Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TIDUR dan MIMPI

Dosen Pengampu :
Agita Tunjungsari S.Psi., M.Si

Disusun Oleh :
Ghaniys Maysely Tachta
1PA31
10521609

Fakultas Psikologi
Jurusan Psikologi
Universitas Gunadarma
2021/2022
Daftar Isi

Daftar Isi ..................................................................................... 2


BAB 1 ......................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 3
1.3 Tujuan ............................................................................... 3
BAB 2 ......................................................................................... 4
2.1 Pengertian Tidur dan Mimpi .............................................. 4
2.2 Kebutuhan Tidur ................................................................ 5
2.3 Fungsi Tidur ...................................................................... 5
2.4 Tafsir mimpi dalam pandangan Islam ................................ 6
Kesimpulan ................................................................................. 9
Daftar Pustaka .......................................................................... 10
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau
sensoris yang sesuai (Guyton, 1986 dalam Hidayat, 2009). Tidur adalah suatu keadaan relative
tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-
ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto &
Wartonah, 2011).
Mimpi adalah gambaran, pikiran, dan emosi yang dialami seseorang selama tidur. Biasanya terjadi
pada tahap tidur REM (rapid eye movement), yakni tahapan tidur yang membuat napas jadi lebih
cepat atau tidak teratur, dan mata bergerak ke segala arah dengan cepat.

1.2 Rumusan Masalah


i. Pengertian tidur dan mimpi
ii. Kebutuhan tidur
iii. Fungsi tidur
iv. Tafsir mimpi dalam pandangan Islam

1.3 Tujuan
i. Untuk mengetahui definisi dari tidur dan mimpi
ii. Untuk mengetahui kebutuhan dan fungsi tidur
iii. Untuk mengetahui tafsir mimpi dalam pandangan Islam
BAB 2
Isi
2.1 Pengertian Tidur dan Mimpi
Tidur adalah proses istirahat bagi semua makhluk hidup dan bahkan ini sangat penting bagi
kesehatan tubuh manusia. Ketika kita tidur, daya tanggap pasti akan berkurang karena beberapa
organ ada yang beristirahat. Pengertian menurut para ahli :

a) Tidur adalah suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan
dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall,
1997).
b) Tidur adalah kondisi hilangnya kesadaran secara priodik dan normal (Lannywati,
2001).
c) Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih
lama dari keterjagaan (Potter & Perry, 2005).
d) Tidur adalah suatu keadaan tidak sadar yang menyebabkan reaksi individu terhadap
lingkungan sekitar menurun bahkan hilang (Wahid dan Nurul, 2007).

Selain itu terdapat istilah-istilah tidur, seperti Pradormitiujm adalah fase peralihan ketika
masih sadar menuju tidur. Pada fase ini, biasanya kita masih sadar dan bisa mendengar suara di
sekitar. Postdormitium adalah kebalikan dari pradormitium. Ini merupakan fase peralihan saat
tidur untuk kembali sadar. Kebanyakan orang tidak menyadari sedang mengalami fase ini.
Somnologie adalah salah satu ilmu kedokteran yang secara khusus mempelajari mengenai
gangguan tidur

Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran,


pikiran, perasaan, atau indra dalam tidur. Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam
dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. Pengecualiannya adalah dalam mimpi yang disebut lucid
dreaming. Dalam mimpi demikian, pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi
tersebut masih berlangsung, dan kadang-kadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya
serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut.
Pemimpi juga dapat merasakan emosi ketika bermimpi, misalnya emosi takut dalam mimpi
buruk. Ilmu yang mempelajari mimpi disebut oneirologi. Mimpi terjadi pada tahap kecepatan
pergerakan mata ketika tidur, di mana aktivitas otak tinggi dan seolah-olah dalam keadaan
terbangun. Panjangnya mimpi bervariasi, minimal beberapa detik, atau sekitar 20-30 menit.
Pendapat mengenai makna mimpi bervariasi berdasarkan waktu dan budaya. Kebanyakan
penggemar Teori Freud setuju dengan makna penglihatan dalam mimpi merupakan penampakan
dari hasrat dan emosi yang tersembunyi. Beberapa teori lain menunjukkan bahwa mimpi
merupakan tahap pembentukan memori, penyelesaian masalah, atau sekadar produk dari aktivasi
otak.
2.2 Kebutuhan Tidur
Kebutuhan tidur manusia tergantung pada tingkat perkembangan. Tabel berikut
merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia.
Kebutuhan Tidur Manusia
Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan
0-1 Bulan Bayi baru lahir 14 – 18 jam / hari
1 – 18 bulan Masa bayi 12 – 14 jam / hari
18 bulan – 3 tahun Masa anak 11 – 12 jam / hari
3 – 6 tahun Masa prasekolah 11 – 12 jam / hari
6 – 12 tahun Masa sekolah 11 jam / hari
12 – 18 tahun Masa remaja 8,5 jam / hari
18 – 40 tahun Masa dewasa 7 – 8 jam / hari
40 – 60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam / hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam / hari

Penelitian ini akan dilakukan pada dewasa yang berumur 18 tahun ke atas. Kebutuhan tidur
pada kelompok usia 18 tahun ke atas normalnya adalah sekitar 7-8 jam/hari. Kebutuhan tidur yang
terpenuhi tentunya dapat menghasilkan pengeluaran serotonin yang cukup. (Mubarak, et. All,
2015).
Selama tidur, denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit atau kurang. Ini berarti
bahwa selama tidur jantung berdetak 10-20 kali lebih lambat dalam setiap menit atau 60-120 kali
lebih sedikit dalam setiap jam. Oleh karena itu, tidur yang cukup bermanfaat dalam
mempertahankan fungsi jantung. Fungsi biologis lainnya yang menurun selama tidur adalah
pernapasan, tekanan darah, dan otot (McCance dan Huether, 2006 dalam potter & Perry 2010).

2.3 Fungsi Tidur


Tidur berkontribusi dalam menjaga kondisi fisiologis dan psikologis. Tidur NREM
membantu perbaikan jaringan tubuh (McCance dan Huether dalam Potter & Perry 2011). Selama
tidur NREM, fungsi biologis lambat. Denyut jantung normal orang dewasa sehat sepanjang rata-
rata 70-80 denyut permenit atau kurang jika individu berada dalam kondisi fisik yang sangat baik.
Namun, selama tidur denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit atau kurang. Ini berarti
bahwa selama tidur jantung berdetak 10-20 kali lebih lambat dalam setiap menit atau 60-120 kali
lebih sedikit dalam setiap jam.
Oleh karena itu, tidur nyenyak bermanfaat dalam mempertahankan fungsi jantung. Fungsi
biologis lainnya yang menurun selama tidur adalah pernapasan, tekanan darah, dan otot (McCance
dan Huether, 2006 dalam potter & Perry 2010). Tidur REM sangat penting untuk jaringan otak
dan pemulihan kognitif (Bussye dalam potter & Perry 2011). Pada orang dewasa penyimpanan
ingatan lebih besar terjadi pada keadaaan tidur disbanding dalam keadaan terjaga (Scullin, 2012)
Tubuh membutuhkan tidur secara rutin untuk memulihkan proses biologis tubuh. Selama tidur,
gelombang lambat dan dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia
untuk perbaikan dan pembaruan sel epitel dan sel-sel yang khusus seperti sel-sel otak (Jones, 2005
dalam potter & perry 2010).
Sintesis protein dan pembelahan sel untuk peremajaan jaringan seperti kulit, tulang,
mukosa lambung, atau otak terjadi selama istirahat dan tidur. Tidur NREM sangat penitng bagi
anak-anak, yang mengalami tahap 4 tidur yang lebih lama. Tidur REM diperlukan untuk menjaga
jaringan otak dan tampaknya menjadi penting bagi pemulihan kognitif (Buysse, 2005 dalam potter
& Perry 2010). Tidur REM berhubungan dengan perubahan aliran darah otak, peningkatan
aktivitas korteks, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin. Gabungan kegiatan ini
membantu penyimpanan memori dan proses belajar (McCance dan Huether, 2006 potter & Perry
2010).
Selama tidur, otak menyaring informasi yang tersimpan tentang kegiatan hari itu.
Perubahan dalam fungsi imun alami dan seluler juga muncul akibat kurangnya tidur tingkat sedang
sampai berat (Buysse, 2005 dalam Perry & Potter, 2010). Selain itu tidur memiliki manfaat
restorative dan hemostatik yang penting untuk cadangan energi normal.
2.4 Tafsir mimpi dalam pandangan Islam
Tafsir mimpi termasuk disiplin pengetahuan yang paling sulit dipelajari jika
dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain. Sebab mimpi merupakan salah satu bagian dari
wahyu kenabian, sehingga tidak semua mimpi bisa ditafsirkan dan tidak semua orang bisa
secara sembarangan menafsirkan arti dari sebuah mimpi.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengelompokkan jenis mimpi menjadi tiga
bagian. Dalam salah satu haditsnya, beliau bersabda:

‫ فَإِذ َا َرأ َى أ َ َح دك ْم رؤْ يَا‬،‫ان‬


ِ ‫ط‬َ ْ‫شي‬
‫الرؤْ يَا ت َ ْح ِزي ٌن ِم َن ال ه‬ َ ‫الرجل بِ َه ا نَ ْف‬
ُّ ‫ َو‬،‫سه‬ ُّ ‫ َو‬،ِ ‫سنَة ب ْش َر ى مِ َن َّللاه‬
‫الرؤْ يَا ي َحدِث ه‬ ٌ ‫الرؤْ يَا ث َ ََل‬
َ ‫ ال َح‬، ‫ث‬ ُّ ‫َو‬
ْ ْ َ ْ
َ ‫يَ ْك َره َه ا فَ ََل ي َح دِث بِ َها أ َحدًا َوليَق ْم فَلي‬
‫ص ِل‬

“Mimpi itu ada tiga. Mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Allah, mimpi karena
bawaan pikiran seseorang (ketika terjaga), dan mimpi menyedihkan yang datang dari setan. Jika
kalian mimpi sesuatu yang tak kalian senangi, maka jangan kalian ceritakan pada siapa pun,
berdirilah dan shalatlah!” (HR Muslim).

Berdasarkan hadits di atas dapat dipahami bahwa tidak semua mimpi yang dialami oleh
seseorang dapat dijadikan sebagai petunjuk, sebab ada kemungkinan mimpi yang dialami bukan
berasal dari petunjuk Allah, tapi karena bisikan setan atau tersibukkannya seseorang dalam
memikirkan suatu objek tertentu hingga objek itu terbawa dalam mimpinya.
Mimpi yang dapat dijadikan pijakan adalah mimpi yang betul-betul berasal dari petunjuk
Allah subhanahu wa Ta’ala. Dalam Al-Qur’an dijelaskan:

ِ‫ش َرى فِي ْال َحيَاةِ الدُّنْيَا َو فِي ْاْلخِ َرة‬


ْ ‫لَهم ْالب‬
“Bagi mereka berita gembira dalam kehidupan dunia dan di akhirat” (QS Yunus: 64).

Makna “berita gembira” dalam ayat tersebut adalah mimpi baik yang dialami oleh
seorang Muslim. Dalam salah satu Hadits, makna ayat di atas dijelaskan:

‫ أ َ ْو ت َرى لَه‬،‫ يَ َراهَا ْالم ْسلِم‬، ‫ص ا ِل َحة‬


‫الرؤْ يَا ال ه‬
ُّ ‫ِي‬
َ ‫ه‬

“Yang dimaksud kegembiraan dalam ayat di atas adalah mimpi yang baik yang terlihat oleh
orang Muslim atau yang diperlihatkan padanya” (HR Ibnu Majah).

Maka tidak heran jika dalam menentukan sebagian dari hukum syariat (Hukum Wadl’i),
Nabi Muhammad menjadikan dasar penetapannya pada sebuah mimpi yang dialami oleh para
sahabat. Misalnya dalam menentukan pensyari’atan adzan yang berdasarkan mimpi Abdullah
bin Zaid dan Umar bin Khattab. Hal ini merupakan salah satu contoh dari mimpi yang
merupakan petunjuk dari Allah.

Untuk membedakan antara mimpi yang benar-benar petunjuk dari Allah dengan mimpi
yang berasal dari bisikan setan salah satunya dengan menandai waktu terjadinya mimpi
tersebut. Jika mimpi terjadi pada dini hari atau saat waktu sahur maka kemungkinan besar
mimpi itu adalah mimpi yang benar dan dapat ditafsirkan. Sedangkan mimpi yang dipandang
merupakan bisikan dari setan adalah mimpi yang terjadi pada awal-awal malam atau saat
petang. Ketentuan ini seperti yang dijelaskan oleh Ibnu al-Jauzi:

‫ع ْكس ه رؤْ يَا‬


َ ‫ َو‬،‫ين‬ ِ ‫ َوسك‬،ِ‫الر ْح َم ِة َو ْال َمغْف َِرة‬
‫ون ال ه‬
ِ ‫شيَا ِط‬ ‫ب ه‬ ِ ‫ َوا ْقت َِرا‬،ِ ‫اْل لَ ِهي‬
ِ ْ ‫ فَإِنهه َو ْقت النُّزو ِل‬،‫ار‬ ْ َ ‫ رؤْ يَا ْاْل‬:‫الرؤْ يَا‬
ِ ‫س َح‬ ُّ ‫صدَق‬ ْ َ ‫َوأ‬
َ َ ْ
‫ين َواْل ْر َواحِ الشهيْط انِيه ِة‬
ِ ِ‫شيَاط‬ ِ ‫ ِع ْند َ انْتِش‬،ِ‫ْالعَتْ َمة‬
‫َار ال ه‬

“Mimpi yang paling benar adalah di waktu sahur, sebab waktu tersebut adalah waktu turunnya
(isyarat) ketuhanan, dekat dengan rahmat dan ampunan, serta waktu diamnya setan.
Kebalikannya adalah mimpi di waktu petang (awal waktu malam)” (Ibnu Qayyim al-
Jauziyah, Madarij as-Salikin, juz 1, hal. 76).

Memiliki kemampuan untuk memahami arti dari mimpi termasuk salah satu bentuk
keistimewaan. Hal ini salah satunya dibuktikan dari pemberian keistimewaan mampu
menafsirkan mimpi dari Allah kepada Nabi Yusuf yang dijelaskan dalam firman-Nya:

ِ ‫علَى أ َ ْم ِرهِ َو لَ ِك هن أ َ ْكث َ َر النه‬


‫اس َل يَ ْعلَمو َن‬ ِ ‫ض َولِنعَلِ َمه ِم ْن ت َأ ْ ِوي ِل ْاْل َ َح ادِي‬
َ ٌ‫ث َوَّللاه غَالِب‬ ِ ‫ف فِي ْاْل َ ْر‬
َ ‫َوكَ ذَلِكَ َمكهنها لِيوس‬
“Dan demikianlah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir),
dan agar Kami ajarkan kepadanya takwil mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti” (QS Yusuf:21)

Dengan demikian, mempelajari ilmu tentang tafsir mimpi bukanlah hal yang terlarang.
Bahkan oleh sebagian ulama ilmu ini dimasukkan dalam kategori ilmu syariat. Salah satu yang
berpandangan demikian adalah antropolog terkemuka Muslim, Ibnu Khaldun. Berikut
pandangan beliau tentang ilmu tafsir mimpi:

‫ وأما‬.‫ وكتب الناس فيها‬،‫ هذا العلم من العلوم الشرعية وهو حادث في الملة عندما صارت العلوم صنائع‬.‫علم تعبير الرؤيا‬
‫ فقد كان موجودا ً في السلف كما هو في الخلف‬،‫الرؤيا والتعبير لها‬

“Ilmu Tafsir Mimpi. Ilmu ini merupakan bagian dari ilmu syariat dan merupakan ilmu yang
baru dalam agama tatkala ilmu-ilmu dijadikan sebuah pekerjaan dan manusia menuliskan
tentang ilmu. Sedangkan mimpi dan tafsir mimpi sebenarnya telah wujud di
zaman salaf (terdahulu) seperti halnya juga wujud di zaman khalaf (masa kini) (Ibnu
Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, hal. 288).

Selain itu, sebagai bentuk apresiasi, Islam menganjurkan agar seseorang berusaha
mencari makna atau tafsir dari mimpi yang dialami, sebab dalam sebuah mimpi terdapat
pengetahuan tentang hal-hal gaib yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra manusia. Hal ini
seperti dijelaskan dalam dua kitab hadits di bawah ini:

‫وفي الحديث الحث على علم الرؤيا والسؤال عنها وتأويلها‬

“Dan dalam hadits terdapat motivasi untuk mempelajari ilmu tentang mimpi, bertanya tentang
mimpi dan tafsir dari mimpi” (Syekh Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Syarh an-Nawawi li al-
Muslim, Juz 15, Hal. 30)

‫ع لَى‬
َ ِ‫علَ ْي ِه مِ َن ِال ِط ََلع‬
َ ‫ضيلَتِ َها ِل َما ت َ ْشت َ ِمل‬
ِ َ‫عنْ ه َوف‬
َ ‫س َؤا ِل‬ ِ ِ‫علَى ت َ ْعب‬
ُّ ‫يرهَا َوت َْركِ إِ ْغفَا ِل ال‬ ُّ ‫ِيم ع ِْل ِم‬
َ ‫الر ؤْ يَا َو‬ ِ ‫ث عَ لَى ت َ ْعل‬ُّ ‫َوفِي ِه ْال َح‬
‫ار الكائنات‬ َ
ِ ‫ب َوأس َْر‬ ِ ‫ض الْغَ ْي‬ِ ‫بَ ْع‬

“Dan dalam hadits terdapat motivasi untuk mengajarkan ilmu tentang mimpi, tafsir mimpi, tidak
lupa menanyakan tentang mimpi dan keutamaan mimpi. Sebab di dalam mimpi terkandung
pengetahuan terhadap sebagian hal yang gaib dan rahasia alam” (Syekh Al-Hafiz Ibnu Hajar al-
‘Asqalani, Fath al-Bari, juz 12, hal. 437)
Kesimpulan
Tidur adalah proses istirahat bagi semua makhluk hidup dan bahkan ini sangat penting bagi
kesehatan tubuh manusia. Ketika kita tidur, daya tanggap pasti akan berkurang karena beberapa
organ ada yang beristirahat.
Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran,
pikiran, perasaan, atau indra dalam tidur. Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam
dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi.
Kebutuhan tidur pada kelompok usia 18 tahun ke atas normalnya adalah sekitar 7-8
jam/hari. Kebutuhan tidur yang terpenuhi tentunya dapat menghasilkan pengeluaran serotonin
yang cukup. Selama tidur, denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit atau kurang. Ini berarti
bahwa selama tidur jantung berdetak 10-20 kali lebih lambat dalam setiap menit atau 60-120 kali
lebih sedikit dalam setiap jam. Oleh karena itu, tidur yang cukup bermanfaat dalam
mempertahankan fungsi jantung. Fungsi biologis lainnya yang menurun selama tidur adalah
pernapasan, tekanan darah, dan otot.
Oleh karena itu, tidur nyenyak bermanfaat dalam mempertahankan fungsi jantung. Fungsi
biologis lainnya yang menurun selama tidur adalah pernapasan, tekanan darah, dan otot (McCance
dan Huether, 2006 dalam potter & Perry 2010).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mimpi memiliki berbagai macam kategori
dan memiliki pengetahuan tentang tafsir mimpi adalah suatu bentuk keistimewaan sebab
mempelajarinya adalah bagian dari mempelajari ilmu syariat. Namun meski demikian,
hendaknya dalam melangkah untuk mempelajari ilmu ini seseorang terlebih dahulu menguasai
ilmu-ilmu syariat yang bersifat fardlu ‘ain baginya, seperti ilmu tauhid, ilmu fiqih, dan ilmu-
ilmu syariat lainnya. Hal ini dimaksudkan agar seseorang memiliki fondasi ilmu agama yang
mumpuni dan tidak mudah tertipu dengan hal-hal gaib yang ternyata merupakan bisikan dari
setan atau khayalan pribadinya. Wallahu a’lam.
Daftar Pustaka
https://uninus.ac.id/tafsir-mimpi-dalam-pandangan-islam/

https://eprints.umm.ac.id/41992/3/jiptummpp-gdl-abdurrochm-50159-3-babii.pdf

https://inthebox.net/blog/pengertian-tidur

Anda mungkin juga menyukai