Kepala Ruangan/CI
Ns,Atif. R, S.Kep
Dosen Pembimbing
Ns,Kusdiah Eny Subekti,S S.Kep, M.Kep.,Sp.Kep.Kom
Disusun Oleh :
Muhamad fahmi nurdiansyah
2720220157
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul
“LaporanPendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia yang berjudul ” Kebutuhan Istirahat tidur “
ini dengan lancar meskipun masih perlu perbaikan di dalamnya. Saya juga berterima kasih
kepada dosen pembingbing Ns,Kusdiah Eny Subekti,S S.Kep, M.Kep.,Sp.Kep.Kom
serta CI dan perawat dari pihak RSUD dr.Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi yang telah
membimbing saya dalam tugas ini. Saya berharap Laporan PendahuluanKebutuhan Dasar
Manusia ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Laporan Pendahuluan ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik,saran, dan usulan
demi memperbaikinya, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga Laporan Pendahuluan sederhana ini dapat dipahami dan bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya.
Penyusun
DAFTARISI
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR
A. DEFINISI GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Besarnya kebutuhan dasar yang
terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit (Potter &
Perry, 2005). Salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh setiap individu yaitu
istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur yang cukup, akan membuat tubuh dapat berfungsi
secara optimal. Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Istirahat
merupakan suatu
keadaan tenang, relaks tanpa stress emosional, dan bebas dari ansietas. Istirahat adalah
suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan
menjadi lebih segar. Sedangkan tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-
masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami
suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa
tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup
yang diinginkannya. Sedangkan insomia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur
yang menghambat fungsi (Herdman, 2012). Pada individu yang
mengalami gangguan pola tidur dapat ditunjukkan dengan kondisi yang memperlihatkan
perasaan lelah, mudah terangsang, gelisah, lesu, apatis, kehitaman di sekitar mata,
konjungtiva merah, mata perih, konsentrasi terpecah, sakit kepala dan sering mengantuk
(Hidayat, 2006).
1-18 bulan 12 — 14
18 bulan — 3 tahun jam/hari
11 — 12
3 — 6 11
b.Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur, dan
bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya
tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol),
badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).
c.Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari.
d.Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari.
Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata yang terjadi ketika
seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit
dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau
berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala
lainnya.
e.Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut
untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea
sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau
Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut
atau
tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau
seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea) atau
menghentikannya (apnea) selama 30 detik.
f.Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.
A. TAHAPAN-TAHAPAN TIDUR
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga umumnya
mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus
tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada
lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak
cepat (NREM-Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di
tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang
biasanya mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan
otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara
fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM-Rapid
Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikandengan meningkatnya level
aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan
dalam proses mental dan kesehatan emosi (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
a. Non Rapid Eye Movement (NREM) Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah
tertidur. Terbagi menjadi empat tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung beberapa menit
saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung 10-20 menit,
semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini
ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut
gelombang tidur.
3) Tahap III Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15- 30 menit.
Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai
dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis (mengompol)
b. Rapid Eye Movement (REM) Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa
REM terjadi 20-25 % dari tidurnya.
Tahapan tidur REM ditandai dengan:
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
B. EPIDEMIOLOGI
Menurut National Sleep Foundation tahun 2010 sekitar 67% dari 1.508 penduduk di
Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami insomnia dan sebanyak 7,3 % orang
dewasa mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia.
Kebanyakan orang yang beresiko mengalami insomnia yang disebabkan oleh berbagai
faktor seperti lansia, kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan obat-obatan, dan
penyakit yang dialami. Di Indonesia insomnia menyerang sekitar 50% orang berusia 65
tahun,
setiap tahun diperkirakan sekitar 20-50% lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar
17% mengalami insomnia yang serius. Prevalensi insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu
sekitar 67% (Hindriyastuti, 2018).Penelitian lain oleh Marelli et al tahun 2020
menunjukkan peningkatan prevalensi insomnia sebelum dan selama lockdown akibat
pandemi COVID-19 menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI),
Insomnia Severity Index (ISI) dan Morningness-Eveningness Questionnaire (MEQ).
Penelitian yang dilakukan terhadap 400 peserta yang terdiri dari 307 mahasiswa dan 93
pekerja didapatkan prevalensi insomnia sebelum pandemi COVID-19 sebesar 24% menjadi
40% selama pandemi COVID-19. Selain itu, terjadi peningkatan kesulitan inisiasi tidur
pada pekerja dari 15% menjadi 42%. Lockdown selama pandemi COVID-19 lebih
berdampak pada mahasiswa daripada pekerja dan wanita daripada laki-laki (Marelli et al.,
2020).
Sedangkan menurut Tim Pokja SDKI (2016) terdapar beberapa penyebab gangguan pola
tidur anataralain:
1. Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingungan,
pengcahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/ pemeriksaan/
tindakan)
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Reinstraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur
Sedangkan menurut Tim Pokja SDKI (2016) terdapat beberapa gejala dan tanda
mayor/minor pada gangguan pola tidur anataralain:
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
6. Mengeluh kemampuan beristirahat tidak cukup
j. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebeum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang
dapat dilakukan antara lain:
a. Terapi relaksasi
b. Terapi tidur yang bersih
c. Terapi pengaturan tidur
d. Terapi psikologi/psikiatri
e. CBT (Cognitiνe Behaνioral Therapy)
f. Sleep Restriction Therapy
g. Stimulus Control Therapy
h. Cognitiνe Therapy
i. Imagery Training
j. Mengubah gaya hidup
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten
di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a) Golongan obat hipnotik
b) Golongan obat antidepresan
c) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d) Golongan obat antihistamin.
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu
dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat
tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan
psikomotor, gangguan koordinasi berpikir,
mulut kering, dsb.
K. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian Keperawatan
Dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Identitas (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit
4. Pemeriksaan fisik Meliputi :
a) Inspeksi , palpasi , perkusi , auskultasi
b) TTV
c) Perilaku
5. Data Fokus
Data subjektif
a) Klien merasa lesu, mengantuk sepanjang hari
b) Mengeluh susah tidur, kurang istirahat
c) Pandangan dirasa kabur, mata berkaca-kaca
d) Emosi meningkat, mudah marah/tersinggung
e) Kepala pusing, berat
f) Mengeluh sering terbangun
Data objektif
a) Wajah nampak kurang bergairah (letih,lesu, lemah)
b) Prestasi kerja menurun/kurang konsentrasi
c) Gelisah, sering menguap
d) Mudah tersinggung
e) Ada bayangan hitam di bawah mata
1. Pengkajian fokus (Potter Perry, 2002)
Riwayat Tidur meliputi:
1) Pola tidur biasa dan perubahan pola tidur
2) Waktu mulai tidur dan bangun dari tidur
3) Jumlah tidur siang, malam dan lamanya tidur
4) Rutinitas menjelang tidur
5) Kebiasaan dan lingkungan tidur
6) Apakah pasien tidur sendiria
7) Obat-obatan yang digunakan sebelum tidur
8) Gejala yang dialami saat terbangun
9) Penyakit psikis dan status emosional saat ini
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah kebutuhan
istirahat dan tidur diantaranya adalah :
1. Gangguan pola tidur
Definisi: Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.
Gejala dan Tanda Mayor:
Subyektif
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. (2021). Kajian Literatur : Terapi Nonfarmakologis Terhadap Kualitas
Tidur Pada Lansia. Jurnal Ayurνeda Medistra, Vol.3 No.2 Agustus 2021 page 25-27, ISSN
2656-3142
Aminoff, M. (2008). Neurology and General Medicine 4th edition. Churchill Livingstone,
USA,P;605-609
Blumenfeld, H. (2002). Neuroanatomy through Clinical Cases. Sinauer Associates INC,
Massachusets P;588-597
Haswita dan Reni. (2017).Kebutuhan Dasar Manusia Untuk
Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: CV Trans Info Media
Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 20l2-20l4.
Jakarta: EGC