Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR


PASIRIAN LUMAJANG DI RUANGAN SAPHIRE

Disusun Oleh :

IFROH AMALIAH
( NIM : 14201.09.17023 )

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY
PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR DI
RUMAH SAKIT PASIRIAN LUMAJANG
DI RUANGAN SAPHIR

Lumajang,

Mahasiswa

(.............................)

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

(..................................) (.....................................)

Kepala Ruangan

(...............................)
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ISTIRAHAT TIDUR
GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

I. Anatomi

II. Fisiologi
Otak melaksanakan semua fungsi yang disadari. Otak bertanggung jawab
terhadap pengalaman-pengalaman berbagai macam sensasi atau rangsangan
terhadap kemampuan manusia untuk melakukan gerakan-gerakan yang menuruti
kemauan (disadari), dan kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam
proses mental, seperti ingatan atau memori, perasaan emosional, intelegensia,
berkomunikasi, sifat atau kepribadian dan ramalan.
1. Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia.
Otak besar mempunyai fungsi dalam mengatur semua aktivitas mental,
yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensia), ingatan (memori),
kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar terdiri atas Lobus Oksipitalis
sebagai pusat penglihatan, Lobus temporalis yang berfungsi sebagai pusat
pendengaran, dan Lobus frontalis yang berfungsi sebagai pusat
kepribadian dan pusat komunikasi.
2. Otak kecil (serebelum)
Otak kecil (serebelum) mempunyai fungsi utama dalam koordinasi
terhadap otot dan tonus otot, keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada
rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang
normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil juga berfungsi
mengkoordinasikan gerakan yang halus dan luwes.
3. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah
berfungsi penting pada refleks mata, tonus otot serta fungsi posisi atau
kedudukan tubuh.
4. Otak depan (diensefalon)
Otak depan terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi
menerima semua rangsang dari reseptor kecuali bau, dan hipothalamus yag
berfungsi dalam pengaturan suhu, pengaturan nutrien, penjagaan agar tetap
bangun, dan penumbuhan sikap agresif.
5. Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil
bagian kiri dan kanan. Selain itu, menghubungkan otak besar dan sumsum
tulang belakang.
Siklus tidur terjadi secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur yaitu
medulla, tepatnya di RAS (Recticular Activating System) dan BSR (Bulbar
Synchronizing Region). RAS terdiri dari neuron-neuron di medulla
oblongata, pons dan midbrain. Pusat ini terlibat dalam mempertahan status
bangun dan mempermudah beberapa tahap tidur. Perubahan-perubahan
fisiologis dalam tubuh terjadi selama tidur. Ada dua teori tentang tidur :
Pasif : RAS di otak mengalami kelelahan sehingga menyebabkan tidak aktif.
Aktif : (Diterima sekarang) suatu bagian di otak yang menyebabkan tidur
dihambat oleh bagian lain.
RAS dan BSR adalah pikiran aktif kemudian menekan pusat otak
secara bergantian. RAS berhubungan dengan status jaga tubuh dan
menerima sensory input (pendengaran, penglihatan, penghidupan, nyeri dan
perabaan). Rangsangan sensory mempertahankan seseorang untuk bangun
dan waspada. Selama tidur tubuh menerima sedikit rangsangan dari korteks
serebral (Haswita, dkk, 2017).
III. Definisi
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang. (Wahit & Nurul, 2008)
Istirahat dan tidur memiliki makna yang berbeda pada setiap individu.
Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, rileks, tanpa tekanan
emosional dan bebas dari perasaan gelisah. Dalam arti lain istirahat bukan berarti
tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan di taman juga
bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat.
Sedangkan pengertian tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri
dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun/hilang dan
dapat dibangunkan kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup (Guyton,
dalam buku Haswita, 2017).

Tabel 3.1. Pola Tidur Normal Berdasarkan Usia

Usia Tingkat Jumlah Tahapan Tidur


Perkembanga Kebutuha
n n
Tidur
0-3 bulan Neonatus 14-18 jam/hari REM 50%
(minggu pertama
kelahiran)
1-18 bulan Bayi 12-14 jam/hari REM 20-30%
18 bulan – 3 tahun Anak 11-12 jam/hari REM 25%
3 tahun – 6 tahun Prasekolah 11jam/hari REM 20%
6 tahun – 12 tahun Sekolah 10 jam/hari REM 18.5%
12 tahun – 18 tahun Remaja 8,5 jam/hari REM 20%
18 tahun – 40 tahun Dewasa Muda 7-8 jam/hari REM 20-25%
40 tahun – 60 tahun Dewasa 7 jam/hari REM 20%
Pertengahan
60 tahun ke atas Usia Tua 6 jam/hari REM 20-25%
NREM IV
menurun kadang
Absen
IV. Etiologi
Adapun penyebab yang dapat menyebabkan seseorang mengalami
gangguan pola tidur (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) yaitu:
1) Hambatan lingkungan yang terdiri dari:
a) Kelembaban lingkungan sekitar
b) Suhu lingkungan
c) Pencahayaan
d) Kebisingan
e) Bau yang tidak sedap
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur

V. Patofisiologi
Pengontrolan siklus yang dialami selama tidur berpusat pada kedua tempat
khusus di batang otak yaitu Reticularis Activiting System (RAS) dan Bulbar
SynchconitingRegion BSR) di medulla. Dua system RAS dan BSR diperkirakan
terjadinya kegiatan/ pergerakan yang intermiten dan selanjutnya menekan pusat-
pusat otak. Rasdihubungkan dengan pernyataan tubuh tentang kewaspadaan dan
menerima impulssensori, seperti stimulus auditory, visual, nyeri dan stimulus
taktil. Stimulus sensori inimempertahankan keadaan bangun dan waspada. Selama
tidur tubuh mengirim sedikitsekali stimulus dari korteks cerebri.atau reseptor
sensori perifer pada RAS. Individu bangun dari tidur jika celah peningkatan dari
stimulus BSR meningkat pada saat tidur.Terjadinya insomnia dimungkinkan RAS
dan BSR tidak bekerja dengan semestinya di batang otak (Johnson,2000).
VI. Pathway

VII. Manifestasi klinis


Pasien yang mengalami gangguan pola tidur akan biasanya menunjukkan
gejala dan tanda mayor maupun minor seperti berikut : (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016).
1. Gejala dan tanda mayor
1. Secara subjektif pasien mengeluh sulit tidur, mengeluh sering
terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah,
dan mengeluh istirahat tidak cukup.
2. Secara objektif tidak tersedia gejala mayor dari gangguan pola
tidur.
2. Gejala dan tanda minor
1. Secara subjektif pasien mengeluh kemampuan beraktivitas
menurun
2. Secara objektif yaitu adanya kehitaman di daerah sekitar mata,
konjungtiva pasien tampak merah, wajah pasien tampak
mengantuk (Wahit Iqbal Mubarak et al., 2015).
VIII. Pemeriksaan Penunjang
Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas
listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG) yang mengukur tonus otot
dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan
informasi struktur aspek fisiologis tidur Kajian laboratorium tentang tidur sering
kali digunakan untuk mendiagnosa gangguan tidur, termasuk menggunakan
polisomnogram (PSG) dimalam hari dan Multiple Sleep Latency Test (MSLT).
PSG melibatkan penggunaan EEG, EMG, dan EOG untuk memantau tahapan
tidur dan bangun selama tidur malam. MSLT memberi informasi objektif tentang
tidur dan aspek-aspek terpilih dari struktur tidur dengan mengukur seberapa
cepat individu tertidur selama empat kesempatan tidur siang sepanjang hari.
Episode REM awitan tidur juga dicatat karena abnormalitas ini berhubungan
dengan beberapa gangguan tidur.
IX. Penatalaksanaan
Insomnia adalah merupakan suatu gejala, bukan merupakan suatu
diagnosis, maka terapi yang diberikan adalah secara simtomatik. Walaupun
insomnia merupakan suatu gejala, namun gejala ini bisa menjadi sangat
mengganggu aktivitas dan produktivias penderita, terutama penderita dengan
usia produktif. Oleh karena itu, penderita berhak mendapatkan terapi yang
sewajarnya. Pendekatan terapi pada penderita insomnia ini bisa dengan
farmakologi atau non-farmakologi, berdasarkan berat dan perjalanan gejala
insomnia itu sendiri.
a. Farmakologi
Meresepkan obat-obatan untuk penderita dengan insomnia harus
berdasarkan tingkat keparahan gejala di siang hari, dan sering diberikan
pada penderita dengan insomnia jangka pendek supaya tidak berlanjut ke
insomnia kronis. Terdapat beberapa pertimbangan dalam memberikan
pengobatan insomnia :
1. Memiliki 10 efek samping yang minimal
2. Mempunyai onset yang cepat dalam mempersingkat proses memulai
tidur
3. lama kerja obat tidak mengganggu aktivitas di siang hari. Obat tidur
hanya digunakan dalam waktu yang singkat, yaitu sekitar 2-4 minggu
b. Non Farmakologis
Terapi tanpa obat-obatan medis bisa diterapkan pada insomnia tipe primer
maupun sekunder. Banyak peneliti menyarankan terapi tanpa medikamentosa pada
penderita insomnia karena tidak memberikan efek samping dan juga memberi
kebebasan kepada dokter dan penderita untuk menerapkan terapi sesuai keadaan
penderita. Terapi tipe ini sangat memerlukan kepatuhan dan kerjasama penderita
dalam mengikuti segala nasehat yang diberikan oleh dokter. Terdapat beberapa
pilihan yang bisa diterapkan seperti yang dibahas di bawah ini :
a) Stimulus Conrol
Tujuan dari terapi ini adalah membantu penderita menyesuaikan onset
tidur dengan tempat tidur. Dengan metode ini, onset tidur dapat dapat
dipercepat. Malah dalam suatu studi menyatakan bahwa jumlah tidur
pada penderita insomnia dapat meningkat 30-40 menit. Metode ini
sangat tergantung kepada kepatuhan dan motivasi penderita itu sendiri
dalam menjalankan metode ini, seperti : Hanya berada ditempat tidur
apabila penderita benar-benar kelelahan atau tiba waktu tidur Hanya
gunakan tempat tidur untuk tidur atau berhungan sexual. Membaca,
menonton TV, membuat kerja tidak boleh dilakukan di tempat tidur
Tinggalkan tempat tidur jika penderita tidak bisa tidur, dan masuk
kembali jika penderita sudah merasa ingin tidur kembali Bangun pada
waktu yang telah ditetapkan setiap pagi Hindari tidur di siang hari.
b) Sleep Restriction
Dengan metode ini, diharapkan penderita menggunakan tempat
tidur hanya waktu tidur dan dapat memperpanjang waktu tidur,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas tidur penderita.
Pendekatan ini dilakukan dengan alasan, berada di tempat tidur terlalu
lama bisa menyebabkan kualitas tidur terganggu dan terbangun saat
tidur. Metode ini memerlukan waktu yang lebih pendek untuk
diterapkan pada penderita berbanding metode lain, namun sangat susah
untuk memastikan penderita patuh terhadap instruksi yang diberikan.
Protocol sleep restriction seperti di bawah : Hitung rata-rata total waktu
tidur pada penderita. Data didapatkan melalui catatan waktu dan jumlah
tidur yang dibuat penderita sekurang-kurangnya 2 minggu Batasi jam
tidur berdasarkan perhitungan jumlah waktu tidur Estimasi tidur yang
efisien setiap minggu dengan menggunakan. rumus (jumlah jam
tidur/jumlah waktu di tempat tidur x 100) Tingkatkan jam tidur 15-20
menit jika efisiensi tidurr > 90%, sebaliknya kurangi 15-20 menit jika <
80%, atau pertahankan jumlah jam tidur jika efisiensi tidur 80-90%
Setiap minggu sesuaikan jumlah tidur berdasarkan perhitungan yang
dilakukan Jangan tidur kurang dari 5 jam Tidur di siang hari
diperbolehkan, tetapi tidak melebihi 1 jam Pada usia lanjut, jumlah jam
tidur dikurangi hanya apabila efisiensi tidur kurang dari 75%,
c) Sleep Hygiene
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan merubah cara hidup
dan lingkungan penderita dalam rangka meningkatakan kualitas tidur
penderita itu sendiri. Sleep hygiene yang tidak baik sering
menyebabkan insomnia tipe primer. Pada suatu studi mendapatkan,
seseorang dengan kualitas buruk biasanya mempunyai kebiasan sleep
hygiene yang buruk. Penelitian lain menyatakan, seseorang dengan
sleep hygiene yang baik, bangun di pagi hari dalam suasana yang lebih
bersemangat dan ceria. Terkadang, penderita sering memikirkan dan
membawa masalah-masalah ditempat kerja, ekonomi, hubungan
kekeluargaan dan lain-lain ke tempat tidur, sehingga mengganggu tidur
mereka. Terdapat beberapa hal yang perlu dihindari dan dilakukan
penderita untuk menerapkan sleep hygiene yang baik, seperti dibawah :
Hindari mengkonsumsi alkohol, kafein dan produk nikotin sebelum
tidur Meminimumkan suasana bising, pencahayaan yang terlalu terang,
suhu ruangan yang terlalu dingin atau panas Pastikan kamar tidur
mempunyai ventilasi yang baik Menggunakan bantal dan kasur yang
nyaman dengan penderita Hindarimakanan dalam jumlah yang banyak
sebelum tidur Elakkan membawa pikiran yang bisa mengganggu tidur
d) Cognitive Therapy
Pendekatan dengan cognitive therapy adalah suatu metode untuk
mengubah pola pikir, pemahaman penderita yang salah tentang sebab
dan akibat insomnia. Kebanyakan penderita mengalami cemas ketika
hendak tidur dan ketakutan yang berlebihan terhadap kondisi mereka
yang sulit tidur. untuk mengatasi hal itu, mereka lebih sering tidur di
siang hari dengan tujuan untuk mengganti jumlah tidur yang tidak
efisien di malam hari. Namun itu salah, malah memperburuk status
insomnia mereka. Pada studi yang terbaru, menyatakan cognitive
therapy dapat mengurangi onset tidur sehingga 54%. Pada studi lainnya
menyatakan, metode ini sangat bermanfaat pada penderita insomnia
usia lanjut, dan mempunyai efektifitas yang sama dengan pengobatan
dengan medikamentosa.
X. Komplikasi
Beberapa komplikasi gangguan tidur, antara lain:
a) Lemas dan mengantuk
b) Mudah marah
c) Sulit berkonsentrasi saat beraktivitas
XI. Konsep Gangguan Pola Istirahat Tidur

a) Definisi istirahat tidur


Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus
dipenuhi oleh semua orang. (Wahit & Nurul, 2008)
Istirahat dan tidur memiliki makna yang berbeda pada setiap individu.
Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, rileks, tanpa tekanan
emosional dan bebas dari perasaan gelisah. Dalam arti lain istirahat bukan
berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan di
taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat.
Sedangkan pengertian tidur merupakan suatu keadaan tidak
sadarkan diri dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan
menurun/hilang dan dapat dibangunkan kembali dengan indera atau
rangsangan yang cukup (Guyton, dalam buku Haswita, 2017).

Tabel 2.1. Pola Tidur Normal Berdasarkan Usia


Usia Tingkat Jumlah Kebutuhan Tahapan Tidur
Perkembangan Tidur
0-3 bulan Neonatus 14-18 jam/hari REM 50%
(minggu pertama
kelahiran)
1-18 bulan Bayi 12-14 jam/hari REM 20-30%

18 bulan – 3 tahun Anak 11-12 jam/hari REM 25%

3 tahun – 6 tahun Prasekolah 11jam/hari REM 20%

6 tahun – 12 tahun Sekolah 10 jam/hari REM 18.5%

12 tahun – 18 tahun Remaja 8,5 jam/hari REM 20%

18 tahun – 40 tahun Dewasa Muda 7-8 jam/hari REM 20-25%

40 tahun – 60 tahun Dewasa 7 jam/hari REM 20%


Pertengahan
60 tahun ke atas Usia Tua 6 jam/hari REM 20-25%
NREM IV
menurun kadang
Absen
b) Fisiologi Tidur
Siklus tidur terjadi secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur yaitu
medulla, tepatnya di RAS (Recticular Activating System) dan BSR (Bulbar
Synchronizing Region). RAS terdiri dari neuron-neuron di medulla oblongata,
pons dan midbrain. Pusat ini terlibat dalam mempertahan status bangun dan
mempermudah beberapa tahap tidur. Perubahan-perubahan fisiologis dalam
tubuh terjadi selama tidur. Ada dua teori tentang tidur :
Pasif : RAS di otak mengalami kelelahan sehingga menyebabkan tidakaktif.
Aktif : (Diterima sekarang) suatu bagian di otak yang menyebabkan tidur
dihambat oleh bagian lain.
RAS dan BSR adalah pikiran aktif kemudian menekan pusat otak secara
bergantian. RAS berhubungan dengan status jaga tubuh dan menerima sensory
input (pendengaran, penglihatan, penghidupan, nyeri dan perabaan). Rangsangan
sensory mempertahankan seseorang untuk bangun dan waspada. Selama tidur
tubuh menerima sedikit rangsangan dari korteks serebral (Haswita, dkk, 2017).

c) Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada
manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor
lingkungan (mis: cahaya, kegelapan, gravitasi, dan stimulus elektromagnetik).
Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi
siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi denyut jangtung, tekanan darah,
temperature tubuh, sekresi hormone, metabolism, dan penampilan serta perasaan
individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama
biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkornisasi sirkadian terjadi jika individu
memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan
bangun pada saat ritme fisiologisnya dan psikologis paling tinggi atau paling aktif
dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah (Lilis, Taylor, Lemone,
dalam buku Wahit,Nurul, 2007).
d) Tahapan Tidur
Tidur yang normal melibatkan 2 fase yaitu: Pergerakan mata yang tidak cepat
NREM (Non Rapid Eye Movement) dan pergerakan mata yang cepat REM (Rapid
Eye Movement). Selama NREM seseorang yang tidur mengalami kemajuan
melalui 4 tahap yang memerlukan waktu kira-kira 90 menit selama siklus tidur.
Sedangkan, tidur tahapan REM merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90
menit sebelum tidur berakhir. Kondisi dari memori dan pemulihan psikologis
terjadi pada waktu ini, faktor yang berbeda dapat meningkatkan atau mengganggu
tahapan siklus tidur yang berbeda.
1. Tahapan tidur NREM
Tidur NREM ditandai dengan berkurangnya mimpi, tekanan darah turun,
kecepatan pernafasan turun, metabolisme turun dan gerakan mata lambat.
Masa NREM ini dibagi menjadi 4 tahap yang memerlukan waktu 90 menit
siklus tidur dan masing-masing tahap ditandai dengan pola gelombang otak.
a. Tahap 1 NREM
1. Tahap meliputi tingkat paling dangkal dan tidur.
2. Tahap berlangsung selama 5 menit, yang membuat orang beralih
dari tahap sadar menjadi tidur.

3. Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara


bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme.
4. Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti
suara.
5. Ketika terbangun, seseorang merasa telah melamun.
b. Tahap 2 NREM
1. Tahap 2 merupakan tidur ringan.
2. Kemajuan relaksasi otot, tanda vital dan metabolisme menurun
dengan jelas.
3. Untuk terbangun masih relative mudah.
4. Gelombang otak ditandai dengan “sleep spindles” dan
gelombang komplek.
5. Tahap berakhir 10 hingga 20 menit.
c. Tahap 3 NREM
1. Tahap 3 meliputi tahap awal tidur yang dalam, yang
berlangsung selama 15 sampai 30 menit.
2. Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarak bergerak.
3. Otot-otot dalam keadaan santai penuh dan tanda-tanda vital
menurun tetapi tetap teratur.
4. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat
penambahan gelombang delta yang lambat.
d. Tahap 4 NREM
1. Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam/nyenyak.
2. Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur.
3. Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan
menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini.
4. Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibandingkan
selama jam terjaga.
5. Ditandai dengan predominasi gelombang delta yang
melambat.
Perubahan Fisiologis Selama Tidur NREM:
1. Tekanan darah arteri menurun
2. Denyut nadi menurun
3. Pembuluh darah tepi mengalami dilatasi
4. Curah jantung menurun
5. Otak rangka rileks
6. Laju metabolisme basal menurun 10% sampai 30%
7. Kadar hormone pertumbuhan mencapat puncak
8. Tekanan intracranial menurun. (Kozier, dkk, 2010)
2. Tahap Tidur REM
Tidur tipe ini disebut “paradoksikal” karena hal ini bersifat
“paradoks”, yaitu seseorang dapat tetap tidur walaupun aktivitas
otaknya nyata. Ringkasnya, tidur REM merupakan pola/tipe tidur
dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas otak
tidak disalurkan kearah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh
terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Tidur ini dapat
berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata
timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit, akan
tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat
bahkan jenis tidur ini tidak ada.
Ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Biasanya disertai dengan mimpi aktif.
b. Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak gelombang
lambat.
c. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.
d. Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak tertidur.
e. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.

f. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan
darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat dan
metabolisme meningkat.
g. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan
dalam belajar, memori dan adaptasi (Haswita, dkk, 2017).

e) Siklus Tidur
Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur
yang komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya
melalui empat hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai
dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung
selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama kurang lebih 20 menit.
Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I
REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit (Wahit, dkk, 2010).

NREM
tahap II
NREM
NREM
tahap III
Tidur tahap 1
REM

NREM
tahap IV
NREM
tahap II
NREM
tahap III

Gambar 2.1 : Siklus Tidur Normal (Haswita, dkk, 2017)


f) Patofisiologi dan Pathway
Pengontrolan siklus yang dialami selama tidur berpusat pada kedua tempat
khusus di batang otak yaitu Reticularis Activiting System (RAS) dan Bulbar
SynchconitingRegion BSR) di medulla. Dua system RAS dan BSR diperkirakan
terjadinya kegiatan/ pergerakan yang intermiten dan selanjutnya menekan pusat-
pusat otak. Rasdihubungkan dengan pernyataan tubuh tentang kewaspadaan dan
menerima impulssensori, seperti stimulus auditory, visual, nyeri dan stimulus
taktil. Stimulus sensori inimempertahankan keadaan bangun dan waspada. Selama
tidur tubuh mengirim sedikitsekali stimulus dari korteks cerebri.atau reseptor
sensori perifer pada RAS. Individu bangun dari tidur jika celah peningkatan dari
stimulus BSR meningkat pada saat tidur.Terjadinya insomnia dimungkinkan RAS
dan BSR tidak bekerja dengan semestinya di batang otak.(Johnson,2000).
g) Fungsi Dan Tujuan Tidur
Fungsi tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur
dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan,
mengurangi stress pada paru, kardiovaskuler, endokrin dan lain-lain. Energi
disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi selular yang
penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur, yang pertama, efek
dari system saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan
keseimbangan diantara berbagai susunan saraf dan yang kedua yaitu pada efek
struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh
karena selama tidur terjadi penurunan. (Haswita, dkk, 2017).
h) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Tidur

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor.Kualitas dapat


menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah
istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Faktor- faktor yang dapat
mempengaruhinya adalah:
1) Penyakit
Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit
yang mengharuskan untuk istirahat dan tidur, misalnya penyakit yang
disebabkan infeksi (infeksi limpa) akan membutuhkan lebih banyak waktu
tidur untuk mengatasi keletihan. Banyak juga keadaan sakit menjadikan
pasien kurang tidur,bahkan tidak bias tidur.
2) Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman, bersih, tenang dan nyaman bagi
seseorang dapat mempercepat terjadinya proses tidur.
3) Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

4) Latihan dan Kelelahan


Keletihan akibat aktivitas tinggi memerlukan lebih banyak tidur
untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Maka orang
tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang
lambatnya (NREM) diperpendek.
5) Stress Psikologis
Pada keadaan cemas memikirkan suatu masalah yang dapat
membebani seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
mengganggu tidurnya,
6) Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
7) Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses
tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena
adanya triptofan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna.
Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi
proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.
8) Obat-obatan
Obat juga dapat mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat
yang dapat mempengaruhi proses tidur antara lain:
a) Diuretik : menyebabkan insomnia
b) Antidepresan : menyupresi REM
c) Kafein : meningkatkan saraf simpatis
d) Beta-bloker : menimbulkan insomnia
e) Narkotika : menyupresi REM (Haswita, dkk, 2017)
9) Gaya Hidup
Seorang yang kerjanya bergeser dan sering kali berganti jam kerja
harus mengatur aktivitas untuk siap tertidur di saat yang tepat. Olahraga
sedang biasanya kondusif untuk tidur, tetapi olahraga berlebihan dapat
memperlambat waktu tidur. Kemampuan seseorang untuk relaks sebelum
istirahat adalah factor terpenting yang mempengaruhi kemampuan untuk
tertidur.
10) Diet
Penurunan berat badan telah dihubungkan dengan pengurangan
waktu tidur total serta tidur yang terputus dan bangun tidur lebih awal. Di
sisi lain, pertambahan berat badan tampak berhubungan dengan peningkatan
total waktu tidur, berkurangnya tidur yangterputus, dan bangun lebih lambat.
L-triptofan dalam makanan- misalnya, dalam keju dan susu dapat
mengindikasi tidur, sebuah bukti yang mungkin dapat menjelaskan mengapa
susu hangat membantu sesorang untuk tidur. (Kozier, 2010).
i) Gangguan Tidur Yang Umumnya Terjadi

1) Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memebuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor
mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia:
a) Insomnia inisial. Kesulitan untuk memulai tidur
b) Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya
terjaga.
c) Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara
lain dengan mengembangkan pola tidur- istirahat yang efektif melalui
olahraga rutin, menghindari rangsangan tidur di sore hari, melakukan
relaksasi sebelumtidur (mis: membaca, mendengarkan music), dan tidur
jika benar-benar mengantuk.

2) Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur ataumuncul saat
seseorang tidur. Gangguan ini umumnya terjadi pada anak-anak. Beberapa
turunan parasomnia anatara lain sering terjaga (mis: tidur berjalan, night
terror), gangguan transisi bangun- tidur (mis: mengigau), parasomnia yang
terkait dengan tidur REM (mis: mimpi buruk), dan lainnya (mis: bruksisme).
3) Hypersomnia
Hypersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan
utama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi medis
tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau
karena gangguan metabolisme (mis: hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu,
hypersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari
tanggungjawab pada siang hari.
4) Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombnag kantuk yang tak tertahankan yang muncul
secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan
tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena
kerusakan genetic system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya
periode tidur REM. Alternative pencegahannya adalah dengan obat-obatan,
seperti amfetamin atau metilpenidase hidroklorida, atau dengan antidepresan
seperti imipramine hidroklorida.
5) Apnea Saat Tidur
Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya napas secara
periodic pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang
mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengantuk
berlebihan pada siang hari, sakit kepala di pagi hari, iritabilitas, atau
mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.
(Haswita, dkk, 2017), sewaktu di tempat tidur Lakukan senam secara teratur
(3-4x/minggu), dan hindari melakukan aktivitas yang berat sebelum tidur.

j) Kontrol Tidur

Kontrol tidur adalah pengawasan, pemeriksaan, pengendalian suatu


keadaan tidak sadarkan diri dimana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun/hilang dan dapat dibangunkan kembali dengan indera atau
rangsangan yang cukup. Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6-8
jam, tetapi hal ini berfariasi. Akan tetapi, adalah hal umum yang mengganggu
kebutuhan tidur seperti stress pekerjaan, aktivitas yang mengarah pada insomnia,
penyakit fisik tertentu. (Universitas Sumatera Utara PDF. 2016. Diakses di:
repositoryusu.ac.id. Pada tanggal 11 Mei 2019)
Teknik kognitif-behavioral menekankan pada jangka pendek dan berfokus
pada penurunan langsung fisiologis yang timbul, memodifikasi kebiasaan tidur
yang maladaptive dan menggunakan pemikiran yang disfungsional. Terapi
kognitif-behavioral biasanya menggunakan kombinasi dari berbagai teknik,
termasuk kontrol stimulus, pemantapan siklus tidur-bangun yang teratur, latihan
relaksasi. Dibawah control normal, kita belajar untuk mengasosiasikan stimulus
yang menghubungkan berbaring ditempat tidur dengan tidur sehingga pemaparan
terhadap stimulus ini dapat meningkatkan perasaan ngantuk. Teknik kontrol
stimulasi bertujuan untuk memperkuat hubungan antara tempat tidur dan tidur
dengan sebisa mungkin membatasi aktivitas. Berikut adalah cara kontrol pola
tidur menjadi normal:
1. Buatlah rutinitas tidur
Mungkin akan kesulitan untuk mengatur siklus tidur saat malam hari dengan
tertidur pada jam yang sama. Namun, bisa berusaha menjaga siklus terjaga
dengan bangun tidur pada jam yang sama di pagi hari.
2. Ciptakan lingkungan ruang tidur yang nyaman
3. Minum obat dan terapi
Orang-orang penderita sakit kronis sudah harus minum banyak obat untuk
untuk mengontrol rasa sakit mereka. Sehingga mereka tidak ingin
mengkonsumsi obat lebih untuk mendapatkan tidur yang baik.
4. Berhenti memikirkan hal yang negative terhadap penyakit menghabiskan
waktu memikirkan rasa sakit dapat membawa pikiran-pikiran negative lain
yang mempengaruhi tidur. (Diakses di: https://hellosehat.com Pada tanggal
11 Mei 2019)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

I. Pengkajian
a. Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Ier et.all dalam buku
Rohmah, 2016) tahap-tahap pengkajianya antara lain :
b) Riwayat Keperawatan
1. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada: waktu tidur,
jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering
bangun pada saat tidur, apakah maengalami mimpi yang mengancam.
2. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari: apakah merasa segar saat
bangun,apa yang terjadi jika kurang tidur.
3. Adakah alat bantu tidur: apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah
menggunakan obat-obatan untuk tidur.
4. Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi: jenis gangguan tidur, kapan
masalah itu terjadi.
c) Pemeriksaan fisik
1. Observasi penampilan wajah, prilaku, dan tingkat energi pasien.
2. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu dan kongjungtiva merah.
3. Prilaku: eritabel , kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, postur
tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket,
menarik diri, bingung dan kurang koordinasi.
d) Riwayat tidur Pengkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah
klien memasuki fasilitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menghubungkan
kebutuhan klien dengan hal-hal yang ia sukai kedalam rencana perawatan.
Riwayat tidur ini meliputi :
1. Pola tidur yang biasa
2. Ritual sebelum tidur
3. Penggunaan Obat-obat tidur atau obat lainya
4. Lingkungan tidur
5. Perubahan terkini pada pola tidur
e) Catatan tidur Catatan tidur sangatlah bermanfaat, khususnya untuk klien yang
memiliki masalah tidur, sebab catatan ini berisi berbagai informasi penting
terkait pola tidur klien. Catatan tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagian
dari informasi berikut :
1. Jumlah jam tidur per hari
2. Aktifitas yang dilakukan 2-3 Jam sebelum tidur (jenis durasi)
3. Ritual Sebelum Tidur (Minum Air)
4. Waktu (a) Pergi tidur, (b) Mencoba Tidur, (c) tertidur, (d) terjaga dimalam
hari dan durasinya, serta (e) bangun tidur dipagi hari.
5. Adanya masalah yang klien yakini dapat mempengaruhi tidurnya
6. Faktor yang klien yakini memberi pengaruh yang positif maupun negatif.

II. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah kebutuhan istirahat
dan tidurdiantaranya adalah :
a) Gangguan pola tidur
Kemungkinan berhubungan dengan :
1. Suhu lingkungan sekitar
2. Perubahan pejanan terhadap cahaya gelap
3. Kurang kontrol tidur
b) Keletihan
Kemungkinan berhubungan dengan :
1. Gangguan tidur
2. Stres berlebih
3. Peristiwa hidup negatif
c) Ansietas
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola
interaksi,fungsi peran, status peran)
b. Stres, ancaman kematian
c. Kebutuhan yang tidak terpenuhi
III. Intervensi keperawatan

No SDKI SLKI SIKI Implementasi

1. Gangguan pola Setelah diberikan Dukungan Tidur : Dukungan Tidur :


tidur asuhan keperawatan Observasi Observasi
Kemungkinan ....x 24 jam 1. Identifikasi pola 1. Mengidentifikasi
berhubungan diharapkan aktivitas dan pola aktivitas dan
dengan : gangguan pola tidur tidur tidur
-Suhu lingkungan klien efektif dengan 2. Identifikasi faktor 2. Mengidentifikasi
sekitar kriteria hasil : penggangu tidur ( faktor penggangu
-Perubahan - Perasaan segar fisik atau tidur ( fisik atau
pejanan terhadap sesudah tidur atau psikologis psikologis
cahaya gelap istirahat 3. Identifikasi obat 3. Mengidentifikasi
- Kurang kontrol -Pola tidur, kualitas tidur yang obat tidur yang
tidur dalam batas normal dikonsumsi dikonsumsi
- Jumlah jam tidur Terapeutik Terapeutik
dalam normal 6-8 1. Modifikasi 1. Memodifikasi
jam/hari lingkungan (mis. lingkungan (mis.
Pencahayaan, Pencahayaan,
kebisingan, suhu, kebisingan, suhu,
matras, dan matras, dan
tempat tidur ) tempat tidur )
2. Fasilitasi 2. Memfasilitasi
penghilang stres penghilang stres
sebelum tidur sebelum tidur
3. Lakukan 3. Melakukan
prosedur untuk prosedur untuk
meningkatkan meningkatkan
kenyamanan kenyamanan (mis.
(mis. Pijat, Pijat, pengaturan
pengaturan posisi, terapi
posisi, terapi akupresur )
akupresur ) 4. Menyesuaikan
4. Sesuaikan jadwal jadwal pemberian
pemberian obat obat dan atau
dan atau tindakan tindakan untuk
untuk menunjang menunjang siklus
siklus tidur tidur terjaga.
terjaga. Edukasi
Edukasi 1. Menjelaskan
1. Jelaskan pentingnya tidur
pentingnya tidur cukup selama
cukup selama sakit
sakit 2. Mengajarkan
2. Ajarkan faktor- faktor-faktor yang
faktor yang berkontrubusi
berkontrubusi terhadap
terhadap gangguan pola
gangguan pola tidur (mis.
tidur (mis. Psikologis, gaya
Psikologis, gaya hidup, sering
hidup, sering berubah shift
berubah shift bekerja)
bekerja) 3. Mengajarkan
3. Ajarkan relakasi relakasi otot
otot autogenik autogenik atau
atau cara cara
nonfarmakologis nonfarmakologis
lainnya. lainnya.

Terapi relaksasi Terapi relaksasi


Observasi Observasi
1. Identifikasi 1. Mengidentifikasi
teknik relaksasi teknik relaksasi
yang pernah yang pernah
efektig dilakukan efektig dilakukan
2. Periksa 2. Memeriksa
ketegangan otot, ketegangan otot,
frekuensi nadi, frekuensi nadi,
tekanan darah, tekanan darah,
dan suhu sebelum dan suhu sebelum
dan sesudah dan sesudah
latihan latihan
3. Monitor terhadap 3. Memonitor
terapi relaksasi terhadap terapi
Terapeutik relaksasi
1. Ciptakan Terapeutik
lingkungan 1. Menciptakan
tenang dan tanpa lingkungan tenang
gangguan dengan dan tanpa
pencahayaan dan gangguan dengan
suhu ruang pencahayaan dan
nyaman, jika suhu ruang
memungkinkan. nyaman, jika
2. Berikan memungkinkan.
informasi tentang 2. Memberikan
persiapan dan informasi tentang
prosedur teknik persiapan dan
relaksasi prosedur teknik
3. Gunakan pakaian relaksasi
longgar 3. Menggunakan
4. Gunakan suara pakaian longgar
yang lembut 4. Menggunakan
dengan irama suara yang lembut
lambat dan dengan irama
berirama. lambat dan
5. Gunakan berirama.
relaksasi sebagai 5. Menggunakan
strategi relaksasi sebagai
penunjang strategi penunjang
dengan analgetik dengan analgetik
atau tindakan atau tindakan
medis yang lain, medis yang lain,
jika sesuai. jika sesuai.
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan tujuan, 1. Menjelaskan
manfaat,batasan, tujuan,
dan jenis manfaat,batasan,
relaksasi yang dan jenis relaksasi
tersedia (mis. yang tersedia
Musik, meditasi, (mis. Musik,
nafas dalam, meditasi, nafas
relaksasi otot dalam, relaksasi
progresif ) otot progresif )
2. Jelaskan secara 2. Menjelaskan
rinci intervensi secara rinci
relaksasi yang intervensi
dipilih relaksasi yang
3. Anjurkan rileks dipilih
dan merasakan 3. Menganjurkan
sensasi relaksasi rileks dan
4. Demonstrasikan merasakan sensasi
dan latih teknik relaksasi
relaksasi ( mis. 4. Mendemonstrasik
Napas dalam, an dan latih teknik
peregangan, atau relaksasi ( mis.
imajinasi Napas dalam,
terbimbing). peregangan, atau
imajinasi
terbimbing).
2. Keletihan Setelah diberikan Manajemen Energi Manajemen Energi
Kemungkinan asuhan keperawatan Observasi Observasi
berhubungan ....x 24 jam 1. Identifikasi 1. Mengidentifikasi
dengan : diharapkan gangguan fungsi gangguan fungsi
a. Gangguan tidur keletihan dengan tubuh yang tubuh yang
b. Stres berlebih kriteria hasil : mengakibatkan mengakibatkan
c. Peristiwa hidup a. Klien mampu kelelahan kelelahan
negatif mengidentifikasi 2. Monitor 2. Memonitor
dan kelelahan fisik kelelahan fisik
mengungkapkan dan emosional dan emosional
gejala keletihan 3. Monitor pola dan 3. Memonitor pola
b. Perasaan segar jam tidur dan jam tidur
sesudah tidur 4. Monitor lokasi 4. Memonitor lokasi
atauistirahat dan dan
c. Pola tidur, ketidaknyamanan ketidaknyamanan
kualitas dalam selama selama melakukan
batas normal melakukan aktivitas
d. Jumlah jam aktivitas Terapeutik
tidur dalam Terapeutik 1. Menyeediakan
normal 6-8 1. Sediakan lingkungan
jam/hari lingkungan nyaman dan
nyaman dan rendah stimulus
rendah stimulus (mis.cahaya,
(mis.cahaya, suara, kunjungan).
suara, 2. Melakukan latihan
kunjungan). rentang gerak
2. Lakukan latihan pasif dan/atau
rentang gerak aktif
pasif dan/atau 3. Memberikan
aktif aktivitas distraksi
3. Berikan aktivitas yang
distraksi yang menenangkan
menenangkan 4. Memfasilitasi
4. Fasilitasi duduk duduk di sisi
di sisi tempat tempat tidur, jika
tidur, jika tidak tidak dapat
dapat berpindah berpindah atau
atau berjalan berjalan
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan tirah 1. Menganjurkan
baring tirah baring
2. Anjurkan 2. Menganjurkan
melakukan melakukan
aktivitas secara aktivitas secara
bertahap bertahap
3. Anjurkan 3. Menganjurkan
menghubungi menghubungi
perawat jika perawat jika tanda
tanda dan gejala dan gejala
kelelahan tidak kelelahan tidak
berkurang berkurang
4. Ajarkan strategi 4. Mengajarkan
koping untuk strategi koping
mengurangi untuk mengurangi
kelelahan kelelahan
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Mengkolaborasi
dengan ahli gizi dengan ahli gizi
tentang cara tentang cara
meningkatkan meningkatkan
asupan makanan asupan makanan

Dukungan Tidur Dukungan Tidur


Observasi Observasi
1. Identifikasi pola 1. Mengidentifikasi
aktivitas dan pola aktivitas dan
tidur tidur
2. Identifikasi faktor 2. Mengidentifikasi
penggangu tidur ( faktor penggangu
fisik atau tidur ( fisik atau
psikologis psikologis
3. Identifikasi obat 3. Mengidentifikasi
tidur yang obat tidur yang
dikonsumsi dikonsumsi
Terapeutik Terapeutik
1. Modifikasi 1. Memodifikasi
lingkungan (mis. lingkungan (mis.
Pencahayaan, Pencahayaan,
kebisingan, suhu, kebisingan, suhu,
matras, dan matras, dan
tempat tidur ) tempat tidur )
2. Fasilitasi 2. Menfasilitasi
penghilang stres penghilang stres
sebelum tidur sebelum tidur
3. Lakukan 3. Melakukan
prosedur untuk prosedur untuk
meningkatkan meningkatkan
kenyamanan kenyamanan (mis.
(mis. Pijat, Pijat, pengaturan
pengaturan posisi, terapi
posisi, terapi akupresur )
akupresur ) 4. Menyesuaikan
4. Sesuaikan jadwal jadwal pemberian
pemberian obat obat dan atau
dan atau tindakan tindakan untuk
untuk menunjang menunjang siklus
siklus tidur tidur terjaga.
terjaga. Edukasi
Edukasi 1. Menjelaskan
1. Jelaskan pentingnya tidur
pentingnya tidur cukup selama
cukup selama sakit
sakit 2. Mengajarkan
2. Ajarkan faktor- faktor-faktor yang
faktor yang berkontrubusi
berkontrubusi terhadap
terhadap gangguan pola
gangguan pola tidur (mis.
tidur (mis. Psikologis, gaya
Psikologis, gaya hidup, sering
hidup, sering berubah shift
berubah shift bekerja)
bekerja) 3. Mengajarkan
3. Ajarkan relakasi relakasi otot
otot autogenik autogenik atau
atau cara cara
nonfarmakologis nonfarmakologis
lainnya. lainnya.
Ansietas Setelah diberikan Reduksi Reduksi Ansietas
Kemungkinan asuhan keperawatan Ansietas Observasi
3.
berhubungan ....x24 jam Observasi 1. Mengidentifikasi
dengan : diharapkan ansietas 1. Identifikasi saat tingkat
-Perubahan klien efektif dengan saat tingkat ansietas berubah
dalam (status kriteria hasil : ansietas (mis. Kondisi,
ekonomi, - berubah (mis. waktu, stresor)
lingkungan, status Mengidentifikasi,me Kondisi, 2. Mengidentifikasi
kesehatan, pola ngungkapkan, dan waktu, stresor) kemampuan
interaksi, fungsi menunjukkan tehnik 2. Identifikasi mengambil
peran, status untuk mengontrol kemampuan keputusan
peran cemas mengambil 3. Memonitor
• Stres, ancaman Klien mampu keputusan tanda-tanda
kematian mengidentifikasi dan 3. Monitor tanda- ansietas ( verbal
Konflik tidak mengungkapkan tanda ansietas dan nonverbal)
disadari mengenai gejala cemas ( verbal dan Terapeutik
tujuan penting Ekspresi wajah, nonverbal) 1. Menciptakan
hidup bahasa tubuh dan Terapeutik suasana
tingkat aktivitas 1. Ciptakan terapeutik untuk
menunjukkan suasana menumbuhkan
berkurangnya terapeutik kepercayaan
kecemasan untuk 2. Menemani
menumbuhkan pasien untuk
kepercayaan mengurangi
2. Temani pasien kecemasan, jika
untuk memungkinkan
mengurangi 3. Memahami
kecemasan, situasi yang
jika membuat
memungkinka ansietas
n dengarkan
3. Pahami situasi dengan penuh
yang membuat perhatian
ansietas 4. Menggunakan
dengarkan pendekatan yang
dengan penuh tenang dan
perhatian meyakinkan
4. Gunakan 5. Menempatkan
pendekatan barang pribadi
yang tenang yang
dan memberikan
meyakinkan kenyamanan
5. Tempatkan 6. Memotivasi
barang pribadi mengidentifikasi
yang situasi yang
memberikan memicu
kenyamanan kecemasan
6. Motivasi Edukasi
mengidentifika 1. Menjelaskan
si situasi yang prosedur,
memicu termasuk sensasi
kecemasan yang mungkin
Edukasi dialami
1. Jelaskan 2. Menganjurkan
prosedur, keluarga untuk
termasuk tetap bersama
sensasi yang pasien, jika perlu
mungkin 3. Melatih kegiatan
dialami pengalihan untuk
2. Anjurkan mengurangi
keluarga untuk ketegangan
tetap bersama 4. Melatih
pasien, jika penggunaan
perlu mekanisme
3. Latih kegiatan pertahanan diri
pengalihan yang tepat
untuk 5. Melatih tehnik
mengurangi relaksasi
ketegangan
4. Latih
penggunaan
mekanisme
pertahanan diri Terapi relaksasi
yang tepat otot progresif
5. Latih tehnik Observasi
relaksasi 1. Mengidentifika
Terapi relaksasi si tempat yang
otot progresif tenang dan
Observasi nyaman
1. Identifikasi 2. Memonitor
tempat yang secara berkala
tenang dan untuk
nyaman memastikan
2. Monitor secara otot rileks
berkala untuk 3. Memonitor
memastikan adanya
otot rileks indikator tidak
3. Monitor rileks (mis.
adanya Adanya
indikator tidak gerakan,
rileks (mis. pernapasan
Adanya yang berat)
gerakan, Terapeutik
pernapasan 1. Mengatur
yang berat) lingkungan
Terapeutik agar tidak ada
1. Atur gangguan saat
lingkungan terapi
agar tidak ada 2. Memberikan
gangguan saat posisi
terapi bersandar pada
2. Berikan posisi kursi atau
bersandar pada posisi lainnya
kursi atau yang nyaman
posisi lainnya 3. Menghentikan
yang nyaman sesi relaksasi
3. Hentikan sesi secara bertahap
relaksasi 4. Memberi waktu
secara mengungkapka
bertahap n perasaan
4. Beri waktu tentang terapi
mengungkapk Edukasi
an perasaan 1. Menganjurkan
tentang terapi memakai
Edukasi pakaian yang
1. Anjurkan nyaman dan
memakai tidak sempit
pakaian yang 2. Menganjurkan
nyaman dan melakukan
tidak sempit relaksasi otot
2. Anjurkan rahang
melakukan 3. Menganjurkan
relaksasi otot menenangkan
rahang otot selama 5
3. Anjurkan sampai 10
menenangkan detik,
otot selama 5 kemudian
sampai 10 anjurkan untuk
detik, merilekskan
kemudian otot 20-30
anjurkan untuk detik, masing-
merilekskan masing 8
otot 20-30 sampai 16 kali
detik, masing- 4. Menganjurkan
masing 8 menenangkan
sampai 16 kali otot kaki
4. Anjurkan selama tidak
menenangkan lebih dari 5
otot kaki detik untuk
selama tidak menghindari
lebih dari 5 kram
detik untuk 5. Menganjurkan
menghindari fokus pada
kram sensasi otot
5. Anjurkan yang menegang
fokus pada 6. Menganjurkan
sensasi otot fokus pada
yang sensasi otot
menegang yang rileks
6. Anjurkan 7. Menganjurkan
fokus pada bernapas dalam
sensasi otot dan perlahan
yang rileks 8. Menganjurkan
7. Anjurkan berlatih di
bernapas antara sesi
dalam dan reguler dengan
perlahan perawat.
8. Anjurkan
berlatih di
antara sesi
reguler dengan
perawat.
IV. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan mandiri seperti prilaku, peningkatan kesehatan dan
upayapencegahan, pengaturan posisi dan intervensi mandiri.
1. Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi
2. Tindakan mandiri aktivitas perawat yang dilakukan atau yang
didasarkan pada kesimpulan sendiri dan bahan petunjuk dan perintah
tenaga kesehatan lain.
3. Tindakan kolaborasi tindakan yang dilaksanakan atas hasil keputusan
bersamadengan dokter dan petugas kesehatan lain.
V. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu ditetapkan
dan situasi kondisiklien, maka diharapkan klien :
1. Gangguan pola tidur klien efektif dengan kriteria hasil :
a. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
b. Pola tidur, kualitas dalam batas normal
c. Jumlah jam tidur dalam normal 6-8 jam/hari
2. Keletihan dengan kriteria hasil :
a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
keletihan
b. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
c. Pola tidur, kualitas dalam batas normal Jumlah jam tidur dalam
normal 6-8 jam/hari
3. Ansietas klien efektif dengan kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan tehnik untuk
mengontrol cemas
b. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
c. Ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik , Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik , Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik , Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Ghadafi Muammar (2015) TATALAKSANA INSOMNIA DENGAN
FARMAKOLOGI ATAU NON-FARMAKOLOGI. Bagian SMF Ilmu
Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar. Denpansar
Suhartini (2019) Pemenuhan Istirahat – Tidur Pasien melalui Tehnik Relaksasi
Progresif di Rumah Sakit Umum Daerah Bima. Rumah Sakit Umum Daerah
Bima, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
http://jkp.poltekkes- mataram.ac.id/ diakses pada tanggal 01 Februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai