Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

DIABETES MEILITUS PADA TN. S DI WILAYAH


KELURAHAN BANJARSENGON

Dosen Pembimbing

Ns. Sri Wahyuni Adriani M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas di Stase


Keperawatan Keluarga

OLEH:
Iva Agustin Nuraini, S.Kep
NIM. 2101032013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2022
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DIABETES MEILITUS

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Menurut Friedman dalam Setiana (2016) keluarga adalah dua atau lebih dari
dua individu yang tergabung karena hubungan sedarah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Setiana, 2016).

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga didefinsikan


dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam suatu ikatan perkawinan
dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas anggota keluarga merupakan mereka yang
memiliki hubungan personal dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan
memberi dukungan yang disebabkan oleh kelahiran,adopsi,maupun perkawinan
(Stuart,2014).

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannyadengan


seseorang. Di keluarga seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu
dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, kebiasaan, dan berfungsi
sebagai saksi segenap budaya luar dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya
(Harnilawati, 2014)

2. Tipe Keluarga

Menurut (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016) berbagai tipe

keluarga adalah sebagai berikut:

a. Tipe keluarga tradisional terdiri atas beberapa tipe dibawah ini:

1) The Nuclear Family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri,

dan anak (anak kandung maupun anak angkat).

2) The Dyad Family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas suami dan

istri tanpa anak.


3) Single Parent yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak

(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau

kematian.

4) Single Adult yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa. Tipe

ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak mempunyai

suami.

5) Extended Family, yaitu keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga

lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan sebagainya. Tipe keluarga ini banyak

dianut oleh keluarga Indonesia terutama di daerah pedesaan.

6) Middle-Aged or Elderly Couple adalah orang tua yang tinggal sendiri di rumah

(baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah membangun karir

sendiri atau sudah menikah.

7) Kin-Network Family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling

berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur dan kamar

mandi yang sama.

b. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional, tipe keluarga ini terdiri

atas beberapa tipe sebagai berikut:

1) Unmarried Parent and Child Family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang tua

dan anak dari hubungan tanpa nikah.

2) Cohabitating Couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan

perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

3) Gay and Lesbian Family, seorang yang mempunyai persamaan jenis kelamin

tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.

4) The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family, keluarga yang hidup bersama

berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.


5) Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan

keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut

perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

3. Fungsi Keluarga

Menurut (Friedman, 2010) fungsi keluarga ada lima antara lain sebagai berikut:

a. Fungsi afektif: fungsi mempertahankan kepribadian, memfasilitasi stabilisasi

kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga. Saat ini

ketika banyak tugas sosial dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian besar upaya

keluarga difokuskan pada pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan kasih sayang

dan pengertian.

b. Fungsi sosialisasi: suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena individu

secara berkelanjutan mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang

terpola secara sosial yang mereka alami.

c. Fungsi reproduksi: keluarga memiliki fungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia sebagai penerus mereka.

d. Fungsi ekonomi: memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu, meningkatkan penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan kesehatan: menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan.

Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang mempengaruhi status kesehatan

anggota keluarga secara individual) yaitu bagian yang paling relevan dari fungsi

perawatan kesehatan.
4. Tugas Kesehatan Keluarga

Menurut (Wahyuni et al., 2013) keluarga mempunyai lima tugas dalam mengatasi

masalah kesehatan yaitu:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.

2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.

3. Melakukan tindakan kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit, mempunyai

gangguan tubuh atau membutuhkan asuhan keperawatan.

4. Memelihara lingkungan sehingga dapat menunjang peningkatan kesehatan keluarga.

5. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat.

5. Peran Informal Keluarga

Peran informal keluarga dapat atau tidak dapat berperan pada stabilitas keluarga,

beberapa diantaranya bersifat adaptif dan lainnya menganggu kesejahteraan pokok

keluarga yaitu sebagai berikut (Friedman, 2010)

a. Pendorong: memuji, menyetujui, dan menerima kontribusi orang lain. Akibatnya

mampu menarik orang lain dan membuat mereka merasa bahwa ide mereke penting

dan berharga untuk didengarkan.

b. Penyelaras: menengahi perbedaan yang ada diantara anggota keluarga dengan

melunakkan ketidaksepakatan.

c. Insiator-kontributor: menyarankan atau mengusulkan ide atau perubahan cara

berkenaan dengan masalah atau tujuan kelompok pada kelompok.

d. Negosiator: pihak yang berkonflik atau tidak setuju sehingga terjadi proses penawaran

atau mengambil jalan tengah.

e. Penghalang: cenderung negatif terhadap semua ide, menolak tanpa dan diluar alasan

atau biasa disebut oposisi.


f. Dominator: mencoba untuk memperkuat kewenangan atau superioritas dengan

memanipulasi kelompok atau anggota tertentu.

g. Penyalah: penghambat atau penyalah mencari cari kesalahan.

h. Pengikut: sejalan dengan pergerakan kelompok, kurang lebih menerima ide orang lain

secara pasif, pendengar dalam diskusi dan keputusan kelompok.

i. Pencari pengakuan: mencari perhatian terhadap diri dan keinginan.

j. Martir: tidak menginginkan apapun untuk dirinya tetapi mengorbankan apapun untuk

kebaikan anggota keluarganya.

k. Sahabat: teman bermain keluarga yang memperturutkan diri sendiri dan

memperbolehkan perilaku anggota keluarga atau dirinya tanpa mempertimbangkan

akibatnya.

l. Pendamai: mencoba menenangkan, tidak pernah tidak setuju, berbicara atas nama

kedua pihak.

m. Pengasuh keluarga: anggota yang diperlukan untuk mengasuh dan merawat anggota

lainnya yang membutuhkan.

n. Pionir keluarga: menggerakkan keluarga menuju teritori yang tidak diketahui, menuju

ke pengalaman baru.

o. Koordinator keluarga: mengatur dan merencanakan aktivitas keluarga, dengan

demikian meningkatkan kohesitivitas dan melawan perpecahan keluarga.

p. Perantara keluarga: penghubung atau memantau komunikasi diseluruh anggota

keluarga.

6. Peran dan Struktur Kekuasaan Keluarga

Menurut (Fridman, 2010) pada keluarga Asia tradisional, usia, jenis kelamin dan

status generasi merupakan penentu utama peran dan kekuasaan keluarga. Peran keluarga

dengan jelas didefinisikan bahwa pria terutama ayah dan anak laki-laki tertua, memiliki
posisi yang paling dominan. Secara tradisional, ayah memelihara hubungan yang paling

otoriter, ketat, dan bermartabat dengan keluarga. Ayah adalah pemimpin, pemberi, dan

pendisiplin keluarga. Seorang ibu atau anak perempuannya dirumah adalah pemberi

asuhan dalam mencari perawatan atau pelayanan kesehatan di dalam anggota

keluarganya.

7. Konsep Kelompok Risiko Tinggi

Pelaksanaan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi prioritas utama


adalah keluarga-keluarga yang risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi:
1. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai
berikut:
1) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah
2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri
2. Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan
3. Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil:
a. Umur ibu (kurang  16 tahun atau lebih 35 tahun)
b. Menderita kekurangan gizi atau anemia
c. Menderita hipertensi
d. Primipara atau multipara
e. Riwayat persalinan dengan komplikasi
4. Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena:
a. Lahir prematur atau BBLR
b. Lahir dengan cacat bawaan
c. ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
d. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya
5. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga:
a. Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
b. Tidak ada kesesuaiana pendapat antara anggota keluarga dan sering cekcok
dan   tegang.
c. Ada anggota keluarga yang sering sakit.
d. Salah satu orang tua (suami atau istri) meninggal, atau lari meninggalkan keluarga.
B. Konsep Penyakit

1. Definis Diabetes Meilitus

Diabetes Meilitus (DM) merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat penurunan

sekresi insulin atau resistensi insulin, tanpa efek samping yang ditimbulkan oleh

insulin, glukosa tidak dapat dibawa kedalam sel dan hiperglikemi (peningkatan kadar

gula darah) (Melindawati, 2020). Diabetes meilitus juga merupakan kelompok

heterogeneus sindrom yang bersifat multifaktor dan poligenik dengan ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa darah puasa sebagai akibat dari defisiensi relatif atau absolut

hormon insulin (Ferrier, 2014).

Diabetes Meilitus adalah suatu penyakit kronis yang terjadi karena pankreas tidak

menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah) atau apabila tubuh

tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan (World Health

Organization, 2016).

2. Etiologi

Penyebab DM tipe 2 diantaranya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu oleh faktor

genetik, resistensi insulin, dan faktor lingkungan. Selain itu terdapat faktor-faktor

pencetus diabetes diantaranya obesitas, kurang gerak/olahraga, makanan berlebihan dan

penyakit hormonal yang kerjanya berlawanan dengan insulin.

a. Faktor Risiko

1) Obesitas (Kegemukan)

Terdapat hubungan bermakna antara obseitas dengan kadar glukosa darah, pada

derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar

glukosa darah menjadi 200 mg%.

2) Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak

tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam

tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.

3) Riwayat Keluarga DM

Riwayat keluarga yang memiliki diabetes dapat diperkirakan memiliki gen

resesif diabetes dan hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif

tersebut yang menderita DM.

4) Dislipedemia

Suatu keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah ( Trigliserida

> 250 mg/dL). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan

rendahnya HDL (< 35 mg/dL) sering didapat pada pasien diabetes.

5) Umur

Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena DM > 45 tahun.

6) Riwayat persalinan

Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi > 4000

gram.

b. Faktor Lingkungan

1. Alkohol dan Rokok

Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan

frekuensi DM. Perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan kebarat-

baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan rokok.

Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah sehingga akan mempersulit

regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah.


3. Manifestasi Klinis

Penderita DM biasanya mengalami peningkatan frekuensi buang air (poliuri),

rasa lapar (polifagia), rasa haus (polidipsi), cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa

tidak fit, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya. Gejala-gejala

tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat kerja, jika glukosa

darah sudah tumpah kesaluran urin dan urin tersebut tidak disiram, maka dikerumunin

semut yang merupakan tanda adanya gula (Pribadi, 2017). Manifestasi klinis tersebut

antara lain;

a. Poliuria ( Peningkatan Pengeluaran Urin)

Poliuria ini mengakibatkan glikosuria karena glukosa darah sudah mencapai

kadar “ ambang ginjal” , yaitu 180 mg/dL pada ginjal yang normal. Dengan kadar

glukosa darah 180 mg/dL, ginjal sudah tidak bisa mereabsorbsi glukosa dari

filtrat glomerulus sehingga timbul glikosuria, karena glukosa menarik air osmotik

diuretik akan terjadi mengakibatkan poliuria.

b. Polidipsia ( Peningkatan Rasa Haus )

Peningkatan pengeluaran urin yang sangat besar dan keluarnya air dapat

menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi ekstrasel mengikuti ekstrasel karena

air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke

plasma yang hipertonik ( sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang

pengeluaran ADH (Antideuretic Hormone) dan menimbulkan rasa haus.

c. Rasa lemah dan kelemahan otot

Rasa lelah dan kelemahan otot terjadi karena adanya gangguan aliran darah,

katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan organ tubuh untuk menggunakan

glukosa sebagai energi sehingga dapat membuat orang merasa lelah.

d. Polifagia ( peningkatan rasa lapar)


Sel tubuh mengalami kekurangan bahan bakar ( cell starvation), pasien merasa

sering lapar dan ada peningkatan asupan makanan.

e. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati

Penderita DM regenerasi persarafan mengalami gangguan akibat kekurangan

bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibat banyak sel persarafan

terutama perifer mengalami kerusakan.

f. Kelemahan tubuh

Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang

dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara

optimal.

g. Luka dan bisul tidak sembuh-sembuh

Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan

unsur makanan yang lain. Pada penderita DM bahan protein banyak

diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan

untuk pergantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang

sulit sembuh juga diakibatkan karena adanya mikroorganisme yang cepat pada

penderita DM.

4. Patofisiologi

Diabetes Meilitus ini terjadi karena adanya kekurangan insulin secara relatif

maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan yaitu rusaknya sel-sel β

pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia, dll), desensitasi atau penurunan

reseptor glukosa pada kelenjar pankreas, desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di

jaringan perifer.

Pankreas sebuah kelenjar penghasil insulin yang didalamnya terdapat kumpulan

sel alpa yang menghasilkan hormon glucagon sel β yang menghasilkan insulin. Kedua
hormon ini bekerja berlawanan, glucagon meningkatkan glukosa darah sedangkan

insulin bekerja menurunkan kadar glukosa darah. Insulin yang dihasilkan oleh sel β

sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuk glukosa ke dalam sel, kemudian

sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Jika insulin tidak ada atau

jumlahnya sedikit, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga kadarnya

didalam darah tinggi atau meningkat (hiperglikemia). DM tipe 2 apabila jumlah insulin

kurang atau normal tetapi jumlah reseptor insulin dipermukaan berkurang maka jumlah

glukosa yang masuk kedalam sel berkurang. Sementara produksi glukosa oleh hati terus

meningkat, kondisi ini menyebabkan kadar glukosa darah meningkat (Pribadi, 2017).
5. WOC (Web Of Caution)

Diabetes Meilitus
(DM)

Idiopatik, genetik Keluarga


Reaksi DM Tipe 1 DM Tipe 2 dan usia (faktor tidak tau
Autoimun resiko) faktor risiko

Sel β pankreas Keluarga tidak Defisiensi


hancur Defisiensi Insulin mengontrol pola Pengetahuan
makan

Hiperglikemia Katabolisme Protein Keluarga menolak melakukan


Meningkat cek GDA rutin

Pembatasan Diet
Penurunan BB Pemeliharaan Kesehatan
Tidak efektif
Keluarga melakukan
gaya hidup yang sehat Keluarga tidak
memahami terjadinya
penurunan BB
Kesiapan Peningkatan
Manajemen Kesehatan
Manajemen Kesehatan
Keluarga Tidak efektif

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

a. Data Umum:
1) Identitas kepala keluarga yang terdiri dari: (nama, alamat, pekerjaan,
pendidikan).
2) Komposisi keluarga (daftar anggota keluarga dan genogram).
3) Tipe keluarga: Tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis  tipe keluarga tersebut.
4) Latar belakang kebudayaan: identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan.
5) Religius: mengkaji agama yang dianut keluarga
6) Status sosial ekonomi: tentukan pendapatan keluarga, serta kebutuhan dan
penggunaannya.
7) Aktifitas rekreasi keluarga: rekreasi dirumah (nonton TV, mendengarkan radio),
jalan-jalan,olahraga, berkumpul bersama keluarga)
b. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini
2) Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi dan Kendalanya
3) Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
a) Riwayat kesehatan keluarga inti
b) Sumber pelayanan kesehatan
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik Rumah: luas,ventilasi, pencahayaan
2) Karakteristik Tetangga dan RW:kebiasaan, kebudayaan yang bisa berpengaruh pada
kesehatan
3) Mobilitas Geografis Keluarga
4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat: musyawarah, shalawatan
5) Sistem Pendukung Keluarga: jumlah anggota keluarga yang sehat
d. Struktur Keluarga
1) Cara komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur Peran
4) Nilai dan Norma Keluarga
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif: rasa saling menghormati sesama anggota keluarga
2) Fungsi Sosialisasi: interaksi dengan keluarga lain
3) Fungsi Keperawatan Kesehatan: pengetahuan tentang penyakit, kemampuan
mengambil keputusan, kemampuan keluarga merawat anggota keluarga, dll.
4) Fungsi reproduksi: edukasi reproduksi terhadap anggota keluarga
5) Fungsi Ekonomi: penghasilan keluarga
f. Stress dan Koping Keluarga
1) Stressor jangka pendek
2) Stresor jangka panjang
3) Respon keluarga terhadap stresor
4) Strategi Koping
5) Adaptasi keluarga
6) Strategi adaptasi disfungsional
g. Harapan Keluarga
h. Pemeriksaan Fisik : pemeriksaan fisik dilakukan untuk seluruh anggota keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga


Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis dengan analisa mengenai individu,
keluarga dan masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data, analisis
yang memberikan dasar untuk menetapkan tindakan keperawatan. Hal ini berhubungan
dengan adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur,
fungsi keluarga dan koping. Diagnosa keperawatan keluarga:
a. Defisiensi Pengetahuan
b. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif
c. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif

3. Rencana Keperawatan
a. Menetapkan Prioritas Masalah Keperawatan
b. Menetapkan Tujuan Keperawatan

4. Implementasi Keperawatan
a. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat.
b. Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan kebutuhan kesehatan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit.
d. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis.
e. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat.
f. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga.


Harnilawati. (2014). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Takalar Sulawesi Selatan:
Pustaka As-Salam.
Melindawati, R. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Tn.S dengan Diagnosa Medis Diabetes
Meilitus Gangren Di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan. Karya Tulis Ilmiah.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). In Modul Bahan Ajar Keperawatan (p.
208).
Pribadi, A. E. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Pengendalian Gula
Darah Pada Penderita Diabetes Meilitus Di Wilayah Puskesmas Rakit 2 Banjarnegara
Tahun 2016. Skripsi Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Setiana, I. A. (2016). Asuhan Keperawatan Keluarga. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
10. 10–51.

Anda mungkin juga menyukai