Dosen Pembimbing
OLEH:
Iva Agustin Nuraini, S.Kep
NIM. 2101032013
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Menurut Friedman dalam Setiana (2016) keluarga adalah dua atau lebih dari
dua individu yang tergabung karena hubungan sedarah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Setiana, 2016).
2. Tipe Keluarga
1) The Nuclear Family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri,
2) The Dyad Family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas suami dan
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
4) Single Adult yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa. Tipe
ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak mempunyai
suami.
5) Extended Family, yaitu keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga
lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan sebagainya. Tipe keluarga ini banyak
6) Middle-Aged or Elderly Couple adalah orang tua yang tinggal sendiri di rumah
b. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional, tipe keluarga ini terdiri
1) Unmarried Parent and Child Family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang tua
3) Gay and Lesbian Family, seorang yang mempunyai persamaan jenis kelamin
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
3. Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman, 2010) fungsi keluarga ada lima antara lain sebagai berikut:
kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga. Saat ini
ketika banyak tugas sosial dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian besar upaya
keluarga difokuskan pada pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan kasih sayang
dan pengertian.
b. Fungsi sosialisasi: suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena individu
secara berkelanjutan mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang
d. Fungsi ekonomi: memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
kebutuhan keluarga.
anggota keluarga secara individual) yaitu bagian yang paling relevan dari fungsi
perawatan kesehatan.
4. Tugas Kesehatan Keluarga
Menurut (Wahyuni et al., 2013) keluarga mempunyai lima tugas dalam mengatasi
Peran informal keluarga dapat atau tidak dapat berperan pada stabilitas keluarga,
mampu menarik orang lain dan membuat mereka merasa bahwa ide mereke penting
melunakkan ketidaksepakatan.
d. Negosiator: pihak yang berkonflik atau tidak setuju sehingga terjadi proses penawaran
e. Penghalang: cenderung negatif terhadap semua ide, menolak tanpa dan diluar alasan
h. Pengikut: sejalan dengan pergerakan kelompok, kurang lebih menerima ide orang lain
j. Martir: tidak menginginkan apapun untuk dirinya tetapi mengorbankan apapun untuk
akibatnya.
l. Pendamai: mencoba menenangkan, tidak pernah tidak setuju, berbicara atas nama
kedua pihak.
m. Pengasuh keluarga: anggota yang diperlukan untuk mengasuh dan merawat anggota
n. Pionir keluarga: menggerakkan keluarga menuju teritori yang tidak diketahui, menuju
ke pengalaman baru.
keluarga.
Menurut (Fridman, 2010) pada keluarga Asia tradisional, usia, jenis kelamin dan
status generasi merupakan penentu utama peran dan kekuasaan keluarga. Peran keluarga
dengan jelas didefinisikan bahwa pria terutama ayah dan anak laki-laki tertua, memiliki
posisi yang paling dominan. Secara tradisional, ayah memelihara hubungan yang paling
otoriter, ketat, dan bermartabat dengan keluarga. Ayah adalah pemimpin, pemberi, dan
pendisiplin keluarga. Seorang ibu atau anak perempuannya dirumah adalah pemberi
keluarganya.
Diabetes Meilitus (DM) merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat penurunan
sekresi insulin atau resistensi insulin, tanpa efek samping yang ditimbulkan oleh
insulin, glukosa tidak dapat dibawa kedalam sel dan hiperglikemi (peningkatan kadar
heterogeneus sindrom yang bersifat multifaktor dan poligenik dengan ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa darah puasa sebagai akibat dari defisiensi relatif atau absolut
Diabetes Meilitus adalah suatu penyakit kronis yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah) atau apabila tubuh
tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan (World Health
Organization, 2016).
2. Etiologi
Penyebab DM tipe 2 diantaranya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu oleh faktor
genetik, resistensi insulin, dan faktor lingkungan. Selain itu terdapat faktor-faktor
a. Faktor Risiko
1) Obesitas (Kegemukan)
Terdapat hubungan bermakna antara obseitas dengan kadar glukosa darah, pada
2) Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
3) Riwayat Keluarga DM
resesif diabetes dan hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif
4) Dislipedemia
Suatu keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah ( Trigliserida
> 250 mg/dL). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan
5) Umur
6) Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi > 4000
gram.
b. Faktor Lingkungan
rasa lapar (polifagia), rasa haus (polidipsi), cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa
tidak fit, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya. Gejala-gejala
tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat kerja, jika glukosa
darah sudah tumpah kesaluran urin dan urin tersebut tidak disiram, maka dikerumunin
semut yang merupakan tanda adanya gula (Pribadi, 2017). Manifestasi klinis tersebut
antara lain;
kadar “ ambang ginjal” , yaitu 180 mg/dL pada ginjal yang normal. Dengan kadar
glukosa darah 180 mg/dL, ginjal sudah tidak bisa mereabsorbsi glukosa dari
filtrat glomerulus sehingga timbul glikosuria, karena glukosa menarik air osmotik
Peningkatan pengeluaran urin yang sangat besar dan keluarnya air dapat
air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke
Rasa lelah dan kelemahan otot terjadi karena adanya gangguan aliran darah,
bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibat banyak sel persarafan
f. Kelemahan tubuh
dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara
optimal.
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan
untuk pergantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang
sulit sembuh juga diakibatkan karena adanya mikroorganisme yang cepat pada
penderita DM.
4. Patofisiologi
Diabetes Meilitus ini terjadi karena adanya kekurangan insulin secara relatif
maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan yaitu rusaknya sel-sel β
pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia, dll), desensitasi atau penurunan
reseptor glukosa pada kelenjar pankreas, desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di
jaringan perifer.
sel alpa yang menghasilkan hormon glucagon sel β yang menghasilkan insulin. Kedua
hormon ini bekerja berlawanan, glucagon meningkatkan glukosa darah sedangkan
insulin bekerja menurunkan kadar glukosa darah. Insulin yang dihasilkan oleh sel β
sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuk glukosa ke dalam sel, kemudian
sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Jika insulin tidak ada atau
jumlahnya sedikit, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga kadarnya
didalam darah tinggi atau meningkat (hiperglikemia). DM tipe 2 apabila jumlah insulin
kurang atau normal tetapi jumlah reseptor insulin dipermukaan berkurang maka jumlah
glukosa yang masuk kedalam sel berkurang. Sementara produksi glukosa oleh hati terus
meningkat, kondisi ini menyebabkan kadar glukosa darah meningkat (Pribadi, 2017).
5. WOC (Web Of Caution)
Diabetes Meilitus
(DM)
Pembatasan Diet
Penurunan BB Pemeliharaan Kesehatan
Tidak efektif
Keluarga melakukan
gaya hidup yang sehat Keluarga tidak
memahami terjadinya
penurunan BB
Kesiapan Peningkatan
Manajemen Kesehatan
Manajemen Kesehatan
Keluarga Tidak efektif
1. Pengkajian
a. Data Umum:
1) Identitas kepala keluarga yang terdiri dari: (nama, alamat, pekerjaan,
pendidikan).
2) Komposisi keluarga (daftar anggota keluarga dan genogram).
3) Tipe keluarga: Tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut.
4) Latar belakang kebudayaan: identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan.
5) Religius: mengkaji agama yang dianut keluarga
6) Status sosial ekonomi: tentukan pendapatan keluarga, serta kebutuhan dan
penggunaannya.
7) Aktifitas rekreasi keluarga: rekreasi dirumah (nonton TV, mendengarkan radio),
jalan-jalan,olahraga, berkumpul bersama keluarga)
b. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini
2) Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi dan Kendalanya
3) Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
a) Riwayat kesehatan keluarga inti
b) Sumber pelayanan kesehatan
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik Rumah: luas,ventilasi, pencahayaan
2) Karakteristik Tetangga dan RW:kebiasaan, kebudayaan yang bisa berpengaruh pada
kesehatan
3) Mobilitas Geografis Keluarga
4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat: musyawarah, shalawatan
5) Sistem Pendukung Keluarga: jumlah anggota keluarga yang sehat
d. Struktur Keluarga
1) Cara komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur Peran
4) Nilai dan Norma Keluarga
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif: rasa saling menghormati sesama anggota keluarga
2) Fungsi Sosialisasi: interaksi dengan keluarga lain
3) Fungsi Keperawatan Kesehatan: pengetahuan tentang penyakit, kemampuan
mengambil keputusan, kemampuan keluarga merawat anggota keluarga, dll.
4) Fungsi reproduksi: edukasi reproduksi terhadap anggota keluarga
5) Fungsi Ekonomi: penghasilan keluarga
f. Stress dan Koping Keluarga
1) Stressor jangka pendek
2) Stresor jangka panjang
3) Respon keluarga terhadap stresor
4) Strategi Koping
5) Adaptasi keluarga
6) Strategi adaptasi disfungsional
g. Harapan Keluarga
h. Pemeriksaan Fisik : pemeriksaan fisik dilakukan untuk seluruh anggota keluarga.
3. Rencana Keperawatan
a. Menetapkan Prioritas Masalah Keperawatan
b. Menetapkan Tujuan Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
a. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat.
b. Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan kebutuhan kesehatan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit.
d. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis.
e. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat.
f. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA