MIOMA UTERI
OIeh:
Syamsul Arifin (0510710135)
Kartika Siwi P (0610713046)
ke Wahyu T (0710710035)
Pembimbing:
dr. Ketut Widnyana
Supervisor:
dr. Arsana Wiyasa, W, Sp.OG (K)
LABORATORIUM OBSTETRI & GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RSU Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG
2011
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
MIOMA UTERI
OIeh:
Syamsul Arifin (0510710135)
Kartika Siwi P (0610713046)
ke Wahyu T (0710710035)
Menyetujui:
Pembimbing, Supervisor,
dr. Ketut Widnyana dr. Arsana Wiyasa, W, Sp.OG (K)
DAFTAR ISI
ALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAAN ..................................................................................... ii
DAFTAR S ......................................................................................................... iii
BAB PENDAULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ................................................................................................. 2
BAB TNJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1. Definisi Mioma Uteri .............................................................................. 3
2.2. Etiologi dan Patofisiologi Mioma Uteri.................................................... 3
2.3. istopatologi Anatomi Mioma Uteri ........................................................ 4
2.4. Klasifikasi Mioma Uteri .......................................................................... 4
2.5. Perubahan Sekunder ............................................................................. 5
2.6. Manifestasi Klinis Mioma Uteri ............................................................... 7
2.7. Komplikasi Mioma Uteri ......................................................................... 9
2.8. Diagnosis Banding............................................................................... 10
2.9. Penatalaksanaan ................................................................................. 10
2.10. Prognosis ......................................................................................... 13
BAB LAPORAN KASUS ................................................................................ 14
3.1. dentitas Umum ................................................................................... 14
3.2. Anamnesa ........................................................................................... 14
3.3. Status Obstetri ..................................................................................... 15
3.4. Status Ginekologis............................................................................... 15
3.5. Pemeriksaan Fisik ............................................................................... 15
3.6. Diagnosa Awal .................................................................................... 17
3.7. Diagnosis Banding............................................................................... 17
3.8. Planning Diagnosa .............................................................................. 17
3.9. Planning Terapi ................................................................................... 17
3.10. Planning Monitoring ......................................................................... 18
3.11. KE ................................................................................................... 18
3.12. asil Pemeriksaan Penunjang ......................................................... 18
3.13. Follow Up ......................................................................................... 19
BAB V PEMBAASAN ..................................................................................... 21
4.1. Penegakan Diagnosis .......................................................................... 21
4.2. Penatalaksanaan ................................................................................. 23
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 25
5.1. Kesimpulan.......................................................................................... 25
5.2. Saran................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BeIakang
Mioma uteri merupakan neoplasma uterus yang paling sering dialami
wanita, terutama pada 20-30% wanita usia reproduktif. Neoplasma jinak ini
berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sekitar, sehingga dalam kepustakaan
dikenal dengan istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid. nsiden mioma
uteri sekitar 20-25%, namun pada pemeriksaan histologi atau sonografi
mencapai 70-80%. Jumlah penderita belum diketahui secara akurat karena
banyak yang tidak merasakan keluhan sehingga tidak segera memeriksakannya
ke dokter, tetapi pada beberapa kasus, jumlah, ukuran, atau lokasi tumor dalam
uterus bisa memicu beberapa gejala. Tercatat 30% seluruh histerektomi di
Amerika Serikat disebabkan oleh mioma uteri.
7
Beberapa teori menyebutkan pertumbuhan tumor ini disebabkan
rangsangan hormon estrogen karena sering kali tumbuh lebih cepat pada
kehamilan dan biasanya berkurang ukurannya sesudah menopause.
Berdasarkan lokasinya mioma uteri dibagi dalam tiga jenis, yaitu pertumbuhan
tetap di dalam dinding rahim, pertumbuhan ke arah rongga rahim dan
pertumbuhan ke arah permukaan dinding rahim. Sering kali tumor jinak rahim ke
arah rongga ini membesar dan bertumbuh keluar dari mulut rahim.
7
Mioma Uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa
kelainan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat
kontraksi rahim, perdarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan
pelepasan plasenta, bahkan bisa menyebabkan keguguran. Sebaliknya,
kehamilan juga bisa berdampak memperparah Mioma Uteri. Saat hamil, mioma
uteri cenderung membesar, dan sering juga terjadi perubahan dari tumor yang
menyebabkan perdarahan dalam tumor sehingga menimbulkan nyeri. Selain itu,
selama kehamilan, tangkai tumor bisa terputar.
7
2
1.2. Rumusan MasaIah
1. Apakah definisi mioma uteri?
2. Apakah faktor predisposisi mioma uteri?
3. Bagaimanakah menegakkan diagnosa mioma uteri?
4.Bagaimanakah penatalaksanaan penderita dengan mioma uteri?
5.Apakah komplikasi dari mioma uteri?
6. Bagaimana prognosis mioma uteri?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi mioma uteri
2. Mengetahui faktor predisposisi mioma uteri
3. Mengetahui penegakkan diagnosa mioma uteri
4. Mengetahui penatalaksanaan penderita dengan mioma uteri
5. Mengetahui komplikasi dari mioma uteri
6. Mengetahui prognosis dari mioma uteri
1.4. Manfaat
Penulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman dokter muda mengenai mioma uteri dalam hal: pelaksanaan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakkan diagnosa,
penatalaksanaan, monitoring, serta penanganan komplikasi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
0.1. Definisi Mioma Uteri
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang sebagian besar berasal
dari otot uterus dan sebagian kecil berasal dari jaringan ikat. Mioma ini dikenal
juga dengan istilah fibromioma, myofibroma, leiomyofibroma, fibroma, leiomioma,
atau fibroid.
1,6
0.2. EtioIogi dan PatofisioIogi Mioma Uteri
Sampai sekarang etiologi mioma uteri belum diketahui secara pasti.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa setiap mioma timbul dari sel
neoplasma tunggal yang berasal dari otot polos miometrium.
5
nsiden mioma
uteri meningkat dengan adanya riwayat mioma pada anggota keluarga.
6
Penelitian menunjukkan bahwa pada sekitar 40 -50% dari kasus mioma, terdapat
abnormalitas kromosom. Yang lebih menarik adalah adanya korelasi positif
antara adanya abnormalitas sitogenetik dengan lokasi anatomi dari mioma. Studi
yang dilakukan oleh Brosens menunjukkan bahwa pada kasus mioma
submukosa didapatkan abnormalitas sitogenetik yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan mioma intramural dan mioma subserosa (12% : 35% :
29%).
7
Adanya pengaruh hormonal telah dibuktikan secara in vitro. Mioma uteri
potensial membesar selama kehamilan dan mengalami regresi sesudah
menopause.
6
Mioma mengandung reseptor estrogen yang lebih banyak
dibandingkan dengan miometrium di sekitarnya, tapi lebih sedikit bila
dibandingkan dengan endometrium. Estrogen memiliki pengaruh pada
pembesaran tumor melalui peningkatan produksi matriks ekstraseluler.
Progesteron meningkatkan aktivitas mitosis pada mioma, namun mekanisme dan
faktor-faktor yang terlibat di dalamnya masih belum dapat dipastikan.
4
2. Mioma uteri intramural
Merupakan mioma uteri yang terdapat pada dinding uterus diantara
serabut miometrium. Mioma jenis ini mengakibatkan .avum uteri menjadi lebih
luas yang ditegakkan dengan pemeriksaan menggunakan sonde uterus.
1
3. Mioma uteri subserosa
Merupakan mioma uteri yang tumbuh ke luar dinding uterus sehingga
menonjol ke permukaan uterus dan diliputi oleh serosa. Mioma ini dapat tumbuh
di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter.
Mioma subserosa juga dapat tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus,
sehingga disebut wandering / parasiti. fibroid.
1
Mioma uteri pada berbagai lokasi anatomis
8
0.5. Perubahan Sekunder
Pada mioma uteri dapat terjadi area hialinisasi, likuefaksi (degenerasi
kistik), kalsifikasi, hemorrhagia, perlemakan atau inflamasi. Area ini merupakan
perubahan sekunder dari mioma yang secara histologis bermakna meskipun
biasanya hanya mempunyai sedikit gejala klinis yang bermakna. Perubahan
sekunder ini meliputi :
1. Degenerasi Jinak
1) Atrofi
6
4. nfertilitas
nfertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan
pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosa juga memudahkan
terjadinya abortus oleh karena adanya distorsi rongga uterus.
1
Siklus yang
unovulatoar mungkin timbul lebih sering. Transpor sperma dapat terganggu
akibat perubahan bentuk dan penebalan dari permukaan .avum uteri, posisi
mioma yang terletak pada kanalis servikalis atau pada bagian interstitial tuba,
atau berkaitan dengan prostaglandin yang menginduksi kontraksi uterus yang
dapat menghambat migrasi sperma. Pada pasien infertil dengan mioma uteri,
cukup sering didapatkan penyebab infertilitas yang lain. Biasanya mioma
subserosa yang berukuran kecil tidak dapat dijadikan salah satu faktor
penyebab.
7
5. Gejala yang lain, yaitu:
1
a) Tumor submukosa bertangkai yang mengalami kolaps dan melewati
cerviks dengan gejala klinis berupa kram yang berat, ulserasi dan
infeksi (inversio uteri juga pernah dilaporkan)
b) Stasis vena pada ekstremitas bawah dan kemungkinan
thrombophlebitis sekunder akibat penekanan pada pelvis
. Poly.ythemia
d) Ascites
0.7. KompIikasi Mioma Uteri
Komplikasi yang dapat timbul pada wanita yang tidak hamil antara lain
adalah:
1
1. Perdarahan hebat dengan anemia
2. Obstruksi saluran kencing dan usus
3. Degenerasi maligna
4. Torsio pada mioma yang bertangkai.
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Akibatnya terjadi sindroma
abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak
terjadi. al ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana
terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang
10
a) Kegawatdaruratan
Transfusi darah dilakukan untuk mengoreksi anemia. Jenis darah yang
digunakan adalah pa.ked red .ell. Pembedahan dilakukan jika
hemodinamik pasien stabil. Pembedahan darurat dilakukan pada
mioma terinfeksi, torsio akut, atau obstruksi usus yang disebabkan oleh
mioma yang bertangkai atau parasiti.. Myomektomi secara umum
merupakan kontraindikasi selama kehamilan kecuali pada torsi
simtomatik yang jarang terjadi.
5
b) Terapi spesifik
a. Wanita tidak hamil
Pada umumnya mioma tidak memerlukan terapi khususnya bila
tidak ada gejala atau sudah menopause. Tetapi penyebab adanya
massa pada pelvis yang lain harus disingkirkan. Diagnosa klinik
mioma harus ditegakkan, dan pasien harus diperiksa setiap 6 bulan
untuk mengukur tingkat pertumbuhan mioma tersebut. Walaupun
tidak ada terapi medis definitif sebagai terapi pada mioma,
gonadotropin releasing hormone (GnRH agonis telah terbukti
berguna untuk menghambat pertumbuhan mioma dan
menyebabkan tumor menyusut secara temporer. GnRH agonis
menginduksi hipogonadisme melalui desensitisasi pituitari dan
regulasi reseptor dan inhibisi gonadotropin. Terapi GnR pada
mioma uteri akan menghasilkan:
5
1. Penyusutan maksimal dari otot-otot uterus sampai dengan 50%
dari volumenya
2. Penyusutan ini terjadi setelah terapi 3 bulan
3. Timbul amenorrhea dan efek samping hipoestrogen
4. Osteoporosis dapat terjadi terutama bila terapi lebih dari 6 bulan.
b. Post partum
ntervensi bedah sebagai diagnosis pasti mioma uteri sebaiknya
dihindari saat kehamilan. Satu-satunya indikasi dilakukannya
myomektomi saat kehamilan adalah torsi dari mioma bertangkai
dimana transeksi dan hemostasis tangkai dapat dilakukan secara
relatif aman. Myome.tomy juga tidak direkomendasikan pada saat
seksio sesaria kecuali dapat diakses melalui segmen bawah rahim.
5
12
c) Terapi suportif
Semua pasien hendaknya melakukan PAP smear dan evaluasi
endometrium jika perdarahan terjadi secara ireguler. Sebelum terapi
bedah definitif, dipersiapkan darah dan diberikan antibiotik profilaksis.
Persiapan usus secara mekanik dan antibiotik dilakukan jika
pembedahan pelvis diperkirakan akan sulit.
5
d) Pembedahan
1) Evaluasi adanya kemungkinan keganasan yang lain.
Dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologis dan evaluasi
endometrium untuk menyingkirkan adanya proses keganasan yang
lain pada pelvis. Evaluasi endometrium dilakukan dengan biopsi
miometrium pada pasien tanpa komplikasi, tetapi diperlukan
histeroskopi pada kasus yang lebih kompleks.
5
2) Myome.tomy.
Myomectomy adalah pengambilan sarang mioma tanpa
pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan pada mioma
submucosa yang geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
1
Terapi ini direncanakan untuk pasien mioma yang simtomatis yang
menginginkan untuk mempertahankan fertilitas atau uterus. Tetapi
tidak dapat dipastikan sebelum operasi bahwa myome.tomy dapat
dilakukan dengan mudah. Myome.tomy ternyata cukup berhasil
untuk mengontrol perdarahan kronis akibat mioma. Akhir-akhir ini
myome.tomy dilakukan dengan histeroskopi untuk kasus mioma
submukosa dan laparoskopi pada kasus mioma subserosa.
5
3) Hystere.tomy.
Uterus dengan mioma yang kecil; dapat diterapi dengan total
vaginal hystere.tomy. Bila terdapat beberapa tumor dengan ukuran
besar (khususnya mioma intraligamen), dapat dilakukan total
abdominal hystere.tomy (TA).
5
Selain itu TA dilakukan untuk
mencegah terjadinya Ca .ervix. Supra vaginal hystere.tomy
dilakukan bila terdapat kesukaran tehnik dalam mengangkat uterus
secara keseluruhan.
1
Bila ovarium mengalami gangguan atau
vaskularisasinya buruk, perlu dilakukan oophore.tomy. Ovarium
perlu dipertahankan pada wanita premenopause.
5
13
4) Teknik investigasi
Oklusi emboli pada arteri uterina mungkin dapat mengobati gejala
mioma dengan baik, khususnya menorrhagia. Namun studi
mengenai hal ini masih sangat minimal.
5
5) Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
pasien mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya
dikerjakan bila terdapat kontraindikasi untuk tindakan operatif dan
hendaknya hanya dikerjakan jika tidak ada keganasan pada uterus.
1
0.10. Prognosis
Secara umum mioma uteri hanya dapat mengganggu fertilitas jika
mampu memblokir tuba falopii dan mencegah sperma untuk membuahi ovum.
Pada beberapa kasus, mioma diduga dapat mencegah implantasi dari ovum
yang telah dibuahi di uterus, tetapi dengan terapi yang sesuai dapat
mengembalikan fertilitas.
7,9
Wanita yang menderita mioma dengan kehamilan dapat mencapai
cukup bulan, tetapi umumnya dengan kelahiran prematur karena terjadinya
distorsi rongga uterus. Mioma dapat kembali ke ukuran semula sesudah
persalinan sebagai akibat terjadinya penurunan aliran darah dan estrogen.
Mioma yang menyebabkan gangguan jalan lahir baik karena letak maupun
ukurannya maka diperlukan se.tio .esarean. Mioma umumnya mengecil pada
menopause dan jarang timbul karena kurangnya estrogen pada masa itu.
7,9
Mioma uteri jarang menimbulkan mortalitas. Tumor ini bisa mengalami
degenerasi maligna menjadi sarkoma. nsiden transformasi ke arah malignansi
yang sebenarnya sulit diketahui, tetapi diperkirakan kurang dari 1%.
5,7,9
14
BAB III
LAPORAN KASUS
0.1. Identitas Umum
O Nama : Ny. F
O Umur : 48 tahun
O Agama : slam
O Suku : Jawa
O Bangsa : ndonesia
O Status perkawinan: Menikah
O Pekerjaan : Pembantu Rumah Tangga
O Pendidikan : 6 tahun
O Alamat : Jl. K Achmad Dahlan RT 08 RW 02
Wonorejo - Pasuruan
O No. RM : 11002283
O No. Register : 1126924
O MRS : 15 Oktober 2011
0.2. Anamnesa
Keluhan utama : perdarahan dari jalan lahir
Pasien mengeluh perdarahan sejak bulan Juni 2011, berwarna merah
kehitaman, banyak dan bergumpal, setiap hari menghabiskan 2-4 pembalut.
Pasien mengaku tidak pernah berobat hingga bulan september, kemudian pasien
ke bidan dan diberi obat (pasien tidak tahu nama obatnya), perdarahan menjadi
berkurang. Tanggal 30 September 2011, pasien diajak berobat oleh keluarganya,
pasien dibawa ke dokter spesialis , kemudian dilakukan USG, hasilnya pasien
dikatakan tumor kandungan, pasien disarankan ke RSSA, pasien tidak langsung
berangkat karena takut. Tanggal 15 Oktober 2011 pasien datang ke UGD dan
dianjurkan untuk rawat inap.
15
Pasien tidak merasa ada benjolan, tidak pernah terasa nyeri. Tidak ada
gangguan BAB dan BAK. Tidak pernah keluar darah setelah berhubungan, tidak
ada keputihan.
0.3. Status Obstetri
O Suami : Tn. S (suami kedua)
O Umur : 54 tahun
O Pekerjaan : tukang becak
O Pendidikan : 6 th
O Lama menikah : 14 th
O Banyak pernikahan : 2x (: 20 th, : 14 th)
O Paritas : P
3003
Ab
000
O Anak terakhir :14tahun
O KB sekarang : MOW
0.4. Status GinekoIogis
O Menarche : 12 tahun
O Siklus haid : teratur, 30 hari
O Jumlah : sedang (30 cc/pembalut)
O Lama : 6 hari
O Warna : merah
O Nyeri saat haid : tidak ada
O Bau : Amis darah
O Fluor : tidak ada
O PT :
0.5. Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALS
KU : Baik, compos mentis
Tekanan Darah : 130/70 mmg
Nadi : 92 x/ menit
16
AP $ : massa O, nyeri O
CD : tidak menonjol
3.6. Diagnosa AwaI
Mioma uteri
3.7. Diagnosis Banding
Ca corpus uteri
3.8. PIanning Diagnosa
1. Pemeriksaan laboratorium lengkap : DL, GDA, Ureum/Creatinin,
SGOT/SGPT, F
2. USG abdomen
3. Kuretase PA -
. Pap smear test
3.9. PIanning Terapi
1. MRS pro perbaikan keadaan umum:
nfus RL
Transfusi s.d b K 10 gr%
2. Ekstirpasi polip kemudian dilanjutkan kuretase PA -
3. Kuretase PA -
4. USG abdomen
5. Tindakan operatif yang direncanakan
Sesuai dengan hasil Pap smear
Tergantung umur, paritas, keinginan pasien
6. Medikamentosa
7. Diet TKTP
18
O asil kuretase PA :
O asil PA pasca kuretase :
O asil Pap smear test
3.13. FoIIow Up
Tanggal Subjektif Objektif Assessment Planning
16/10/20
11
Flux (+) min
KU : baik, CM
T : 120/70
N : 70x/menit
RR : 20x/menit
K/L : an -/-, ict -/-
Thorak :c/ dbn
p/ dbn
Abd : soefl, teraba
massa padat kenyal,
pusat simfisis,
mobilitas terbatas,
permukaan rata,
simetris, nyeri O
Kuretase PA -
Menometrora
gi e.c mioma
uteri +
anemia
PDx Cek DL
PTx: post transfusi PRC 2
lb, cek DL, bila b<10g%
kuret, bila b>10g/%
transfusi 2 lb/hari
P Mo: Observasi tanda
vital, KU sekarang, reaksi
transfusi, produksi urin,
imbalans cairan,
perdarahan
P Ed : KE
c/ senior
17/10/20
11
Flux (+) min
KU : baik, CM
T : 120/70
N : 62x/menit
RR : 20x/menit
K/L : an -/-, ict -/-
Thorak :c/ dbn
p/ dbn
Abd : TFU PU
simfisis
Kuretase PA -
Permukaan rata
Menometrora
gi e.c mioma
uteri +
anemia
PDx cek DL post transfusi
dan F
PTx:
O Diet TKTP
O Pro transfusi PRC 2
lb/hari s.d b<10g%,
lanjut kuret PA -
O nj. Ceftriaxone 2x 1gr
iv
O Tx oral: kalnex 2x1,
Rob 1x1
P Mo: Observasi tanda
vital, KU sekarang, reaksi
20
BAB IV
PEMBAHASAN
0.1. Penegakan Diagnosis
Ny.F didiagnosa sebagai Mioma uteri. Keadaan tersebut ditegakkan
atas dasar:
1. Anamnesa
Perdarahan: gejala klinis dari mioma uteri yang dirasakan oleh
penderita berupa perdarahan dari jalan lahir dengan jumlah yang lebih banyak
sejak 3 bulan yang lalu yang terjadi pada saat siklus menstruasi. Perdarahan
tersebut temasuk perdarahan abnormal berupa menorrhagia yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia defisiensi Fe. Perdarahan dalam bentuk
menorrhagie biasanya merupakan salah satu gejala klinis dari mioma uteri
submucosa yang dapat timbul akibat distorsi dan kongesti pembuluh darah
endometrium, khususnya vena, atau ulserasi dari permukaan endometrium.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan pada mioma uteri
(submucosa), antara lain adalah:
Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya
Atrofi endometrium di atas mioma submucosa
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
2. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan pemeriksaan fisik pada penderita ini juga didapatkan
beberapa tanda yang mengarah kepada diagnosis mioma uteri submucosa yaitu
teraba massa pusat simfisis, mobilitas terbatas, konsistensi padat kenyal,
simetris, permukaan rata, mobilitas terbatas. Sementara pada VT didapatkan
corpus uteri antefleksi (CUAF) ~ 16 -18 minggu
Benjolan pada perut penderita ini tidak nyeri. Rasa nyeri pada dasarnya
jarang didapatkan pada mioma uteri. Namun bila didapatkan, nyeri ini
biasanya dihasilkan dari degenerasi yang berhubungan dengan oklusi
pembuluh darah, infeksi, dan torsi dari tumor yang mengalami
22
BAB V
PENUTUP
5.1. KesimpuIan
Kasus Ny. F, usia 48 tahun, datang berobat dengan keluhan utama
perdarahan dari jalan lahir. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang mengarahkan pada suatu diagnosis mioma uteri
submucosa.
1. Pada penderita ini dilakukan kuretase PA untuk membantu menentukan
diagnosis dan terapi selanjutnya.
2. Prognosa penderita ini untuk saat ini dapat dikatakan baik karena secara
umum mioma uteri jarang menimbulkan mortalitas dan pada pasien ini tidak
didapatkan komplikasi akibat tumor.
5.2. Saran
O Diperlukan ketepatan dan ketelitian dalam melakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik, terutama dalam mendiagnosis suatu massa di
abdomen, mengingat banyaknya diagnosis banding dari keluhan tersebut.
O Diperlukan KE (komunikasi, informasi dan edukasi) yang baik pada
pasien dan keluarga untuk mengoptimalkan kesejahteraan pasien baik
sebelum, selama maupun setelah pengobatan.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Wignyosastro, anifa. 2005. lmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Yeffry andoko. 2000. &terine Mioma. .(online).
(http://www.geocities.com/Vienna/Strasse/2994/index.html, diakses tanggal
12 Oktober 2011 )
3. Surjatin, Ani. 2000. Mioma Uteri. (online).
(http://www.ibuhamil.com/forum/prahamil/index_isi.php.html, diakses tanggal
12 Oktober 2011)
4. David Chelmow. 2005. Gynecologic Myomectomy .(online).
(http://www.emedicine.com/med/topic3319.htm--gynecologic - Gynecologic
Myomectomy Article by David Chelmow, MD.htm, diakses tanggal 12
Oktober 2011)
5. DeCherney A, Nathan L. 2003. Current Obstetri. & Gynae.ologi.al
Diagnosis & Treatment. 9
th
edition. Philadelphia: Mc Graw ill nc; p.693-
699, 874
6. Berek, SJ. 2002. Novak's Gynae.ology. 13
rd
edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; p. 380-382
7. Rock AJ, Jones W. 2003. te Linde's Operative Gynae.ology. 9
th
edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; p.754-756, 771-772
8. Ryan, KJ. 2005. Kistner's Gyne.ology and Women's Health . (online)
(http://patients.uptodate.com/topic.asp?file=gen_gyne/8093u, diakses tanggal
12 Oktober 2011)
9. Runnebaum B, Rabe T. 1994. Hormone Therapy in Gyne.ologi.al
Endo.rinology. Volume 1. Berlin eidelberg : Tokyo. P 101-104.