Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA
A. Pengertian
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang
disebabkan oleh bakteria, virus atau fungi. Ia juga dikenali sebagai
pneumonitis, bronchopneumonia dan community-acquired pneumonia
(Mansjoer, 2010). Menurut Price (2015) pneumonia adalah peradangan pada
parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Dahlan, 2017).
Jadi pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
bakteri, virus atau fungi yang menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat.
Berdasarkan tempat letak anatomisnya, pneumonia dapat diklasifikasikan
menjadi empat, yaitu (Price, 2015):
1. Pneumonia lobaris
Seluruh lobus mengalami konsolidasi, eksudat terutama terdapat intra
alveolar. Pneumococcus dan Klebsiella merupakan organism penyebab
tersering.
2. Pneumonia nekrotisasi
Disebabkan oleh jamur dan infeksi tuberkel. Granuloma dapat mengalami
nekrosis kaseosa dan membentuk kavitas.
3. Pneumonia lobular/bronkopneumonia
Adanya penyebaran daerah infeksi yang bebercak dengan diameter sekitar
3 sampai 4 cm yang mengelilingi. Staphylococcus dan Streptococcus
adalah penyebab infeksi tersering.
4. Pneumona interstitial
Adanya peradangan interstitial yang disertai penimbunan infiltrate dalam
dinding alveolus, walaupun rongga alveolar bebas dari eksudat dan tidak
ada konsolidasi. disebabkan oleh virus atau mikoplasma.

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV


Menurut Depkes RI (2012) klasifikasi pneumonia menurut program P2
ISPA antara lain :
1. Pneumonia sangat berat
Ditandai dengan sianosis sentral dan tidak dapat minum, harus dirawat di
rumah sakit.
2. Pneumonia berat
Ditandai dengan penarikan dinding dada, tanpa sianosis dan dapat minum,
di rawat rumah sakit dan diberi antibiotic.
3. Pneumonia sedang
Ditandai dengan tidak ada penarikan dinding dada dan pernafasan cepat,
tidak perlu dirawat, cukup diberi antibiotik oral.
4. Bukan pneumonia
Hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti di atas, tidak perlu dirawat,
tidak perlu antibiotik.

B. Anatomi Fisiologi Pernafasan


1. Hidung
Nares Anterior  Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam
lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang
dikenal sebagai vestibulum (rongga) Hidung. Vestibulum ini dilapisi
epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares
anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar.
Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung.

2. Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir
semua sinus yang mempunyai lubang yang masuk ke dalam rongga
hidung. Hidung Berfungsi: penyaring, pelembab, dan penghangat udara
yang dihirup. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini
tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu
sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV


mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla,
palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan
melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah :
conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh
membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus
sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os
frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada
bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel
saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati
lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus
cranialis I olfaktorius. Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak
yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini
berfungsi: memperingan tulang tengkorak, memproduksi mukosa serosa
dan memberikan resonansi suara. Sinus ini juga dilapisi oleh membrana
mukosa yang  bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang
membuka kedalam cavum nasi:
a. Lubang hidung
b. Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
c. Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior
dan media dan diantara concha media dan inferior
d. Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
e. Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada bagian
belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui
appertura nasalis posterior.
Saluran Pernapasan
1. Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang
rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring),
dibelakang mulut (orofaring) dan dibelakang laring (faring-
laringeal).

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV


2. Laring (tenggorokan) terletak didepan bagian terendah faring yang
memisahkannya dari kolumna vertebra. Berjalan dari faring sampai
ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke dalam trakea
dibawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat
bersama oleh ligamen dan membran. Yang terbesar diantaranya
ialah tulang rawan tiroid, dan disebelah depannya terdapat benjolan
subkutaneas yang dikenal sebagai jakun, yaitu disebelah depan
leher. Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang
bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa V.
Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, berbentuk
seperti cincin mohor dengan mohor cincinnya disebelah  belakang
(ini adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran
lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan aritenoid
yang menjulang disebelah  belakang krikoid., kanan dan kiri tulang
rawan kuneiform, dan tulang rawan kornikulata yang sangat kecil.
Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis, yang
berupa katup tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu
menelan. Laring dilapisi jenis selaput lendir yang sama dengan
yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi
sel epitelium berlapis.
Pita Suara terletak disebelah dalam laring, berjakan dari
tulang rawan tiroid di sebelah depan sampai dikedua tulang rawan
aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid yang
ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan
atau dikendurkan. Dengan demikian lebar sela-sela anatara pita-pita
atau rima glotis berubah-ubah sewaktu bernapas dan berbicara.
Suara dihasilkan karena getaran pita yang disebabkan udara yang
melalui glotis. Berbagai otot yang terkait pada laring
mengendalikan suara, dan juga menutup lubang atas laring sewaktu
menelan.
3. Trakea atau batang teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea
berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV


kelima dan ditempat ini bercabanf menjadi dua bronkus (bronki).
Trakea tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap
berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan
fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea;
selain itu juga memuat beberapa  jaringan otot. Trakea dilapisi
selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir.
Silia ini bergerak menuju keatas ke arah laring, maka dengan
gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut masuk
bersama dengan pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan
berfungsi mempertahankan agar trakea tetap terbuka; karena itu,
disebelah belakngnya tidak bersambung, yyaitu di tempat trakea
menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari tulang
belakang. Trakea servikalis yang berjalan melalui leher disilang
oleh istmus kelenjar tiroid, yaitu belahan kelenjar yang melingkari
sisi-sisi trakea. Trakea torasika berjalan melintasi mediastenum, di
belakang sternum, menyentuh arteri inominata dan arkus aorta.
Usofagus terletak dibelakang trakea.
4. Dua buah bronkus, yang terbentuk dari belahan dua trakea pada
ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah
tampak  paru paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari
pada yang kiri; sedikit lebih tinggi daripada arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas;
cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat dibawah arteri,
disebut  bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
langsing daripada yang kanan, dan berjalan dibawah arteri
pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang
berjalan ke lobus atas dan bawah.
5. Rongga Toraks, batas-batas yang membentuk rongga di dalam
toraks:
a. Sternum dan tulang rawan iga-iga (poste) di depan.

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV


b. Kedua belas ruas tulang punggung beserta cakram antar ruas
(diskus intervertebralis) yang terbuat dari tulang rawan di
belakang.
c. Iga-Iga (poste) beserta otot interkostal disamping.
d. Diafragma di bawah.
e. Dasar leher di atas. Isi : Sebelah kanan dan kiri rongga dada
terisi penuh oleh paru-paru beserta  pembungkus pleuranya.
Pleura ini membungkus setiap belah, dan memebentuk batas
lateral  pada mediastinum. Mediastinum adalah ruang di dalam
rongga dada diantara kedua paru- paru. Isinya jantung dan
pembuluh-pembuluh dara besar, usofagus, duktus torasika,
aorta descendens, vena kava superior, saraf vagus dan frenikus
dan sejumlah besar kelenjar limfe.
6. Dua pasang paru-paru, merupakan alat pernapasan utama. Paru-
paru mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan
tengah dipisahkan oleh jantung beserta  pembuluh darah besarnya
dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum .
Paru- paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks
(puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula
di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai
rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan
luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat
tampak paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang,
dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
a. Lobus paru-paru (belahan paru-paru). Paru-paru dibagi
menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru
kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus.
Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronkial kecil
masuk ke dalam setiap lobula dan semakin bercabang.
Semakin menjadi tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong
kecil-kecil, elastis,  berpori, dan seperti spons. Di dalam air,
paru-paru mengapung karena udara yang ada di dalamnya.

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV


b. Bronkus Pulmonaris Trakea terbelah mejadi dua bronkus
utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk  paru-paru.
Dalam perjalanannya menjelajahi paru-paru, bronkus-bronkus
pulmonaris  bercabang dan beranting banyak. Saluran besar
yang mempertahankan struktur serupa dengan yang dari trakea
mempunyai dinding fibrosa berotot yang mengandung bahan
tulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil
salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya
tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan bersilia. Bronkus
Terminalis masuk ke dalam saluran yang disebut vestibula.
Dan disini membran  pelapisnya mulai berubah sifatnya;
lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang
pipih, dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan
udara–suatu  jaringan pembuluh darah kepiler mengitari
alveoli dan pertukaran gas pun terjadi
c. Pembuluh darah dalam paru-paru.
Arteri Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak
mengandung oksigen dari ventrikel kanan jantung ke paru-
paru; cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkial,
bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi arteriol halus;
arteriol itu membelah-belah dan membentuk kapiler dan
kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara.
Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis
dapat dikatakan sel-sel darah merah membuat baris tunggal.
Alirannya bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam
alveoli hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka
pertukaran gas  berlangsung dengan difusi, yang merupakan
fungsi pernapasan.
Kapiler paru-paru bersatu lagi sampai menjadi pembuluh
darah lebih besar dan akhirnya dua vena pulminaris
meninggalkan setiap paru-paru membawa darah berisi oksigen
ke atrium kiri jantung untuk didistribusikan ke seluruh tubuh

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV


melalui aorta. Pembuluh darah yang dilukis sebagai arteria
bronkialis membawa darah berisi oksigen langsung dari aorta
toraksika ke  paru-paru guna memberi makan dan
menghantarkan oksigen ke dalam jaringan paru-paru sendiri.
Cabang akhir arteri-arteri ini membentuk pleksus kapiler yang
tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh cabang
akhir arteri pulmonaris, tetapi beberapa dari kapiler ini
akhirnya bersatu dalam vena pulmonaris dan darahnya
kemudian dibawa masuk ke dalam vena pulmonaris. Sisa darah
itudiantarkan dari setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan
ada yang dapat mencapai vena kava superior. Maka dengan
demikian  paru-paru mempunyai persediaan darah ganda.
d. Hiilus (tampuk) paru-paru dibentuk struktur berikut
1) Arteri Pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa
oksigen ke dalam paru-paru untuk diisi oksigen.
2) Vena Pulmonalis yang mengembalikan darah berisi
oksigen dari paru-paru ke  jantung.
3) Bronkus yang bercabang dan beranting membentuk pohon
bronkial, merupakan  jalan udara utama.
4) Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan menghantarkan
darah arteri ke jaringan paru-paru.
5) Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari
paru-paru ke vena kava superior.
6) Pembuluh limfe, yang masuk-keluar paru-paru, sangat
banyak,
7) Persarafan. Paru- paru mendapat pelayanan dari saraf
vagus dan saraf simpati.
8) Kelenjar limfe semua pembuluh limfe yang menjelajahi
struktur paru-paru dapat menyalurkan ke dalam kelenjar
yang ada di tampak paru-paru.
9) Pleura. Setiap paru-paru dilapisi membran serosa rangkap
dua, yaitu pleura. Pleura viseralis erat melapisi paru-paru,

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV


masuk ke dalam fisura, dan dengan demikian memisahkan
lobus satu dari yang lain. Membran ini kemudian dilipat
kembali di sebelah tampuk paru-paru dan membentuk
pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam dinding dada.
Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagian
yang menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan
bagian yang terletak di leher ialah pleura servikalis. Pleura
ini diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran
suprapleuralis (fasia Sibson) dan di atas membran ini
terletak arteri subklavia. Di antara kedua lapisan pleura itu
terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki permukaannya
dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding
dada yang sewaktu bernapas bergerak. Dalam keadaan
sehat kedua lapisan itu satu dengan yang lain erat
bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang
yang tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak normal udara
atau cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang di
antaranya menjadi jelas.
3. Fisiologi Pernapasan
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen
dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen
masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat
berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya
satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan
oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh
hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa
di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru
pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya
95 persen jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV


ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan
keluar melalui hidung dan mulut. Empat proses yang berhubungan
dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan eksterna:
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara
dalam alveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam
jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler.
CO2 lebih mudah  berdifusi drpd oksigen. Semua proses ini diatur
sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima
jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak
darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan
terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan,
maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini
merangsang pusat  pernapasan dalam otak unutk memperbesar
kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini
mngeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.
C. Etiologi
Menurut (Smeltzer and Bare, 2011) etiologi pneumonia, meliputi :
1. Pneumonia bakterial
Penyebab yang paling sering: Streptoccocus pneumonia Jenis yan lain :
- Staphiloccocus aureus menyebakan pneumonia stapilokokus
- Klebsiella pnemoniae menyebabkan pneumonia klebsiella
- Pseudomonas aerugilnosa menyebabkan pneumonia pseudomonas
- Haemophilus influenzae menyebabkan haemophilus influenza
2. Pneumonia atipikal
Penyebab paling sering :
Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma
Jenis lain :
- Legionella pneumophila menyebakan penyakit legionnaires
- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV


- Virus influenza tipe A, B, C menyebakan pneumonia virus
- Penumocyctis carini menyebakan pneumonia pnemosistis carinii
(PCP)
- Aspergillus fumigates menyebakan pneumonia fungi
- Cipittaci menyebabkan pneumonia klamidia (pneumonia TWAR)
- Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis
3. Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (terapi radisasi untuk
kanker payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah pengobatan
selesai ini menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan kimia biasanya
karena mencerna kerosin atau inhalasi gas menyebabkan pneumonitis
kimiawi. Karena aspirasi/inhalasi (kandungan lambung) terjadi ketika
refleks jalan nafas protektif hilang seperti yang terjadi pada pasien yang
tidak sadar akibat obat-obatan, alkohol, stroke, henti jantung atau pada
keadaan selang nasogastrik tidak berfungsi yang menyebabkan
kandungan lambung mengalir di sekitar selang yang menyebabkan
aspirasi tersembunyi.

D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pneumonia menurut Mansjoer (2010):
1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
iritabel, gelisah, malaise, anoreksia, keluhan gastrointestinal.
2. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipneu,
ekspektorasi sputum, cuping hidung, sesak napas, merintih, dan sianosis.
Anak yang lebih besar lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan
lutut tertekuk karena nyeri dada.
3. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas),
perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronkhi.
4. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak dada tertinggal di daerah
efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, friction
rub, nyeri dada karena iritasi pleura, kaku kuduk/meningismus (iritasi

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV


meningen tanpa inflamasi), nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi
mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
Sedangkan menurut (Price,2016), yaitu:

a. Pneumonia bacterial
Tanda dan gejala awitan pneumonia pneumococus bersifat mendadak,
disertai menggigil, demam, nyeri pleuritik, batuk, dan sputum yang
berwarna seperti karat. Ronki basah dan gesekan pleura dapat
terdengar diatas jaringan yang terserang, pernafasan cuping hidung,
penggunaan otot-otot aksesoris pernafasan
b. Pneumonia virus
Tanda dan gejala sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk
kering, sakit kepala, nyeri otot dan kelemahan, nadi cepat, dan
bersambungan (bounding)
c. Pneumonia aspirasi
Tanda dan gejala adalah produksi sputum berbau busuk, dispneu berat,
hipoksemia, takikardi, demam, tanda infeksi sekunder
d. Pneumonia mikoplasma
Tanda dan gejala adalah nadi meningkat, sakit kepala, demam,
faringitis.

E. Patofisiologi
Agent penyebab pneumonia masuk ke paru–paru melalui inhalasi
ataupun aliran darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke
saluran pernapasan bawah. Reaksi peradangan timbul pada dinding bronkhus
menyebabkan sel berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Kondisitersebut
berlansung lama sehingga dapat menyebabkan etelektasis (Suratun & Santa,
2013). Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat
yang mengganggu jalan napas, bronkospasme dapat terjadi apabila pasien
menderita penyakit jalan napas reaktif (Smeltzer & Bare, 2013). Gejala
umum yang biasanya terjadi pada pneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak
napas (Djojodibroto, 2014).

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV


F. Penatalaksanaan Medis
Menurut Misnadiarly (2018) penatalaksanaan untuk pneumonia
bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum
mencakup:
1. Oksigen 1 – 2 L/menit
2. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikkan suhu, dan status hidrasi
4. jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
5. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
6. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Antibiotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia
community base:
1. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2. kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base:
1. Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
2. Amikasin 10 – 15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian

G. Komplikasi
Menurut Betz dan Sowden (2012) komplikasi yang sering terjadi
menyertai pneumonia adalah:
1. abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang,
2. efusi pleural adalah terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura,
3. empiema adalah efusi pleura yang berisi nanah,
4. gagal nafas,
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial,
6. meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak,
7. pneumonia interstitial menahun,
8. atelektasis adalah (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi
karena obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
9. rusaknya jalan nafas,

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV


H. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas:
spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas
buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di
jalan nafas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa
oksigen darah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory: tirah baring atau
imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidak seimbangan suplai O2 dengan
kebutuhan.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, akibat
toksin bakteri dan rasa sputum.
5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
6. Resiko kekurangan volume cairan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu,
demam, kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme
pengaturan
7. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi
tubuh, deformitas dinding dada, gangguan

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV


Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV
Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV
Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV
Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV
Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV
Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV
Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV
Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV
Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Depkes RI
Barbara Engram (2015), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid I, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Bare Brenda G & Smeltzer Suzan C. (2010). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Betz, C. L., & Sowden, L. A 2012, Buku saku keperawatan pediatri, RGC, Jakarta.

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV


Carpenito, Lynda Juall.2011.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.Jakarta : EGC
Dahlan, Zul. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Depkes RI 2012, Pedoman penanggulangan P2 ISPA, Depkes RI, Jakarta
Doenges, Marilynn, E. dkk (2010). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arief dkk. (2010). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI Jakarta
Misnadiarly. 2018. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia
Atypik Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Nanda. 2011. Diagnostik keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Prize, Sylvia dan Wilson Lorraine. 2016. Infeksi Pada Parenkim Paru: Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit volume 2
edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Nadila Yuninda, S.Kep Profesi Ners STIKes WN Angk.IV

Anda mungkin juga menyukai