu pada botol
sedangkan mekanisme menghisap botol atau kempengan berbeda dari
mekanisme menghisap putting susu pada payudara ibu.
1) Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama
beberapa jam pertama :

a. Membina hubungan/ikatan disamping bagi pemberian ASI.


b. Memberikan rasa hangat dengan membaringkan dan
menempelkan pada kulit ibunya dan menyelimutinya.
2) Tujuan pemberian ASI sedini mungkin atau early initiation adalah :
a. Menjaga kehangatan bayi
b. Bayi diletakkan di antara payudara ibu
c. Mulai menyusu pada payudara kanan
d. Rangsangan ikatan batin yang sakit
e. Menyenangkan hati suami
Segera susui bayi maksimal setengah jam pertama setelah persalinan.
Hal ini sangat penting apakah bayi akan mendapat cukup ASI atau tidak.
Ini didasari oleh peran hormon pembuat ASI, antara lain hormon
prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam
persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan prolaktin, isapan bayi
akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan
hormon oksitosin. Hormon oksitosin bekerja merangsang otot polos
untuk memeras ASI yang ada pada alveoli, lobus serta duktus yang berisi
ASI yang dikeluarkan melalui putting susu.
Apabila bayi tidak menghisap putting susu pada setengah jam setelah
persalinan, hormon prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin
sehingga ASI baru akan keluar pada hari ke tiga atau lebih.
Nasehat praktis untuk ibu menyusui
1. Dukungan Psikologis
Untuk menyusui lebih berhasil, ibu perlu rasa percaya diri
 Ibu harus yakin bahwa dapat menyusui dan memberikan ASI
untuk bayinya, dan perlu di ingat produksi ASI tidak tergantung
besar kecilnya payudara.
 Suami, keluarga dekat dan petugas kesehatan sangat diperlukan
untuk memberikan dukungan psikologis.

2. Yang Harus diperhatikan dalam pemberian ASI


 Susui bayi segera dalam 30 menit pertama setelah lahir
 Berikan kolostrum
 Hindari pemberian minuman semacam air gula, aqua dan
sejenisnya
 Susui bayi pada kedua payudara anda secara bergantian
 Hanya ASI yang diberikan selama 4-6 bulan
 Berikan ASI tanpa jadwal
 Prerhatikan cara / posisi menyusui yang benar
 Makanan pendamping ASI diberikan pada umur 4-6 bulan
secara bertahap
 Menyusui sampai usia 2 tahun, penyapihan dilakukan secara
bertahap
3. Teruskan menyusui walau ibu / anak sakit, kecuali sakit berat atau
atas anjuran tenaga kesehatan.
 Perhatikan asupan gizi ibu menyusui
 Kalau ibu bekerja, berikan ASI sebelum dan sesudah pulang
kerja

Cara Menyusui Pada Ibu Yang Bekerja


Seringkali ibu-ibu bekerja mengalami dilema antara ingin memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya dengan memberikan susu formula. Dengan
alasan yang klasik ibu-ibu bekerja memilih untuk memberikan susu
formula kepada bayinya. Padahal kita tetap bisa memberikan ASI
Exclusife untuk bayi kita. Ada berbagai cara untuk memberikan ASI
untuk bayi kita. Disini diuraikan mengenai bagaimana kita dapat
mengelola ASI dengan berbagai jenis alat bantu. Dengan sedikit bersusah
payah kelak ibu dan anak dapat memperoleh manfaat yang besar.
1. Memeras ASI dengan tangan
Semua ibu harus belajar memeras ASI. Ibu dapat mulai belajar
selama kehamilan dan dapat menerapkannya segera setelah
melahirkan. Memeras dengan tangan tidak memerlukan alat bantu
sehingga seorang wanita dapat melakukannya dimana saja dan
kapan saja. Memeras dengan tangan mudah dilakukan bila
payudara lunak. Lebih sulit lagi bila payudara sangat terbendung
dan nyeri.
Cara memeras ASI dengan tangan
 Siapkan cangkir, gelas atau mangkuk yang sangat bersih. Cuci
dengan air sabun dan keringkan dengan tissue/lap yang bersih.
Tuangkan air mendidih ke dalam cangkir dan biarkan selama
beberapa menit. Bila sudah siap untuk memeras ASI, buang air
dari cangkir.
 Cuci tangan dengan seksama
 Letakkan cangkir di meja atau pegang dengan satu tangan lain
untuk menampung ASIP.
 Badan condong ke depan dan sangga payudara dengan tangan
 Letakkan ibu jari sekitar areola di atas puting susu dan jari
telunjuk pada areola di bawah puting susu.
 Pijat ibu jari dan telunjuk ke dalam menuju dinding dada.
 Sekarang pijat areola di belakang puting susu di antara jari dan
ibu jari. Ibu harus memijat sinus laktiferus di bawah areola.
 Tekan dan lepas, tekan dan lepas. Pada mulanya tidak ada ASI
yang keluar, tetapi setelah diperas beberapa kali, ASI mulai
menetes. ASI bisa juga memancar bila refleks pengeluaran
aktif.
 Peras areola dengan cara yang sama dari semua sisi agar yakin
ASI diperas dari semua segmen payudara.
 Jangan memijat puting susu itu sendiri. Jangan menggerakkan
jari sepanjang puting susu. Menekan atau menarik puting susu
tidak dapat memeras ASI. Ini merupakan hal yang sama terjadi
bila bayi mengisap dari puting susu saja.

2. Memeras ASI dengan Pompa listrik


Pompa listrik ASI lebih efisien dan cocok bagi pemakaian di rumah
sakit. Tetapi, semua pompa mudah membawa infeksi. Hal ini
sangat berbahaya bila lebih dari satu ibu menggunakan pompa yang
sama.
3. Cara botol hangat
Ini merupakan teknik yang bermanfaat untuk menghilangkan
bendungan, terutama bila payudara sangat nyeri dan puting susu
tegang. Cara menggunakan teknik botol hangat adalah:
 Cari botol besar (misalnya berukuran 1 liter, 700 ml, atau 3
liter) dengan leher lebar (bila mungkin).
 Mintalah keluarga untuk memanaskan sejumlah air dan isilah
botol dengan air panas. Biarkan beberapa menit, untuk
menghangatkan kaca botol.
 Bungkus botol dengan kain dan buang air panas.
 Dinginkan leher botol dan masukkan ke dalam puting susu
sampai menyentuh kulit di sekelilingnya dengan ketat.
 Pegang kuat botol tersebut, setelah beberapa menit botol
mendingin dan menimbulkan isapan lembut maka akan
menarik puting susu.
 Rasa hangat membantu refleks pengeluaran, dan ASI mulai
mengalir dan mengisap botol. Kadang-kadang bila wanita
pertama kali merasa isapan ini, ia akan kaget dan menarik
botol. Sehingga harus ditaruh lagi air panas dalam botol dan
mulai kembali.
 Setelah beberapa saat, nyeri pada payudara berkurang dan
memeras dengan tangan atau isapan sudah bisa dilakukan.

Cara Penyimpanan ASI Perah


Jika ruangan 'tidak ber-AC, tidak lebih dari 4 jam, jika ruangan
ber-AC, bisa sampai 6 jam. Perlu diingat suhu ruangan tersebut
harus stabil, Segera simpan ASI di lemari es setelah dipompa. ASI
yang disimpan dalam lemari es dapat bertahan sampai delapan hari.
Tapi, syaratnya ASI disimpan dalam ruangan terpisah dari bahan
makanan lain yang ada di lemari es tersebut, Jika lemari es tidak
memiliki ruangan terpisah untuk menyimpan botol ASI, sebaiknya
ASI jangan disimpan lebih dari 3x24 jam.
Dapat juga membuat ruangan terpisah dengan cara
menempatkan botol ASI dalam wadah plastik yang besar, ASI hasil
pompa dapat disimpan dalam freezer biasa sampai tiga bulan.
Simpan ASI dalam botol yang telah disterilkan terlebih dahulu,
Botol yang paling baik sebetulnya adalah yang terbuat dari gelas
atau kaca. Jika terpaksa menggunakan botol plastik, pastikan
plastiknya kuat ketika direndam dalam air panas, Jangan lupa
bubuhkan label setiap kali akan menyimpan botol ASI, cantumkan
tanggal dan jam ASI dipompa atau diperas, Simpan ASI di dalam
botol yang tertutup rapat, jangan pergunakan dot. Sebab ada
peluang untuk berinteraksi dengan udara.
Cara Memberikan ASI Perah
Panaskan ASI dengan cara membiarkan botol dialiri air panas
yang bukan mendidih dan keluar dari keran, Atau merendam botol
di dalarn baskom/mangkuk yang berisi air panas atau bukan
mendidih. Sesuaikanlah jumlah susu yang dipanaskan dengan
kebiasaan bayi meminum ASI. Itu penting agar susu tidak terbuang
percuma, Susu yang sudah dipanaskan tidak bisa disimpan lagi.
Beberapa Tips untuk ASI Perah
Peras atau pompa ASI setiap 3-4 jam sekali secara teratur
agar produksi ASI tetap terjaga, Pilih waktu di pagi hari yang
biasanya payudara dalam keadaan paling penuh terisi, Sterilkan
seluruh peralatan yang akan dipergunakan.
Pompa payudara sebaiknya dibersihkan segera setelah
dipergunakan agar sisa susu tidak mongering dan menjadi sulit
dibersihkan. Pilih tempat yang tenang dan nyaman pada saat
memerah susu, Cuci tangan dengan sabun, sedangkan payudara
dibersihkan dengan air, Sebelum memulai, minumlah segelas air
disarankan kompres air hangat & air dingin bergantian.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,
di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk
nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya
kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
(Ambarwati, 2008).
Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon
yaitu :
1) Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause.
2) Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi.
Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada
beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran
maksimal.
3) Perubahan ketiga terjadi pada waktu hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel ductus lobul dan ductus
alveolus berploliferasi, dan tumbuh ductus baru.Proses pembentukan
laktogen melalui tahapan-tahapan berikut: Laktogenesis I,Laktogenesis II
dan Laktogenesis III.
Manajemen Laktasi adalah merupakan segala daya upaya yang dilakukan
untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha
ini dilakukan terhadap dalam tigatahap, yakni pada masa kehamilan
(antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit
(perinatal), dan masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun
(Susiana.H.2009).
3.2 Saran
Bagi para mahasiswa diharapkan mampu untuk menjelaskan anatomi dan
fisiologi payudara serta mampu menjelaskan mengenai ASI.
Bagi ibu menyusui perawatan puting susu merupakan hal yang sangat
penting sehingga harus dibersihkan. Sebagai seorang wanita harus menjaga
organ refroduksi terutama payudara agar dapat terhindar dari penyakit yang
menyerang payudara. Selain itu dengan merawat payudara kitaterutama pada
seorang Ibu maka zat gizi yang di perlukan bayinya akan terpenuhi dengan
baik, sehingga pertumbuhan bayi dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati.2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.


Maryunani, A. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta : CV Trans
Info Media.
Walyani, Elisabeth Siwi.2015.Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta:Pustaka Baru Press.
Nugroho, Taufan. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:Nuha Medika.
Pitriani, Risa dan Andriyani,Rika. 2014.Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas Normal (Askeb III).Yogyakarta.Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai