Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DI

RUANG PERINATOLOGI PADA KASUS ASFIKSIA NEONATORUM


RSUD PASIRIAN LUMAJANG

Disusun Oleh :
IFROH AMALIAH
NIM : 14201.09.17023

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DI
RUANG PERINATOLOGI PADA KASUS ASFIKSIA NEONATORUM
RSUD PASIRIAN LUMAJANG

Lumajang, …..Oktober 2021


Mahasiswa

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA

I ANATOMI FISIOLOGI

Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang


mengandung (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Jadi,
dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen ditarik dari udara masuk
ke dalam darah dan CO2 akan dikeluarkan dari darah secara osmose.Seterusnya
CO2 akan dikeluarkan melalui tractus respiratorius(jalan pernafasan) dan masuk ke
dalam tubuh melalui kapiler – kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri
jantung (atrium sinistra) kemudian ke aorta keseluruh tubuh disini terjadi oksidasi
sebagai ampas dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui
peredaran darah vena masuk ke jantung, ke bilik kanan, dan dari sini keluar
melalui arteri pulmonalis ke jaringan-jaringan paru-paru akhirnya dikeluarkan
menembus lapisan epitel dari alveoli. Berikut anatomi fisiologi sistem pernafasan :
1) Anatomi Fisiologi Saluran Nafas Bagian Atas
a. Hidung

Bagian eksternal Berbentuk pyramid dimana sudut atas atau atapnya


berhubungan langsung dengan dahi. Menonjol dari wajah dan disangga oleh
tulang hidung dan kartilago, Terdapat dua buah lubang hidung (nares) yang
dipisahkan oleh sekat yang berjalan dari depan sampai kebelakang rongga hidung
(septum antero-posterior) Pinggir lubang hidung terdapat rambut (vibrissae),
mengembang kempiskan hidung bagian luar, Permukaan lateral hidung pada
bagian bawah agak membulat disebut ala nasi. Bagian atas permukaan lateral
bersatu pada garis tengah hidung yang disebut dorsum nasi dan ditopang oleh os
nasal (nasal bone). Rangka hidung terdiri dari tulang rawan yang ditutupi kulit
dan dilapisi membran mukosa terdiri dari os nasal dan processus frontalis
maxillae. Terdapat pada septum dan ala nasi dan mempunyai otot untuk
menggerakkan atau mengembang kempiskan hidung.
Rongga hidung berfungsi sebagai berikut :
1. Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.
2. Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
3. Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
4. Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh
leukosit yang terdapat dalam selaput lendir atau hidung.
b. Faring

Digunakan pada sistem respirasi dan pencernaan. Terletak dibelakang rongga


mulut, biasa disebut tenggorokan. Jalan udara dan makanan, berawal dari dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang
rawan krikoid, Terdapat epiglotis yang akan terbuka jika udara akan masuk,
Dindingnya dikelilingi oleh mukosa dan mengandung otot rangka yang terutama
digunakan untuk menelan, Struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan
rongga mulut ke laring.

c. Laring

Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang


menghubungkan faring dan trakea. Laring sering disebut sebagai
kotak suara dan terdiri atas:
1 Epiglotis
2 Glotis
3 Kartilago tiroid
4 Kartilago krikoid
5 Kartilago arytenoids
6 Pita suara
Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk mengelilingi jalan
nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Terdapat dua pita suara yang dapat
ditegakan dan dikendurkan, sehinggga lebar sela-sela antara pita-pita tersebut
berubah- ubah sewaktu pernafasan dan bicara. Selama pernafasan pita suara
sedikit terpisah sehingga udara dapat keluar masuk.

d. Trakea

Terdapat dalam rongga dada, Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus
yang disebut karina, Organ berbentuk tabung agak kaku, fleksibel sering disebut
batang tenggorok, Dinding anterior dan lateral trakea ditunjang oleh 15-20 tulang
rawan berbentuk Cincin tulang rawan memperkuat dan memberikan kekakuan pada
dinding trakhea untuk menjamin trakhea tetap terbuka setiap saat, Cincin tulang
rawan dihubungkan oleh lapisan elastik yang disebut ligamen anular, Berada pada
mediastinum dan anterior terhadap esofagus, inferior terhadap laring dan superior
terhadap bronchi primer paru-paru, Trakea terbagi menjadi dua cabang atau tabung
yang lebih kecil brokhi primer kiri dan kanan, Tulang rawan trakhea paling inferior
memisahkan brokhi primer sejak awal dan membentuk carina.
Trakea bersifat fleksibel, sehingga mampu mengalami kontraksi dan kembali
mengalami relaksasi ke ukuran semula. Kontraksi otot polos trakea akan
mengurangi ukuran diameter rongga trakea, dan pada keadaan ini dibutuhkan
tenaga yang cukup besar untuk mengeluarkan udara dari paru-paru. Tulang rawan
berfungsi mencegah terjadinya penyumbatan dan menjamin keberlangsungan
jalannya udara, walaupun terjadi perubahan tekanan selama pernafasan.Trakea
berfungsi sebagai tempat perlintasan udara setelah melewati saluran pernafasan
bagian atas yang membawa udara bersih, hangat dan lembab.

2) Anatomi Fisiologi Saluran Pernafasan Bagian Bawah


a. Bronkus

Merupakan percabangan teratas dari sistem pengkonduksi udara yang


berasal dari bronkus kiri dan kanan. Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan
bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus
lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalis ini
kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yangdikelilingi oleh
jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf Secara progresif bercabang
menjadi tabung-tabung menyempit, bercabang melalui paru-paru sebelum
berakhir pada bronkhiol akhir. Dinding bronkhi primer ditunjang oleh cincin
tulang rawan menjamin selalu terbuka. Bronkhus primer kanan lebih pendek,
lebih lebar dan berorientasi lebih vertikal dibanding bronkhus primer kiri.

b. Bronkiolus

Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus yang disebut pohon bronkiolus.


Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas.
1. BronkiolusTerminalis
Mengandung jaringan otot polos yang mengontrol besar atau
diameter saluran napas
2. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus
alveolar dan sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli
3. Bronkiolus Respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori,
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan
napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
c. Alveoli

Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2, Berbentuk seperti buah


anggur yang dindingnya berupa selaput membran tipis dan elastis yang
diliputi banyak kapiler, Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu
membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.

d. Pleura

Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis.


Terbagi mejadi dua yaitu:
a. Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
b. Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru.
3) Fisiologi
Pernafasan adalah proses inspirasi udara ke dalam paru-paru dan ekspirasi
udara dari paru-paru ke lingkungan luar tubuh. Inspirasi terjadi bila maskulis
diafragma telah dapat rangsangan dari nervus pernikus lalu mengkerut datar. Saat
respirasi otot akan kendor lagi dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil
kembali maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antar rongga pleura dan paru-paru.
1. Ventilasi adalah proses pergerakan udara ke dan dari dalam paru, terdiri atas
dua tahap, yaitu:
a. Inspirasi
Pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Terjadi inspirasi bila tekanan
intrapulmonal lebih rendah dibanding tekanan udara luar. Penurunan
intrapulmonal saat inspirasi disebabkan oleh mengembangnya rongga toraks
akibat kontraksi otot-otot inspirasi
b. Ekspirasi
Pergerakan udara dari dalam keluar paru. Terjadi bila tekanan
intrapulmonal lebih tinggi dibanding tekanan udara luar sehingga udara
bergerak keluar paru.Meningkatnya tekanan di dalam rongga paru karena
volume rongga paru mengecil akibat proses penguncupan karena daya
elastisitas paru. Penguncupan terjadi akibat otot-otot inspirasi mulai
relaksasi.
PROSES INSPIRASI – ESKPIRASI
INSPIRASI EKSPIRASI

Diafragma kontraksi, menurunkan& Diafragma relaksasi, mendorong kembali tulang


memipihkan dasar tulang rusuk rusuk keposisi semula

Otot interkostalis kontraksi, menarik tl. Otot interkostalis relaksasi, tl. Rusuk bergerak
Rusuk keatas kebawah

Paru-paru membesar, tekanan di Ruang paru-paru mengecil, tekanan didalam


dalam menurun meningkat

Tekanan atmf. Eksternal yang lbh tinggi Udara keluar dari paru-paru
mendorong udara masuk keparu-paru

Kecepatan pernafasan pada wanita lebih tinggi daripada pria. Jika bernafas dengan normal
maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian ada istirahat sebentar (inspirasi-ekspirasi-
istirahat)
No Jenis Pernafasan Frekuensi
1 Bayi baru lahir 30-40
2 Usia 12 bulan 30
3 Usia 2-5 tahun 24
4 Orang dewasa 10-20
II DEFINISI
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama
kehamilan atau persalinan. (Sofian, 2012).
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Sarwono, 2011). Menurut Sarwono
(2010), Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami
gangguan pertukaran gas dan kesulitan mengeluarkan karbondioksida.
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.
Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya (Saiffudin, 2009).
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa asfiksia neonates adalah keadaan bayi baru lahir
yang tidak dapat segera bernafas spontan/ kegagalan nafas secara spontan sehingga dapat
menurunkan O2, meningkatkan CO2 dan asidosis.

III ETILOGI
Asfiksia dapat terjadi karena beberapa factor :
1. Faktor ibu :
a. Hipoksia ibu
b. Gangguan aliran darah fetus
c. Gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri
d. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
e. Hipertensi pada penyakit toksemia, eklamsia, dll
f. Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir matim ketuban pecah dini, infeksi
2. Faktor plasenta
Abruptio plasenta, solution plasenta
3. Faktor fetus
Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental, prematuritas, persalinan
ganda
4. Factor lama persalinan
Persalinan lama, VE, kelainan letak, operasi Caesar
5. Factor neonates
a. Anestesi/analgetik yang berlainan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan
depresi pernafasan pada bayi
b. Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial
c. Kelainan congenital seperti hernia diagfragmatika, atresia/stenosis saluran pernafasan,
hipoplasi paru, dll
6. Faktor Presdiposisi
a. Faktor dari ibu
1) Gangguan his, misalnya: hipertoni dan tetani
2) Hipotensi mandadak pada ibu karena perdarahan, misalnya: plasenta previa
3) Hipertensi pada eklampsia
4) Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasentae
b. Faktor dari janin
1) Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat
2) Depresi pernafasan karena obat – obatan yang diberikan kepada ibu
Asfiksia Dalam Kehamilan Dapat Disebabkan Oleh :
Penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat bius, uremia, toksemia gravidarum,
anemia berat, cacat bawaan atau trauma
Asfiksia Dalam Persalinan Dapat Disebabkan Oleh
Partus lama, ruptura uteri yang membakat, tekanan terlalu kuat kepala anak pada
plasenta, prolapsus, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya,
plasenta previa, solusia plasenta, placenta tua (serotinus).
IV KLASIFIKASI
1 Asfiksia Ringan (Vigorous Baby)
APGAR skore 7-10 dalam hal ini bayi dianggap sehat, tidak memerlukan tindakan
istimewa
2 Asfiksia Sedang (Mibel Moderete Asfiksia)
APGAR skore 4-6 pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung kurang
dari 100x/menit, tonus otot kurang baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada
3. Asfiksia Berat
APGAR skore 0-3 pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung <
100x/menit,tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang pucat, reflek iritabilitas tidak
ada.
APGAR SCORE
Nilai
Tanda
0 1 2
Tubuh dan
A : Appearance Tubuh kemerahan,
Biru/Pucat ekstremitas
(color) Warna kulit ekstremitas biru
kemerahan
P : Pulse (heart rate)
Tidak ada <100x/mnt >100x/mnt
Denyut nadi
G : Grimance
Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
(reflek)
A : Activity (tonus
Lumpuh Fleksi lemah Aktif
otot)
R : Respiration
Tidak ada Lemah, merintih Tangisan kuat
(usaha nafas)
Penilaiain :
7-10 : asfiksia ringan
4-6 : asfiksia sedang
0-3 : asfiksia berat
Keterangan :
Klasifikasi klinik berdasarkan nilai APGAR
1. Asfiksia ringan (7-10)
a. Takipnea dengan napas > 60x/menit
b. Bayi tampak sianosis
c. Adanya retraksi sela iga
d. Bayi merintih
e. Adanya pernapasan cuping hidung
f. Bayi kurang aktif
g. Dari pemeriksaan auskultasi deperoleh hasil ronchi, rales, dan wheezing positif
2. Asfiksia sedang (4-6)
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali per menit.
b. Usaha napas lambat
c. Adanya pernapasan cuping hidung
d. Adanya retraksi sela iga
e. Tonus otot dalam keadaan baik/ lemah
f. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan namun tampak
lemah
g. Bayi tampak sianosis
h. Tidak terjadi kekurangn oksigen yang bermakna selama proses persalinan
3. Asfiksia berat (0-3)
a. Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40x /menit
b. Tidak ada usaha
c. Adanya retraksi sela iga
d. Tonus otot lemah bahkan hamper tidak ada
e. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberi rangsangan
f. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
V MANIFESTASI KLINIS

Perbedaan Asfiksia Pallida Asfiksia Livida


Warna kulit Pucat Kebiru-biruan
Tonus otot Sudah kurang Masih baik
Reaksi rangsangan Negative Positif
Bunyi jantung Tak teratur Masih teratur
Prognosis Jelek Lebih baik

Asfiksia neonatarum biasanya akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda-
tanda sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2013) :
1. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada keadaan umum
normal denyut janin berkisar antara 120-160 x/menit dan selama his frekuensi ini
bisa turun namun akan kembali normal setelah tidak ada his.
2. Terdapat mekonium pada air ketuban pada letak kepala. Kekurangan O2
merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin asfiksia.
3. Pada pemeriksaan dengan amnioskopi didapatkan pH janin turun sampai <7,2
karena asidosis menyebabkan turunnya pH.
a) Pada Kehamilan
1. Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus
dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
2. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
3. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
4. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
b) Pada bayi setelah lahir
1. Bayi pucat dan kebiru-biruan
2. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3. Hipoksia
4. Asidosis metabolik atau respirator
5. Perubahan fungsi jantung
6. Kegagalan sistem multiorgan
7. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100
x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap
refleks rangsangan.

VI PATOFISIOLOGI
Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk
mengeluarkan karbondioksida. Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin dalam
keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah
dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh darah janin,
sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus
arteriosus kemudian masuk ke aorta.5
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama
oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan alveoli
akan berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke
dalam pembuluh darah di sekitar alveoli. 5
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada
sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan udara dan
peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan mengalami relaksasi
sehingga tahanan terhadap aliran darah bekurang. 5
Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik, menyebabkan
tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan sistemik sehingga
aliran darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus arteriosus menurun. Oksigen
yang diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di vena pulmonalis dan darah yang
banyak mengandung oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian dipompakan ke
seluruh tubuh bayi baru lahir. Pada kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen
(21%) untuk menginisiasi relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen
meningkat dan pembuluh paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit.
Darah yang sebelumnya melalui duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru, akan
mengambil banyak oksigen untuk dialirkan ke seluruh jaringan tubuh. 5
Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan paru-
parunya untuk mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan napas yang dalam
akan mendorong cairan dari jalan napasnya. Oksigen dan pengembangan paru merupakan
rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat oksigen masuk adekuat dalam
pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru menjadi kemerahan. 5
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan
persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi
sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan
fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia
yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan
penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas
(gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat,
usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua
(Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah. 7
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan
pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut
dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen
tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam
organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik.
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh
beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan
mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan
menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung
dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh
lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi
dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi
menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya
VII. PATHWAY

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan diagnostik (Manuaba, 2018):
a) Foto polos dada: untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung dan
kelainan paru, ada tidaknya aspirasi mekonium.
b) USG (kepala): Untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal,
pervertikular, dan vertikular.
2. Pemeriksaan Laboratorium:
a) Analisa gas darah: PaO2 di dalam darah berkurang.
b) Elektrolit darah: HCO3 di dalam darah bertambah
c) Gula darah: Untuk mengindikasikan adanya pengurangan cadangan
glikogen akibat stress intrauteri yang mengakibatkan bayi mengalami
hipoglikemi.
d) Baby gram: Berat badan bayi lahir rendah < 2500 gram

IX. PENATALAKSANAAN MEDIS


Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia menurut Wiknjosastro adalah
sebagai berikut :
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan
suhu tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga
kebutuhan oksigen meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga kehangatan
suhu BBL dengan :
1. Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak.
2. Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar.
3. Bungkus bayi dengan kain kering.
b. Pembersihan jalan nafas
Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan
amnion, kepala bayi harus posisi lebih rendah sehingga memudahkan
keluarnya lender

c. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan


Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua
telapak kaki bayi, menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin
K. Hal ini berfungsi memperbaiki ventilasi.
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat (nilai apgar 0-3)
Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dilakukan yaitu dengan :
1) Memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara langsung dan
berulang atau dengan melakukan intubasi endotracheal dan O2 dimasukkan
dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml. Hal ini mencegah terjadinya iritasi paru
berlebihan sehingga dapat terjadi ruptur aveoli. Tekanan positif ini dilakukan
dengan meniupkan udara ke dalam kateter dari mulut ke pipa atau ventilasi
kantong ke pipa.
2) Memberikan natrikus bikarbonat dengan dosis 2-4 mEQ/kg BB
3) Masase jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas tulang dada
secara teratur 80-100 x/mnt. Tindakan ini berselingan dengan nafas buatan,
yaitu setiap 5 x masase diikuti 1x pemberian nafas. Hal ini bertujuan untuk
menghindarkan kemungkinan timbulnya komplikasi pneumotoracks
jika tindakan ini dilakukan bersamaan.
4) Memberikan obat-obatan 1/10.000 andrelin dengan dosis 0,5- 1 cc secara
intravena (sebegai obat inotropik) dan kalsium glukonat 50-100 mm/kg BB
secara intravena, untuk meningkatkan frekuensi jantung.
b. Asfiksia sedang (Nilai Apgar 4-6)
Dilakukan rangsangan untuk menimbulkan reflek pernafasan dengan :
1) Melakukan rangsangan 30-60 detik setelah penilaian APGAR 1 menit.
2) Melakukan nafas buatan dengan memasukkan pipa ke dalam hidung,
O2 dialirkan dengan kecepatan 1-2 liter/menit. Bayi diletakkan dengan kepala
dalam dorsofleksi, dilakukan dengan membuka dan menutup lubang hidung
dan mulut disertai dengan menggerakkan dagu ke atas dan kebawah dalam
frekuensi 20 x/ menit.
3) Melakukan pernafasan mulut ke mulut yag seharusnya dalam mulut bayi
dimasukkan pharingeal airway yang berfungsi mendorong pangkal lidah ke
depan, sebelum mulut penolong diisi O2 sebelum peniupan, peniupan dilakukan
secara teratur dengan frekuensi 20-30 x/menit.
4) Tindakan lain dalam resusitasi
a) Pengisapan cairan lambung dilakukan pada bayi-bayi tertentu yaitu pada
bayi prematur, sebelumnya bayi mengalami gawat janin, pada ibu yang
mendapatkan anastesia dalam persalinan.
b) Penggunaan obat Nalorphin diberikan pada bayi yang disebabkan oleh
penekanan pernafasan akibat morfin atau petidin yang diberikan selama
proses persalinan.
Menurut Hidayat, Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara lain :
1. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
Caranya:
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat
b. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut.
c. Bersihkan badan dan tali pusat.
d. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam inkubator.
2. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)
Caranya :
a. Bersihkan jalan napas.
b. Berikan oksigen 2 liter per menit.
c. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada reaksi,bantu
pernapasan dengan melalui masker (ambubag).
d. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat
7,5%sebanyak 6cc.Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena umbilikus
secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial meningkat.

3. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)


Caranya:
a. Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui lambubag.
b. Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
c. Bila tidak berhasil lakukan ETT (Endotracheal Tube).
d. Bersihkan jalan napas melalui ETT (Endotracheal Tube).
e. Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat
7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ASFIKSIA


1. Pengkajian
Merupakan informasi yang dicatat mencakup Identitas orang tua, identitas bayi
baru lahir, riwayat persalinan, pemeriksaan fisik (Wildan dan Hidayat, 2018).
2. Data subjektif
Data subjektif adalah informasi yang dicatat mencangkup identitas, kebutuhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien (anamnesis) (Wildan dan
Hidayat, 2008).
A. Biodata
Pengkajian biodata menurut Romauli (2018) antara lain :
a Nama bayi : Untuk mengetahui kapan bayi lahir.
b Tanggal lahir : Untuk mengetahui kapan bayi lahir.
c Jenis kelamin : Untuk mengetahui jenis kelamin yang dilahirkan
d Nama Orang Tua : Untuk mengetahui identitas orang tua bayi
e Umur : Untuk mengetahui kurun waktu reproduksi sehat, dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
fPendidikan : Untuk mengetahui, tingkat Pendidikan mempengaruhi
sikap perilaku kesehatan seseorang.
g Pekerjaan : Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi
agar nasehat kita sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk mengetahui
apakah ada pengaruh pada kehamilan seperti, bekerja dipabrik rokok,
percetakan.
h Alamat : Untuk mengetahui ibu tinggal dimana menjaga
kemungkinan bila ada ibu yang namanya bersamaan. Alamat juga diperlukan
bila mengadakan kunjungan kepada perilaku.
B. Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan pasien yang dirasakan saat pemeriksaan (romauli,
2011). Pasien dengan asfiksia memiliki frekuensi jantung <100 kali/menit atau >100
kali/menit, tonus otot kurang baik, sianosis/pucat (Ridha, 2018).

C. Antenatal care (ANC)


Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, sejak hamil berapa minggu,
tempat ANC dan riwayat kehamilannya (Wiknjosastro, 2019).
D. Penyuluhan
Apakah ibu sudah dapat penyuluhan tentang gizi, aktifitas selama hamil dan
tanda-tanda bahaya kehamilan (Saifuddin, 2018).
E. Imunisasi tetanus tosoid (TT)
Untuk mengetahui sudah/belum, kapan dan berapa kali yang
nantinya akan mempengaruhi kekebalan ibu dan bayi terhadap penyakit
tetanus (Wiknjosastro, 2019).

Menurut Muslihatun, Kebiasaan ibu sewaktu hamil :


1 Pola nutrisi :
Dikaji untuk mengetahui apa ibu hamil mengalami gangguan nutrisi atau
tidak, pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi frekuensi, kualitas, keluhan, makanan
pantangan.
2 Pola eliminasi :
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK dan BAB, berkaitan dengan
obesitas atau tidak.
3 Pola istirahat :
Untuk mengetahui hambatan ibu yang mungkin muncul jika didapat data
yang senjang tentang pemenuhan istirahat.
4 Personal hygiene :
Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan, sangat penting agar tidak
terkena infeksi.
5 Psikologi budaya :
Untuk mengetahui apakah ibu ada pantang makanan dan kebiasaan selama
hamil yang tidak diperbolehkan dalam adat masyarakat setempat.
6 Perokok dan pemakaian obat-obatan dan alcohol yang mengaibatkan abortus dan
kerusakan.

3. Data obyektif
Data obyektif adalah pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, dan
data penunjang (Wildan dan Hidayat, 2018).
4. Pemeriksaan khusus.
Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada menit pertama ke 5 dan 10.
5. Pemeriksaan umum.
Pemeriksa ukuran keseluruhan, kepala, badan, ekstremitas, tonus otot, tingkat
aktivitas, warna kulit dan bibir tangis bayi.
Pemeriksaan tanda-tanda :
1 Laju nafas 40-60 kali per menit, periksa kesulitan bernapas.
2 Laju jantung 120-160 kali per menit.
3 Suhu normal 36,50C.
6. Pemeriksaan fisik sistematis menurut Indrayani dan Moudy (2013) :
a. Kepala
Pemeriksaan kepala, ubun-ubun (raba adanya cekungan atau cairan dalam
ubun-ubun), sutura (pada perabaan sutura masih terbuka), molase, periksa
hubungan dalam letak dengan mata dan kepala. Ukur lingkar kepala dimulai dari
lingkar skdipito sampai frontal.
b. Mata
Buka mata bayi dan lihat apakah ada tanda-tanda infeksi atau pus.
Bersihkan kedua mata bayi dengan lidi kapas DTT. Berikan salf mata kepala.
c. Telinga
Periksa hubungan letak dengan mata dan kepala.
d. Hidung dan mulut
Periksa bibir dan langitan sumbing, refleks hisap, dinilai saat bayi
menyusui.
e. Leher
Periksa adanya pembesaran kelenjar thyroid.
f. Dada
Periksa bunyi nafas dan detak jantung. Lihat adakah tarikan dinding dada
dan lihat puting susu (simetris atau tidak).
g. Abdomen
perut apakah ada kelainan dan keadaan tali pusat.
h. Genetalia
Untuk laki-laki periksa apakah testis sudah turun kedalam skrotum. Untuk
perempuan periksa labia mayor dan minor apakah vagina berlubang dan uretra
berlubang.
i. Punggung
Untuk mengetahui keadaan tulang belakang periksa reflek di punggung
dengan cara menggoreskan jari kita di punggung bayi, bayi akan mengikuti
gerakan dari doresan jari kita.
j. Anus
Periksa lubang anus bayi.
k. Ekstremitas
Hitung jumlah jari tangan bayi.
l. Kulit
Lihat warna kulit dan bibir setra tanda lahir.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas
2. Pola nafas tidak efektif
3. Risiko termoregulasi tidak efektif
4. Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrisi.

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan SIKI SLKI
1. Gangguan pertukaran gas 1. Terapi Oksigen : 1.Pertukaran Gas
Batasan karakteristik : Tujuan : Untuk memberikan - Tingkat kesadaran
1 Dispnea tambahan oksigen supaya - Dispnea
2 Takikardia mencegah dan mengatasi - Bunyi nafas tambahan
3 pH arteri meningkat kondisi kekurangan oksigen. - Napas cuping hidung
/menurun Tindakan : - Pco2
4 PO2 menurun A Observasi - Po2
5 Sianosis 1 Monitor kecepatan aliran - Sianosis
6 Pola nafas abnormal oksigen - Takikardia
7 Napas cuping hidung 2 Monitor posisi alat terapi
8 PCO2 oksigen
menurun/meningkat 3 Monitor tanda-tanda
9 Warna kulit abnormal hipoventilasi
10 Kesadaran menurun 4 Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
B Terapeutik
1 Bersihkan secret pada
mulut, hidung, dan
trakea
2 Pertahankan kepatenan
jakan nafas
C Edukasi
Ajarkan keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
D Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosisi
oksigen
Pemantauan Respirasi
Observasi :
1. Monitor frekuensi, iraman,
kedalaman dan upaya nafas
2. monitor adanya sumbatan
jalan nafas
3. auskultasi bunyi nafas
4. monitor saturasi oksigen
5. monitor kecepatan aliran
oksigen
6.monitor kemampuan melepas
oksigen saat makan
Teraupetik :
1.pertahankan kepatenan jalan
nafas
2. berikan tambahan oksigen
jika perlu
Kolabrasi :
1.kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2.kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan
tidur

2. Pola Nafas Tidak Efektif 1. Pemantauan respirasi 1. Pola Napas


Batasan karakteristik : Tujuan : untuk memastikan - Dyspnea
1 Dispnea kepatenan jalan nafas dan - Frekuensi napas
2 Penggunaan otot keefektifan pertukaran gas - Kedalaman napas
bantu pernafasan Tindakan: - Pernafasan cuping
3 Fase ekspirasi a. Observasi hidung
memanjang 1 Monitor frekuensi, irama, - Penggunaan otot bantu
4 Pola nafas abnormal kedalaman dan upaya
(mis. Takipnea, nafas
bradipnea, 2 Monitor pola nafas (
hioerventilasi, bradipnea, takipnea, dll)
kussmaul,cheyne- 3 Monitor adanya sumbatan
stokes jalan nafas
5 Pernafasan cuing 4 Monitor saturasi oksigen
hidung 5 Auskultasi bunyi napas
b. Terapeutik
Atur pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
c. Edukasi
Jelaskan prosedur dan tujuan
pemantauan.

Maajemen Jalan Nafas

Observasi :

1 Monitor pola nafas


(frekuensi, kedalaman,
usaha nafas)

2 Monitor bunyi nafas


tambahan ( gurgling, mengi,
wheezing, ronki)

3 Auskultasi bunyi nafas

4 Monitor saturasi oksigen

Teraupetik :

1 Posisikan semi fowler

2 Lakukan fisioterapi dada


3 Berikan oksigen jika perlu

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian
bronkodilator

3. Risiko termoregulasi tidak 1. Pengaturan suhu 1. Termogulasi : baru lahir


efektif - Monitor suhu paling tidak 2 - Berat badan
Batasan karakteristik : jam, sesuai kebutuhan - Suhu tidak stabil
- Gangguan yang - Monitor suhu bayi baru lahir - Perubahan warna kulit
memengaruhi regulasi sampai stabil
suhu - Monitor suhu dan warna kulit
- Peningkatan kebutuhan Tempatkan bayi baru lahir di
oksigen bawah penghangat, jika
- Usia ekstrem diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat, dkk. 2015. Dianosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi
Bahasa Indonesia.Jakarta : EGC
Muchtar. 2018. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
https://www.academia.edu/16745773/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASFIKSIA_PRIMA
https://www.academia.edu/16714684/laporan_pendahuluan_asfiksia
https://www.academia.edu/7744313/Lp-asfiksia
http://ghazali802.blogspot.com/2015/12/anatomi-fisiologi-sistem-pernafasan.html
https://hmkuliah.wordpress.com/2017/07/27/sistem-pernafasan/
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2017). Standar diagnose Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2018). Standar diagnose Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.(2019). Standar diagnose Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan

Anda mungkin juga menyukai