Dosen Pengampu :
Agita Tunjungsari S.Psi., M.Si
Disusun Oleh :
Ghaniys Maysely Tachta
1PA31
10521609
Fakultas Psikologi
Jurusan Psikologi
Universitas Gunadarma
2021/2022
Daftar Isi
1.3 Tujuan
i. Untuk mengetahui definisi dari tidur dan mimpi
ii. Untuk mengetahui kebutuhan dan fungsi tidur
iii. Untuk mengetahui tafsir mimpi dalam pandangan Islam
BAB 2
Isi
2.1 Pengertian Tidur dan Mimpi
Tidur adalah proses istirahat bagi semua makhluk hidup dan bahkan ini sangat penting bagi
kesehatan tubuh manusia. Ketika kita tidur, daya tanggap pasti akan berkurang karena beberapa
organ ada yang beristirahat. Pengertian menurut para ahli :
a) Tidur adalah suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan
dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall,
1997).
b) Tidur adalah kondisi hilangnya kesadaran secara priodik dan normal (Lannywati,
2001).
c) Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih
lama dari keterjagaan (Potter & Perry, 2005).
d) Tidur adalah suatu keadaan tidak sadar yang menyebabkan reaksi individu terhadap
lingkungan sekitar menurun bahkan hilang (Wahid dan Nurul, 2007).
Selain itu terdapat istilah-istilah tidur, seperti Pradormitiujm adalah fase peralihan ketika
masih sadar menuju tidur. Pada fase ini, biasanya kita masih sadar dan bisa mendengar suara di
sekitar. Postdormitium adalah kebalikan dari pradormitium. Ini merupakan fase peralihan saat
tidur untuk kembali sadar. Kebanyakan orang tidak menyadari sedang mengalami fase ini.
Somnologie adalah salah satu ilmu kedokteran yang secara khusus mempelajari mengenai
gangguan tidur
Penelitian ini akan dilakukan pada dewasa yang berumur 18 tahun ke atas. Kebutuhan tidur
pada kelompok usia 18 tahun ke atas normalnya adalah sekitar 7-8 jam/hari. Kebutuhan tidur yang
terpenuhi tentunya dapat menghasilkan pengeluaran serotonin yang cukup. (Mubarak, et. All,
2015).
Selama tidur, denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit atau kurang. Ini berarti
bahwa selama tidur jantung berdetak 10-20 kali lebih lambat dalam setiap menit atau 60-120 kali
lebih sedikit dalam setiap jam. Oleh karena itu, tidur yang cukup bermanfaat dalam
mempertahankan fungsi jantung. Fungsi biologis lainnya yang menurun selama tidur adalah
pernapasan, tekanan darah, dan otot (McCance dan Huether, 2006 dalam potter & Perry 2010).
“Mimpi itu ada tiga. Mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Allah, mimpi karena
bawaan pikiran seseorang (ketika terjaga), dan mimpi menyedihkan yang datang dari setan. Jika
kalian mimpi sesuatu yang tak kalian senangi, maka jangan kalian ceritakan pada siapa pun,
berdirilah dan shalatlah!” (HR Muslim).
Berdasarkan hadits di atas dapat dipahami bahwa tidak semua mimpi yang dialami oleh
seseorang dapat dijadikan sebagai petunjuk, sebab ada kemungkinan mimpi yang dialami bukan
berasal dari petunjuk Allah, tapi karena bisikan setan atau tersibukkannya seseorang dalam
memikirkan suatu objek tertentu hingga objek itu terbawa dalam mimpinya.
Mimpi yang dapat dijadikan pijakan adalah mimpi yang betul-betul berasal dari petunjuk
Allah subhanahu wa Ta’ala. Dalam Al-Qur’an dijelaskan:
Makna “berita gembira” dalam ayat tersebut adalah mimpi baik yang dialami oleh
seorang Muslim. Dalam salah satu Hadits, makna ayat di atas dijelaskan:
“Yang dimaksud kegembiraan dalam ayat di atas adalah mimpi yang baik yang terlihat oleh
orang Muslim atau yang diperlihatkan padanya” (HR Ibnu Majah).
Maka tidak heran jika dalam menentukan sebagian dari hukum syariat (Hukum Wadl’i),
Nabi Muhammad menjadikan dasar penetapannya pada sebuah mimpi yang dialami oleh para
sahabat. Misalnya dalam menentukan pensyari’atan adzan yang berdasarkan mimpi Abdullah
bin Zaid dan Umar bin Khattab. Hal ini merupakan salah satu contoh dari mimpi yang
merupakan petunjuk dari Allah.
Untuk membedakan antara mimpi yang benar-benar petunjuk dari Allah dengan mimpi
yang berasal dari bisikan setan salah satunya dengan menandai waktu terjadinya mimpi
tersebut. Jika mimpi terjadi pada dini hari atau saat waktu sahur maka kemungkinan besar
mimpi itu adalah mimpi yang benar dan dapat ditafsirkan. Sedangkan mimpi yang dipandang
merupakan bisikan dari setan adalah mimpi yang terjadi pada awal-awal malam atau saat
petang. Ketentuan ini seperti yang dijelaskan oleh Ibnu al-Jauzi:
“Mimpi yang paling benar adalah di waktu sahur, sebab waktu tersebut adalah waktu turunnya
(isyarat) ketuhanan, dekat dengan rahmat dan ampunan, serta waktu diamnya setan.
Kebalikannya adalah mimpi di waktu petang (awal waktu malam)” (Ibnu Qayyim al-
Jauziyah, Madarij as-Salikin, juz 1, hal. 76).
Memiliki kemampuan untuk memahami arti dari mimpi termasuk salah satu bentuk
keistimewaan. Hal ini salah satunya dibuktikan dari pemberian keistimewaan mampu
menafsirkan mimpi dari Allah kepada Nabi Yusuf yang dijelaskan dalam firman-Nya:
Dengan demikian, mempelajari ilmu tentang tafsir mimpi bukanlah hal yang terlarang.
Bahkan oleh sebagian ulama ilmu ini dimasukkan dalam kategori ilmu syariat. Salah satu yang
berpandangan demikian adalah antropolog terkemuka Muslim, Ibnu Khaldun. Berikut
pandangan beliau tentang ilmu tafsir mimpi:
وأما. وكتب الناس فيها، هذا العلم من العلوم الشرعية وهو حادث في الملة عندما صارت العلوم صنائع.علم تعبير الرؤيا
فقد كان موجودا ً في السلف كما هو في الخلف،الرؤيا والتعبير لها
“Ilmu Tafsir Mimpi. Ilmu ini merupakan bagian dari ilmu syariat dan merupakan ilmu yang
baru dalam agama tatkala ilmu-ilmu dijadikan sebuah pekerjaan dan manusia menuliskan
tentang ilmu. Sedangkan mimpi dan tafsir mimpi sebenarnya telah wujud di
zaman salaf (terdahulu) seperti halnya juga wujud di zaman khalaf (masa kini) (Ibnu
Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, hal. 288).
Selain itu, sebagai bentuk apresiasi, Islam menganjurkan agar seseorang berusaha
mencari makna atau tafsir dari mimpi yang dialami, sebab dalam sebuah mimpi terdapat
pengetahuan tentang hal-hal gaib yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra manusia. Hal ini
seperti dijelaskan dalam dua kitab hadits di bawah ini:
“Dan dalam hadits terdapat motivasi untuk mempelajari ilmu tentang mimpi, bertanya tentang
mimpi dan tafsir dari mimpi” (Syekh Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Syarh an-Nawawi li al-
Muslim, Juz 15, Hal. 30)
ع لَى
َ ِعلَ ْي ِه مِ َن ِال ِط ََلع
َ ضيلَتِ َها ِل َما ت َ ْشت َ ِمل
ِ َعنْ ه َوف
َ س َؤا ِل ِ ِعلَى ت َ ْعب
ُّ يرهَا َوت َْركِ إِ ْغفَا ِل ال ُّ ِيم ع ِْل ِم
َ الر ؤْ يَا َو ِ ث عَ لَى ت َ ْعلُّ َوفِي ِه ْال َح
ار الكائنات َ
ِ ب َوأس َْر ِ ض الْغَ ْيِ بَ ْع
“Dan dalam hadits terdapat motivasi untuk mengajarkan ilmu tentang mimpi, tafsir mimpi, tidak
lupa menanyakan tentang mimpi dan keutamaan mimpi. Sebab di dalam mimpi terkandung
pengetahuan terhadap sebagian hal yang gaib dan rahasia alam” (Syekh Al-Hafiz Ibnu Hajar al-
‘Asqalani, Fath al-Bari, juz 12, hal. 437)
Kesimpulan
Tidur adalah proses istirahat bagi semua makhluk hidup dan bahkan ini sangat penting bagi
kesehatan tubuh manusia. Ketika kita tidur, daya tanggap pasti akan berkurang karena beberapa
organ ada yang beristirahat.
Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran,
pikiran, perasaan, atau indra dalam tidur. Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam
dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi.
Kebutuhan tidur pada kelompok usia 18 tahun ke atas normalnya adalah sekitar 7-8
jam/hari. Kebutuhan tidur yang terpenuhi tentunya dapat menghasilkan pengeluaran serotonin
yang cukup. Selama tidur, denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit atau kurang. Ini berarti
bahwa selama tidur jantung berdetak 10-20 kali lebih lambat dalam setiap menit atau 60-120 kali
lebih sedikit dalam setiap jam. Oleh karena itu, tidur yang cukup bermanfaat dalam
mempertahankan fungsi jantung. Fungsi biologis lainnya yang menurun selama tidur adalah
pernapasan, tekanan darah, dan otot.
Oleh karena itu, tidur nyenyak bermanfaat dalam mempertahankan fungsi jantung. Fungsi
biologis lainnya yang menurun selama tidur adalah pernapasan, tekanan darah, dan otot (McCance
dan Huether, 2006 dalam potter & Perry 2010).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mimpi memiliki berbagai macam kategori
dan memiliki pengetahuan tentang tafsir mimpi adalah suatu bentuk keistimewaan sebab
mempelajarinya adalah bagian dari mempelajari ilmu syariat. Namun meski demikian,
hendaknya dalam melangkah untuk mempelajari ilmu ini seseorang terlebih dahulu menguasai
ilmu-ilmu syariat yang bersifat fardlu ‘ain baginya, seperti ilmu tauhid, ilmu fiqih, dan ilmu-
ilmu syariat lainnya. Hal ini dimaksudkan agar seseorang memiliki fondasi ilmu agama yang
mumpuni dan tidak mudah tertipu dengan hal-hal gaib yang ternyata merupakan bisikan dari
setan atau khayalan pribadinya. Wallahu a’lam.
Daftar Pustaka
https://uninus.ac.id/tafsir-mimpi-dalam-pandangan-islam/
https://eprints.umm.ac.id/41992/3/jiptummpp-gdl-abdurrochm-50159-3-babii.pdf
https://inthebox.net/blog/pengertian-tidur