Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU

Disusun Oleh :

FITRIYAH ANGRAINI, S.Kep

201701064

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

TA. 2020/2021

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022


Akbar, S.Kep
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS PARU

A. Definisi
Tuberkulosis Paru (Tb Paru) masih menjadi masalah kesehatan yang
cukup besar di dunia. Prevalensi kasus tuberkulosis paru ini seperti yang telah
dicatat oleh WHO mencapai 14 juta, dengan insidensi mencapai 9,4 juta
orang. Saat ini yang menjadi masalah besar adalah pasien dengan tuberkulosis
paru dapat mendapat koinfeksi dengan HIV dan telah banyak berkembang TB
menjadi resisten terhadap pengobatan yang diberikan yang disebut dengan
tuberkulosis paru multidrug-resistant (WHO, 2015)
Berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2013 prevalensi
tubrkulosis paru di indonesia pada tahun 2013 ialah sebanyak 0,4% dengan
Lima provinsi dengan prevalensi tuberkulosis paru tertinggi diantaranya
adalah jawa barat (0,7%), papua (0,6%), DKI jakarta (0,6%), Gorontalo
(0,5%), Banten (0,4%), dan papua barat (0,4%) (Kemenkes RI, 2016).
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan
salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah (Wijaya, 2016)
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis (Smeltzer, 2016)

B. Anatomi Fisiologi Pernafasan


1. Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung.
Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum (rongga) Hidung. Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris
yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah
kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu
bermuara ke dalam rongga hidung.

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
2. Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir
semua sinus yang mempunyai lubang yang masuk ke dalam rongga
hidung. Hidung Berfungsi: penyaring, pelembab, dan penghangat udara
yang dihirup. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini
tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi
atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran
mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla,
palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat
pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae
superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane
mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus
sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os
frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian
atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf
khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina
cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I
olfaktorius. Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang
berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini berfungsi:
memperingan tulang tengkorak, memproduksi mukosa serosa dan
memberikan resonansi suara. Sinus ini juga dilapisi oleh membrana
mukosa yang  bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka
kedalam cavum nasi:
a. Lubang hidung
b. Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
c. Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior
dan media dan diantara concha media dan inferior
d. Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
e. Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada bagian
belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
appertura nasalis posterior.
Saluran Pernapasan
1. Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring), dibelakang
mulut (orofaring) dan dibelakang laring (faring-laringeal).
2. Laring (tenggorokan) terletak didepan bagian terendah faring yang
memisahkannya dari kolumna vertebra. Berjalan dari faring sampai
ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya.
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat  bersama oleh
ligamen dan membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan
tiroid, dan disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneas yang
dikenal sebagai jakun, yaitu disebelah depan leher. Laring terdiri atas dua
lempeng atau lamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas
terdapat lekukan berupa V.
Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, berbentuk seperti
cincin mohor dengan mohor cincinnya disebelah  belakang (ini adalah
tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang
rawan lainnya ialah kedua tulang rawan aritenoid yang menjulang
disebelah  belakang krikoid., kanan dan kiri tulang rawan kuneiform, dan
tulang rawan kornikulata yang sangat kecil. Terkait di puncak tulang
rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang rawan dan
membantu menutup laring sewaktu menelan. Laring dilapisi jenis selaput
lendir yang sama dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian
epiglotis yang dilapisi sel epitelium berlapis.
Pita Suara terletak disebelah dalam laring, berjakan dari tulang
rawan tiroid di sebelah depan sampai dikedua tulang rawan aritenoid.
Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh
berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan atau dikendurkan. Dengan
demikian lebar sela-sela anatara pita-pita atau rima glotis berubah-ubah
sewaktu bernapas dan berbicara. Suara dihasilkan karena getaran pita
yang disebabkan udara yang melalui glotis. Berbagai otot yang terkait

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
pada laring mengendalikan suara, dan juga menutup lubang atas laring
sewaktu menelan.
3. Trakea atau batang teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea
berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima
dan ditempat ini bercabanf menjadi dua bronkus (bronki). Trakea
tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap  berupa
cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang
melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea; selain itu juga memuat
beberapa  jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas
epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju keatas ke
arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya
yang turut masuk bersama dengan pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang
rawan berfungsi mempertahankan agar trakea tetap terbuka; karena itu,
disebelah belakngnya tidak bersambung, yyaitu di tempat trakea
menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari tulang belakang.
Trakea servikalis yang berjalan melalui leher disilang oleh istmus
kelenjar tiroid, yaitu belahan kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakea.
Trakea torasika berjalan melintasi mediastenum, di belakang sternum,
menyentuh arteri inominata dan arkus aorta. Usofagus terletak
dibelakang trakea.
4. Dua buah bronkus, yang terbentuk dari belahan dua trakea pada
ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus bronkus itu
berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampak  paru paru. Bronkus
kanan lebih pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri; sedikit lebih
tinggi daripada arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang
disebut bronkus lobus atas; cabang kedua timbul setelah cabang utama
lewat dibawah arteri, disebut  bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih langsing daripada yang kanan, dan berjalan dibawah
arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang
berjalan ke lobus atas dan bawah.
5. Rongga Toraks, batas-batas yang membentuk rongga di dalam toraks:

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
a. Sternum dan tulang rawan iga-iga (poste) di depan.
b. Kedua belas ruas tulang punggung beserta cakram antar ruas (diskus
intervertebralis) yang terbuat dari tulang rawan di belakang.
c. Iga-Iga (poste) beserta otot interkostal disamping.
d. Diafragma di bawah.
e. Dasar leher di atas. Isi : Sebelah kanan dan kiri rongga dada terisi
penuh oleh paru-paru beserta  pembungkus pleuranya. Pleura ini
membungkus setiap belah, dan memebentuk batas lateral  pada
mediastinum. Mediastinum adalah ruang di dalam rongga dada
diantara kedua paru- paru. Isinya jantung dan pembuluh-pembuluh
dara besar, usofagus, duktus torasika, aorta descendens, vena kava
superior, saraf vagus dan frenikus dan sejumlah besar kelenjar limfe.
6. Dua pasang paru-paru, merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru
mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah
dipisahkan oleh jantung beserta  pembuluh darah besarnya dan struktur
lainnya yang terletak didalam mediastinum . Paru- paru adalah organ
yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit
lebih tinggi daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru
duduk di atas landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru
mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam
yang memuat tampak paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang
belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
a. Lobus paru-paru (belahan paru-paru). Paru-paru dibagi menjadi
beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus
tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronkial kecil masuk ke dalam
setiap lobula dan semakin bercabang. Semakin menjadi tipis dan
akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, elastis,  berpori, dan
seperti spons. Di dalam air, paru-paru mengapung karena udara yang
ada di dalamnya.
b. Bronkus Pulmonaris Trakea terbelah mejadi dua bronkus utama.
Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk  paru-paru. Dalam

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
perjalanannya menjelajahi paru-paru, bronkus-bronkus pulmonaris
bercabang dan beranting banyak. Saluran besar yang
mempertahankan struktur serupa dengan yang dari trakea
mempunyai dinding fibrosa berotot yang mengandung bahan tulang
rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil salurannya, makin
berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa
berotot dan lapisan bersilia. Bronkus Terminalis masuk ke dalam
saluran yang disebut vestibula. Dan disini membran  pelapisnya
mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel
epitelium yang pipih, dan disinilah darah hampir langsung
bersentuhan dengan udara–suatu  jaringan pembuluh darah kepiler
mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi
c. Pembuluh darah dalam paru-paru.
Arteri Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak
mengandung oksigen dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru;
cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkial,  bercabang
dan bercabang lagi sampai menjadi arteriol halus; arteriol itu
membelah-belah dan membentuk kapiler dan kapiler itu menyentuh
dinding alveoli atau gelembung udara. Kapiler halus itu hanya dapat
memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan sel-sel darah merah
membuat baris tunggal. Alirannya bergerak lambat dan dipisahkan
dari udara dalam alveoli hanya oleh dua membran yang sangat tipis,
maka pertukaran gas  berlangsung dengan difusi, yang merupakan
fungsi pernapasan.
Kapiler paru-paru bersatu lagi sampai menjadi pembuluh darah
lebih besar dan akhirnya dua vena pulminaris meninggalkan setiap
paru-paru membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri jantung
untuk didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta. Pembuluh
darah yang dilukis sebagai arteria bronkialis membawa darah berisi
oksigen langsung dari aorta toraksika ke  paru-paru guna memberi
makan dan menghantarkan oksigen ke dalam jaringan paru-paru
sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini membentuk pleksus kapiler

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
yang tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh cabang akhir
arteri pulmonaris, tetapi beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu
dalam vena pulmonaris dan darahnya kemudian dibawa masuk ke
dalam vena pulmonaris. Sisa darah itudiantarkan dari setiap paru-
paru oleh vena bronkialis dan ada yang dapat mencapai vena kava
superior. Maka dengan demikian  paru-paru mempunyai persediaan
darah ganda.
d. Hiilus (tampuk) paru-paru dibentuk struktur berikut
1) Arteri Pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke
dalam paru-paru untuk diisi oksigen.
2) Vena Pulmonalis yang mengembalikan darah berisi oksigen dari
paru-paru ke  jantung.
3) Bronkus yang bercabang dan beranting membentuk pohon
bronkial, merupakan  jalan udara utama.
4) Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan menghantarkan darah
arteri ke jaringan paru-paru.
5) Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari paru-paru
ke vena kava superior.
6) Pembuluh limfe, yang masuk-keluar paru-paru, sangat banyak,
7) Persarafan. Paru- paru mendapat pelayanan dari saraf vagus dan
saraf simpati.
8) Kelenjar limfe semua pembuluh limfe yang menjelajahi struktur
paru-paru dapat menyalurkan ke dalam kelenjar yang ada di
tampak paru-paru.
9) Pleura. Setiap paru-paru dilapisi membran serosa rangkap dua,
yaitu pleura. Pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk ke
dalam fisura, dan dengan demikian memisahkan lobus satu dari
yang lain. Membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah
tampuk paru-paru dan membentuk pleura parietalis, dan
melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura yang melapisi iga-
iga ialah pleura kostalis, bagian yang menutupi diafragma ialah
pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher ialah

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
pleura servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat
bernama membran suprapleuralis (fasia Sibson) dan di atas
membran ini terletak arteri subklavia. Di antara kedua lapisan
pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki
permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru-paru
dan dinding dada yang sewaktu bernapas bergerak. Dalam
keadaan sehat kedua lapisan itu satu dengan yang lain erat
bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang
tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau cairan
memisahkan kedua pleura itu dan ruang di antaranya menjadi
jelas.
3. Fisiologi Pernapasan
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen
dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk
melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat  berhubungan erat
dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapis membran,
yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah.
Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel
darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke
semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan
oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh
oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke
alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar
melalui hidung dan mulut. Empat proses yang berhubungan dengan
pernapasan pulmoner atau pernapasan eksterna:
a. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara
dalam alveoli dengan udara luar.
b. Arus darah melalui paru-paru
c. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.
d. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler.
CO2 lebih mudah  berdifusi drpd oksigen. Semua proses ini diatur
sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima
jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak
darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan
terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka
konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang
pusat  pernapasan dalam otak unutk memperbesar kecepatan dan
dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2
dan memungut lebih banyak O2.

C. Etiologi
Penyebab tuberkulosis paru adalah sebagai mana telah diketahui,
tuberkulosis paru disebabkan oleh basil TB (mycobacterium tuberculosis
humanis) (Amin, 2014).
1. Mycobacterium tuberculosis termasuk family mycobacteriaceae yang
mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah mycobacterium,
salah satu speciesnya adalah M. tuberculosis.
2. Mycobacterium tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah
type humani (kemungkinan infeksi type bovinus saat dapat diabaikan,
setelah hygiene peternakan makin di tingkatkan
3. Basil tuberculosis mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam
basa. Karena itu, kuman disebut pula Basil Tahan Asam (BTA)
4. Karena pada umumnya mycobacterium tahan asam, secara teoritis Basil
Tahan Asam (BTA) belum tentu identik dengan basil tuberculosis,
mungkin saja Basil Tahan Asam (BTA) yang ditemukan adalah
mycobacterium atipik yang menjadi penyebab mycobacteriosis.
5. Kalau bakteri – bakteri lain hanya memerlukan beberapa menit sampai 20
menit untuk mitosis, basil tuberculosis memerlukan waktu 12 sampai 24
jam.
6. Basil tuberculosis sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
beberapa menit saja akan mati. Basil tuberculosis juga akan terbunuh
dalam beberapa menit bila terkena alcohol 70 % atau lisol 5%.
7.
D. Patofisiologi
Basil tuberkel yang mengcapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan
yang lebih besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan
penyakit, setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya di bagian bawah
lobus atas atau di bagian atas lobus bawah) basil tuberculosis ini
membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit polimorfunuklear tampak pada
tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme
tersebut. Sesudah hari – hari pertama maka lekosit diganti oleh magrofat
(Wijaya, 2016).
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-
gejala pneumonia akut. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional.
Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu sehingga membentuk sel tuberkel spiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagian
sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi
nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
fibroblas menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul
yang mengelingi tuberkel (Wijaya, 2016).
Lesi primer paru –paru disebut focus ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks
ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang
kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Respon lain yang terjadi
pada daerah nekrosis adalah percairan dimana bahan cair lepas ke dalam
bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tubercular yang dilepaskan dari
dinding kavitas akan masuk ke percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat
terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring,

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
telinga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa
pengobatan dan meninggalkan parut fibrosa(Wijaya, 2016).
Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup
oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan
perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan
ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi
hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit
dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah
(limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan memcapai
aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-kadang dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lain (ekstrapulmaner). Penyebaran
hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan
tuberculosis milier. Ini terjadi apabila focus nekrotik merusak pembuluh
darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vascular dan
tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organ – organ tubuh (Wijaya, 2016).

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
E. Pathway Tb Paru (Amin Hardhi, 2015)
Udara tercemar Mycrobacterium
tuberkulosis

Masuk lewat jalan napas

Menetap dijaringan paru

Terjadi reaksi
Pengeluaran zat plrogen inflamasi/peradangan

Mempengaruhi Hipothalamus Terjadi konsolidasi

Timbul sarang primer


Hipertermi
Menyebar ke organ lain
melalui media hematogen,
limfogen

Radang tahunan dibronkus Pertahanan primer tidak


adekuat
Berkembang menghancurkan
jaringan ikat sekitar Pembentukan tuberkel Kerusakan membran
alveolar

Bagian tengah nekrosis


Pembentukan sputum Menurunnya permukaan
Membentuk jaringan keju berlebihan efek paru

Sekret keluar saat batuk Alveolus


Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Batuk produktif (batuk Alveolus mengalami
terus-menerus) konsolidasi dan
eksudasi

Droplet Infection Batuk berat


Gangguan pertukaran
gas
Terhirup orang sehat Distensi abdomen

Risiko infeksi Mual, muntah


Laporan Pendahuluan TB Paru
STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
Intake nutrisi kurang

Defisit Nutrisi

F. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik TB paru dapat di bagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik (Wijaya, 2016):
1. Gejala respiratorik, meliputi :
a. Batuk : Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan
yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif
kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.
b. Batuk darah : darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan
darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.
c. Sesak napas : gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru
sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi
pleura, pneumothorax, anemia, dan lain – lain.
d. Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang
ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura rusak.
2. Gejala sistemik, meliputi :
Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul
pada sore dan malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan
makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan
makin pendek. Gejala sistemik lain: Gejala sistemik lain ialah keringat
malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.Timbulnya gejala
biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan
akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbulnya menyerupai gejala pneumonia\tuberkulosis paru termasuk
insidius.

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
G. Penatalaksanaan TB Paru
Penatalaksanaan dari TB dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pencegahan,
pengobatan dan penemuan penderita (PDPI, 2016) :
1. Pencegahan Tuberkulosis paru
a. Pencegahan tuberkulosis paru dilakukan dengan pemeriksaan
terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita tuberkulosis
paru BTA positif.
b. Mass chest X-ray. Yaitu Pemeriksaan massal terhadap kelompok-
kelompok tertentu misalnya: Karyawan rumah sakit/puskesmas/balai
pengobatan, penghuni rumah tahanan, siswa-siswai pesantren.
c. Vaksinasi BCG (bacille Calmette -Guerin); reaksi positif terjadi jika
setelah mendapat vaksinasi BCG langsung terdapat reaksi lokal yang
besar dalam waktu kurang dari tujuh hari.
d. Kemoprofilaksis yaitu dengan menggunakan INH 5mg/kgBB selama
6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi
bakteri yang masih sedikit
e. Komunikasi, informasi dan edukasi tentang penyakit tuberkulosis
paru kepada masyarakat di tingkat Puskesmas maupun rumah sakit
oleh petugas pemerintah atau petugas lembaga swadaya masyarakat.
2. Pengobatan Tuberkulosis Paru
Tujuan Pengobatan pada penderita tuberkulosis paru, selain untuk
mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan, reistensi
kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis serta memutuskan rantai
penularan.
3. Penemuan PenderitaTB Paru
a. Penatalaksnaan terapi: asupan nutrisi adekuat/mencukupi.
b. Kemoterapi yang mencakup pemberian : isoniazid (INH) sebagai

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
bakterisidial terhadap basil yang tumbuh aktif. Obat ini diberikan
selama 18 s.d 24 bulan dan dengan dosis 10-20mg/kg berat
badan/hari melalui oral. Kombinasi antara NH, rifampicin, dan
prrazinamid yang diberikan selama 6 bulan. Obat tambahan antara
lain streptomycin (diberikan intramuskuler) dan ethambutol. Terapi
kortikosteroid bersamaan dengan obat anti tuberkulosis untuk
mengurangi respon peradangan, misalnya pada meningitis.
c. Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Tindakan ini
dilakukan dengan mengangkat jaringan paru yang rusak.
d. Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan
orang yang terinfeksi basil tuberkulosis serta mempertahankan
asupan nutrisi yang memadai. Pemberian imunisasi BCG juga
diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

H. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang pada klien dengan dengan
tuberkulosis paru untuk menunjang dignosis yaitu (Black, 2016) :
1. Sputum culture : untuk memastikan apakah keberadaan M. Tuberkulosis
pada stadium aktif.
2. Ziehl neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body fluid) : positif
untuk BTA.
3. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch): reaksi postif (area
indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen
intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi, tetapi
tidak mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.
4. Chest X-ray: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal dibagian
paru paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan
pleura. Perubahan yang mengindikasikan TB yang lebih berat dapat
mencakup area berlubang dan fibrosa.
5. Histlogi atau kultur jaringan ( teramasuk kumbah lambung, urin dan CSF,
serta biopsi kulit): positif untuk M. Tuberkulosis.
6. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
besar yang mengindikasikan nekrosis.
7. Elektrolit: mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi
misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, dapat ditemukan pada
TB paru-paru lanjut kronis.
8. ABGs: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa kerusakan
paru paru.
9. Bronkografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronkhus atau kerusakan paru-paru karena TB.
10. Darah: leukositosis, LED meningkat.
11. Tes fungsi paru paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC
meningkat, dan menurunnya saturasi O2 yang merupakan gejala
sekunder dari fibrosis/infiltrasi parenkim paru-paru dan penyakit pleura.

I. Komplikasi
Komplikasi yang serius dan meluas Tuberkulosis Paru saat ini adalah
berkembangnya basil tuberculosis yang resisten terhadap berbagai kombinasi
obat. Resistensi terjadi jika individu tidak menyelesaikan program
pengobatannya hingga tuntas, dan mutasi basil mengakibatkan basil tidak lagi
responsive terhadap antibiotic yang digunakan dalam waktu jangka pendek.
Basil tuberculosis bermutasi dengan cepat dan sering.
Tuberculosis yang resisten terhadap obat obatan juga dapat terjadi jika
individu tidak dapat menghasilkan respons imun yang efektif sebagai contoh,
yang terlihat pada pasien AIDS atau gizi buruk. Pada kasus ini, terapi
antibiotik hanya efektif sebagian. Tenaga kesehatan atau pekerja lain yang
terpajan dengan galur basil ini, juga dapat menderita tuberculosis resistens
multi obat, yang dalam beberapa tahun dapat mengakibatkan morbiditas dan
sering bahkan kematian. Mereka yang mengidap tubrkulosis resisten
multiobat memerlukan terapi yang lebih toksit dan mahal dengan
kecendrungan mengalami kegagalan (Corwin,2016).

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
KONSEP ASKEP
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ada ada urutan-urutan kegiatan yang
dilakukan yaitu:
a. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,
tempat tinggal, pekerjaan.
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang dirasakan saat ini.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit-penyakit yang diderita oleh penderita yang
sehubungan dengan tuberkulosis antara lain ISPA, efusi pleura serta
tuberkulosis yang kembali aktif.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis yang menderita
penyakit tersebut sehingga diteruskan penularannya.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integumen
b. Sistem pernafasan
c. Sistem pengindraan
d. Sistem kardiovaskular
e. Sistem Gastrointestinal
f. Sistem muskuloskeletal
g. Sistem neurologis
h. Sistem genetalia

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Sekresi yang
tertahan
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveoler-kapiler
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrien

C. Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif dengan sekresi yang tertahan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi SLKI SIKI
Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif
Tidak Efekttif perawatan (I.01006)
berhubungan dengan diharapkan bersihan Manajemen Jalan Nafas
jalan nafas (I.01011)
sekresi yang tertahan.
meningkat. Pemanauan Respirasi
dengan kriteria (I.01014)
Ditandai dengan : hasil : Tindakan Observasi
DS: - Identifikasi kemampuan batuk
- Dispneu Bersihan Jalan - Monitor adanya retensi
DO: Nafas (L.01001) sputum
- Penurunan suara nafas - Batuk efektif - Monitor tanda dan gejala
meningkat infeksi saluran nafas
- Orthopneu
- Produksi sputum - Monitor pola nafas
- Cyanosis menurun - Monitor bunyi nafas tambahan
- Kelainan suara nafas - Wheezing (mis. Whezing, gurgling
(rales, wheezing) menurun mengi)
- Kesulitan berbicara - Dispnea menurun - Monitor sputum
- Batuk, tidak efekotif - Frekuensi nafas - Monitor kemampuan batuk
atau tidak ada membaik efektif
- Pola nafas Tindakan Terapeutik
- Produksi sputum
membaik - Atur posisi semi fowler atau
- Gelisah fowler
- Perubahan frekuensi dan - Pasang perlak dan bengkok
irama nafas dipangkuan pasien
- Buang secret pada tempat
Laporan Pendahuluan TB Paru
STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
sputum
D.0001 - Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
Tindaka Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
- Anjurkan Tarik nafas dalam
melalui hidung dan buang
mlalui mulut.
- Anjurkan mengulanginya
sebanyak 3 kali
- Ajarkan batuk efektif
Tindakan Kolaborasi
- Kolaborasikan pemberian
mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane


kapiler-alveolar
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi SLKI SIKI
Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan Pemantuan Respirasi (I.01014)
gas perawatan Terapi Oksigen (I.01026)
Berhubungan dengan : diharapkan Tindakan Observasi
- ketidakseimbangan pertukaran gas - Monitor frekuensi, irama,
perfusi ventilasi miningkat kedalaman dan upaya nafas
- perubahan membran Dengan kriteria hasil - Monitor pola nafas
kapiler-alveolar - Monitor kemampuan batuk
:
Ditandai dengan : efektif
DS: - Monitor saturasi oksigen
Pertukaran Gas - Monitor nilai AGD
- sakit kepala ketika
bangun (L.01003) - Monitor hasil X-ray Thoraks
- Dyspnoe - Tingkat - Monitor posisi alat terapi
- Gangguan penglihatan kesadaran oksigen
DO: meningkat - Monitor aliran oksigen secara
- Dispnea menurun periodik dan pastikan fraksi
- Penurunan CO2
- Pusing menurun yang diberikan cukup
- Takikardi
- Penglihatan - Monitor efektifitas terapi
- Hiperkapnia
kabur menurun oksigen
- Keletihan
- PCO2 membaik Tindakan Terapeutik
- Iritabilitas
- Hypoxia - PO2 membaik - Alur interval pemantauan
- kebingungan - Takikardi respirasi sesuai kondisi pasien
- sianosis membaik - Perhatikan kepatenan jalan
- warna kulit abnormal - pH arteri nafas
(pucat, kehitaman) membaik - Siapkan dan atur peralatan
- sianosis membaik pemberian oksigen
Laporan Pendahuluan TB Paru
STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
- Hipoksemia - warna kulit Tindakan Edukasi
- hiperkarbia membaik - Jelaskan tujuan dan prosedur
- AGD abnormal pemantauan
- pH arteri abnormal - Informasikan hasil
- frekuensi dan pemantauan jika perlu
kedalaman nafas - Ajarkan pasien dan keluarga
abnormal menggunakan oksigen
dirumah
D.0003 Tindakan Kolaboratif
- Kolaborasi penentuan dosis
oksigen

3. Defisit Nutrisi berhubungan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien


Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi SLKI SIKI
Defisit Nutrisi Setelah di lakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
Berhubungan dengan : perawatan Status Tindakan Observasi
Ketidakmampuan Nutrisi Membaik - Identifikasi status nutrisi
Dengan kriteria hasil - Identifikasi alergi dan
mengabsorpsi nutrien
: intoleransi makanan
DS : - Identifikasi kebutuhan
- Laporan adanya sedikit Status Nutrisi kalori dan nutrien
aktivitas atau tidak ada (L.03030) - Monitor asupan makan
aktivitas - Porsi makanan Tindakan Terapeutik
DO: yang dihabiskan - Berikan makanan tinggi
- Lipatan kulit tricep > 25 meningkat serat untuk menceah
- Nyeri abdomen konstipasi
mm untuk wanita dan >
menurun - Berikan makanan tinggi
15 mm untuk pria - Nafsu makan kalori dan tinggi protein
- BB 20 % di atas ideal meningkat Tindakan Edukasi
untuk tinggi dan - Diare menurun - Anjurkan posisi duduk
kerangka tubuh ideal Tindakan Kolaborasi
- Makan dengan respon - Kolaborasi pemberian
eksternal (misalnya : medikasi sebelum makan
(mis. Nyeri, antlemetik)
situasi sosial, sepanjang
- Kolaborasi dengan ahli gizi.
hari)
- Dilaporkan atau
diobservasi adanya
disfungsi pola makan
(misal : memasangkan
makanan dengan
aktivitas yang lain)
- Konsentrasi intake
makanan pada

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
menjelang malam

D.0019

DAFTAR PUSTAKA

Amin Z, Bahar A(2016). Tuberkulosis paru.Dalam : Aru W,Sudoyo B S,Idrus


A,Marcellus S,Siti S,ed.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi ke-6 Jilid I.
Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia,pp : 863-71.
Black, Joyce M & Hawks, Jane Hokanson. (2016). Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8. Singapore: Elsevier.
Corwin E.J., 2016. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC,Jakarta.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017. Jakarta; Kemeterian
Kesehatan Republik Indonesia. 2016.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik
(2017). DPP PPNI, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Standar Luaran keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan
(2019). DPP PPNI, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan
(2018). DPP PPNI, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Smeltzer, Suzanne C. (2016. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2016). Keperawatan Medikal Bedah 2
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.
World Health Organization (WHO). Global Tuberculosis Report
2015.Switzerland. 2016.

Laporan Pendahuluan TB Paru


STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai