Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.

N DENGAN KASUS MIOMA UTERI


RUANGAN ICU RSUD LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR

TAHUN 2023

Disusun Oleh:

MUSDALIFAH B, S.Kep

B1220388

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES

MARENDENG MAJENE

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yang maha esa atas segenap limpahan rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan dengan kasus ‘
MIOMA UTERI” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis berharap dengan tugas asuhan keperawatan ini dapat memberi banyak
menfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis pada khusunya. Asuhan keperawata
ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca demi perbaikan asuhan keperawatan ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................
C. TUJUAN..................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
A. KONSEP DASAR DAN TEORI ............................................................................
1. DEFENISI................................................................................................................
2. ETIOLOGI...............................................................................................................
3. PATOFISIOOGI......................................................................................................
4. MANIFESTASI KLINIK........................................................................................
5. KLASIFIKASI.........................................................................................................
6. KOMPLIKASI.........................................................................................................
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................................................
8. PENATALAKSANAAN.........................................................................................
BAB III KONSEP KEPERAWATAN................................................................................
A. PENGKAJIAN........................................................................................................
B. DIAGNOSA............................................................................................................
C. INTERVENSI..........................................................................................................
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI.....................................................................
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN........................................................................................................
B. SARAN ...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Mioma uteri (kanker jinak, fibromioma uteri, leiomioma, atau uterine fibroid)
merupakan suatu tumor jinak di uterus dan tumbuh di rahim. Mioma uteri adalah tumor
terbanyak yang terdapat di organ reproduksi perempuan. Pada perempuan usia di atas 35
tahun angka terjadinya lebih tinggi antara 20 % - 25 %, tepatnya pada usia produktif
perempuan (Loumaye et al, 2012).
World Health Organisation (WHO) menyatakan bahwa penyebab meningkatnya
mortalitas dan morbidilitas akibat mioma uteri di tahun 2010 ada 22 kasus (1,95%) dan
pada tahun 2011 ada 21 kasus (2,04%). Pada pasien yang dirawat di Indonesia dengan
kasus mioma uteri ditemukan sebanyak 2,39 % - 11,7 %. Mioma uteri lebih banyak
dijumpai pada perempuan yang berkulit hitam dibandingkan perempuan yang berkulit
putih. Data statistik menunjukkan 60 % mioma uteri terjadi pada perempuan yang tidak
pernah hamil atau hanya pernah hamil satu kali (Stewart, 2015). Perempuan dengan
mioma uteri berisiko mengalami aborsi spontan yang berulang-ulang dan sulit untuk
hamil ( Arsita & Ayu, 2014).
Mioma uteri berasal dari otot polos rahim yang mendapatkan rangsangan dari
hormon esterogen. Pada jaringan esterogen lebih tinggi dibandingkan dengan jaringan
otot kandungan disekitarnya, sehingga mioma uteri tumbuh lebih cepat di usia produktif
dan berkurang pada usia menopause. Selain itu, Mioma uteri juga dapat tumbuh keluar
dari mulut rahim. Tumor yang tumbuh pada rahim biasanya bisa tumbuh lebih dari satu,
teraba seperti kenyal, bentuknya bulat, dan berbenjol – benjol sesuai dengan ukuran
miom (Karunaharan, Holmes, Randall & Datta, 2010 ; Yulianti & Rukiah, 2012).
Operasi histerektomi merupakan operasi yang dilakukan dengan pengangkatan
kandungan pada penderita mioma uteri, operasi histerektomi akan dilakukan jika pasien tidak
ada rencana untuk hamil lagi, namun jika massa tumor sudah terlalu besar atau luas, tetap
dilakukan operasi histerektomi (Rachimhadhi, Saifuddin, & Wiknjosastro, 2009 ; Yulianti &
Rukiah, 2012 ; Cushing, 2015).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan kepada “ Ny. N dengan meuma uteri”
2. tujuan khusus
a. Menjelaskan pengertian tentang meuma uteri
b. Menjelaskan etiologi tentang meuma uteri
c. Menjelaskan klasifikasi tentang meuma uteri
d. Menjelaskan patofisiologi tentang meuma uteri
e. Menjelaskan manifestasi klinis tentang meuma uteri
f. Menjelaskan pemeriksaan penunjang tentang meuma uteri
g. Menjelaskan penatalaksanaan tentang meuma uteri
h. Menjelaskan komplikasi tentang meuma uteri
i. Phtway
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Mioma Uteri
1. Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas, lebih sering muncul
tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya tidak hanya satu. Bisa tumbuh
dibagian dinding luar rahim, pada otot rahimnya, atau bisa juga dibagian dinding dalam
rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak ditemukan. Rata-rata pada wanita di atas
usia 30 tahun (Irianto, 2015).
Mioma uteri merupakan tumor jinak monoklonal dari sel-sel otot polos yang
ditemukan pada rahim manusia. Tumor ini berbatas tegas dan terdiri dari sel-sel jaringan
otot polos, jaringan pengikat fibroid, dan kolagen. Mioma uteri berbentuk padat, relatif
bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar
sehingga mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah kapsul (Prawirohardjo, Sarwono.
2011)

2. Etiologi
Penyebab pasti mioma tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali
ditemukan sebelum pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan hanya
manifestasi selama usia reproduktif (Anwar dkk, 2011).
Tumor ini berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada di dalam
miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Apapun asalnya
tumor mulai dari benih-benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium.
Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun) dalam hitungan bulan di
bawah pengaruh estrogen (Llewellyn,2009).
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma,
disamping faktor predisposisi genetik.

1. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali, pertumbuhan tumor yang cepat
selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen. Mioma uteri mengecil pada
saat menopause dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan
bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Enzim
hidroxydesidrogenase mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron
(estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga
mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium
normal (Setiati, 2009: 87).

2. Progesteron

Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat


pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor (Setiati, 2009: 87).

3. Hormon pertumbuhan (growth hormone)


Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL (Human Placenta
Lactogen), terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang
cepat dari leymioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik
antara HPL dan Estrogen (Setiati, 2009: 87).

3. Klasifikasi Mioma
Mioma dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena
(Setiati. 2009. Hal 89) :
1. Berdasarkan Lokasi
a. Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina dan menyebabkan infeksi.
b. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinaria.
c. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim dan sering kali tanpa gejala.
2. Berdasarkan Lapisan Uterus
a. Mioma Uteri Subserosum
Tumor yang muncul tepat dari bawah permukaan peritonium (serosa) uterus, tampak
sebagai masa kecil sampai besar atau benjolan yang menonjol dari permukaan uterus.
Tumor ini dapat bertangkai. Tumor subserosum dapat memperoleh pendarahan
tambahan dari omentum yang melekat dipermukaan uterus. Jika demikian, tumor
memberikan gambaran seolah-olah berasal dari omentum. Tumor jenis ini dapat
menjadi tumor parasitik, yang bergerak sesuai aliran darah yang memasoknya
(Norman F.Gant & F.Gary Cunningham,2010:24).
b. Mioma Uteri Intramural
Tumor didalam dinding uterus disebut sebagai tumor intramural atau interstisial.
Jika kecil, tumor ini mungkin tidak menyebabkan perubahan bentuk uterus.
Namun, jika membesar bentuk uterus menjadi asimetrik dan nodular. Jika menjadi
sangat besar tumor ini akan menjadi atau akan tampak sebagai tumor subserosum
dan submukosum sekaligus. Misalnya tumor berada tepat dibawah peritonium
serosa dan endometrium untuk masing-masing jenis tumor (Norman F.Gant &
F.Gary Cunningham, 2010:25).
c. Mioma Uteri Submukosum
Mioma submukosum jenis yang paling jarang ditemukan, tapi secara klinis paling
penting karena paling sering menimbulkan gejala. Walaupun tumor mukosum
kecil, sering menyebabkan perdarahan uterus abnormal, baik akibat pergeseran
maupun penekanan pembuluh darah yang memperdarahi endometrium di atasnya
atau akibat kontak dengan endometrium didekatnya. Kadang-kadang tumor
submukosum dapat membentuk sebuah tangkai panjang dan dilahirkan melalui
servik. Gejala-gejala terkait walaupun berlangsung dalam jangka waktu lama
adalah gejala persalinan, yaitu kontraksi uterus yang menyebabkan kram di abdomen
bawah atau panggul, biasanya disertai hipermenorhea. Jika menonjol melalui servik
tumor ini tidak jarang mengalami ulserasi atau terinfeksi sehingga juga menyebabkan
perdarahan tumor (Norman F.Gant & F.Gary Cunningham,2010:25).
d. Mioma servical
Mioma servical paling sering timbul di bagian posterior dan biasanya asimtomik.
Mioma servical anterior sering menimbulkan gejala dini karena penekanannya pada
kandung kemih. Gejala yang paling sering dilaporkan adalah poliuria, dan sebagian
perempuan mengeluhkan adanya inkontinensia stres. Jika tumor terlalu besar, dapat
terjadi retensi urin (Norman F.Gant & F.Gary Cunningham, 2010:26).
4. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat
laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun semacam
pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat
satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma dapat menonjol
kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi (Aspiani 2017).
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi berkurangnya pemberian darah pada mioma
uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual.
Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang
berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik,
kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu
dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan
volume cairan dan timbulnya resiko infeksi. Dan jika dilakukan operasi atau pembedahan
maka akan terjadi perlukaan sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan integritas
kulit (Price, 2009).
Pada post operasi mioma uteri akan terjadi terputusnya integritas jaringan kulit dan
robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut. Terputusnya integritas
jaringan kulit mempengaruhi proses epitalisasi dan pembatasan aktivitas, maka terjadi
perubahan pola aktivitas. Kerusakan jaringan mengakibatkan terpaparnya agen infeksius
yang mempengaruhi resiko tinggi infeksi. Pada pasien post operasi akan terpengaruh obat
anestesi yang mengakibatkan depresi pusat pernapasan dan penurunan kesadaran sehingga
pola nafas tidak efektif (Sarwono, 2010).
5. Manifestasi Klinis
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
pelvis rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa – apa dan tidak sadar
bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Faktor – faktor yang
mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi
1. Besarnya mioma uteri
2. Lokalisasi mioma uteri
3. Perubahan – perubahan pada mioma uteri
Menurut (Nurafif & Hardi, 2013) tanda dan gejala mioma uteri yaitu :
a. Perdarahan abnormal : Hipermenore, menoragia, metroragia.
Disebabkan oleh :
1) engaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium.
2) Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya.
3) Atrofi enddometrium yang lebih luas dari biasanya.
4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik.
b. Nyeri
Nyeri panggul karena tekanan, muncul karena sebagian besar miom menekan struktur
di daerah panggul. Pada mioma submukosum yang dilahirkan dapat menyempitkan
canalis servikalis sehingga menimbulkan dismenore.

c. Gejala penekanan
Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada uretra menyebabkan
retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan limfe menyebabkan
edema tungkai dan nyeri panggul.
d. Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas, 27-
40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurafif & Hardhi, 2013) pemerikasaan diagnostik mioma uteri meliputi :
1. Tes laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat disebabkan oleh nekrosis
akibat torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit
menunjukan adanya kehilangan darah yang kronik.
2. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin
Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus yang simetrik menyerupai
kehamilan atau terdapat bersamaan dengan kehamilan.
3. Ultrasonografi
Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat membantu.
4. Pielogram intravena
a. Pap smear serviks
Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks sebelum histerektomi.
b. Histerosal pingogram
Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi dikemudian hari untuk
mengevaluasi
distorsi rongga uterus dan kelangsungan tuba falopi (Nurarif & Kusuma, 2013).
Menurut (Marmi, 2010) deteksi mioma uteri dapat dilakukan dengan cara:
1) Pemeriksaan darah lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun atau meningkat,
Eritrosit turun.
2) USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3) Vaginal toucher (VT) : didapatkan perdrahan pervaginam, teraba massa, konsistensi
dan ukurannya.
4) Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5) Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi
6) ECG : mendeteksi, kelainan yang mungkin terjadi yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi.
7) Menurut (Setyorini, 2014) pemeriksaan fisik mioma uteri meliputi :
a. Pemeriksan abdomen : teraba massa didaerah pubis atau abdomen bagian bawah
dengan konsistensi kenyal, bulat, berbatas tegas, sering berbenjol atau bertangkai,
mudah digerakan, tidak nyeri.
b. Pemeriksaan bimanual : didapatkan tumor tersebut menyatu atau berhubungan dengan
uterus, ikut bergerak pada pergerakan serviks.
7. Penatalaksanaan
1. Pengobatan Konservatif
Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan
Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis selama
16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga
uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH agonis dihentikan mioma yang lisut
itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih
mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi tinggi.
2. Pengobatan Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan gejala
yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan operatif yang
dilakukan antara lain :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Miomektomi dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum
dengan cara ekstirpasi lewat vagina (Wiknjosastro, 2008:345).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan tindakan
terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau pervaginum. Adanya
prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total
umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma serviks
uteri (Wiknjosastro, 2008:345). Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih
dari 40 tahun dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari
kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan penekanan atau tumor yang cepat
membesar.
Menurut (Yatim, 2008) obat-obatan yang biasa diberikan kepada penderita
mioma uteri yang mengalami perdarahan melalui vagina yang tidak normal antara
lain:
a. Obat anti inflamasi yang nonsteroid (Nonsteroid Antiinflamation = NSAID)
b. Vitamin
c. Dikerok (kuretase)
d. Obat-obat hormonal (misalnya pil KB)
e. Operasi penyayatan jaringan myom ataupun mengangkat rahim keseluruhan
(Histerektomi)
f. Bila uterus hanya sedikit membesar apalagi tidak ada keluhan, tidak memerlukan
pengobatan khusus.
8. Komplikasi
Menurut (Manuaba, 2010:325) Komplikasi mioma uteri terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
2. Degenerasi ganas mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-
0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50- 75% dari semua sarkoma uterus.
3. Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau terputarnya tumor
24 (Prawirohardjo, 2011). Hal itu dapat menyebabkan gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis.
9. Phatway

Sel-sel imatur esterogen

operasi

MIOMA UTERI

miomektomi histerektomi

Sub mukosum intramural Sub serosum Post operasi

Terputusnya jaringan
anestesi
Pecahnya Gangguan kontraksi Pembesaran urat integritas kulit
pembulu darah otot uterus

Robekan pada Gastrointestinal Depresi pusat


Penekanan pada
jaringan saraf perifer pernapasan
Resiko perdarahan orang lain

Peristaltik
Pengembangan
Mual muntah Nyeri akut
Gangguan paru tidak
Resiko kekurangan
sirkulasi darah volume cairan maksimal
Mual muntah
Terpaparnya Anorexia
infeksius
Nekrosis dan Sesak nafas
peradangan setempat
Ketidakseimbangan
Resiko Infeksi Ketidak efektifan
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Pola Nafas
nyeri
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

I. Data umum klien


No. Reg :

Initial : Ny. N

Umur :

Tgl masuk RS : 24-1-2023

Tgl pengkajian : tgl 25-1-2023

Tindakan medis : pemasangan infus pemasangan kateter


B. ANALISA DATA

DATA MASALAH
DS :
- Pasien mengatakan nyeri pada
perut bagian bawah
- Pasien mengatakan mulai nyeri
pada saat mendekati haid sampai
selesai haid Nyeri
DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien melindungi area sakit
- Tingkat nyeri
Skala 2-9

DS :
- Pasien mengatakan nyeri pada
luka jait
DO :
- Terdapat luka post operasi Resiko infeksi
- TD : 105/93 mmhg
P : 20x/menit
92x/menit
36,1o C
DS :
- Pasien mengatakan tidak nafsu
makan
DO :
- BB sebelum sakit 50 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
- BB saat sakit 48
- Hanya bisa mengkonsumsi bubur

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama klien : Ny. N

Dx. Medis : MIOMA UTERI

Ruangan : ICU

No Diagnosa Tggl ditemukan Tggl Teratasi

Nyeri akut
1 Tgl -24- 1-2023 2023
berhubungan dengan
agen injury fisik (10:00)

2 Resiko infeksi
berhubungan dengan Tgl 25-1-2023 2023
efek prosedur invasif (11:00)
3
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Tgl 26-1-2023 2023
(11:30)

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
c DIAGNOSA (SDKI) LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri :
berhubungan dengan Keperawatan dalam jangka Observasi
agen injury fisik waktu 3 x 24 jam tingkat - Identifikasi lokasi,
nyeri menurun karakteristik, durasi,
Dengan kreteria hasil: frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
2. Kesulitan tidur menurun - Identifikasi skala
3. Menarik diri menurun nyeri
4. Berfokus pada diri - Identifikasi respons
sendiri menurun
nyeri non verbal
5. Ketegangan otot menurun
- Identifikasi faktor
6. Pola tidur membaik
yang memperberat
7. Sifat proteksi menurun
dan memperingan
nyeri
- Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
- Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
- Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Berikan teknik
nonfarmakologis
yaitu teknik relaksasi
nafas dalam
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
teknik relaksasi
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi :
berhubungan dengan Keperawatan dalam jangka Observasi
efek prosedur invasif
waktu 3 x 24 jam resiko - Monitor tanda dan
infeksi menurun dengan gejala infeksi lokasi
kreteria hasil : dan sistemik
- Kebersihan tangan Terapeutik
meningkat - Batasi jumla

- Kebersihan badan pengunjung

meningkat - Berikan perawatan


kulit pada area
adema
- Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika perlu
3 Ketidak seimbangan Setelah dilakukan tindakan Eduksi nutrisi :
nutrisi kurang dari Keperawatan dalam jangka Observasi
kebutuhan tubuh waktu 3 x 24 jam - Periksa status gizi,
keseimbangan nutrisi status alergi,
membaik dengan program diet,
kreteria hasil : kebutuhan dan
- Pengetahuan tentang kemampuan
pilihan makanan pemenuhan
yang sehat kebutuhan gizi
meningkat - Identifikasi
- Pengetahuan tentang kemampuan dan
standar asupan waktu yang tempat
nutrisi yang tepat menerima informasi
meningkat Terapeutik
- Persiapan materi dan
media seperti jenis-
jenis nutrisi, tabel
makanan penukar,
cara mengelola, cara
menakar makanan,
- Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan pada pasien
dan keluarga alergi
makanan, makanan
yang harus dihindari,
kebutuhan jumlah
kalori, jenis
makanan yang
dibutuhkan pasien,
- Ajarkan cara
melaksanakan diet
sesuai program (mis.
Makanan tinggi
protein, rendah
garam, rendah
kalori)
- Jelaskan hal-hal
yang dilakukan
sebelum
memberikan makan
(mis. Perawatan
mulut, penggunaan
gigi palsu, obat-obat
yang harus diberkan
sebelum makan)
- Demonstrasikan cara
membersikan mulut
- Demontstrasikan
cara mengatur posisi
saat makan
- Ajarkan
pasien/keluarga
memonitor asupan
kalori dan makanan
(mis. Menggunakan
buku harian )
- Ajarkan pasien dan
keluarga memantau
kondisi kekurangan
nutrisi
- Anjurkan
mendemontsrasikan
cara memberi
makan, menghitung
kalori, menyiapkan
makanan sesuai
program diet,

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Diagnose Tgl dan jam Implementasi Evaluasi


1 pelaksanaan
I 24– 1 - 2023 - Mengidentifikasi S : pasien mengatakan nyeri
(09.00) lokasi, karakteristik, pada perut bagian bawah
durasi, frekuensi, O:
kualitas, intensitas - TD : 105/93 mmhg
nyeri - P : 20x/menit
- N : 92x/menit
- S : 36,1o C
A : masasalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

II 24 – 1 – 2023 - mengdentifikasi S : pasien mengatakan nyeri


(11.00) faktor yang tak tertahankan
memperberat dan O : skala nyeri 2-9
memperingan nyeri A : masalah belum teratasi

- mengidentifikasi P : lanjutkan intervensi

skala nyeri

III 24 – 1 – 2023 - Kolaborasikan S : pasien mengatakan sudah


(12.00) pemberian analgetik dalam pemberian obat
analgetik
O : nyeri berkurang setelah
pemberian obat
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

Diagnose Tgl dan jam Implementasi Evaluasi


II pelaksanaan
I 25– 1 - 2023 - Berikan kepada klien
(09.00) perawatan kulit pada
area adema
- Ajarkan cara
mencuci tangan S : Pasien mengatakan belum
dengan benar diberikan perawatan
- Ajarkan cara O : belum ganti perban
memeriksa kondisi A : masalah belum teratasi
luka atau luka P : lanjutkan intervensi
operasi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
II 25 – 1 – 2023 - menJelaskan tanda S : pasien mengatakan belum
(11.00) dan gejala infeksi mengetahui gejala infeksi
- Berikan perawatan O :
kulit pada area - TD : 105/93 mmhg
adema - P : 20x/menit
- N : 92x/menit
- S : 36,1o C
A : masalah teratasi sebagian
P ; lanjutkan intervensi
III 25– 1 – 2023 - Ajarkan cara S : klien mengatakan sudah
(12.00) mencuci tangan diberikan tindakan perawatan
dengan benar luka
- Ajarkan cara O : TD : 105/93 mmhg
memeriksa kondisi - P : 20x/menit
luka atau luka - N : 92x/menit
operasi
- S : 36,1o C
A : masalah teratasi
P : intervensi selesai

Diagnose Tgl dan jam Implementasi Evaluasi


pelaksanaan
III
I 26– 1 - 2023 - Memberikan
(09.00) Pemeriksa status gizi, S : pasien mengatakan tidak
status alergi, program ada nafsu makan
diet, kebutuhan dan O : - TD : 105/93 mmhg
kemampuan - P : 20x/menit
pemenuhan kebutuhan - N : 92x/menit
gizi
- S : 36,1o C
- mengidentifikasi
A : masalah belum teratasi
kemampuan dan
P : lanjutkan intervensi
waktu yang tempat
menerima informasi

II 26 – 1 – 2023 - Persiapan materi dan S : pasien mengatakan


(11.00) media seperti jenis- hanya bisa memakan bubur
jenis nutrisi, tabel saja
makanan penukar, O : - TD : 105/93 mmhg
cara mengelola, cara - P : 20x/menit
menakar makanan, - N : 92x/menit
- Jadwalkan pendidikan
- S : 36,1o C
kesehatan sesuai
A : masalah teratasi
kesepakatan
sebagian
- Berikan kesempatan
P : lanjutkan intervensi
untuk bertanya

III 26 – 1 – 2023 - Jelaskan pada pasien


(12.00) dan keluarga alergi
makanan, makanan
yang harus dihindari, S : pasien mengatakan nafsu
kebutuhan jumlah makan bertambah
kalori, jenis makanan O : - TD : 105/93 mmhg
yang dibutuhkan - P : 20x/menit
pasien, - N : 92x/menit
- Ajarkan cara
- S : 36,1o C
melaksanakan diet
A : masalah teratasi
sesuai program (mis.
P : intervensi selesai
Makanan tinggi
protein, rendah garam,
rendah kalori)
- Jelaskan hal-hal yang
dilakukan sebelum
memberikan makan
(mis. Perawatan
mulut, penggunaan
gigi palsu, obat-obat
yang harus diberkan
sebelum makan)

Anda mungkin juga menyukai