R DENGAN
BRONKOPNEUMONIA DI RUANG ANTHORIUM 3
RS PERKEBUNAN JEMBER
( Ns. Sri Wahyuni, S.Kep., S.E ) (Ns. Zuhrotul Eka Yulis, S.Kep.,M.Kes)
NIP. 2509197501239 NIP. 19850717 1 1 503619
Mengetahui,
Kepala Ruangan PJMK Keperawatan Anak
FIKES UNMUH Jember
A. Definisi
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area yang terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer &
Bare, 2002). Menurut Wong (2004), Broncopneumonia adalah inflamasi pada
parenkin paru yang terjadi pada ujung akhir bronciolus yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada di
dekatnya.
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti jamur, bakteri, virus, dan benda asing (Ngastiyah, 2005).
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
bronkopneumonia adalah peradangan pada paru yang disebabkan oleh agen
infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai daerah
bronkus dan sekitar alveoli.
b. Faring (tekak)
Faring merupakan pipa berotot yang berbentuk cerobong (± 13 cm) yang
letaknya mulai dari dasar tengkorak sampai persambungan dengan esophagus
pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring digunakan pada saat
digestion (menelan) seperti pada saat bernafas. Berdasarkan letaknya, faring
dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) dibelakang hidung (nasofaring) berfungsi untuk menjaga tubuh dari invasi
organisme yang masuk ke hidung dan tenggorokan. Nasofaring terdapat
pada superior di area terdapat epitel bersilia (pseudo stratified) dan tonsil
(adenoid), serta merupakan muara tube eustachius. Adenoid atau faringeal
tonsil berada di langit-langit nasofaring. Tenggorokan dikelilingi oleh tonsil,
adenoid, dan jaringan limfoid lainnya. Struktur tersebut penting sebagai
mata rantai nodus limfatikus untuk menjaga tubuh dari invasi organisme
yang masuk ke hidung dan tenggorokan.
2) belakang mulut (orofaring) yang berfungsi untuk menampung udara dari
nasofaring dan makanan dari mulut. Pada orofaring terdapat tonsili palatina
(posterior) dan tonsili lingualis (dasar lidah).
3) belakang faring (laringofaring) yang berfungsi pada saat menelan dan
respirasi. Laringofaring merupakan bagian terbawah faring yang
berhubungan dengan esofagus dan pita suara (vocal cord) yang berada
dalam trakhea. Laringofaring terletak di bagian depan pada laring,
sedangkan trakhea terdapat di belakang.
Gambar 2. Faring
c. Laring (tenggorokan)
Laring sering disebut dengan voice box dibentuk oleh struktur epitelium-
lined yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trakhea (di bawah). Laring
terletak di anterior tulang belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari
esofagus berada di posterior laring. Fungsi utama laring adalah untuk
pembentukan suara, sebagai proteksi jalan nafas bawah dari benda asing, dan
untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk (Pearce, 2006). Laring terdiri atas :
1) Epiglotis: katup kartilago yang menutup dan membuka selama menelan.
2) Glotis: lubang antara pita suara dan laring.
3) Kartilago tiroid: kartilago yang terbesar pada trakhea, terdapat bagian yang
membentuk jakun (Adam’s apple).
4) Kartilago krikoid: cincin kartilago yang utuh di laring (terletak di bawah
kartilago tiroid).
5) Kartilago aritenoid: Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak
pada basis cartilago cricoidea. Kartilago aritenoid digunakan pada
pergerakan pita suara bersama dengan kartilago tiroid.
6) Pita suara: subuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan otot yang
menghasilkan suara dan menempel pada lumen laring.
Gambar 3. Anatomi laring
Gambar 6. Paru-paru
Tulang dada (sternum) berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan
pembuluh darah besar. Bagian luar rongga dada terdiri atas 12 pasang tulang iga
(costae). Bagian atas dada pada daerah leher terdapat dua otot tambahan inspirasi
yaitu otot scaleneus dan sternocleidomastoid. Otot scaleneus menaikkan tulang
iga ke-1 dan ke-2 selama inspirasi untuk memperluas rongga dada atas dan
menstabilkan dinding dada, sedangkan otot sternocleidomastoid mengangkat
sternum. Otot parasternal, trapezius, dan pectoralis juga merupakan otot tambahan
inspirasi dan berguna untuk meningkatkan kerja nafas. Di antara tulang iga
terdapat otot interkostal. Otot interkostal eksternus menggerakan tulang iga ke
atas dan ke depan sehingga akan meningkatkan diameter anteroposterior dinding
dada. Diafragma terletak di bawah rongga dada. Diafragma berbentuk seperti
kubah pada keadaan relaksasi. Pengaturan saraf diafragma (Nervus Phrenicus)
terdapat pada susunan saraf spinal pada tingkat C3 akan menyebabkan gangguan
ventilasi.
Pleura merupakan membran serosa yang menyelimuti paru-paru. Pleura ada
dua macam yaitu pleura parietal yang bersinggungan dengan rongga dada (lapisan
luar paru-paru) dan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru (lapisan dalam
paru-paru). Di antara kedua pleura terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang
memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama
respirasi dan mencegah pelekatan dada dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga
pleura lebih rendah daripada tekanan atmosfer sehingga mencegah kolaps paru-
paru. Masuknya udara maupun cairan kedalam rongga pleura akan menyebabkan
paru-paru tertekan dan kolaps (Sloane, 2003).
Jamur
1. Histoplasmamosis
capsultatum Virus
Bakteri 2. Aspergilosis 1. Influenza Aspirasi
1. Pneumokokus 3. Aktino mikosis 2. Respiratory syncytial Makanan, benda asing, minuman
2. Hemofilus influenza Cemas
3. Streptokokus 3. Virus Adeno
Defisit
Hospitalisasi pengetahuan
BRONKOPNEUMONIA
Stadium Stadium Stadium Proses Edema antar Perfusi O2 Suply O2 Bakteri, virus, Bayi/anak tidak Proses Bakteriemia
Kongesti (4-12 Hepatisasi Hepatisasi Peradangan di kapiler dan ke ginjal ke sistem jamur masuk bisa bernafas pengobatan
jam pertama merah (48 jam kelabu (3-8 Paru alveoli menurun cerna melalu ke adekuat lama
berikutnya) hari) menurun dalam sal.cerna Pelepasan
pirogen
Konsentrasi Asidosis Penurunan Risiko
Peradangan Menyusui endogen dan
Ateletaksis di Alveolus terisi O2 dalam respiratori LFG Peningkatan Flora
awal di daerah keterlambatan sitokin
lobus paru fibrin dan darah turun HCl normal usus tidak efektif
yang terinfeksi perkembangan
leukosit, Lambung mati
kapiler tidak Hipoksia B5 B6
Risiko
Gangguan lagi kongestif Peningkatan jar.otak dan perfusi Reaksi
Pelepasan
difusi O2 nadi timbul renal tidak Mual Asupan Peningkatan inflamasi
mediator
edema efektif makanan peristaltik
inflamasi Akumulasi
adekuat dan cairan
secret di B4 menurun
Ekspansi Risiko
bronkus Risiko Diare MK:Hipertermi
Peningkatan dada tidak penurunan
Ischemia defisit
aliran darah dan adekuat curah nutrisi B4 B2
permeabilitas jantung B5
kapiler Hipersekresi Kulit
jalan nafas B2
Risiko Perfusi kering
Pola
cerebral tidak
Perpindahan nafas
efektif
eksudat plasma tidak
efektif Bersihan jalan B3 Risiko
ke intertisiel,
nafas tidak kerusakan
B1 efektif integritas
Supply O2
Edema antar sistemik kulit
kapiler dan B1
menurun B6
alveolus
Intoleransi
Perubahan Peningkatan rate Kelemahan fisik
Gangguan aktifitas
membrane metabolisme
pertukaran B6
alveolus-kapiler gas
B1