TUBERKULOSIS PARU
Disusun Oleh :
201701064
CI LAHAN CI INSTITUSI
TA. 2020/2021
A. Definisi
Tuberkulosis Paru (Tb Paru) masih menjadi masalah kesehatan yang
cukup besar di dunia. Prevalensi kasus tuberkulosis paru ini seperti yang telah
dicatat oleh WHO mencapai 14 juta, dengan insidensi mencapai 9,4 juta
orang. Saat ini yang menjadi masalah besar adalah pasien dengan tuberkulosis
paru dapat mendapat koinfeksi dengan HIV dan telah banyak berkembang TB
menjadi resisten terhadap pengobatan yang diberikan yang disebut dengan
tuberkulosis paru multidrug-resistant (WHO, 2015)
Berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2013 prevalensi
tubrkulosis paru di indonesia pada tahun 2013 ialah sebanyak 0,4% dengan
Lima provinsi dengan prevalensi tuberkulosis paru tertinggi diantaranya
adalah jawa barat (0,7%), papua (0,6%), DKI jakarta (0,6%), Gorontalo
(0,5%), Banten (0,4%), dan papua barat (0,4%) (Kemenkes RI, 2016).
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan
salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah (Wijaya, 2016)
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis (Smeltzer, 2016)
C. Etiologi
Penyebab tuberkulosis paru adalah sebagai mana telah diketahui,
tuberkulosis paru disebabkan oleh basil TB (mycobacterium tuberculosis
humanis) (Amin, 2014).
1. Mycobacterium tuberculosis termasuk family mycobacteriaceae yang
mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah mycobacterium,
salah satu speciesnya adalah M. tuberculosis.
2. Mycobacterium tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah
type humani (kemungkinan infeksi type bovinus saat dapat diabaikan,
setelah hygiene peternakan makin di tingkatkan
3. Basil tuberculosis mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam
basa. Karena itu, kuman disebut pula Basil Tahan Asam (BTA)
4. Karena pada umumnya mycobacterium tahan asam, secara teoritis Basil
Tahan Asam (BTA) belum tentu identik dengan basil tuberculosis,
mungkin saja Basil Tahan Asam (BTA) yang ditemukan adalah
mycobacterium atipik yang menjadi penyebab mycobacteriosis.
5. Kalau bakteri – bakteri lain hanya memerlukan beberapa menit sampai 20
menit untuk mitosis, basil tuberculosis memerlukan waktu 12 sampai 24
jam.
6. Basil tuberculosis sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam
Terjadi reaksi
Pengeluaran zat plrogen inflamasi/peradangan
Defisit Nutrisi
F. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik TB paru dapat di bagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik (Wijaya, 2016):
1. Gejala respiratorik, meliputi :
a. Batuk : Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan
yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif
kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.
b. Batuk darah : darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan
darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.
c. Sesak napas : gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru
sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi
pleura, pneumothorax, anemia, dan lain – lain.
d. Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang
ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura rusak.
2. Gejala sistemik, meliputi :
Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul
pada sore dan malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan
makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan
makin pendek. Gejala sistemik lain: Gejala sistemik lain ialah keringat
malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.Timbulnya gejala
biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan
akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbulnya menyerupai gejala pneumonia\tuberkulosis paru termasuk
insidius.
H. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang pada klien dengan dengan
tuberkulosis paru untuk menunjang dignosis yaitu (Black, 2016) :
1. Sputum culture : untuk memastikan apakah keberadaan M. Tuberkulosis
pada stadium aktif.
2. Ziehl neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body fluid) : positif
untuk BTA.
3. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch): reaksi postif (area
indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen
intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi, tetapi
tidak mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.
4. Chest X-ray: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal dibagian
paru paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan
pleura. Perubahan yang mengindikasikan TB yang lebih berat dapat
mencakup area berlubang dan fibrosa.
5. Histlogi atau kultur jaringan ( teramasuk kumbah lambung, urin dan CSF,
serta biopsi kulit): positif untuk M. Tuberkulosis.
6. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel
I. Komplikasi
Komplikasi yang serius dan meluas Tuberkulosis Paru saat ini adalah
berkembangnya basil tuberculosis yang resisten terhadap berbagai kombinasi
obat. Resistensi terjadi jika individu tidak menyelesaikan program
pengobatannya hingga tuntas, dan mutasi basil mengakibatkan basil tidak lagi
responsive terhadap antibiotic yang digunakan dalam waktu jangka pendek.
Basil tuberculosis bermutasi dengan cepat dan sering.
Tuberculosis yang resisten terhadap obat obatan juga dapat terjadi jika
individu tidak dapat menghasilkan respons imun yang efektif sebagai contoh,
yang terlihat pada pasien AIDS atau gizi buruk. Pada kasus ini, terapi
antibiotik hanya efektif sebagian. Tenaga kesehatan atau pekerja lain yang
terpajan dengan galur basil ini, juga dapat menderita tuberculosis resistens
multi obat, yang dalam beberapa tahun dapat mengakibatkan morbiditas dan
sering bahkan kematian. Mereka yang mengidap tubrkulosis resisten
multiobat memerlukan terapi yang lebih toksit dan mahal dengan
kecendrungan mengalami kegagalan (Corwin,2016).
C. Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif dengan sekresi yang tertahan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi SLKI SIKI
Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif
Tidak Efekttif perawatan (I.01006)
berhubungan dengan diharapkan bersihan Manajemen Jalan Nafas
jalan nafas (I.01011)
sekresi yang tertahan.
meningkat. Pemanauan Respirasi
dengan kriteria (I.01014)
Ditandai dengan : hasil : Tindakan Observasi
DS: - Identifikasi kemampuan batuk
- Dispneu Bersihan Jalan - Monitor adanya retensi
DO: Nafas (L.01001) sputum
- Penurunan suara nafas - Batuk efektif - Monitor tanda dan gejala
meningkat infeksi saluran nafas
- Orthopneu
- Produksi sputum - Monitor pola nafas
- Cyanosis menurun - Monitor bunyi nafas tambahan
- Kelainan suara nafas - Wheezing (mis. Whezing, gurgling
(rales, wheezing) menurun mengi)
- Kesulitan berbicara - Dispnea menurun - Monitor sputum
- Batuk, tidak efekotif - Frekuensi nafas - Monitor kemampuan batuk
atau tidak ada membaik efektif
- Pola nafas Tindakan Terapeutik
- Produksi sputum
membaik - Atur posisi semi fowler atau
- Gelisah fowler
- Perubahan frekuensi dan - Pasang perlak dan bengkok
irama nafas dipangkuan pasien
- Buang secret pada tempat
Laporan Pendahuluan TB Paru
STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2022
Akbar, S.Kep
sputum
D.0001 - Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
Tindaka Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
- Anjurkan Tarik nafas dalam
melalui hidung dan buang
mlalui mulut.
- Anjurkan mengulanginya
sebanyak 3 kali
- Ajarkan batuk efektif
Tindakan Kolaborasi
- Kolaborasikan pemberian
mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu.
D.0019
DAFTAR PUSTAKA