Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia dan di perlukan untuk kehidupan .
perawat sering menghadapi klien yang tidak mampu secara mandiri memenuhi
kebutuhan oksigen mereka. Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan ini,
perawat dapat melakukan berbagai prosedur pada bab ini. Setiap prosedur dapat di
lakukan tersendiri atau dalam kombinasi untuk mencapai sasaran perbaikan
oksigenasi
1.2 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui tentang review anatomi dan fisiologi sistem pernapasan dan
sistem kardivaskular.
2. Untuk mengetahui konsep pengaturan pernapasan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi pernapasan.
4. Untuk mengetahui konsep perubahan dan dalam fungsi pernapasan.

1|Kebutuhan Oksigenasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 REVIEW ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN DAN SISTEM


CARDIOVASKULAR
A. ANATOMI SISTEM PERNAFASAN
1. Hidung
a. Nares Anterior
Nares anterioradalah saluran – saluran di dalam lubang hidung.
Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum (rongga) Hidung. Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris
yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah
kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara
ke dalam rongga hidung.
b. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh
darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus
yang mempunyai lubang yang masuk ke dalam rongga hidung. Hidung
berfungsi: penyaring, pelembab, dan penghangat udara yang dihirup.
Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari
tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain,
dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Sinus paranasalis
adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam
cavum nasi, sinus ini berfungsi : memperingan tulang tengkorak,
memproduksi mukosa serosa dan memberikan resonansi suara. Sinus ini
juga dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum
nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
a) Lubang hidung.
b) Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior.
c) Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan
media dan diantara concha media dan inferior.
d) Sinus frontalis, diantara concha media dan superior.
e) Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada bagian belakang,
cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis
posterior.
2. Saluran Pernapasan
a. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring) dibelakang mulut
(orofaring) dan dibelakang laring (faring-laringeal).

2|Kebutuhan Oksigenasi
b. Laring (tenggorokan)
Laring (tenggorokan) terletak didepan bagian terendah faring yang
memisahkannya dari kolumna vertebra. Berjalan dari faring sampai
ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya.
Laring dilapisi jenis selaput lendir yang sama dengan yang di trakea,
kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi sel epitelium berlapis.
Pita Suara terletak disebelah dalam laring, berjakan dari tulang rawan tiroid
di sebelah depan sampai dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan
dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal,
pita suara ditegangkan atau dikendurkan. Dengan demikian lebar sela-sela
anatara pita-pita atau rima glotis berubah-ubah sewaktu bernapas dan
berbicara.
c. Trakea
Trakea atau batang teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea
berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima
dan ditempat ini bercabanf menjadi dua bronkus (bronki). Trakea tersusun
atas 16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap berupa cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi
lingkaran di sebelah belakang trakea; selain itu juga memuat beberapa
jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium
bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju keatas ke arah laring,
maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut
masuk bersama dengan pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan
berfungsi mempertahankan agar trakea tetap terbuka; karena itu, disebelah
belakngnya tidak bersambung, yyaitu di tempat trakea menempel pada
esofagus, yang memisahkannya dari tulang belakang.
d. Bronkus
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-
kira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah
dan kesamping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan
lebih lebar dari pada yang kiri; sedikit lebih tinggi daripada arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus
atas; cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat dibawah arteri,
disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing
daripada yang kanan, dan berjalan dibawah arteri pulmonalis sebelum
dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
e. Paru-paru
Paru-paru ada dua, merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru
mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah
dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur
lainnya yang terletak didalam mediastinum . Paru-paru adalah organ yang
berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih
tinggi daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di

3|Kebutuhan Oksigenasi
atas landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai
permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat
tampak paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi
depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
f. Lobus paru-paru (belahan paru-paru)
Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura.
Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap
lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronkial kecil masuk ke dalam
setiap lobula dan semakin bercabang. Semakin menjadi tipis dan akhirnya
berakhir menjadi kantong kecil-kecil, elastis, berpori, dan seperti spons. Di
dalam air, paru-paru mengapung karena udara yang ada di dalamnya.
g. Bronkus Pulmonaris
Bronkus Pulmonaris, trakea terbelah mejadi dua bronkus utama.
Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru. Dalam perjalanannya
menjelajahi paru-paru, bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan
beranting banyak. Saluran besar yang mempertahankan struktur serupa
dengan yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa berotot yang
mengandung bahan tulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin
kecil salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal
dinding fibrosa berotot dan lapisan bersilia.
h. Bronkus Terminalis
Bronkus Terminalis masuk ke dalam saluran yang disebut vestibula.
Dan disini membran pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium
bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih, dan disinilah darah hampir
langsung bersentuhan dengan udara – suatu jaringan pembuluh darah
kepiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.
3. Pembuluh Darah dalam Paru-Paru
Arteri Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari
ventrikel kanan jantung ke paru-paru; cabang-cabangnya menyentuh saluran-
saluran bronkial, bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi arteriol halus;
arteriol itu membelah-belah dan membentuk kapiler dan kapiler itu menyentuh
dinding alveoli atau gelembung udara.
a. Arteri Pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam
paru-paru untuk diisi oksigen.
b. Vena Pulmonalis yang mengembalikan darah berisi oksigen dari paru –
paru ke jantung.
c. Bronkus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkial,
merupakan jalan udara utama.
d. Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan menghantarkan darah arteri ke
jaringan paru – paru.
e. Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari paru-paru ke vena
kava superior.
f. Pembuluh limfe, yang masuk keluar paru-paru, sangat banyak,
g. Persarafan, Paru- paru mendapat pelayanan dari saraf vagus dan saraf
simpati.

4|Kebutuhan Oksigenasi
h. Kelenjar limfe, semua pembuluh limfe yang menjelajahi struktur paru-paru
dapat menyalurkan ke dalam kelenjar yang ada di tampak paru-paru.
i. Pleura. Setiap paru-paru dilapisi membran serosa rangkap dua, yaitu pleura.
Pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura, dan dengan
demikian memisahkan lobus satu dari yang lain
B. FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN
Sebagian besar Sel dalam tubuh mempeeroleh energi dari reaksi kimia yang
melibatkan oksigen dan pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas pernapasan
terjadi antara udara dilingkungan dan darah. Terdapat tiga langkah dalam proses
oksigenasi, yaitu : ventilasi, perfusi, dan difusi. Supaya pertukaran gas dapat
terjadi, organ, saraf, dan otot pernapasan harus utuh dan sistem saraf pusat mampu
mengatur siklus pernapasan.
1. Struktur dan Fungsi
Pernapasan dapat berubah karena kondisi atau penyakit yang mengubah
struktur dan fungsi paru. Otot-otot pernapasan, ruang pleura, dan alveoli sangat
penting untuk ventilasi, perfusi, dan pertukaran gas pernapasan
2. Kerja Pernapasan
Pernapasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan
membuat paru berkontraksi. Kerja pernapasan ditentukan oleh tingkat
kompliansi paru, tahanan jalan napas, keberadaan ekspirasi yang aktif dan
penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
Kompliansi merupakan kemampuan paru distensi (Dettenmeier, 1992) atau
mengembang sebagai respons terhadap peningkatan tekanan intraalveolar.
Kompliansi menurun pada penyakit, seperti edema pulmonar, interstisial,
fibrosis pleura dan kelainan struktur traumatik atau kongenital, seperti kifosis
atau fraktur iga.
3. Pendekatan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigen (Difusi,
ventilasi, transportasi, dan respirasi dalam sel)
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan
keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks
yang elastis dan persarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama
adalah diafragma. Diafragma dipersarafai oleh saraf frenik, yaitu keluar
dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan
tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada,
mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan
ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a) Tekanan udara atmosfir
b) Jalan nafas yang bersih
c) Pengembangan paru yang kuat
b. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan
konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih
rendah. Difusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan
kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran.
Peningkatan ketebalan membran merintangi proses difusi karena hal
tersebut dapat membuat gas memerlukan waktu lebih lama untuk melewati

5|Kebutuhan Oksigenasi
membran tersebut. Klien yang mengalami edema pulmonar, infiltrasi
pulmonar, atau efusi pulmonar memiliki ketebalan membran
alveolarkapiler yang meningkat akan mengakibatkan proses difusi yang
lambat, pertukaran gas pernapasan yang lambat dan menganggu proses
pengiriman oksigen ke jaringan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a) Luas permukaan paru
b) Tebal membran respirasi
c) Jumlah darah
d) Keadaan/jumlah kapiler darah
e) Waktu adanya udara di alveoli
4. Transportasi
Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan
tubuh dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen
perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 %
oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan
dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke
dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a) Curah jantung (cardiac Output / CO)
b) Jumlah sel darah merah
c) Hematokrit darah
d) Latihan (exercise)

C. ANATOMI SISTEM KARDIOVASKULER


Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada diantara kedua
paru. Terdapat selaput yang mengitari jantung yang disebut perikardium, terdiri
dari dua lapisan:
a. Perikardium parietalis : lapisan luar melekat pada tulang dada dan paru
b. Perikardium viseralis : lapisan permukaan jantung atau epikardium
Diantara kedua lapisan ini terdapat cairan perikardium. Bagian kanan dan kiri
jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium) yang mengumpulkan
darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah
hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan
masuk dan satu katup pada jalan keluar.
1. Struktur jantung
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan :
a. Lapisan luar (Epikardium)
b. Lapisan tengah (Miokardium)
c. Lapisan dalam (Endokardium)
2. Ruang – ruang jantung
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 berdinding tipis disebut atrium
(serambi) dan 2 berdinding tebal disebut ventrikel (bilik)
a. Atrium
1. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari
seluruh tubuh. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan
melalui katub dan selanjutnya ke paru.
2. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru
melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke

6|Kebutuhan Oksigenasi
ventrikel kiri melalui katub dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui
aorta. Kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.
b. Ventrikel
Merupakan alur alur otot yang disebut trabekula. Alur yang menonjol
disebut muskulus papilaris, ujungnya dihubungkan dengan tepi daun katub
atrioventrikuler oleh serat yang disebut korda tendinae.
a) Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke
paru melalui arteri pulmonalis.
b) Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan
keseluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat
yang disebut septum ventrikel.
3. Katup katup jantung
a. Katup Atrioventrikuler
Terletak antara atrium dan ventrikel. Katup yang terletak diantara
atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup
(trikuspid). Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan
ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup (Mitral). Memungkinkan
darah mengalir dari atrium ke ventrikel pada fase diastole dan mencegah
aliran balik pada fase sistolik.
b. Katup Semilunar
a) Katup Pulmonal terletak pada arteri pulmonalis dan memisahkan
pembuluh ini dari ventrikel kanan.
b) Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Kedua katup ini mempunyai bentuk yang sama terdiri dari 3 buah daun
katup yang simetris. Hanya katup ini memungkinkan darah mengalir dari
masing-masing ventrikel ke arteri selama sistole dan mencegah aliran balik
pada waktu diastole. Pembukaan katup terjadi pada waktu masing-masing
ventrikel berkontraksi, dimana tekanan ventrikel lebih tinggi dari tekanan
didalam pembuluh darah arteri.
4. Denyut jantung
Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom. Kecepatan denyut jantung
terutama ditentukan oleh pengaruh otonom pada nodus SA. Jantung
dipersarafi oleh kedua divisi sistem saraf otonom, yang dapat memodifikasi
kecepatan (serta kekuatan) kontraksi, walaupun untuk memulai kontraksi tidak
memerlukan stimulasi saraf.
Kontraksi jantung disebut sistole sedangkan relaksasi jantung atau
pengisian darah pada jantung disebut diastole. Irama jantung dimulai dari
pacemaker (NSA) dengan impuls 60-80 kali/menit. Semua bagian jantung
dapat memancarkan impuls tersendiri tetapi dengan frekuensiyang lebih
rendah. Bagian jantung yang memancarkan impuls diluar NSA disebut focus
ektopik yang menimbulkan perubahan irama jantung yang disebut aritmia.
Aritmia dapat disebabkan oleh hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit,
kafein, nikotin karena hal tersebut dapat menyebabkan fokus ektopik kontraksi
diluar kontraksi dari nodus NSA. Jika terjadi hambatan aliran impuls dari NSA
menuju NAV maka impuls syaraf akan timbul dari nodus NAV dengan
frekuensi yang lebih rendah yaitu sekitar 40-50 kali/menit. Jika ada hambatan
pada bundle his atau serabut bundle kanan dan kiri maka otot jantung akan
kontraksi dengan iramanya sendiri yaitu 20-30 kali/menit. Denyut jantung 20-
30 kali/menit tidak dapat mempertahankan metabolisme otot.

7|Kebutuhan Oksigenasi
5. Struktur Dan Karakteristik Arteri, Vena, Kapiler
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi yang mengangkut
darah ke seluruh tubuh. Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri, kapiler,
dan vena.
a. Pembuluh Arteri (Nadi)
Pada saat jantung berkontraksi (sistol), darah akan keluar dari bilik
menuju pembuluh nadi (arteri), sehingga arah aliran darah dalam arteri
meninggalkan jantung. Pembuluh ini tebal, elastis (diameternya dapat
berubah sesuai kebutuhan) hal tersebut berfungsi untuk menjaga aliran
darah konstan dan tidak tersendat.
Pembuluh tersebut memiliki sebuah katup yang disebut valvula
semilunaris yang berada tepat di luar jantung. Letak pembuluh nadi di
dalam permukaan kulit, namun denyutnya masih dapat dirasakan.
Tekanan darah di dalamnya kuat, sehingga jika terluka darahnya
memancar. Warna darah yang diangkutnya adalah merah segar. Darah
dalam arteri kaya akan O2, kecuali arteri paru-paru.
Pembuluh nadi tersusun atas tiga lapis jaringan, yaitu :
a) Lapisan pertama, berupa jaringan ikat yang kuat dan elastis.
b) Lapisan tengah, berupa otot polos yang berkontraksi secara tak sadar
sehingga dapat menguah diameter pembuluh nadi.
c) Lapisan ketiga, berupa jaringan endothelium yang melindungi jaringan
di dalamnya.
b. Pembuluh Vena (Balik)
Vena berfungsi untuk mengedarkan darah dari kapiler menuju jantung.
Dindingnya tipis dan kurang elastis. Pembuluh ini memiliki banyak katup
yang berfungsi mencegah darah mengalir kembali ke jantung. Letak
pembuluh vena dekat dengan permukaan kulit, denyutnya tidak dapat
dirasakan. Tekanan darah di dalamnya lemah, sehingga jika terluka
darahnya menetes. Darah yang diangkut mengandung CO 2, kecuali vena
pulmonalis. Warna darah yang diangkutnya adalah merah tua. Pembuluh
vena yang masuk ke jantung yaitu :
a) Vena Cava Superior
Vena ini membawa darah yang mengandung CO2 dari tubuh bagian
atas ke serambi kanan.
b) Vena Cava Inferior
Vena ini membawa darah yang mengandung CO2 dari tubuh bagian
bawah ke serambi kanan.
c) Vena Pulmonalis
Vena ini membawa darah yang mengandung O 2 dari paru – paru ke
serambi kiri jantung.
c. Kapiler
Pembuluh kapiler merupakan pembuluh yang membentuk jalinan
pembuluh di seluruh jaringan dan menjadi penghubung antara pembuluh
nadi dan pembuluh balik. Fungsinya sebagai tempat difusi oksigen, karbon
dioksida, sari makanan, hormon, dan zat sisa.
6. Sirkulasi Fungsi Sistem Kardiovaskuler
Lingkaran sirkulasi dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmonalis.
a. Sirkulasi Sistemik
1. Mengalirkan darah ke berbagi organ

8|Kebutuhan Oksigenasi
2. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda
3. Memerlukan tekanan permulaan yang besar
4. Banyak mengalami tahanan
5. Kolom hidrostatik panjang
b. Sirkulasi Pulmonal
1. Hanya mengalirkan darah ke paru
2. Hanya berfungsi untuk paru
3. Mempunyai tekanan permulaan yang rendah
4. hanya sedikit mengalai tahanan
5. Kolom hidrostatik pendek
c. Sirkulasi Koroner
Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa
oksigen untuk miokardium melalui cabang cabang intar miokardial yang
kecil. Aliran darah koroner meningkat pada:
1. Aktifitas
2. Denyut jantung
3. Rangsang sistem syaraf simpatis

D. FISIOLOGI ANATOMI KARDIOVASKULER


Fungsi sistem jantung adalah mengantarkan oksigen, nutrien, dan substansi
lain ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme seluler melalui pompa
jantung, sistem vaskular sirkulasi, dan integrasi sistem lainnya. (misalnya sistem
pernapasan, pencernaan, dan ginjal) (McCance dan Huether, 1994)
1. Struktur dan Fungsi
Ventrikel kanan memompa darah melalui sirkulasi pulmonar, sedangkan
ventrikel kiri memompa darah ke sirkulasi sistemik yang menyediakan
oksigen dan nutrien ke jaringan dan membuang sampah dari tubuh. Sistem
sirkulasi mensuplai gas pernapasan, nutrien, dan produk sampah antara darah
dan jaringan.
2. Pompa Miokard
Kerja pompa jantung sangat penting untuk mempertahankan aliran
oksigen. Serabut otot jantung (miokard) memiliki kontraktil yang
memungkinkan akan meregang selama proses pengisian darah. Pada jantung
yang sehat, regangan ini secara proporsional berhubungan dengan kekuatan
kontraksi. Saat miokard meregang, maka kekuatan kontraksi berikutnya akan
meningkat. Peristiwa ini dikenal dengan hukum jantung Frank-Starling
(Starling). Pada jantung yang mengalami gangguan, hukum Starling tidak
berlaku karena tegangan miokard diluar batas fisiologis jantung. Respons
kontraktil yang berikutnya mengakibatkan insufisiensi semprotan vertikular
(volume) dan darah mulai terkumpul di paru-paru (gagal jantung kiri) atau
sirkulasi sistemik (gagal jantung kanan).
3. Perubahan Fungsi Pernapasan
Perubahan dalam fungsi pernapasan disebabkan penyakit dan kondisi-
kondisi yang mempengaruhi ventilasi atau transpor oksigen. Ketiga perubahan
primer tersebut adalah hiperventilasi, hipoventilasi, dan hipoksia.
a. Hiperventilasi
Merupakan suatu kondisi ventilasi, yang berlebihan, yang dibutuhkan
untuk mengeliminasi karbondiaksida normal di vena, yang diproduksi
melalui metabolisme selular. Ini disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-

9|Kebutuhan Oksigenasi
obatan, ketidakseimbangan asam-basa, dan hipoksia yang terkait dengan
embolus paru atau syok.
Ansietas akut dapat mengarah kepada hiperventilasi dan menyebabkan
kehilangan kesadaran akibat ekshalasi karbon dioksida yang berlebihan.
Demam menyebabkan hiperventilasi. Untuk setiap peningkatan satu
derajat Fahrenheit, terdapat peningkatan kecepatan metabolisme sebesar
7%, sehingga menyebabkan peningkatan produksi karbon dioksida.
Respon klinis yang dihasilkan ialah peningkatan frekuensi dan kedalaman
pernapasan.
b. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh atau mengeliminasi karbondioksida secara adekuat. Apabila
ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Atelektasis
akan menghasilkan hipoventilasi. Atelektasis merupakan kolaps alveoli
yang mencegah pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam pernapasan.
Karena alveolikolaps, maka paru yang diventilasi lebih sedikit dan
menyebabkan hipoventilasi.
c. Hipoksia
Merupakan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat
jaringan. Ini disebabkan akibat defisiensi penghantar oksigen di selular.
Hipoksia dapat disebabkan oleh :
1. Penurunan kadar hemoglobin dan penurunan kapasitas darah yang
membawa oksigen
2. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3. Ketidakmampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah
4. Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah
5. Perfusi darah
6. Kerusakan ventilasi
Tanda dan gejala klinis hipoksia termasuk rasa cemas, gelisah, tidak
mampu berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran, pusing, perubahan
prilaku.
d. Sianosis
Merupakan suatu perubahan warna kulit dan membran mukosa
menjadi kebiruan akibat adanya hemoglobin yang tersaturasi di kapiler,
merupakan tanda hipoksia tahap lanjut. Ada tidaknya sianosis bukan
merupakan alat pengukur status oksigenasi yang dapat dipercaya. Sianosis
pusat, yang terlihat di lidah, palatum mole, dan konjungtiva mata, tempat
alirah darah tinggi, mengindikasikan hipoksemia. Sianosis perifer, yang
terlihat pada ekstremitas, bantalan kuku, dan daun telinga seringkali
merupakan akibat vasokontriksi dan aliran darah yang mengalami
stagnansi.
Hipoksia merupakan kondisi yang mengancam kehidupan. Apabila
tidak ditangani, kondisi ini menyebabkan disritmia jantung, yang
mengakibatkan kematian. Hipoksia ditangani dengan pemberian oksigen
dan mengobati penyebab yang mendasari hipoksia, seperti obstruksi jalan.

10 | K e b u t u h a n O k s i g e n a s i
2.2 KONSEP PENGATURAN PERNAPASAN

Ada tiga pusat pengendalian/pengaturan pernapasan normal


a. Pusat Respirasi
Pusat respirasi terletak pada formatio retikularis medula oblongata sebelah kaudal.
Pusat respirasi ini terdiri atas pusat respirasi dan pusat ekspirasi.
b. Pusat Apneustik
Terletak pada pons bagian bawah dan mempunyai pengaruh tonik terhadap pusat
respirasi. Pusat apneustik ini dihambat oleh pusat pneumotaksis dan implus aferen
vagus dari reseptor paru-paru. Bila pengaruh pneumotaksis dan vagus dihilangkan,
maka terjadi apneustik.
c. Pusat Pneumotaksis
Pusat pneumotaksis terletak pada pons bagian atas. Bersama-sama vagus
menghambat pusat apneistik secara periodik. Pada hiperpnea, pusat pneumotaksis
ini dapat merangsang pusat respirasi.
Pengaturan aktivitas pernapasan diatur secara kimia dan secara nonkimis. Secara
kimia, pengaturan dipengaruhi oleh penurunan tekanan oksigen darah arteri dan
peningkatan tekanan CO2 atau konsentrasi hidrogen darah arteri. Kondisi tersebut
akan meningkatkan tingkat aktivitas pusat respirasi. Perubahan yang berlawanan
mempunyai efek penghambatan terhadap tingkat aktivitas respirasi. Secara
nonkimia, pengaturan aktivitas pernapasan dipengaruhi oleh rangsangan rasa sakit
dan emosi. Pengaturan pernapasan secara nonkimia lainnya adalah suhu tubuh dan
aktivitas fisik. Peningkatan suhu tubuh dapat menyebabkan pernapasan menjadi
cepat dan dangkal. Begitu pula dengan orang yang melakukan aktivitas fisik ,
misalnya olahraga, yang juga dapat menyebbkan napas menjadi cepat.

11 | K e b u t u h a n O k s i g e n a s i
2.3 FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM PERNAPASAN

a. Umur/Usia, umumnya makin bertambahnya umur sesorang, maka irama


pernapasannya semakin lambat. Hal ini berkaitan dengan semakin berkurangnya
kebutuhan energi. Usia balita, banyak energi, yang berarti laju metabolisme dalam
tubuh juga akan lebih cepat, sehingga membutuhkan banyak oksigen dan juga
mengeluarkan lebih banyak karbondoksida.
b. Jenis Kelamin, jenis kelamin adalah faktor yang dapat mempengaruhi pernapasan,
karena irama pernapasan laki-laki umumnya lebih cepat daripada perempuan sebab
laki-laki umumnya beraktivitas lebih banyak dan bekerja lebih keras daripada
perempuan.
c. Suhu Tubuh, manusia adalah mahluk hidup yang bersifat homoioterm yang berarti
suhu tubuhnya relatif konstan bekisar 36-37°C. Semakin rendah suhu, akan semakin
cepat pernapasan. Sebaliknya semakin tinggi suhu semakin lambat pernapasan.
Akan tetapi hal yang demikian tidak berlangsung secara terus menerus. Apabila
suhu tubuh terus meningkat, pada suhu tertentu laju irama pernapasan akan semakin
cepat. Misalnya saat tubuh demam.
d. Posisi Tubuh, posisi tubuh menentukan banyaknya otot dan organ tubuh yang
bekerja. Hal ni berarti menentukan kebutuhan kebutuhan energi untuk
mendukungnya. Sebagai contoh pada saat berdiri otot-otot kaki banyak yang
berkontraksi, juga otot-otot tubuh yang ikut menjaga agar posisi tubuh tegak berdiri
ikut berkontraksi. Di samping itu, agar tubuh dapat berdiri, maka organ dan pusat
saraf keseimbangan bekerja untuk mengendalikan posisi tubuh. Oleh karena itu
irama pernapasan pada posisi berdiri lebih cepat daripada orang yang duduk atau
berbaring
e. Kegiatan atau Aktivitas Tubuh, kegiatan yang dilakukan sehari-hari memerlukan
energi. Semakin banyak organ tubuh yang bekerja dan semakin berat kerja organ
tersebut semakin tinggi kebutuhan energi yang diperlukan, sehingga laju
metabolisme dan irama pernapasan semakin cepat.

2.4 KONSEP PERUBAHAN DAN DALAM PERNAPASAN


a. Pergerakan udara masuk atau keluar dari paru.
b. Difusi oksigen dan karbon dioksida antara alveolus dan kapiler paru.
c. Transpor oksigen dan karbon dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Tiga perubahan utama dalam pernafasan adalah hipoksia, perubahan pola
pernafasan, dan obstruksi jalan nafas total atau sebagian.
1. Hipoksia
Hipoksia adalah suatu kondisi ketidakcukupan oksigen di tempat manapun di
dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan. Hipoksia dapat dihubungkan
dengan setiap bagian dalam pernafasan – ventilasi, difusi gas, atau transport gas
oleh darah dan dapat disebabkan oleh setiap kondisi yang mengubah atau semua
bagian dalam proses tersebut.
Hipoksia juga dapat terjadi jika difusi oksigen dari alveolus ke darah aterial
menurun, seperti pada edema paru, atau hipoksia dapat terjadi akibat masalah dalam

12 | K e b u t u h a n O k s i g e n a s i
penghantarn oksigen ke jaringan (mis ; anemia, gagal jantung dan embolisme).
Istilah hipoksemia menunjukkan penurunan oksigen di dalam darh dan ditandai
dengan rendahnya tekanan parsial oksigen di darah aterial atau rendahnya saturasi
hemoglobin.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi yaitu ketidakadekuatan ventilasi alveolar, dapat menyebabkan
hipoksia. Hipoventilasi dapat terjadi karena penyakit otot pernafasan, obat – obatan,
atau anestesi. Dengan hipoventilasi, karbon dioksida sering kali menumpuk dalam
darah, sebuah kondisi yang disebut hiperkabia (hiperkapnia)
3. Sianosis
Tanda kebiruan pada kulit, bantalan kuku, dan membrane mukosa, akibat
penurunan saturasi oksigen – hemoglobin) dapat juga terjadi. Sianosis terjadi
apabila terdapat dua kondisi berikut : Darah harus mengandung sekitar 5 gram atau
lebih hemoglobin tanpa oksigen per 100 ml darah dan permukaan kapiler darah
harus dilatasi. Beberaa faktor yang memengaruhi kedua koondisi ini (mis ; anemia
berat atau pemberian epinefrin) akan menghilangkan tanda sianosis bahkan jika
klien mengalami hipoksia.
Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks
serebral dapat menoleransi hipoksia hanya selama 3 samapai 5 menit sebelum
terjadi kerusakan permanen. Wajah orang yang mengalami hipoksia akut biasanya
tampak cemas, lebih, dan tertekan. Individu biasanya mengmbil posisi duduk, sering
kali agak condong ke depan untuk memungkinkan ekspansi rongga toraks yang
lebih besar.
Dengan hipoksia kronis, klien sering kali tampak letih dan letargi. Jari tangan
dan jari kaki klien dapat menjadi seperti gada akibat kekurngan oksigen dalam
waktu lama di dalam suplai darah aterial. Pada jari gada, dasar kuku menjadi
membengkak dan ukuran ujung jari tangan dan jari kaki membesar. Sudut antara
kuku dan dasar kuku meningkat sampai lebih dari 180 derajat.
4. Perubahan Pola Pernafasan
Pola pernafasan menunjukkan frekuensi, volume, irama, dan kemudahan
relative atau upaya pernafasan. Respirasi normal (eupnea) bersifat tenang, berirama,
dan tanpa mengeluarkan usaha. Takipnea (frekuensi cepat) dijumpai pada saat
demam, asidosis metabolik, nyeri, dan hiperkapnia atau hioksemia.Bradipnea adalah
frekuensi pernafasan yang lambat secara abnormal,yang dapat dijumpai pada klien
yang menggunakan obat – obatan seperti morfin, yang mengalami alkalosis
metabolik, atau yang mengalami peningkatan tekanan itrkranial (mis ; akibatcedera
otak). Apnea adalah henti nafas.
Irama pernafasan abnormal menciptakan pola pernafasan yang tidak teratur. Dua
irama pernafasan yang tidak normal adalah
a. Pernafasan Cheyne – Stokes, Irama penguatan dan pelemahan pernafasan yang
sangat jelas dari pernafasan yang sangat dalam ke pernafasan yang sangat dangkal
dan apnea temporer ; penyebab umum mencakup gagal jantung kongestif,
peningkatan tekanan intracranial, dan overdosis obat.

13 | K e b u t u h a n O k s i g e n a s i
b. Pernafasan Blot (cluster). Pernafasan dangkal yang diselingi dengan apnea ; dapat
terlihat pada klien penderita penyakit sistem saraf pusat.
5. Ortopnea adalah ketidakmampuan untuk bernafas kecuali dalam posisi tegak atau
berdiri. Kesulitan atau ketidaknyamanan pernafasan disebut dispnea. Orang yang
mengalami dispnea sering kali tamapak cemas dan dapat mengalami pendek
nafas [shortness of breath (SOB)], suatu perasaan tidak mampu memperoleh cukup
udara (susah bernafas). Sering kali terjadi napas cuping hidung karena peningkatan
upaya inspirasi. Kulit dapat tampak gelap, frekuensi jantung meningkat. Dispnea
dapat memiliki banyak penyebab, sebagian besar berasal dari gangguan jantung atau
pernafasan. Dispnea adalah perasaan subyektif, yaitu dispnea mungkin tidak dapat
diobservasi atau diukur secara langsung tetapi dilaporkan oleh klien. Karean terapi
ditujukan untuk menyingkirkan kondisi yang menyebabkan dispnea, sangat penting
bagi perawat untuk melakukan pengkajian menyeluruh tentang awitan, durasi, dan
faktor pencetus serta pereda dispnea klien ditambah dengan pengkajian fisik yang
komprehensif.
6. Obstruksi Jalan Nafas
Obstruksi jalan nafas total atau parsial dapat terjadi di manapun di sepanjang
saluran pernafasan atas atau bawah. Obstruksi jalan nafas atas, yaitu di hidung,
faring, atau laring dapat terjadi karena benda asing seperti makanan, karena lidah
akan terjatuh ke belakang menutup orofaring saat seseorang tidak sadar, atau saat
sekresi menumpuk di saluran nafas. Dalam kondisi selanjutnya, pernafasan kan
terdengar seperti suara gelembung saat udara melalui sekresi. Obstruksi jalan nafas
bawah melibatkan sumbatan parsial atau komplet jalan nafas di bronkus dan paru.
Mempertahankan jalan nafas tetap terbuka (paten) adlah tanggung jawab
keperawatan, salah satu kondisi yang sering kali memerlukan tindakan segera.
Obstruksi parsial pada jalan nafas atas diindikasikan oleh dengkuran bernada tinggi
selama inhalasai. Obstruksi komplet diindiksikan oleh upaya inspirasi ekstrem yang
tidak menghasilkan pergerakan dada. Klien tersebut, dalam upaya untuk
mendapatkan udara, juga memperlihatkan retraksi sternum dan interkosta yang
nyata. Obstruksi jalan nafas bawah tidak selalu mudah dipantau. Stridor, sebuah
suara keras yang bernada tinggi, dapat didengar selama inspirasi. Klien dapat
mengalami perubahan kadar gas darah ateri, gelisah, dispnea, dan mempunyai bunyi
nafas tambahan (suara nafas abnormal)

14 | K e b u t u h a n O k s i g e n a s i
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengertian pernafasan atau fespirasi adalah suatu proses mulai dari
pengambilan oksigen, pengekliuaran karbohidrat hinggga pengunaan energi di dalam
tubuh manusi dalam bernafas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang
karbondioksida ke lingkungan pada proses insprisasi dan expirasi, mekanisme
pernafasan pada manusia dibagi atas pernafasan dada dan perut. Sedangkan faktor
yang mempengaruhi frekuensi pernafasan adalah umur, jenis kelami, suhu tubuh,
posisi tubuh

15 | K e b u t u h a n O k s i g e n a s i

Anda mungkin juga menyukai