Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY.

S
DENGAN MIOMA UTERI POST-OP HISTEREKTOMI
DI RUANG PERMATA BUNDA RS PERKEBUNAN
JEMBER KLINIK

Oleh:
Iva Agustin Nuraini, S. Kep
NIM : 2101032013

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Maternitas Pada NY. S Dengan Mioma Uteri Post-Op


Histerektomi Di Ruang Permata Bunda RS Perkebunan Jember Klinik
Telah Dilaksanakan Pada Tanggal 29 Maret - 16 April 2022 Di Ruang Permata
Bunda RS Perkebunan Jember Klinik
Oleh:
Nama : Iva Agustin Nuraini, S. Kep
Nim : 2101032013

Jember, 10 April 2022


Mahasiswa Ners

(Iva Agustin Nuraini, S,Kep.)


NIM. 2101032013

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( Ns. Sri Wahyuni, S.Kep., S.E ) (Ns. Awatiful Azza, M. Kep., Sp.Kep.Mat.)
NIP. 2509197501239 NIP. 19701213 200501 2001

Mengetahui,
Kepala Ruangan PJMK Keperawatan Maternitas
FIKES UNMUH Jember

( Bd. Febriana K., S.ST) ( Ns. Awatiful Azza, M. Kep., Sp.Kep.Mat. )


NIP. 10022198800462 NIP. 19701213 200501 2001
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang
ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat
berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).

B. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
1. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miometrium normal.
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4. Makanan
Makanan di laporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red
meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran
hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal
ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2
(dua) kali
Faktor terbentuknya tumor
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel-sel
yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang
diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker
pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta
merta semua anak gadisnya akan mengalami hal yang sama, karena sel
yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami kerusakan terlebih
dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat
dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% –
15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh
faktor eksternal (Apiani, 2017).
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasal dari bahan kimia, baik bahan kimia yang
ditam,bahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang berasal dari
polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan seperti pengawet
dan pewarna makanan cara memasak juga dapat mengubah makanan
menjadi senyawa kimia yang berbahaya. Kuman yang hidup dalam
makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya aflatoksin pada
kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati. Makin
sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal
menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh,
dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi
tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat
korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel.

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma,


disamping faktor predisposisi genetic
1. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen
eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopouse dan oleh
pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan
anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Enzim
hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen kuat)
menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada
jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang
lebih banyak dari pada miometrium normal
2. Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
tumor.
3. Hormon Pertumbuhan (Growth Hormon)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL,
terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang
cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi
sinergistik antara HPL dan estrogen.

C. Klasifikasi Mioma
Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang
terkena.
1. Lokasi
Servical (2,6%), umumnya tumbuh kearah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius. Corporal (91%) merupakan lokasi paling lazim dan sering kali
tanpa gejala.
2. Lapisan uterus
Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya,
mioma ini dibagi menjadi tiga jenis.
a. Mioma Uteri Intramural
Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian
besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling
tengah (miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan otot
disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga akan
membentuk tonjolan dengan konsistensi padat. Mioma yaang terletak
pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan
keluhan miksi
b. Mioma Uteri Subserosa
Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar
yaitu serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma ini
bertangkai atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh keluar
dinding uterus sehingga menonjol kepermukaan uterus diliputi oleh
serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma subserosa
yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wandering parasitis fibroid.
c. Mioma Uteri Submukosa
Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga
menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
di keluarkan melalui saluran seviks yang disebut mioma geburt.
Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Tumor jenis ini sering
mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang
dilahirkan.
D. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak
menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor
didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya
banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri
maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan
mendorong kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran
kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan
tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga
neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian
terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di bawah
endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari
mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan
diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang
berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah
perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi
padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi

E. Gambaran Klinis Mioma


Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan
apaapa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengalami penyakit mioma
uteri dalam rahim.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi hal-hal
berikut.
1. Besarnya mioma uteri.
2. Lokasi mioma uteri.
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
Gejala klinik terjadi hanya sekitar 35%-50% dari pasien yang terkena.
Berikut gejala kliniknya
1. Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering ditemukan
(30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa menoragia, metroragia,
dan hipermenorhe. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe.
Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya areah
permukaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot
rahim, distorsi, dan kongesti dari pembuluh darah disekitarnya dan ulserasi
dari lapisan endometrium.
Perdarahan kontinu pada pasien dengan mioma submukosa dapat berakibat
pada hal-hal berikut.
a. Menghalangi implantasi terdapat peningkatan insiden aborsi dan
kelahiran prematur pada pasien dengan mioma intramural dan
submukosa. Kongesti vena terjadi karena kompresi tumor yang
menyebabkan edema ekstermitas bawah, hemorrhoid, nyeri, dan
dyspareunia. Selain itu terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan kelahiran.
b. Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi.
c. Keguguran dapat terjadi.
d. Persalinan prematuritas.
e. Gangguan proses persalinan.
f. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
g. Gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
h. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah
kelahiran.
2. Penekanan rahim yang membesar.
3. Terasa berat di abdomen bagian bawah.
4. Terjadi gejalah traktus urinarius: urine freqency, retensi urine, obstruksi
ureter, dan hidronefrosis.
5. Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan obstruksi intestinal.
6. Terasa nyeri karena saraf tertekan. Nyeri disebabkan karena penekanan
saraf., torsi bertangkai, submukosa mioma terlahir dan infeksi pada
mioma.

F. Pemeriksaan penunjang
1. USG abdomen
2. MRI
Hasil pencitraan yang bisa memperlihatkan ukuran dan lokasi miom
dengan jelas
3. Histeroscopi
Tindakan ini dilakukan untuk mencari miom yang menonjol ke rongga
rahim. Di sini dokter akan menggunakan selang kecil berkamera dan
memasukkannya ke dalam rahim lewat vagina. 
4. Biopsi
Di sini dokter akan mengambil sampel jaringan tumor setelah melakukan
histeroskopi. Kemudian, sampel ini akan diteliti di laboratorium. Lewat
pemeriksaan ini dokter bisa mengetahui apakah tumor bersifat jinak atau
ganas

G. Penanganan Mioma Uteri


Penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan
ukuran tumor. Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi atas
kelompok-kelompok berikut.
1. Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra
dan postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan konsevatif
adalah sebagai berikut. a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara
periodik setiap 3-6 bulan. b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
c. Pemberian zat besi. d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-
releasing hormone) leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari pertama sampai
ketiga menstruasi setiap minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini
mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini
menekan sekresi gonodotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik
yang serupa ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum
dalam mengurangi ukuran tumor diobsevasi dalam 12 minggu.
2. Penanganan operatif, dilakukan bilah terjadi hal-hal berikut
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b. Pertumbuhan tumor cepat.
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d. Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
e. Hiperminorea pada mioma submukosa.
f. Penekanan organ pada sekitarnya.
3. Jenis operasi
a. Enukleasi Mioma
Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil yang masih
menginginkan anak, atau mempertahankan uterus demi kelangsungan
fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya
karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan dihindari pada masa
kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai
dan tumor yang dengan mudah dijepit dan diikat. Bila miomektomi
menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan
endometrium, maka kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan
seksio sesarea
b. Histerektomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan
pada pasien yang memiliki leimioma yang simptomatik atau yang sudah
bergejala. Kriteria menurut American Collage of Obstetricans
Gynecologists (ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut. a.
Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat
teraba dari luar dan dikelukan oleh pasien. b. Perdarahan uterus
berlebihan. c. Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau
berulang-ulang selama lebih dari delapan hari. d. Anemia akut atau
kronis akibat kehilangan darah.
4. Penanganan Radioterapi
Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. Langkah
ini dilakukan sebagai penanganan dengan kondisi sebagai berikut
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c. Bukan jenis submukosa.
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan
menopause.
H. Pathway
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Pasien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin,
hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang
perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri,
waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi,
tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu,
penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi
sebelumnya.
4. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus,
hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran
kembar dan riwayat penyakit mental.
5. Riwayat obstetric
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang
perlu diketahui adalah Keadaan haid dengan menanyakan tentang
riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada
masa menopause. Selanjutnya menanyakan riwayat kehamilan dan
persalinan, kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri,
dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini
dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan
dalam jumlah yang besar.
c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-
faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang
dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas
dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri,
peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau jenis
kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan
diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang lain
d. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus
dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang
terjadi.
e. Pola Eleminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan
bau
f. Pola Aktivitas, Latihan
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekuensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian,
eliminasi, makan minum, mobilisasi
g. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan
malam hari, masalah yang ada waktu tidur.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : cukup, lemah, kesadarannya bagaimana
2) TTV : Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan.
3) Pemeriksaan head to toe
a. Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
b. Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c. Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d. Telinga : lihat kebersihan telinga.
e. Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya
penbesaran tonsil.
f. Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g. Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h. Abdomen Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat
menonjol, Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
i. Perkusi: timpani, pekak Auskultasi: bagaimana bising usus
j. Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
k. Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Resiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan,
perdarahan
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (infamasi)
akibat mioma uteri
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder
akibat gangguan hematologis (perdarahan)
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawata
n
Risiko syok Tujuan: Setelah dilakukan Pencegahan Syok
tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
 Monitor status kardiopulmonal
diharapkan tingkat syok  Monitor status oksigenasi
menurun, dengan Kriteria Hasil:  Monitor status cairan
 Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
1. Nadi dalam batas normal
 Periksa riwayat alergi
2. Irama pernapasan dalam Terapeutik:
3. Akral hangat  Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%
4. Pasien tidak pucat  Persiapan intubasi dan ventilasi mekanik, jika perlu
 Pasang jalur IV, jika perlu
 Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
 Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
Edukasi
 Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
 Jelaskan tanda dan gejala awal syok
 Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda
dan gejala syok
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
 Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
 Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
Nyeri akut Tujuan: Manajemen Nyeri
Tingkat nyeri menurun setelah
Observasi:
dilakukan tindakan keperawatan
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
selama 3 x 24 jam.
kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil:
 Identifikasi respons nyeri non verbal
1. Nyeri berkurang
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
2. Wajah tampak rileks
nyeri
3. Nadi 60-100x/menit
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
4. Tensi 100-120 mmHg
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
5. RR 16-20x/menit
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
6. Nafsu makan meningkat
Terapeutik:
7. Kesulitan tidur menurun
 Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
keperawatan selama 3x24 jam Observasi:
 Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
diharapkan resiko infeksi dapat Terapeutik
teratasi dengan kriteria hasil:  Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada daerah edema
1. Pasien bebas dari tanda dan  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
gejala infeksi pasien dan lingkungan pasien
2. Mendeskripsikanproses  Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
penularan penyakit, faktor
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
yang mempengaruhi  Ajarkan cara memeriksa luka
penularan serta  Anjurkan meningkatkan asupan cairan
pelaksanaannya Kolaborasi
3. Menunjukkan kemampuan Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika perlu
untuk mencegah timbulnya
infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas
normal
5. Menunjukkan perilaku hidup
sehat
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data secara berkelanjutan, mengobservasi respon pasien
selama dan sesudah tindakan dan menilai data yang baru.
Keterampilan yang dibutuhkan antara lain: keterampilan kognitif,
keterampilan interpersonal dan keterampilan psikomotor.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian yang dilakukan dengan membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat di tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi
adalah mengakhiri rencana tindakan, memodifikasi rencana tindakan
dan meneruskan rencana tindakan. Evaluasi dapat dilakukan setiap
selesai tindakan dengan berorientasi pada etiologi (formatif) dan bisa
dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara paripurna yang
berorientasi pada masalah keperawatan dimana menjelaskan
keberhasilan atau ketidakberhasilan serta sebagai kesimpulan atas
status kesehatan pasien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan
(sumatif).
Daftar Pustaka

Armantius. 2017. Asuhan Keperawatan pada Mioma Uteri di Ruang Ginekologi


Kebidanan RSUP dr. M Djamil Padang.

Aspiani, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi Nanda.


Nic-Noc. Jakarta : CV Trans Info Media. 

Dr. Asharkiman. 2016. Mioma Uteri. cites : 27 September 2021


https://www.slideshare.net/birosmsFAunbrah/tumor-jinak-amp-
mioma-uteri

dr. Rizal Fadli, 2020. 4 Pemeriksaan untuk mendeteksi mioma uteri.


halodoc.com/artikel/4-pemeriksaan-untuk-mendeteksi-
mioma-uteri

Rohmah, N. Walid, 2019. Proses Keperawatan Berbasis KKNI. Malang:


Literindo Berkah Karya

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JEMBER
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
Jl. Karimata No. 49 Telp.(0331) 336728 Fax. 337957 Kotak Pos 104 Jember 68121
Website : http://www.unmuhjember.ac.id, E-mail : Kantorpusat@unmuhjember.ac.id

PENGKAJIAN GANGGUAN REPRODUKSI

Rumah Sakit : RS Perkebunan Jember Klinik


Ruangan : Ruang Permata Bunda
Tgl/Jam MRS : 29/03/2022 jam 00.22
Dx. Medis : Mioma Uteri +anemia+ post op Histerektomi
No. Register : 367xxx
Yang Merujuk : Pasien datang sendiri

Pengkajian oleh : Iva Agustin N., S. Kep


Tgl/Jam : 29/03/2022 jam 15:00
Pengkajian

I. BIODATA

NamaPasien : NY. S Nama Suami : Tn.M


Umur : 56 tahun Umur : 59 Th
Suku/Bangsa : Jawa Suku / Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Penghasilan :- Penghasilan : > UMR
Gol.Darah : O (+) Gol.Darah :-
Alamat : Bangsalsari Alamat : Bangsalsari

II. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka perut bekas operasi.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan badannya terasa lemas. Pasien mengatakan
sudah 10 tahun mengalami penyakit ini rutin kontrol tapi baru
dibawa kerumah sakit untuk dirawat inap pada saat ini, sudah
keliling untuk mencari pertolongan ke pengobatan alternatif tetapi
perutnya tidak mengecil., pasien di masukkan ke ruang Bersalin,
pada saat pengkajian didapatkan saat ini pasien mengeluhkan keluar
darah sejak 1 minggu yang lalu dan tidak bisa BAK. Pasien merasa
tidak nyaman dengan kondisinya sekarang. Pada tanggal 29/03/2022
jam 07.30 pasien dilakukan tindakan operasi, setelah selesai pasien
mengatakan nyeri pada bekas operasi nya dengan skala nyeri 5,
pasien tampak meringis menahan kesakitan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki penyakit menurun, menular dan lain lain
seperti : Hipertensi, Diabeter Mellitus, Asma.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan
pasien.
5. Riwayat Psikososial
Saat ini pasien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, nyeri yang
dirasakan dengan skala 5, wajah tampak meringis kesakitan
6. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi & tata laksana hidup sehat
Saat sakit pasien akan membeli obat sendiri untuk mengatasi
keluhan, bila tidak membaik pasien akan mencari pertolongan ke
petugas kesehatan/ PKM
b. Pola nutrisi &metabolism
Setiap hari sebelum sakit pasien makan 2-3x/ hari dengan sayur
dan lauk seadanya seperti tahu, tempe, ikan pindang. Saat sakit
ini pasien makan 3x/ hari tanpa ada keluhan, kadang perut terasa
penuh, tetapi tidak mengurangi rasa mual untuk makan
c. Pola aktivitas
Setiap hari pasien menyiapkan barang yang disiapkan untuk
jualan suaminya. Sehari-hari ibu menjadi IRT. Aktivitasnya
dalam sebulan ini agak mengurangi karena perutnya semakin
membesar
d. Pola eliminasi
BAK sebelum sakit 3-4 x/ hari, saat d RS pasien BAK
Menggunakan cateter dengan jumlah urine 700cc/8jam
BAB sebelum sakit 1x/hr, saat di rumah sakit BAB 1x/hr
e. Pola persepsi sensoris
Pasien mampu membaca, melihat dengan jelas, dan
mendengarkan apa yang disampaikan perawat.
f. Pola konsep diri
Pasien merasa penyakit yang dideritanya akan sembuh dan tidak
merasa malu dengan penyakitnya karena akan segera dilakukan
tindakan.
g. Pola hubungan & peran
Hubungan pasien dengan keluarga baik, pasien ditemani oleh
suami.
h. Pola reproduksi & seksual
- Tidak terkaji
i. Pola penanggulangan stres / Koping – Toleransi stress
Pasien tidak pernah mengalami stres berat, pasien akan sabar saat
ada masalah
7. Riwayat obstetrik
a. Riwayat mentruasi
Menarche : 13 Th
Lamanya : 7 hari
Siklus : teratur 28 hari
Hari pertama haid terakhir :-
Dismenorhoe :-
Fluor albus :-
Menopause : pasien sudah menopause 4 tahun yang lalu
b. Riwayat perkawinan: -
c. Riwayat kehamilan dan persalinan: Pasien belum pernah hamil
d. Riwayat kelainan obstetrik:
-
e. Riwayat penggunaan kontrasepsi:
-
8. Riwayat ginekologi
Pasien sudah 10 tahun menderita mioma uteri
9. Pemeriksaan fisik ( Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi)
a. Keadaan Umum
Ku baik, GCS 456
b. Tanda-tanda vital
Suhu Tubuh : 36, oC Respirasi : 18x/ mnt
Denyut Nadi : 80 x/ mnt TB/BB : 158/60
Tensi/ Nadi : 122/68 mmHg
c. Kepala & leher
Rambut bersih, pada leher tidak ada bendungan vena jugularis
d. Thorax /Dada
Dada simetris , Suara nafas vesikuler, wheezing -/-, Rhonchi -/-,
suara jantung S1/S2 tunggal
e. Pemeriksaan payudara
Payudara lembek, simetris, tidak ada pembesaran kelenjar/
benjolan, bersih.
f. Abdomen
Abdomen soepl (+), Bising usus + 10x/ menit, perkusi timpani,
Terdapat bekas jahitan sepanjang 15cm.
g. Genetalia dan anus
Terpasang Cateter
h. Punggung
Punggung tidak ada lordosis, tidak ada skoliosis

i. Ekstremitas

Kekuatan otot normal masing masing ekstremitas 5, ekstremitas


atas terpasang infus pada bagian kiri, ektremeitas bawah tidak
ada pembengkakan.
j. Integumen
Bersih dan kering, tak tampak lesi
k. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 29/03/2022
HB : 9,5
Leukosit : 11.200
Trombosit : 237.000
PCV : 29,0%
Gol. Darah : O+
BT : 2 menit
CT : 8 menit
l. Pemeriksaan Diagnostik Lain
-USG : tidak tampak Uterus
Jember, 29 Maret 2022
Mahasiswa

(Iva Agustin N., S. Kep)


Analisis Data
T
g
l
/ Data Etiologi Masalah
j
a
m
2 DS: Agen cedera fisik Nyeri akut
9
- Pasien mengatakan nyeri (luka post hisrektomi)
/
0 diperut DO
3
- Pasien tampak menahan
/
2 nyeri
2
- TD=122/68 mmHg
j
a - S=36C
m
- N=80x/menit
1 - RR=20x/menit
6
:
0
0
2 DS : Kelesuhan fisiologi Keletihan
9
- Pasien mengatakan (anemia)
/
0 badannya lemas
3
DO :
/
2 - Hb=9,5 g/dl, transfusi
2
PRC 2 kolf
j
a - Pasien tampak lemas,
m
konjungtiva anemis, wajah
1 pucat
6
.
0
0
2 DS: - Prosedur Invasif Resiko infeksi
9
DO:
/
0 - Terdapat luka post op
3
- Panjang balutan 15 cm
/ - Leukosit : 11.200
2
- Terpasang kateter
0
2
2
j
a
m

1
6
:
0
0

Diagnosis Keperawatan

Tanggal Diagnosis Keperawatan


Jam
29/03/2022 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka post
jam 16:00
hisrektomi) ditandai dengan Pasien mengatakan nyeri diperut,
Pasien tampak menahan nyeri,
29/03/2022 Keletihan berhubungan dengan Kelesuhan fisiologi (anemia)
jam 16:00
ditandai dengan Pasien mengatakan badannya lemas , Hb: 9,5
g/dl transfusi PRC 2 kolf , Pasien tampak lemas, konjungtiva
anemis, wajah pucat.
29/03/2022 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive ditandai
jam 16:00
dengan terdapat luka post op, leukosit 11.200, terpasang kateter.
Rencana Keperawatan
Tgl/Jam Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Paraf
29/03/2022 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri Iva A
jam 19:00 dengan agen cidera fisik keperawatan selama 1x24 jam Observasi:
diharapkan nyeri tidak dirasakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
1. Nyeri berkurang nyeri
2. Wajah tampak rileks 2. Identifikasi skala nyeri
3. Tekanan darah dalam batas normal
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Nadi dalam batas normal
4. Identifikasi faktor yang memperberat
5. RR dalam batas normal
dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
7. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik:
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

29/03/2022 Keletihan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Aktivitas/Istirahat Iva A
jam 19:00 dengan Kelesuhan 3x24 jam diharapkan tingkat keletihan Observasi:
fisiologi (anemia) membaik. Dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
1. Energi dapat kembali pulih menerima informasi
2. Merasa bertenaga Terapeutik
3. Mampu mempertahankan aktivitas 2. Sediakan materi dan media
rutin
pengaturan aktivitas dan istirahat
4. Pasien tampak semangat
3. Jadwalkan pemberian pendidikan
5. Hasil pemeriksaan Hb > 12 gr/dl
kesehatan sesuai kesepakatan
4. Berikan kesempatan kepada pasien
dan keluarga untuk bertanya
Edukasi
5. Jelaskan pentingnya melakukan
aktivitas fisik
6. Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok
7. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas
dan istirahat
8. Ajarkan cara mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas sesuai kemampuan
29/03/2022 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi Iva A
jam 19:00 berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Observasi:
prosedur invasive diharapkan tidak terdapat tanda-tanda 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal
infeksi dengan kriteria hasil: dan sistemik
1. Luka tidak kemerahan Terapeutik
2. Luka dirawat secara steril 2 hari 1. Batasi jumlah pengunjung
sekali
2. Berikan perawatan kulit pada daerah
3. Cateter diganti dalam 7 hari sekali
edema
4. Tidak terdapat nanah pada bekas
jahitan 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4. Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara memeriksa luka
3. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika
perlu
IMPLEMENTASI

Tgl/Jam Dx Tindakan Keperawatan Paraf


29/03/2022 Mencuci tangan Iva A
16.00 WIB R/ cuci tangan 6 langkah dengan hand sanitizer
1,2,3
Mengukur TTV, observasi pola nafas, irama
R/ TD : 120/70 mmHg, N : 80, S : 36ºC, RR : 23
Pasien tampak tenang, pola nafas teratur,

16.20 WIB 1 Mengkaji tingkat nyeri


R/nyeri yang dirasakan skala 5

19.30 WIB 2 Menganjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas terlebih


dahulu
R/pasien kooperatif

19.30 WIB 3 Memonitor tanda dan gejala infeksi


R/ balutan luka diganti setiap 2 hari sekali

19.045 3 Memberikan penyuluhan tentang perawatan post operasi


WIB
30/03/21 Mencuci tangan Iva A
08.00 1,2,3 R/ melakukan cuci tangan dengan 6 langkah

Mengukur TTV
R/ TD 120/89 mmHg, N 78x/m, S 36,5c, Rr 22x/m

1 Mengkaji tingkat nyeri


R/skala nyeri 3

1 Menganjurkan pasien tarik napas dalam ketika nyeri


dirasakan
R/Pasien kooperatif

1,2,3 Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian


obat-obat analgetik
R/pasien mendapatkan Santagesik untuk megurangi nyeri

2 Menganjurkan pasien untuk miring kanan dan miring kiri


R/Pasien melakukan gerakan miring kanan dan miring kiri
sesering mugkin

3 Melakukan perawatan luka


R/Luka post operasi dibersikan setiap hari
31/03/22 1,23 Mencuci tangan Iva A
16:00 R/ melakukan cuci tangan dengan 6 langkah

Mengukur TTV
R/ TD 110/90 mmHg, N 88x/m, S 36,5c, Rr 18x/m

Mengkaji tingkat nyeri


R/skala nyeri 2

Menganjurkan pasien tarik napas dalam ketika nyeri


dirasakan
R/Pasien kooperatif

Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian


obat-obat analgetik
R/pasien mendapatkan Santagesik untuk megurangi nyeri

2
Menganjurkan pasien untuk berlatih gerak dan berjalan
R/Pasien mulai berjalan perlahan dengan di bantu
3
Melakukan perawatan Luka
R/Luka tampak kering dan bersih.
Evaluasi Keperawatan

Diagsnosa Catatan Perkembangan Paraf


29/03/2022
Nyeri akut S: Pasien mengatakan nyeri pada bekas operasi Iva A
berhubungan dengan
Skala nyeri 5
agen cidera fisik
O: Pasien tampak meringis kesakitan, TD : 120/70
mmHg, N : 80x/m
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Keletihan berhubungan S: pasien mengatakan belum berani bergerak Iva A
dengan Kelesuhan
O: Pasien tampak terbaring di tempat tidur
fisiologi (anemia)
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Resiko infeksi S: - Iva A
berhubungan dengan
O: Balutan luka di ganti setiap 2 hari sekali
prosedur invasive
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi

Diagnosa Catatan Perkembangan Paraf


Keperawatan 30/03/22
Nyeri akut berhubungan S: Pasien mengatakan nyeri pada bekas operasi sedikit Iva A
dengan agen cidera fisik
berkurang, Skala nyeri 4
O: Pasien tampak meringis kesakitan, TD 120/89
mmHg, N 78x/m
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Keletihan berhubungan S: pasien mengatakan sudah bergerak miring kanan dan Iva A
dengan Kelesuhan
kiri
fisiologi (anemia)
O: Pasien tampak bergerak miring kanan dan kiri
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Resiko infeksi S: - Iva A
berhubungan dengan
O: Balutan luka di ganti setiap hari, luka terlihat kering
prosedur invasive
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi

Diagnosa Catatan Perkembangan Paraf


31/03/22
Nyeri akut S: Pasien mengatakan nyeri pada bekas operasi sudah Iva A
berhubungan dengan
berkurang, skala nyeri 2
agen cidera fisik
O: Pasien tampa rileks TD 110/90 mmHg, N 88x/m, A:
Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Keletihan berhubungan S: pasien mengatakan sudah bisa berjalan perlahan Iva A
dengan Kelesuhan
O: Pasien tampak berjalan dengan pelan dan di bantu
fisiologi (anmeia
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Resiko infeksi S: - Iva A
berhubungan dengan
O: Balutan luka di ganti setiap hari, luka terlihat kering
prosedur invasive
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai