S
DENGAN MIOMA UTERI POST-OP HISTEREKTOMI
DI RUANG PERMATA BUNDA RS PERKEBUNAN
JEMBER KLINIK
Oleh:
Iva Agustin Nuraini, S. Kep
NIM : 2101032013
( Ns. Sri Wahyuni, S.Kep., S.E ) (Ns. Awatiful Azza, M. Kep., Sp.Kep.Mat.)
NIP. 2509197501239 NIP. 19701213 200501 2001
Mengetahui,
Kepala Ruangan PJMK Keperawatan Maternitas
FIKES UNMUH Jember
A. Pengertian
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang
ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat
berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).
B. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
1. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miometrium normal.
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4. Makanan
Makanan di laporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red
meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran
hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal
ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2
(dua) kali
Faktor terbentuknya tumor
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel-sel
yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang
diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker
pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta
merta semua anak gadisnya akan mengalami hal yang sama, karena sel
yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami kerusakan terlebih
dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat
dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% –
15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh
faktor eksternal (Apiani, 2017).
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasal dari bahan kimia, baik bahan kimia yang
ditam,bahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang berasal dari
polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan seperti pengawet
dan pewarna makanan cara memasak juga dapat mengubah makanan
menjadi senyawa kimia yang berbahaya. Kuman yang hidup dalam
makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya aflatoksin pada
kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati. Makin
sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal
menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh,
dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi
tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat
korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel.
C. Klasifikasi Mioma
Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang
terkena.
1. Lokasi
Servical (2,6%), umumnya tumbuh kearah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius. Corporal (91%) merupakan lokasi paling lazim dan sering kali
tanpa gejala.
2. Lapisan uterus
Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya,
mioma ini dibagi menjadi tiga jenis.
a. Mioma Uteri Intramural
Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian
besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling
tengah (miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan otot
disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga akan
membentuk tonjolan dengan konsistensi padat. Mioma yaang terletak
pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan
keluhan miksi
b. Mioma Uteri Subserosa
Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar
yaitu serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma ini
bertangkai atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh keluar
dinding uterus sehingga menonjol kepermukaan uterus diliputi oleh
serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma subserosa
yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wandering parasitis fibroid.
c. Mioma Uteri Submukosa
Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga
menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
di keluarkan melalui saluran seviks yang disebut mioma geburt.
Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Tumor jenis ini sering
mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang
dilahirkan.
D. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak
menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor
didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya
banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri
maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan
mendorong kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran
kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan
tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga
neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian
terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di bawah
endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari
mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan
diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang
berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah
perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi
padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi
F. Pemeriksaan penunjang
1. USG abdomen
2. MRI
Hasil pencitraan yang bisa memperlihatkan ukuran dan lokasi miom
dengan jelas
3. Histeroscopi
Tindakan ini dilakukan untuk mencari miom yang menonjol ke rongga
rahim. Di sini dokter akan menggunakan selang kecil berkamera dan
memasukkannya ke dalam rahim lewat vagina.
4. Biopsi
Di sini dokter akan mengambil sampel jaringan tumor setelah melakukan
histeroskopi. Kemudian, sampel ini akan diteliti di laboratorium. Lewat
pemeriksaan ini dokter bisa mengetahui apakah tumor bersifat jinak atau
ganas
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian yang dilakukan dengan membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat di tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi
adalah mengakhiri rencana tindakan, memodifikasi rencana tindakan
dan meneruskan rencana tindakan. Evaluasi dapat dilakukan setiap
selesai tindakan dengan berorientasi pada etiologi (formatif) dan bisa
dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara paripurna yang
berorientasi pada masalah keperawatan dimana menjelaskan
keberhasilan atau ketidakberhasilan serta sebagai kesimpulan atas
status kesehatan pasien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan
(sumatif).
Daftar Pustaka
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JEMBER
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
Jl. Karimata No. 49 Telp.(0331) 336728 Fax. 337957 Kotak Pos 104 Jember 68121
Website : http://www.unmuhjember.ac.id, E-mail : Kantorpusat@unmuhjember.ac.id
I. BIODATA
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka perut bekas operasi.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan badannya terasa lemas. Pasien mengatakan
sudah 10 tahun mengalami penyakit ini rutin kontrol tapi baru
dibawa kerumah sakit untuk dirawat inap pada saat ini, sudah
keliling untuk mencari pertolongan ke pengobatan alternatif tetapi
perutnya tidak mengecil., pasien di masukkan ke ruang Bersalin,
pada saat pengkajian didapatkan saat ini pasien mengeluhkan keluar
darah sejak 1 minggu yang lalu dan tidak bisa BAK. Pasien merasa
tidak nyaman dengan kondisinya sekarang. Pada tanggal 29/03/2022
jam 07.30 pasien dilakukan tindakan operasi, setelah selesai pasien
mengatakan nyeri pada bekas operasi nya dengan skala nyeri 5,
pasien tampak meringis menahan kesakitan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki penyakit menurun, menular dan lain lain
seperti : Hipertensi, Diabeter Mellitus, Asma.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan
pasien.
5. Riwayat Psikososial
Saat ini pasien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, nyeri yang
dirasakan dengan skala 5, wajah tampak meringis kesakitan
6. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi & tata laksana hidup sehat
Saat sakit pasien akan membeli obat sendiri untuk mengatasi
keluhan, bila tidak membaik pasien akan mencari pertolongan ke
petugas kesehatan/ PKM
b. Pola nutrisi &metabolism
Setiap hari sebelum sakit pasien makan 2-3x/ hari dengan sayur
dan lauk seadanya seperti tahu, tempe, ikan pindang. Saat sakit
ini pasien makan 3x/ hari tanpa ada keluhan, kadang perut terasa
penuh, tetapi tidak mengurangi rasa mual untuk makan
c. Pola aktivitas
Setiap hari pasien menyiapkan barang yang disiapkan untuk
jualan suaminya. Sehari-hari ibu menjadi IRT. Aktivitasnya
dalam sebulan ini agak mengurangi karena perutnya semakin
membesar
d. Pola eliminasi
BAK sebelum sakit 3-4 x/ hari, saat d RS pasien BAK
Menggunakan cateter dengan jumlah urine 700cc/8jam
BAB sebelum sakit 1x/hr, saat di rumah sakit BAB 1x/hr
e. Pola persepsi sensoris
Pasien mampu membaca, melihat dengan jelas, dan
mendengarkan apa yang disampaikan perawat.
f. Pola konsep diri
Pasien merasa penyakit yang dideritanya akan sembuh dan tidak
merasa malu dengan penyakitnya karena akan segera dilakukan
tindakan.
g. Pola hubungan & peran
Hubungan pasien dengan keluarga baik, pasien ditemani oleh
suami.
h. Pola reproduksi & seksual
- Tidak terkaji
i. Pola penanggulangan stres / Koping – Toleransi stress
Pasien tidak pernah mengalami stres berat, pasien akan sabar saat
ada masalah
7. Riwayat obstetrik
a. Riwayat mentruasi
Menarche : 13 Th
Lamanya : 7 hari
Siklus : teratur 28 hari
Hari pertama haid terakhir :-
Dismenorhoe :-
Fluor albus :-
Menopause : pasien sudah menopause 4 tahun yang lalu
b. Riwayat perkawinan: -
c. Riwayat kehamilan dan persalinan: Pasien belum pernah hamil
d. Riwayat kelainan obstetrik:
-
e. Riwayat penggunaan kontrasepsi:
-
8. Riwayat ginekologi
Pasien sudah 10 tahun menderita mioma uteri
9. Pemeriksaan fisik ( Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi)
a. Keadaan Umum
Ku baik, GCS 456
b. Tanda-tanda vital
Suhu Tubuh : 36, oC Respirasi : 18x/ mnt
Denyut Nadi : 80 x/ mnt TB/BB : 158/60
Tensi/ Nadi : 122/68 mmHg
c. Kepala & leher
Rambut bersih, pada leher tidak ada bendungan vena jugularis
d. Thorax /Dada
Dada simetris , Suara nafas vesikuler, wheezing -/-, Rhonchi -/-,
suara jantung S1/S2 tunggal
e. Pemeriksaan payudara
Payudara lembek, simetris, tidak ada pembesaran kelenjar/
benjolan, bersih.
f. Abdomen
Abdomen soepl (+), Bising usus + 10x/ menit, perkusi timpani,
Terdapat bekas jahitan sepanjang 15cm.
g. Genetalia dan anus
Terpasang Cateter
h. Punggung
Punggung tidak ada lordosis, tidak ada skoliosis
i. Ekstremitas
1
6
:
0
0
Diagnosis Keperawatan
29/03/2022 Keletihan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Aktivitas/Istirahat Iva A
jam 19:00 dengan Kelesuhan 3x24 jam diharapkan tingkat keletihan Observasi:
fisiologi (anemia) membaik. Dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
1. Energi dapat kembali pulih menerima informasi
2. Merasa bertenaga Terapeutik
3. Mampu mempertahankan aktivitas 2. Sediakan materi dan media
rutin
pengaturan aktivitas dan istirahat
4. Pasien tampak semangat
3. Jadwalkan pemberian pendidikan
5. Hasil pemeriksaan Hb > 12 gr/dl
kesehatan sesuai kesepakatan
4. Berikan kesempatan kepada pasien
dan keluarga untuk bertanya
Edukasi
5. Jelaskan pentingnya melakukan
aktivitas fisik
6. Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok
7. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas
dan istirahat
8. Ajarkan cara mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas sesuai kemampuan
29/03/2022 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi Iva A
jam 19:00 berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Observasi:
prosedur invasive diharapkan tidak terdapat tanda-tanda 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal
infeksi dengan kriteria hasil: dan sistemik
1. Luka tidak kemerahan Terapeutik
2. Luka dirawat secara steril 2 hari 1. Batasi jumlah pengunjung
sekali
2. Berikan perawatan kulit pada daerah
3. Cateter diganti dalam 7 hari sekali
edema
4. Tidak terdapat nanah pada bekas
jahitan 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4. Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara memeriksa luka
3. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika
perlu
IMPLEMENTASI
Mengukur TTV
R/ TD 120/89 mmHg, N 78x/m, S 36,5c, Rr 22x/m
Mengukur TTV
R/ TD 110/90 mmHg, N 88x/m, S 36,5c, Rr 18x/m
2
Menganjurkan pasien untuk berlatih gerak dan berjalan
R/Pasien mulai berjalan perlahan dengan di bantu
3
Melakukan perawatan Luka
R/Luka tampak kering dan bersih.
Evaluasi Keperawatan