Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

MIOMA UTERI










OIeh:

Syamsul Arifin (0510710135)
Kartika Siwi P (0610713046)
ke Wahyu T (0710710035)


Pembimbing:
dr. Ketut Widnyana


Supervisor:
dr. Arsana Wiyasa, W, Sp.OG (K)


LABORATORIUM OBSTETRI & GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RSU Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG
2011


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS


MIOMA UTERI


OIeh:

Syamsul Arifin (0510710135)
Kartika Siwi P (0610713046)
ke Wahyu T (0710710035)


Menyetujui:
Pembimbing, Supervisor,



dr. Ketut Widnyana dr. Arsana Wiyasa, W, Sp.OG (K)

DAFTAR ISI
ALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAAN ..................................................................................... ii
DAFTAR S ......................................................................................................... iii
BAB PENDAULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ................................................................................................. 2
BAB TNJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1. Definisi Mioma Uteri .............................................................................. 3
2.2. Etiologi dan Patofisiologi Mioma Uteri.................................................... 3
2.3. istopatologi Anatomi Mioma Uteri ........................................................ 4
2.4. Klasifikasi Mioma Uteri .......................................................................... 4
2.5. Perubahan Sekunder ............................................................................. 5
2.6. Manifestasi Klinis Mioma Uteri ............................................................... 7
2.7. Komplikasi Mioma Uteri ......................................................................... 9
2.8. Diagnosis Banding............................................................................... 10
2.9. Penatalaksanaan ................................................................................. 10
2.10. Prognosis ......................................................................................... 13
BAB LAPORAN KASUS ................................................................................ 14
3.1. dentitas Umum ................................................................................... 14
3.2. Anamnesa ........................................................................................... 14
3.3. Status Obstetri ..................................................................................... 15
3.4. Status Ginekologis............................................................................... 15
3.5. Pemeriksaan Fisik ............................................................................... 15
3.6. Diagnosa Awal .................................................................................... 17
3.7. Diagnosis Banding............................................................................... 17
3.8. Planning Diagnosa .............................................................................. 17
3.9. Planning Terapi ................................................................................... 17
3.10. Planning Monitoring ......................................................................... 18
3.11. KE ................................................................................................... 18
3.12. asil Pemeriksaan Penunjang ......................................................... 18
3.13. Follow Up ......................................................................................... 19
BAB V PEMBAASAN ..................................................................................... 21
4.1. Penegakan Diagnosis .......................................................................... 21
4.2. Penatalaksanaan ................................................................................. 23
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 25
5.1. Kesimpulan.......................................................................................... 25
5.2. Saran................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26




BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar BeIakang
Mioma uteri merupakan neoplasma uterus yang paling sering dialami
wanita, terutama pada 20-30% wanita usia reproduktif. Neoplasma jinak ini
berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sekitar, sehingga dalam kepustakaan
dikenal dengan istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid. nsiden mioma
uteri sekitar 20-25%, namun pada pemeriksaan histologi atau sonografi
mencapai 70-80%. Jumlah penderita belum diketahui secara akurat karena
banyak yang tidak merasakan keluhan sehingga tidak segera memeriksakannya
ke dokter, tetapi pada beberapa kasus, jumlah, ukuran, atau lokasi tumor dalam
uterus bisa memicu beberapa gejala. Tercatat 30% seluruh histerektomi di
Amerika Serikat disebabkan oleh mioma uteri.
7
Beberapa teori menyebutkan pertumbuhan tumor ini disebabkan
rangsangan hormon estrogen karena sering kali tumbuh lebih cepat pada
kehamilan dan biasanya berkurang ukurannya sesudah menopause.
Berdasarkan lokasinya mioma uteri dibagi dalam tiga jenis, yaitu pertumbuhan
tetap di dalam dinding rahim, pertumbuhan ke arah rongga rahim dan
pertumbuhan ke arah permukaan dinding rahim. Sering kali tumor jinak rahim ke
arah rongga ini membesar dan bertumbuh keluar dari mulut rahim.
7

Mioma Uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa
kelainan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat
kontraksi rahim, perdarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan
pelepasan plasenta, bahkan bisa menyebabkan keguguran. Sebaliknya,
kehamilan juga bisa berdampak memperparah Mioma Uteri. Saat hamil, mioma
uteri cenderung membesar, dan sering juga terjadi perubahan dari tumor yang
menyebabkan perdarahan dalam tumor sehingga menimbulkan nyeri. Selain itu,
selama kehamilan, tangkai tumor bisa terputar.
7


2


1.2. Rumusan MasaIah
1. Apakah definisi mioma uteri?
2. Apakah faktor predisposisi mioma uteri?
3. Bagaimanakah menegakkan diagnosa mioma uteri?
4.Bagaimanakah penatalaksanaan penderita dengan mioma uteri?
5.Apakah komplikasi dari mioma uteri?
6. Bagaimana prognosis mioma uteri?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi mioma uteri
2. Mengetahui faktor predisposisi mioma uteri
3. Mengetahui penegakkan diagnosa mioma uteri
4. Mengetahui penatalaksanaan penderita dengan mioma uteri
5. Mengetahui komplikasi dari mioma uteri
6. Mengetahui prognosis dari mioma uteri

1.4. Manfaat
Penulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman dokter muda mengenai mioma uteri dalam hal: pelaksanaan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakkan diagnosa,
penatalaksanaan, monitoring, serta penanganan komplikasi.

3




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

0.1. Definisi Mioma Uteri
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang sebagian besar berasal
dari otot uterus dan sebagian kecil berasal dari jaringan ikat. Mioma ini dikenal
juga dengan istilah fibromioma, myofibroma, leiomyofibroma, fibroma, leiomioma,
atau fibroid.
1,6


0.2. EtioIogi dan PatofisioIogi Mioma Uteri
Sampai sekarang etiologi mioma uteri belum diketahui secara pasti.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa setiap mioma timbul dari sel
neoplasma tunggal yang berasal dari otot polos miometrium.
5
nsiden mioma
uteri meningkat dengan adanya riwayat mioma pada anggota keluarga.
6

Penelitian menunjukkan bahwa pada sekitar 40 -50% dari kasus mioma, terdapat
abnormalitas kromosom. Yang lebih menarik adalah adanya korelasi positif
antara adanya abnormalitas sitogenetik dengan lokasi anatomi dari mioma. Studi
yang dilakukan oleh Brosens menunjukkan bahwa pada kasus mioma
submukosa didapatkan abnormalitas sitogenetik yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan mioma intramural dan mioma subserosa (12% : 35% :
29%).
7

Adanya pengaruh hormonal telah dibuktikan secara in vitro. Mioma uteri
potensial membesar selama kehamilan dan mengalami regresi sesudah
menopause.
6
Mioma mengandung reseptor estrogen yang lebih banyak
dibandingkan dengan miometrium di sekitarnya, tapi lebih sedikit bila
dibandingkan dengan endometrium. Estrogen memiliki pengaruh pada
pembesaran tumor melalui peningkatan produksi matriks ekstraseluler.
Progesteron meningkatkan aktivitas mitosis pada mioma, namun mekanisme dan
faktor-faktor yang terlibat di dalamnya masih belum dapat dipastikan.
4

Progesteron juga mungkin mempengaruhi pembesaran tumor dengan cara


mengurangi laju apoptosis.
5

0.3. HistopatoIogi Anatomi Mioma Uteri
Mioma umumnya berwarna kelabu dan lebih terang daripada warna
miometrium disekitarnya.
5
Walaupun mioma uteri tidak memiliki kapsul sejati,
namun tumor ini memiliki tepi yang tumpul dan tidak infiltratif tapi menekan
daerah sekitarnya. Tumor ini biasanya dipisahkan dari miometrium oleh
pseudokapsul yang terbuat dari jaringan ikat.
6
Apabila mioma dibelah, maka
tampak bahwa mioma terdiri atas berkas otot polos dan jaringan ikat yang
tersusun seperti konde atau pusaran air (whorl like pattern).
1

Secara mikroskopis, sel-sel mioma berbentuk spindel dengan nukleus
yang memanjang dan berukuran seragam. Jumlah vaskularisasi pada mioma
lebih sedikit daripada miometrium di sekitarnya. Arteri yang memvaskularisasi
mioma kurang berliku-liku dibandingkan arteri pada umumnya. Arteri tersebut
berjalan di permukaan mioma dan searah dengan serabut otot. Satu atau dua
pembuluh darah utama mungkin ditemukan pada dasar atau pedikel.
5

0.4. KIasifikasi Mioma Uteri
Berdasarkan lokasi anatomisnya, mioma uteri diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Mioma uteri submucosa
Merupakan mioma uteri yang berada di bawah endometrium dan
menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma ini kadang-kadang dapat diraba
dengan jari yang masuk dalam .analis .ervi.alis dan terasa benjolan pada
permukaan .avum uteri yang disebut geburt mioma.
4
Pengaruh mioma ini pada
endometrium dan pembuluh darah yang memvaskularisasinya sering
menyebabkan perdarahan uterus yang ireguler.
5
Mioma jenis ini dapat tumbuh
keluar dari cavum uteri, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (mioma
geburt).
1
Pada kondisi ini mioma dapat mengalami torsi atau infeksi,

lapisan
endometriumnya menjadi tipis dan permukaannya menjadi ulseratif dan
terinfeksi.
5,6

5



2. Mioma uteri intramural
Merupakan mioma uteri yang terdapat pada dinding uterus diantara
serabut miometrium. Mioma jenis ini mengakibatkan .avum uteri menjadi lebih
luas yang ditegakkan dengan pemeriksaan menggunakan sonde uterus.
1
3. Mioma uteri subserosa

Merupakan mioma uteri yang tumbuh ke luar dinding uterus sehingga
menonjol ke permukaan uterus dan diliputi oleh serosa. Mioma ini dapat tumbuh
di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter.
Mioma subserosa juga dapat tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus,
sehingga disebut wandering / parasiti. fibroid.
1

Mioma uteri pada berbagai lokasi anatomis
8


0.5. Perubahan Sekunder
Pada mioma uteri dapat terjadi area hialinisasi, likuefaksi (degenerasi
kistik), kalsifikasi, hemorrhagia, perlemakan atau inflamasi. Area ini merupakan
perubahan sekunder dari mioma yang secara histologis bermakna meskipun
biasanya hanya mempunyai sedikit gejala klinis yang bermakna. Perubahan
sekunder ini meliputi :
1. Degenerasi Jinak
1) Atrofi
6

Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri


menjadi kecil

dan gejala klinik yang menyertainya berkurang atau
menghilang.
1,5
2) Degenerasi hyalin
Pada mioma yang matur atau penderita usia lanjut. Mioma
mengandung area gelatinosa kuning, halus yang merupakan area
hyalin. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari mioma,
seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok
lainnya.
1
Pada bentuk ini, mioma biasanya asimtomatis.
5
3) Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari
mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang
tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga
menyerupai limfangioma.
1
Likuefaksi mengikuti degenerasi hyalin
yang luas, dan stres fisik dapat menyebabkan evakuasi isi cairan
secara cepat ke dalam uterus, rongga peritoneum atau ruang
retroperitoneal.
1,5
4) Degenerasi membatu (.al.areous degeneration)
Terutama terjadi pada wanita usia lanjut oleh karena adanya
gangguan sirkulasi. Mioma subserosum biasanya mengganggu
sirkulasi yang menyebabkan presipitasi kalsium karbonat dan fosfat
dalam tumor. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada
sarang mioma, maka mioma menjadi keras dan memberikan
bayangan pada foto roentgen.
1

5) Degenerasi merah (.arneous degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas.
Patogenesisnya diperkirakan karena suatu nekrosis subakut
sebagai gangguan vaskularisasi, trombosis dan kongestif vena
dengan hemorrhagia interstitial. Pada pembelahan dapat dilihat
sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan
oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak
khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus,
7

sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri


pada perabaan seperti pada torsi tangkai tumor ovarium atau mioma
bertangkai. Selama kehamilan, ketika degenerasi sering terjadi,
edema dan hipertrofi miometrium terjadi. Perubahan fisiologis
mioma tidak sama dalam miometrium. Proses ini biasanya disertai
rasa nyeri tetapi terbatas. Komplikasi potensial degenerasi ini dalam
kehamilan meliputi kehamilan prematur, meskipun jarang juga dapat
menimbulkan DC (disseminated intravas.ular .oagulation).
1
6) Degenerasi lemak
Degenerasi ini jarang terjadi dan bersifat asimtomatis, biasanya
merupakan kelanjutan dari degenerasi hyalin .
1
2. Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomyosarkoma ditemukan hanya pada 0,1-
0,5% dari seluruh angka kejadian mioma. Keganasan umumnya baru
ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang sudah diangkat.
Keganasan biasanya dicurigai bila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma saat menopause.
1

0.6. Manifestasi KIinis Mioma Uteri
Mioma dapat menyebabkan gejala yang bermacam-macam mulai dari
perdarahan abnormal, penekanan pada pelvis, nyeri sampai infertilitas.
5,6
Namun
mioma uteri yang menimbulkan gejala klinik hanya terjadi pada kurang dari 50%
total angka kejadian mioma uteri. Mioma yang asimtomatik dapat terjadi pada 40
-50 % wanita yang berusia lebih dari 35 tahun.
6
Gejala klinis yang berkaitan dengan mioma uteri meliputi :
1. Perdarahan abnormal
Perdarahan abnormal berupa menorrhagia merupakan gejala klinis yang
tersering (>30 %) dan berkaitan dengan intervensi pembedahan.
1,2
Perdarahan
abnormal ini menyebabkan terjadinya anemia defisiensi Fe. Perdarahan dari
mioma submukosa dapat timbul akibat distorsi dan kongesti pembuluh darah
endometrium, khususnya vena, atau ulserasi dari permukaan endometrium.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan pada mioma uteri
(submukosa), antara lain adalah:
1
8

Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya


Atrofi endometrium di atas mioma submukosa
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Umumnya pasien mengalami menstruasi yang memanjang dan banyak
(menoragia), premenstrual spotting, flek sesudah menstruasi yang timbul dalam
jangka waktu cukup lama. Metrorrhagia (perdarahan di luar siklus menstruasi)
berhubungan dengan tumor yang permukaan endometriumnya mengalami
trombosis vena dan nekrosis, khususnya pada mioma yang bertangkai dan
sebagian keluar melalui .analis .ervi.alis.
5

2. Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri dan
merupakan gejala yang jarang terjadi, kecuali bila tumornya sangat besar.
1,6
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat
menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi, pada pembuluh darah
dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri
panggul.
1
3. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat
dan peradangan.
1
Nyeri pelvis kronis mungkin terjadi. Nyeri dapat berupa
dysmenorrhea, dyspareunia ataupun penekanan pada pelvis.
6
Dysmenorrhea
dapat terjadi pada pengeluaran mioma submukosa yang akan dilahirkan dan
pertumbuhannya yang menyempitkan .analis .ervi.alis.
1
Nyeri akut dapat timbul
dari torsi pada mioma yang bertangkai, infark, degenerasi merah,

atau akibat
kontraksi miometrium yang bertujuan mengeluarkan mioma subserosa dari
.avum uteri. al ini dapat menimbulkan gejala seperti akut abdomen.
5,6
Tumor yang besar dapat menimbulkan rasa berat atau penuh pada
pelvis, terasa suatu massa di pelvis, atau terabanya massa pada dinding
abdomen. Tumor yang menempel pada tulang pelvis dapat menekan saraf dan
menimbulkan nyeri yang menjalar pada pinggang atau ekstremitas bawah.
5

9

4. nfertilitas
nfertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan
pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosa juga memudahkan
terjadinya abortus oleh karena adanya distorsi rongga uterus.
1
Siklus yang
unovulatoar mungkin timbul lebih sering. Transpor sperma dapat terganggu
akibat perubahan bentuk dan penebalan dari permukaan .avum uteri, posisi
mioma yang terletak pada kanalis servikalis atau pada bagian interstitial tuba,
atau berkaitan dengan prostaglandin yang menginduksi kontraksi uterus yang
dapat menghambat migrasi sperma. Pada pasien infertil dengan mioma uteri,
cukup sering didapatkan penyebab infertilitas yang lain. Biasanya mioma
subserosa yang berukuran kecil tidak dapat dijadikan salah satu faktor
penyebab.
7
5. Gejala yang lain, yaitu:
1

a) Tumor submukosa bertangkai yang mengalami kolaps dan melewati
cerviks dengan gejala klinis berupa kram yang berat, ulserasi dan
infeksi (inversio uteri juga pernah dilaporkan)
b) Stasis vena pada ekstremitas bawah dan kemungkinan
thrombophlebitis sekunder akibat penekanan pada pelvis
. Poly.ythemia
d) Ascites

0.7. KompIikasi Mioma Uteri
Komplikasi yang dapat timbul pada wanita yang tidak hamil antara lain
adalah:
1
1. Perdarahan hebat dengan anemia
2. Obstruksi saluran kencing dan usus
3. Degenerasi maligna
4. Torsio pada mioma yang bertangkai.
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Akibatnya terjadi sindroma
abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak
terjadi. al ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana
terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang
10

mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena


gangguan sirkulasi darahnya.
5. nfeksi, terutama pada jenis mioma geburt karena adanya menorrhagia
dan leukorea.
Sedangkan komplikasi yang dapat timbul pada wanita hamil
adalah:
1
1. Risiko terjadinya abortus meningkat
2. nersia maupun atonia uteri
3. Mengganggu proses involusi dalam masa nifas.
Kehamilan sendiri dapat menimbulkan perubahan pada mioma
uteri, antara lain :
1
1. Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh
estrogen yang kadarnya meningkat
2. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas,
yang kadang-kadang membutuhkan intervensi bedah segera guna
mengangkat sarang mioma.
0.8. Diagnosis Banding
1. Ca Corpus Uteri
2. Adenomyosis
3. Endometriosis
4. Tumor solid ovarium
5. Chorio Ca
6. Kelainan bawaan uterus
7. nversio uteri
8. Kehamilan
1


0.9. PenataIaksanaan
Tidak semua mioma memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua
semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun,
terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau
keluhan. Walaupun demikian perlu dilakukan pengamatan setiap 3-6 bulan,
sehingga bila terlihat adanya perubahan yang berbahaya dapat dilakukan
tindakan segera.
1
Penatalaksanaan pada penderita mioma dapat berupa:
11

a) Kegawatdaruratan
Transfusi darah dilakukan untuk mengoreksi anemia. Jenis darah yang
digunakan adalah pa.ked red .ell. Pembedahan dilakukan jika
hemodinamik pasien stabil. Pembedahan darurat dilakukan pada
mioma terinfeksi, torsio akut, atau obstruksi usus yang disebabkan oleh
mioma yang bertangkai atau parasiti.. Myomektomi secara umum
merupakan kontraindikasi selama kehamilan kecuali pada torsi
simtomatik yang jarang terjadi.
5
b) Terapi spesifik
a. Wanita tidak hamil
Pada umumnya mioma tidak memerlukan terapi khususnya bila
tidak ada gejala atau sudah menopause. Tetapi penyebab adanya
massa pada pelvis yang lain harus disingkirkan. Diagnosa klinik
mioma harus ditegakkan, dan pasien harus diperiksa setiap 6 bulan
untuk mengukur tingkat pertumbuhan mioma tersebut. Walaupun
tidak ada terapi medis definitif sebagai terapi pada mioma,
gonadotropin releasing hormone (GnRH agonis telah terbukti
berguna untuk menghambat pertumbuhan mioma dan
menyebabkan tumor menyusut secara temporer. GnRH agonis
menginduksi hipogonadisme melalui desensitisasi pituitari dan
regulasi reseptor dan inhibisi gonadotropin. Terapi GnR pada
mioma uteri akan menghasilkan:
5
1. Penyusutan maksimal dari otot-otot uterus sampai dengan 50%
dari volumenya
2. Penyusutan ini terjadi setelah terapi 3 bulan
3. Timbul amenorrhea dan efek samping hipoestrogen
4. Osteoporosis dapat terjadi terutama bila terapi lebih dari 6 bulan.
b. Post partum
ntervensi bedah sebagai diagnosis pasti mioma uteri sebaiknya
dihindari saat kehamilan. Satu-satunya indikasi dilakukannya
myomektomi saat kehamilan adalah torsi dari mioma bertangkai
dimana transeksi dan hemostasis tangkai dapat dilakukan secara
relatif aman. Myome.tomy juga tidak direkomendasikan pada saat
seksio sesaria kecuali dapat diakses melalui segmen bawah rahim.
5
12

c) Terapi suportif
Semua pasien hendaknya melakukan PAP smear dan evaluasi
endometrium jika perdarahan terjadi secara ireguler. Sebelum terapi
bedah definitif, dipersiapkan darah dan diberikan antibiotik profilaksis.
Persiapan usus secara mekanik dan antibiotik dilakukan jika
pembedahan pelvis diperkirakan akan sulit.
5
d) Pembedahan
1) Evaluasi adanya kemungkinan keganasan yang lain.
Dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologis dan evaluasi
endometrium untuk menyingkirkan adanya proses keganasan yang
lain pada pelvis. Evaluasi endometrium dilakukan dengan biopsi
miometrium pada pasien tanpa komplikasi, tetapi diperlukan
histeroskopi pada kasus yang lebih kompleks.
5
2) Myome.tomy.
Myomectomy adalah pengambilan sarang mioma tanpa
pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan pada mioma
submucosa yang geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
1
Terapi ini direncanakan untuk pasien mioma yang simtomatis yang
menginginkan untuk mempertahankan fertilitas atau uterus. Tetapi
tidak dapat dipastikan sebelum operasi bahwa myome.tomy dapat
dilakukan dengan mudah. Myome.tomy ternyata cukup berhasil
untuk mengontrol perdarahan kronis akibat mioma. Akhir-akhir ini
myome.tomy dilakukan dengan histeroskopi untuk kasus mioma
submukosa dan laparoskopi pada kasus mioma subserosa.
5
3) Hystere.tomy.
Uterus dengan mioma yang kecil; dapat diterapi dengan total
vaginal hystere.tomy. Bila terdapat beberapa tumor dengan ukuran
besar (khususnya mioma intraligamen), dapat dilakukan total
abdominal hystere.tomy (TA).
5
Selain itu TA dilakukan untuk
mencegah terjadinya Ca .ervix. Supra vaginal hystere.tomy
dilakukan bila terdapat kesukaran tehnik dalam mengangkat uterus
secara keseluruhan.
1
Bila ovarium mengalami gangguan atau
vaskularisasinya buruk, perlu dilakukan oophore.tomy. Ovarium
perlu dipertahankan pada wanita premenopause.
5
13

4) Teknik investigasi
Oklusi emboli pada arteri uterina mungkin dapat mengobati gejala
mioma dengan baik, khususnya menorrhagia. Namun studi
mengenai hal ini masih sangat minimal.
5

5) Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
pasien mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya
dikerjakan bila terdapat kontraindikasi untuk tindakan operatif dan
hendaknya hanya dikerjakan jika tidak ada keganasan pada uterus.
1


0.10. Prognosis
Secara umum mioma uteri hanya dapat mengganggu fertilitas jika
mampu memblokir tuba falopii dan mencegah sperma untuk membuahi ovum.
Pada beberapa kasus, mioma diduga dapat mencegah implantasi dari ovum
yang telah dibuahi di uterus, tetapi dengan terapi yang sesuai dapat
mengembalikan fertilitas.
7,9
Wanita yang menderita mioma dengan kehamilan dapat mencapai
cukup bulan, tetapi umumnya dengan kelahiran prematur karena terjadinya
distorsi rongga uterus. Mioma dapat kembali ke ukuran semula sesudah
persalinan sebagai akibat terjadinya penurunan aliran darah dan estrogen.
Mioma yang menyebabkan gangguan jalan lahir baik karena letak maupun
ukurannya maka diperlukan se.tio .esarean. Mioma umumnya mengecil pada
menopause dan jarang timbul karena kurangnya estrogen pada masa itu.
7,9
Mioma uteri jarang menimbulkan mortalitas. Tumor ini bisa mengalami
degenerasi maligna menjadi sarkoma. nsiden transformasi ke arah malignansi
yang sebenarnya sulit diketahui, tetapi diperkirakan kurang dari 1%.
5,7,9
14




BAB III
LAPORAN KASUS

0.1. Identitas Umum
O Nama : Ny. F
O Umur : 48 tahun
O Agama : slam
O Suku : Jawa
O Bangsa : ndonesia
O Status perkawinan: Menikah
O Pekerjaan : Pembantu Rumah Tangga
O Pendidikan : 6 tahun
O Alamat : Jl. K Achmad Dahlan RT 08 RW 02
Wonorejo - Pasuruan
O No. RM : 11002283
O No. Register : 1126924
O MRS : 15 Oktober 2011

0.2. Anamnesa
Keluhan utama : perdarahan dari jalan lahir
Pasien mengeluh perdarahan sejak bulan Juni 2011, berwarna merah
kehitaman, banyak dan bergumpal, setiap hari menghabiskan 2-4 pembalut.
Pasien mengaku tidak pernah berobat hingga bulan september, kemudian pasien
ke bidan dan diberi obat (pasien tidak tahu nama obatnya), perdarahan menjadi
berkurang. Tanggal 30 September 2011, pasien diajak berobat oleh keluarganya,
pasien dibawa ke dokter spesialis , kemudian dilakukan USG, hasilnya pasien
dikatakan tumor kandungan, pasien disarankan ke RSSA, pasien tidak langsung
berangkat karena takut. Tanggal 15 Oktober 2011 pasien datang ke UGD dan
dianjurkan untuk rawat inap.

15

Pasien tidak merasa ada benjolan, tidak pernah terasa nyeri. Tidak ada
gangguan BAB dan BAK. Tidak pernah keluar darah setelah berhubungan, tidak
ada keputihan.

0.3. Status Obstetri
O Suami : Tn. S (suami kedua)
O Umur : 54 tahun
O Pekerjaan : tukang becak
O Pendidikan : 6 th
O Lama menikah : 14 th
O Banyak pernikahan : 2x (: 20 th, : 14 th)
O Paritas : P
3003
Ab
000

O Anak terakhir :14tahun
O KB sekarang : MOW

0.4. Status GinekoIogis
O Menarche : 12 tahun
O Siklus haid : teratur, 30 hari
O Jumlah : sedang (30 cc/pembalut)
O Lama : 6 hari
O Warna : merah
O Nyeri saat haid : tidak ada
O Bau : Amis darah
O Fluor : tidak ada
O PT :

0.5. Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALS
KU : Baik, compos mentis
Tekanan Darah : 130/70 mmg
Nadi : 92 x/ menit
16

Respiratory Rate : 20 x/ menit


TaxH : 36,6H C
Kepala/Leher : conjunctiva anemis +/+, sklera icterik -/-
pembesaran kelenjar leher O
pembesaran kelenjar thyroid O
Thorax :
Cor : - nspeksi : ctus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ctus cordis teraba di CS V MCL (S)
- Perkusi : RM : SL (D), LM : CS V MCL (S)
- Auskultasi : S
1
S
2
single, murmur O
Paru: - nspeksi : Pergerakan simetris
- Palpasi : Stem fremitus D=S
- Perkusi : s s
s s
s s

- Auskultasi : v v Rh : - - Wh : - -
v v - - - -
v v - - - -

Abdomen: nspeksi : flat
Palpasi : soefl, teraba massa padat kenyal, pusat simfisis,
mobilitas terbatas, permukaan rata, simetris, nyeri O.
epar, lien tidak teraba
Perkusi : Meteorismus O
Auskultasi : BU W N
Genetalia Eksterna : fluksus W minimal, clot W, flour O
Ekstremitas : edema - -
- -

PEMERKSAAN DALAM
nspeksi (v/v) : fluksus Wminimal, flour O
nspekulo : fluksus W minimal,flour O, pomp tertutup licin
VT : fluksus W minimal, flour O, pomp tertutup licin
CUAF ~ 16 -18 minggu, teraba massa padat kenyal, mobile,
permukaan rata, simetris, nyeri O
17

AP $ : massa O, nyeri O
CD : tidak menonjol
3.6. Diagnosa AwaI
Mioma uteri

3.7. Diagnosis Banding
Ca corpus uteri

3.8. PIanning Diagnosa
1. Pemeriksaan laboratorium lengkap : DL, GDA, Ureum/Creatinin,
SGOT/SGPT, F
2. USG abdomen
3. Kuretase PA -
. Pap smear test

3.9. PIanning Terapi
1. MRS pro perbaikan keadaan umum:
nfus RL
Transfusi s.d b K 10 gr%
2. Ekstirpasi polip kemudian dilanjutkan kuretase PA -
3. Kuretase PA -
4. USG abdomen
5. Tindakan operatif yang direncanakan
Sesuai dengan hasil Pap smear
Tergantung umur, paritas, keinginan pasien
6. Medikamentosa
7. Diet TKTP

18

3.10. PIanning Monitoring


Keluhan, vital sign, perdarahan pervaginam, reaksi transfusi, balance
cairan

0.11. KIE
Menjelaskan kepada pasien tentang :
1. Penyakit yang diderita
2. Sifat tumor yang kemungkinan jinak, berdasarkan pemeriksaan klinis
3. Tidak menutup kemungkinan bahwa tumor yang ada berupa tumor ganas
ataupun merupakan penyakit lain yang mempunyai gejala yang mirip
dengan diagnosa awal
4. Tindakan medis dan operasi yang akan dilakukan
5. Efek samping dari tindakan yang akan dilakukan

0.12. HasiI Pemeriksaan Penunjang
O Pemeriksaan darah :
Lekosit : 18.000 /3l
b : 5,0 g/dl
PCV : 16,7 %
Trombosit : 496.000/3l
O Kimia Darah :
GDA : 86 mg/dl
Ureum/BUN : 7,7 mg/dl
Creatinin : 0,35 mg/dl
SGOT : 16 mU/ml
SGPT : 17 mU/ml
Albumin : 3,64 g/dl
O Analisa elektrolit :
Na : 136 mmol/L
K : 3,67 mmol/L
Cl : 10,4 mg/dl
O asil USG :
19

O asil kuretase PA :
O asil PA pasca kuretase :
O asil Pap smear test
3.13. FoIIow Up
Tanggal Subjektif Objektif Assessment Planning
16/10/20
11
Flux (+) min

KU : baik, CM
T : 120/70
N : 70x/menit
RR : 20x/menit
K/L : an -/-, ict -/-
Thorak :c/ dbn
p/ dbn
Abd : soefl, teraba
massa padat kenyal,
pusat simfisis,
mobilitas terbatas,
permukaan rata,
simetris, nyeri O
Kuretase PA -
Menometrora
gi e.c mioma
uteri +
anemia


PDx Cek DL
PTx: post transfusi PRC 2
lb, cek DL, bila b<10g%
kuret, bila b>10g/%
transfusi 2 lb/hari
P Mo: Observasi tanda
vital, KU sekarang, reaksi
transfusi, produksi urin,
imbalans cairan,
perdarahan
P Ed : KE
c/ senior
17/10/20
11
Flux (+) min

KU : baik, CM
T : 120/70
N : 62x/menit
RR : 20x/menit
K/L : an -/-, ict -/-
Thorak :c/ dbn
p/ dbn
Abd : TFU PU
simfisis
Kuretase PA -
Permukaan rata


Menometrora
gi e.c mioma
uteri +
anemia


PDx cek DL post transfusi
dan F
PTx:
O Diet TKTP
O Pro transfusi PRC 2
lb/hari s.d b<10g%,
lanjut kuret PA -
O nj. Ceftriaxone 2x 1gr
iv
O Tx oral: kalnex 2x1,
Rob 1x1
P Mo: Observasi tanda
vital, KU sekarang, reaksi
20

transfusi, produksi urin,


imbalans cairan,
perdarahan
P Ed : KE
c/ senior
17/10/11
Post
kuret
-

KU : baik, CM
T : 130/80
N : 85x/menit
RR : 20x/menit
K/L : an -/-, ict -/-
Thorak :c/ dbn
p/ dbn
Abd : flat, soefl, BU (+)
N
Ekstrimitas: A

Menometrora
gi e.c mioma
uteri + post
kuretase


PDx Kirim PA
PTx:
O Diet TKTP
O Mob bertahap
O Tx oral:
O Amoxyclav 2x500
mg
O As. Mefenamat 3 x 1
O Kalnek 3 x 1
O Rob 1 x 1
O Bila 2 jam post kuret
KU baikBLPLkontrol
poli
O
P Mo: Observasi VS,
keluhan sub., fluxus
P Ed : KE
c/ senior
18/10/20
11
-

KU : baik, CM
T : 120/70
N : 68x/menit
RR : 20x/menit
K/L : an -/-, ict -/-
Thorak :c/ dbn
p/ dbn
Abd : flat, soefl, BU (+)
N
Ekstrimitas: A
Mioma uteri
post kuret PA
-

BLPL
Kontrol poli
21



BAB IV
PEMBAHASAN

0.1. Penegakan Diagnosis
Ny.F didiagnosa sebagai Mioma uteri. Keadaan tersebut ditegakkan
atas dasar:
1. Anamnesa
Perdarahan: gejala klinis dari mioma uteri yang dirasakan oleh
penderita berupa perdarahan dari jalan lahir dengan jumlah yang lebih banyak
sejak 3 bulan yang lalu yang terjadi pada saat siklus menstruasi. Perdarahan
tersebut temasuk perdarahan abnormal berupa menorrhagia yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia defisiensi Fe. Perdarahan dalam bentuk
menorrhagie biasanya merupakan salah satu gejala klinis dari mioma uteri
submucosa yang dapat timbul akibat distorsi dan kongesti pembuluh darah
endometrium, khususnya vena, atau ulserasi dari permukaan endometrium.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan pada mioma uteri
(submucosa), antara lain adalah:
Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya
Atrofi endometrium di atas mioma submucosa
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
2. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan pemeriksaan fisik pada penderita ini juga didapatkan
beberapa tanda yang mengarah kepada diagnosis mioma uteri submucosa yaitu
teraba massa pusat simfisis, mobilitas terbatas, konsistensi padat kenyal,
simetris, permukaan rata, mobilitas terbatas. Sementara pada VT didapatkan
corpus uteri antefleksi (CUAF) ~ 16 -18 minggu
Benjolan pada perut penderita ini tidak nyeri. Rasa nyeri pada dasarnya
jarang didapatkan pada mioma uteri. Namun bila didapatkan, nyeri ini
biasanya dihasilkan dari degenerasi yang berhubungan dengan oklusi
pembuluh darah, infeksi, dan torsi dari tumor yang mengalami
22

penonjolan, atau kontraksi miometrium untuk mengeluarkan mioma dari


kavum uteri. Pada penderita ini tidak terdapat gangguan BAB dan BAK.
al tersebut disebabkan tidak adanya efek penekanan benjolan yang
ada dalam perut pada kandung kemih dan rektum. Efek penekanan
merupakan gejala yang jarang terjadi pada mioma uteri, kecuali bila
tumornya sangat besar. Gangguan akibat efek penekanan ini
tergantung pada ukuran dan lokasi mioma uteri.

Tumor yang besar
dapat mengisi rongga pelvis, merubah posisi atau menekan ureter,
vesica urinaria, atau rektum. Selain itu, efek penekanan ini biasanya
terjadi pada mioma intramural. Pada penderita, tidak ada gejala
penekanan pada organ-organ sekitarnya dan ditunjang dengan adanya
gejala menorrhagie sehingga diagnosa awal lebih mengarah pada
mioma uteri submucosa

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini meliputi:
O Pemeriksaan USG abdomen
Pemeriksaan USG dapat memberikan informasi mengenai jumlah,
lokasi, ukuran mioma, topografi, dan keadaan pada daerah sekitar
mioma. Pada penderita ini didapatkan hasil USG yaitu uterus
membesar miomatik, permukaan rata dengan ukuran diameter 150
mm. Didapatkan penebalan pada lapisan endometrium setebal 100
mm. Adnexa D/S dalam batas normal, sehingga disimpulkan adanya
mioma uteri submucosa
O Pap smear test
Pemeriksaan ini pada dasarnya bertujuan untuk menentukan terapi
yang tepat untuk penderita. Pada penderita ini, dari hasil pap smear
ditemukan sel epitel dengan perubahan radang. Tidak ditemukan sel-
sel ganas. Pada penderita ini, adanya sel epitel dengan perubahan
radang, menunjukkan hygiene dari vulva dan vagina yang jelek,
sehingga perlu dilakukan terapi operatif untuk menghindari terjadinya
Ca cervix.
O Curretage PA -
23

Pemeriksaan .urettage PA - memiliki tujuan terapetik dan


diagnostik. Tujuan terapetik dari .urretage adalah untuk mengurangi
luas permukaan endometrium dan menghilangkan sarang mioma
submucosa pada endometrium sehingga perdarahan dapat
dihentikan. Tujuan diagnostik adalah untuk menentukan keganasan
pada serviks dan endometrium sehingga dapat ditentukan langkah
terapi selanjutnya. Dari hasil kuretase PA penderita ini, pada
endoserviks didapatkan potongan kecil mukosa endocervix dengan
bentuk polipoid dengan kelompok fase proliferasi; pada endometrium
tampak gambaran jaringan endometrium dengan kelenjar fase
proliferasi sampai hiperplasi glandulare jenis simple disertai polip
kecil endometrium dengan latar belakang pembuluh darah
keradangan kronis, sehingga TA menjadi pilihan terapi operatif pada
penderita ini.
O Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penderita ini meliputi
pemeriksaan DL, UL, Ureum/Creatinin, GDA, SGOT/SGPT.
Pemeriksaan DL dilakukan untuk menegakkan diagnosis anemia dan
persiapan .urettage; sedangkan UL, Ureum/Creatinin, GDA, dan
SGOT/SGPT dilakukan untuk persiapan .urettage.
Pada Ny. F, hasil lab pada b 5g%, hal ini mengindikasikan bahwa
pasien mengalami anemia yang kemungkinan besar disebabkan oleh
perdarahan yang dialami pasien.
O Patologi anatomi
Adapun penting untuk diketahui bahwa Gold standart dalam
menentukan suatu mioma uteri adalah dengan pemeriksaan patologi
anatomi. Pada kasus ini, juga dilakukan pemeriksaan patologi
anatomi dari benjolan yang ditemukan dari hasil pemeriksaan, dan
didapatkan hasil bahwa benjolan tersebut menunjukkan suatu mioma
uteri submucosa.

0.2. PenataIaksanaan
Berdasarkan literatur, rencana terapi yang diperlukan pada penderita
mioma uteri, tergantung pada ukuran tumor, ada tidaknya keluhan atau
24

komplikasi, umur dan paritas penderita, keadaan umum penderita, keinginan


untuk hamil, degenerasi mioma dan kemungkinan keganasan. Tidak semua
mioma uteri membutuhkan terapi pembedahan, bahkan 55% dari semua mioma
uteri tidak membutuhkan pengobatan dalam bentuk apapun, terutama jika ukuran
masih kecil dan belum menimbulkan keluhan.
Penderita ini menjalani rawat inap di RSSA Malang. Pada pasien Ny. F
dilakukan perbaikan keadaan umum, yaitu dilakukan transfusi PRC karena
bnya kurang dari 10 gr%, perbaikan status gizi maupun higienenya. Rencana
KE yang dilakukan adalah menjelaskan pada penderita tentang penyakit yang
dideritanya, yakni berupa tumor rahim. Perlu dijelaskan pada penderita bahwa
dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik ditemukan bahwa tumor rahim yang
diderita pasien adalah tumor jinak. Akan tetapi, perlu dilakukan kuret PA ,
untuk mengurangi keluhan dan mendiagnosa mengarah pada keganasan atau
tidak.

25




BAB V
PENUTUP

5.1. KesimpuIan
Kasus Ny. F, usia 48 tahun, datang berobat dengan keluhan utama
perdarahan dari jalan lahir. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang mengarahkan pada suatu diagnosis mioma uteri
submucosa.
1. Pada penderita ini dilakukan kuretase PA untuk membantu menentukan
diagnosis dan terapi selanjutnya.
2. Prognosa penderita ini untuk saat ini dapat dikatakan baik karena secara
umum mioma uteri jarang menimbulkan mortalitas dan pada pasien ini tidak
didapatkan komplikasi akibat tumor.

5.2. Saran
O Diperlukan ketepatan dan ketelitian dalam melakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik, terutama dalam mendiagnosis suatu massa di
abdomen, mengingat banyaknya diagnosis banding dari keluhan tersebut.
O Diperlukan KE (komunikasi, informasi dan edukasi) yang baik pada
pasien dan keluarga untuk mengoptimalkan kesejahteraan pasien baik
sebelum, selama maupun setelah pengobatan.
26


DAFTAR PUSTAKA

1. Wignyosastro, anifa. 2005. lmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Yeffry andoko. 2000. &terine Mioma. .(online).
(http://www.geocities.com/Vienna/Strasse/2994/index.html, diakses tanggal
12 Oktober 2011 )
3. Surjatin, Ani. 2000. Mioma Uteri. (online).
(http://www.ibuhamil.com/forum/prahamil/index_isi.php.html, diakses tanggal
12 Oktober 2011)
4. David Chelmow. 2005. Gynecologic Myomectomy .(online).
(http://www.emedicine.com/med/topic3319.htm--gynecologic - Gynecologic
Myomectomy Article by David Chelmow, MD.htm, diakses tanggal 12
Oktober 2011)
5. DeCherney A, Nathan L. 2003. Current Obstetri. & Gynae.ologi.al
Diagnosis & Treatment. 9
th
edition. Philadelphia: Mc Graw ill nc; p.693-
699, 874
6. Berek, SJ. 2002. Novak's Gynae.ology. 13
rd
edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; p. 380-382
7. Rock AJ, Jones W. 2003. te Linde's Operative Gynae.ology. 9
th
edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; p.754-756, 771-772
8. Ryan, KJ. 2005. Kistner's Gyne.ology and Women's Health . (online)
(http://patients.uptodate.com/topic.asp?file=gen_gyne/8093u, diakses tanggal
12 Oktober 2011)
9. Runnebaum B, Rabe T. 1994. Hormone Therapy in Gyne.ologi.al
Endo.rinology. Volume 1. Berlin eidelberg : Tokyo. P 101-104.

Anda mungkin juga menyukai