Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

ISTIRAHAT DAN TIDUR


PADA Tn.H RUANG TULIP 6

Kepala Ruangan/CI
Ns,Atif. R, S.Kep

Dosen Pembimbing
Ns,Kusdiah Eny Subekti,S S.Kep, M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :
Muhamad fahmi nurdiansyah
2720220157

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM ASYAFI’IYAH
KELAS P2KB

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul
“LaporanPendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia yang berjudul ” Kebutuhan Istirahat tidur “
ini dengan lancar meskipun masih perlu perbaikan di dalamnya. Saya juga berterima kasih
kepada dosen pembingbing Ns,Kusdiah Eny Subekti,S S.Kep, M.Kep.,Sp.Kep.Kom
serta CI dan perawat dari pihak RSUD dr.Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi yang telah
membimbing saya dalam tugas ini. Saya berharap Laporan PendahuluanKebutuhan Dasar
Manusia ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Laporan Pendahuluan ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik,saran, dan usulan
demi memperbaikinya, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga Laporan Pendahuluan sederhana ini dapat dipahami dan bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya.

Bekasi, 3 September 2023

Penyusun
DAFTARISI
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR
A. DEFINISI GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Besarnya kebutuhan dasar yang
terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit (Potter &
Perry, 2005). Salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh setiap individu yaitu
istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur yang cukup, akan membuat tubuh dapat berfungsi
secara optimal. Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Istirahat
merupakan suatu
keadaan tenang, relaks tanpa stress emosional, dan bebas dari ansietas. Istirahat adalah
suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan
menjadi lebih segar. Sedangkan tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-
masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami
suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa
tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup
yang diinginkannya. Sedangkan insomia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur
yang menghambat fungsi (Herdman, 2012). Pada individu yang
mengalami gangguan pola tidur dapat ditunjukkan dengan kondisi yang memperlihatkan
perasaan lelah, mudah terangsang, gelisah, lesu, apatis, kehitaman di sekitar mata,
konjungtiva merah, mata perih, konsentrasi terpecah, sakit kepala dan sering mengantuk
(Hidayat, 2006).

Kebutuhan tidur menurut usia (Hidayat, 2006) :


B. MACAM-MACAM GANGGUAN TIDUR
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya menyebabkan tidur
terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah insomnia yaitu : gerakan
abnormal atau sensasi saat tidur atau ketik terbangun di malam hari, atau kantuk yang
berlebihan di siang hari (Maslow, 2005). Menurut Remelda (2008) terdapat beberapa
gangguan tidur antaralain :
a.Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami kesulitan tidur kronis,
sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur non retoratif. Ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti
perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah
kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur
karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur
kembali.

Umur Kebutuhan Tidur


0-1 bulan 14 — 18 jam/hari

1-18 bulan 12 — 14
18 bulan — 3 tahun jam/hari
11 — 12
3 — 6 11
b.Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur, dan
bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya
tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol),
badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).
c.Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari.
d.Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari.
Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata yang terjadi ketika
seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit
dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau
berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala
lainnya.
e.Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut
untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea
sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau
Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut
atau
tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau
seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea) atau
menghentikannya (apnea) selama 30 detik.
f.Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

C.ANATOMI FISIOLOGI GANGGUAN TIDUR


Tidur berasal dari beberapa proses dalam otak yang meliputi beberapa sirkuit neural yang
saling berhubungan satu sama lain, serta meliputi beberapa neurotransmitter yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Berikut dibawah ini merupakan area-area di otak yang
berperan dalam siklus tidur-bangun (Posner, 2007, Blumenfeld, 2002, Shneerson, 2005,
Aminoff, 2008).
a. Ascending Reticular Activating System (ARAS)
ARAS merupakan sistem saraf pusat yang berfungsi sebagai promotor dari proses tidur-
bangun. Bagian ini terletak di formatio retikularis di batang otak yang terdiri atas beberapa
kelompok sel dan nukleus serta sejumlah besar interneuron serta traktus ascenden dan
descenden yang saling berhubungan satu sama lain. Sebagian besar dari formatio retikularis
terletak di sentral atau tegmentum dari pons dan mesencephalon serta memanjang
sampai medula, hipothalamus dan thalamus. Struktur ini dipengaruhi oleh GABA yang
disekresi oleh sebagian besar sinapsnya, serta dipengaruhi oleh input sensoris yang masuk
melalui batang otak baik stimulus yang berasal dari sistem sensoris,motorik maupun saraf
kranial.
b. Ventromedial Preoptic Nuclei (VMPO)
Nukleus ini berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan modifikasi fungsi tidur-bangun
(Shneerson, 2005).
c. Nukleus Dorsomedial
Nukleus ini menerima jaras dari zona subparavetrikuler serta memberikan proyeksi ke
nukleus paraventrikuler dan nukleus perifornikal dan berperan dalam inhibisi VLPO,
pengaturan suhu tubuh, perilaku makan dan keterjagaan.
d. Sistem Mesolimbik
Sistem ini berasal dari area ventral dari tegmentum mesencephalon, serta memiliki proyeksi
ke area prefrontal dari korteks serebri dan sistem limbik yang meliputi
amigdala ,hipokampus serta nukleus retikularis thalami. Sistem ini bersifat dopaminergik
serta dapat menyebabkan keterjagaan sebagai akibat dari stimulus yang didapat.
e. Sistem Limbik
Sistem limbik meregulasi baik sistem saraf otonomik maupun reaksi emosional seseorang
terhadap stimulus eksternal dan memori sehingga menyebabkan sistem ini bersifat fleksibel
dan adaptif. Area — area yang termasuk dalam sistem limbik meliputi girus cingulate
anterior, girus para- hipokampalis, formasio hipokampal di lobus temporalis, regio orbito-
frontal di korteks prefrontal. Sistem ini tidak aktif pada fase NREM tetapi aktif pada saat
REM. Bagian dari sistem limbik yang terletak di substansia grisea dari periaquaduktus
sylvii memberikan impuls yang mempengaruhi kinerja dari saraf simpatis.
f. Neuron yang berkaitan dengan Amigdala ,Nukleus Accumbens dan Ventral Putamen
Nukleus-nukleus in memiliki fungsi yang beragam, beberapa dari mereka bersifat GABA-
ergik yang aktif saat fase 3 dan 4 NREM dan memberikan
proyeksi ke LDT/PPT, sedangkan yang lain mensekresi glutamat atau galanin sebagai
transmitter.
g. Nukleus Suprakhiasmatik (SCN)
Nukleus ini bertanggung jawab terhadap ritme sirkadian serta sebagai promotor bangun.
Jika terjadi lesi pada bagian ini maka akan menimbulkan rasa kantuk yang berlebihan
(Shneerson, 2005).
h. Zona Subparaventrikuler
Letaknya berdekatan dengan dengn SCN input yang berasal dari bagian ini kemudian akan
secara terintegrasi akan mempengaruhi ritme sirkadian,
temperatur (melalui VMPO),perilaku dan fungsi endokrin.
i. Area Preoptik Hipotalamus
Area ini terletak di anterior dari thalamus, dimana merupakan pusat integrasi dari
homeostasis dan ritme sirkadian. Area ini meliputi VLPO dan VMPO yang letaknya
berdekatan dengan SCN, dimana fungsi dari area ini adalah sebagai reseptor osmotik
penghasil arginin vasopressin (AVP) (Shneerson, 2005).
j. Ventrolateral Preoptic Nuclei (VLPO)
Nuklei ini terletak di inferior dari SCN dan di lateral dari ventrikel III, dekat dengan
nukleus VMPO. Nukleus-nukleus ini menghasilkan GABA dan galanin yang berfungsi
sebagai neurotransmitter penginhibisi nukleus yang mengatur keterjagaan di batang otak
yang bersifat aminergik meliputi locus coeruleus, nukleus raphe, sistem mesolimbik dan
nukleus tuberomamilary. sehubungan dengan fungsinya yang mempengaruhi banyak
kinerja nukleus, maka VLPO berpotensi untuk menyebabkan reaktivasi dari pusat pencetus
tidur. Sebaliknya pula fungsi dari nukleus ini di inhibisi oleh sistem Keterjagaan yang
bersifat aminergik.

A. TAHAPAN-TAHAPAN TIDUR
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga umumnya
mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus
tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada
lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak
cepat (NREM-Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di
tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang
biasanya mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan
otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara
fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM-Rapid
Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikandengan meningkatnya level
aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan
dalam proses mental dan kesehatan emosi (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
a. Non Rapid Eye Movement (NREM) Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah
tertidur. Terbagi menjadi empat tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung beberapa menit
saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi

2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung 10-20 menit,
semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini
ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut
gelombang tidur.

3) Tahap III Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15- 30 menit.
Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.

4) Tahap IV Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai
dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis (mengompol)

b. Rapid Eye Movement (REM) Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa
REM terjadi 20-25 % dari tidurnya.
Tahapan tidur REM ditandai dengan:
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.

Karakteristik tidur REM


a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

B. EPIDEMIOLOGI
Menurut National Sleep Foundation tahun 2010 sekitar 67% dari 1.508 penduduk di
Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami insomnia dan sebanyak 7,3 % orang
dewasa mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia.
Kebanyakan orang yang beresiko mengalami insomnia yang disebabkan oleh berbagai
faktor seperti lansia, kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan obat-obatan, dan
penyakit yang dialami. Di Indonesia insomnia menyerang sekitar 50% orang berusia 65
tahun,
setiap tahun diperkirakan sekitar 20-50% lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar
17% mengalami insomnia yang serius. Prevalensi insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu
sekitar 67% (Hindriyastuti, 2018).Penelitian lain oleh Marelli et al tahun 2020
menunjukkan peningkatan prevalensi insomnia sebelum dan selama lockdown akibat
pandemi COVID-19 menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI),
Insomnia Severity Index (ISI) dan Morningness-Eveningness Questionnaire (MEQ).
Penelitian yang dilakukan terhadap 400 peserta yang terdiri dari 307 mahasiswa dan 93
pekerja didapatkan prevalensi insomnia sebelum pandemi COVID-19 sebesar 24% menjadi
40% selama pandemi COVID-19. Selain itu, terjadi peningkatan kesulitan inisiasi tidur
pada pekerja dari 15% menjadi 42%. Lockdown selama pandemi COVID-19 lebih
berdampak pada mahasiswa daripada pekerja dan wanita daripada laki-laki (Marelli et al.,
2020).

C. ETIOLOGI GANGGUAN TIDUR


Gangguan tidur bukanlah suatu penyakit melainkan gejala yang memiliki banyak faktor
yang dapat menyebabkan atau dapat dikatakan tidak mempunyai penyebab pasti terjadinya
gangguan tidur ini. Menurut Remelda (2008) terdapat beberapa perilaku yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami gangguan tidur, yaitu :

1. Higienitas tidur yang kurang secara umum (cuci muka, dll)


2. Kekhawatiran tidak dapat tidur
3. Mengkonsumsi caffein secara berlebihan
4. Minum alkohol sebelum tidur
5. Merokok sebelum tidur
6. Tidur siang/sore yang berlebihan
7. Jadwal tidur/bangun yang tidak teratur.
8. Faktor psikologi (Stress, Depresi, sakit fisik, sesak nafas)
9. Faktor lingkungan (lingkungan sekitar dan gaya hidup)

Sedangkan menurut Tim Pokja SDKI (2016) terdapar beberapa penyebab gangguan pola
tidur anataralain:
1. Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingungan,
pengcahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/ pemeriksaan/
tindakan)
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Reinstraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur

D. KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR


Menurut Remelda (2008) gangguan tidur terbagi atas 3 (tiga) jenis, yaitu :
1) Jenis transient (artinya cepat berlalu), oleh karena itu gangguan tidur jenis ini hanya
terjadi beberapa malam saja.
2) Jenis Jangka pendek. Jenis ini dapat belangsung sampai beberapa minggu dan
biasanya akan kembali seperti biasa.
3) Jenis kronis (atau parah) gangguan tidak dapat tidur berlangsung lebih dari 3
minggu.

E. TANDA DAN GEJALA GANGGUAN TIDUR


Menurut Remelda (2008), tanda dan gejala yang timbul dari pasien yang mengalami
gangguan tidur yaitu penderita mengalami kesulitan untuk tertidur
atau sering terjaga di malam hari dan sepanjang hari merasakan kelelahan. Gangguan tidur
juga bisa dialami dengan berbagai cara:
a. Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur (sering bangun)
b. Bangun terlalu awal
c. Gejala yang dialami waktu siang hari adalah :
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Mata sembab, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah dan mata terasa pedih
3) Mengantuk sepanjang hari
4) Sakit kepala
5) Nausea
6) Perubahan mood, tingkah laku dan kepribadian
7) Tampak resah dan gelisah
8) Lesu dan apatis
9) Gangguan koordinasi, sulit berkonsentrasi dan perhatian terpecah-pecah
10) Sulit mengingat
11) Gampang tersinggung dan mudah emosi
12) Ketakutan dan depresi

Sedangkan menurut Tim Pokja SDKI (2016) terdapat beberapa gejala dan tanda
mayor/minor pada gangguan pola tidur anataralain:
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
6. Mengeluh kemampuan beristirahat tidak cukup

F. PATOFISIOLOGI GANGGUAN TIDUR


Siklus tidur terjadi secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur yaitu medulla,
tepatnya di RAS (Recticular Activating System) dan BSR (Bulbar
Synchronizing Region). RAS terdiri dari neuron-neuron di medulla oblongata, pons
dan midbrain. Pusat ini terlibat dalam mempertahan status bangun dan
mempermudah beberapa tahap tidur. Perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh
terjadi selama proses tidur. Dua system RAS dan BSR diperkirakan terjadinya
kegiatan/ pergerakan yang intermiten dan selanjutnya menekan pusat-pusat otak
secara bergantian. RAS berhubungan dengan status jaga tubuh dan menerima
impuls sensori, seperti stimulus auditory, visual, nyeri dan stimulus taktil. Stimulus
sensori ini dapat mempertahankan keadaan bangun dan waspada. Selama tidur
tubuh mengirim sedikit sekali stimulus dari korteks cerebri atau reseptor sensori
perifer pada RAS. Individu bangun dari tidur jika celah peningkatan dari stimulus
BSR meningkat pada saat tidur.Terjadinya insomnia ini dimungkinkan karena RAS
dan BSR tidak bekerja dengan semestinya di batang otak (Haswita, 2017).

a. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tidur Penyakit


Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal.
Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma,
bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemungkinan
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan
menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap
bangun dan waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
mengganggu tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat
mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
g. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik
(menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein (Meningkatkan
saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan Narkotika (Mensupresi
REM).

j. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebeum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang
dapat dilakukan antara lain:
a. Terapi relaksasi
b. Terapi tidur yang bersih
c. Terapi pengaturan tidur
d. Terapi psikologi/psikiatri
e. CBT (Cognitiνe Behaνioral Therapy)
f. Sleep Restriction Therapy
g. Stimulus Control Therapy
h. Cognitiνe Therapy
i. Imagery Training
j. Mengubah gaya hidup

2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten
di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a) Golongan obat hipnotik
b) Golongan obat antidepresan
c) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d) Golongan obat antihistamin.
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu
dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat
tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan
psikomotor, gangguan koordinasi berpikir,
mulut kering, dsb.

K. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian Keperawatan
Dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Identitas (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit
4. Pemeriksaan fisik Meliputi :
a) Inspeksi , palpasi , perkusi , auskultasi
b) TTV
c) Perilaku

5. Data Fokus
 Data subjektif
a) Klien merasa lesu, mengantuk sepanjang hari
b) Mengeluh susah tidur, kurang istirahat
c) Pandangan dirasa kabur, mata berkaca-kaca
d) Emosi meningkat, mudah marah/tersinggung
e) Kepala pusing, berat
f) Mengeluh sering terbangun

 Data objektif
a) Wajah nampak kurang bergairah (letih,lesu, lemah)
b) Prestasi kerja menurun/kurang konsentrasi
c) Gelisah, sering menguap
d) Mudah tersinggung
e) Ada bayangan hitam di bawah mata
1. Pengkajian fokus (Potter Perry, 2002)
 Riwayat Tidur meliputi:
1) Pola tidur biasa dan perubahan pola tidur
2) Waktu mulai tidur dan bangun dari tidur
3) Jumlah tidur siang, malam dan lamanya tidur
4) Rutinitas menjelang tidur
5) Kebiasaan dan lingkungan tidur
6) Apakah pasien tidur sendiria
7) Obat-obatan yang digunakan sebelum tidur
8) Gejala yang dialami saat terbangun
9) Penyakit psikis dan status emosional saat ini

 Tanda dan gejala klinis:


1) Pasien memperlihatkan perasaan lelah
2) Intable dan gelisah
3) Lesu dan apatis
4) Mata sembab, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, dan mata terasa
pedih
 Tanda dan gejala penyimpangan tidur:
1) Perubahan tingkah laku dan kepribadian
2) Meningkatnya kegelisahan
3) Gangguan presepsi (halusinasi, visual, auditorik)
4) Bingung dan disorientasi tempat dan waktu
5) Gangguan koordinasi dan berbicara rancau

b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah kebutuhan
istirahat dan tidur diantaranya adalah :
1. Gangguan pola tidur
Definisi: Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.
Gejala dan Tanda Mayor:
 Subyektif
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup

Gejala dan Tanda Minor:


 Subyektif
1. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurut
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Gejala dan Tanda Mayor:
 Subyektif
1. Mengeluh lelah
 Obyektif
1. Frekuensi dari jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
Gejala dan Tanda Minor:
 Subyektif
1. Dipsnea saat/ setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
 Obyektif
1. Tekana darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/ setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis
3.Keletihan
Definisi: Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan
istirahat
Gejala dan Tanda Mayor:
 Subyektif
1. Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur
2. Merasa kurang tenaga
3. Mengeluh lelah
4. Merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung jawab
5. Libido menurun Obyektif
 Obyektif
1. Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
2. Tampak lesu
 menurun Obyektif
1. Kebutuhan istirahat meningkat

4.Kesiapan Peningkatan Tidur


Definisi: Pola penurunan kesadaran alamiah dan periodik yang memungkinkan
istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat
ditingkatkan.
Gejala dan Tanda Mayor:
 Subyektif
1. Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan tidur
2. Mengekspresikan perasaan cukup istirahat setelah tidur Obyektif
Jumlah waktu tidur sesuai dengan pertumbuhan perkembangan
Gejala dan Tanda Minor:
 Subyektif
1.Tidak menggunakan obat tidur Obyektif
Menerapkan rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan tidur
C.Perencanaan
No Diagnosa yang Mungkin Tujuan dan Kriteris Intervensi (SIKI)
Muncul Hasil (SLKI)
1. 1. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan Dukungan Tidur
(D.0055) intervensi (1.05174)
Faktor yang berhubungan: keperawatan selama 1. Identifikasi pola
a. Hambatan lingkungan x 24 jam aktivitas dan tidur
(mis: kelembapan, lingkungan maka Pola Tidur 2. Identifikasi faktor
sekitar, suhu lingkungan, Membaik dengan pengganggu tidur
pengcahayaan, kebisingan, bau kriteria hasil: (Fisik/psikologis)
tidak sedap/ 3. Modifikasi
pemeriksaan/ tindakan) Pola Tidur (L.05045) lingkungan (mis.
b. Kurang kontrol tidur 1. Keluhan sulit Pencahayaan, kebisingan,
c. Kurang privasi tidur meningkat suhu, dan tempat tidur)
d. Restraint fisik (skala 5) 4. Tetapkan jadwal
e. Ketiadaan teman tidur 2. Keluhan rutin tidur
f. Tidak familiar sering terjaga 5. Anjurkan
dengan peralatan tidur meningkat (skala 5) menghindari makanan
g. Imobilisasi 3. Keluhan tidak atau minuman yang dapat
puas tidur meningkat mengganggu tidur
(skala 5) 6. Fasilitasi
4. Keluhan pola menghilangkan stress
tidur berubah 7. Ajarkan teknik
meningkat (skala 5) relaksasi
5. Keluhan
istirahat tidak cukup Edukasi Aktivitas/
meningkat (skala 5) Istirahat (1.12362)
1. Mengajarkan
pengaturan aktivitas dan
istirahat
2. Sediakan materi
dan media pengaturan
aktivitas dan istirahat
3. Jelaskan
pentingnya melakukan
aktivitas fisik atau
olahraga secara rutin
4. Anjurkan
menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
5. Ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
Terapi Relaksasi Otot
Progresif (1.05187)
1. Identifikasi tempat
yang tenang dan nyaman
2. Berikan posisi
bersandar pada kursi atau
posisi yang nyaman
3. Anjurkan
melakukan relaksasi otot
rahang
4. Anjurkan fokus
pada sensasi otot yang
rileks
5. Anjurkan bernafas
dalam dan perlahan
2. 2. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
(D.0056) Faktor yang intervensi (1.05178)
berhubungan: keperawatan selama 1. Identifikasi
a. Ketidakseimbangan antara x 24 jam gangguan fungsi tubuh
suplai dan kebutuhan oksigen maka Toleransi yang mengakibatkan
b. Tirah baring c. Kelemahan Aktivitas Meningkat kelelahan
d. Imobilisasi dengan kriteria hasil: 2. Monitor kelalahan
e. Gaya hidup monoton fisik dan emosional
Toleransi Aktivitas 3. Monitor pola dan
(L.05047) jam tidur
1. Frekuensi 4. Sediakan
Nadi meningkat lingkungan yang nyaman
(skala 5) 5. Lakukan rentang
2. Saturasi gerak pasif/ aktif
Oksigen 6. Berikan aktivitas
meningkat (skala 5) distraksi yang
3. Kemudahan menenangkan
dalam melakukan 7. Anjurkan tirah
aktivitas baring
sehari-hari 8. Anjurkan
meningkat (skala 5) melakukan aktivitas
4. Keluhan lelah secara bertahap
menurun (skala 9. Ajarkan strategi
koping untuk mengurangi
kelelahan
10. Kolaborasi untuk
meningkatkan asupan
makanan
3. 3. Keletihan (D.0057) Setelah dilakukan Edukasi Aktivitas/
Faktor yang berhubungan: intervensi Istirahat (1.12362)
a. Gangguan tidur keperawatan selama 1. Mengajarkan
b. Gaya hidup monoton x 24 jam maka pengaturan aktivitas dan
c. Kondisi fisiologis (mis. Tingkat Keletihan istirahat
Penyakit kronis, penyakit Membaik dengan 2. Sediakan materi
terminal, anemia, kriteria hasil: dan media pengaturan
malnutrisi, kehamilan) aktivitas dan istirahat
d. Program perawatan/ Tingkat Keletihan 3. Jelaskan
pengobatan jangka panjang (L.05046) pentingnya melakukan
e. Peristiwa hidup negatif 1. Kemampuan aktivitas fisik atau
f. Stress berlebihan melakukan aktivitas olahraga secara rutin
g. Depresi rutin 4. Anjurkan
meningkat (skala 5) menyusun jadwal
2. Tenaga aktivitas dan istirahat
meningkat (skala 5) 5. Ajarkan cara
3. Verbalisasi mengidentifikasi
lelah menurun (skala kebutuhan istirahat
5)
4. Lesu Manajemen Energi
menurun (skala 5) (1.05178)
5. Gangguan 1. Identifikasi
konsentrasi menurun gangguan fungsi tubuh
(skala 5) yang mengakibatkan
6. Gelisah kelelahan
menurun (skala 5 2. Monitor kelalahan
fisik dan emosional
3. Monitor pola dan
jam tidur
4. Sediakan
lingkungan yang nyaman
5. Anjurkan tirah
baring
4. Kesiapan Peningkatan Tidur Setelah dilakukan Terapi Musik (1.08250)
(D.0058) intervensi Observasi
keperawatan selama 1. Identifikasi
x 24 jam perubahan perilaku atau
maka Pola Tidur fisiologis yang
Membaik dengan akan dicapai (mis.
kriteria hasil: relaksasi, stimulasi,
konsentrasi, pengurangan
Pola Tidur (L.05045) rasa sakit)
1. Keluhan sulit 2. Identifikasi minat
tidur meningkat terhadap musik
(skala 5) 3. Pilih musik yang
2. Keluhan disukai
sering terjaga 4. Posisikan dalam
meningkat (skala 5) posisi yang nyaman
3. Keluhan tidak 5. Sediakan peralatan
puas terapi musik
tidur meningkat 6. Atur volume suara
(skala 5) yang sesuai
4. Keluhan pola 7. Berikan terapi
tidur berubah musik sesuai indikasi
meningkat (skala 5) 8. Hindari pemberian
5. Keluhan terapi musik dalam waktu
istirahat tidak cukup yang
meningkat (skala 5) lama
9. Hindari pemberian
terapi musik saat cedera
kepala
akut
10. Jelaskan tujuan
dan prosedur terapi musik
11. Anjurkan rileks
selama mendengarkan
musik

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. (2021). Kajian Literatur : Terapi Nonfarmakologis Terhadap Kualitas

Tidur Pada Lansia. Jurnal Ayurνeda Medistra, Vol.3 No.2 Agustus 2021 page 25-27, ISSN
2656-3142
Aminoff, M. (2008). Neurology and General Medicine 4th edition. Churchill Livingstone,
USA,P;605-609
Blumenfeld, H. (2002). Neuroanatomy through Clinical Cases. Sinauer Associates INC,
Massachusets P;588-597
Haswita dan Reni. (2017).Kebutuhan Dasar Manusia Untuk
Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: CV Trans Info Media
Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 20l2-20l4.
Jakarta: EGC

Hidayat, A. A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Hindriyastuti, S. dan I. Zuliana. (2018). Hubungan Tingkat Stres Dengan Kualitas Tidur
Lansia Di Rw 1 Desa Sambung Kabupaten Kudus. Jurnal Kesehatan Masyarakat, STIKES
Cendekia Utama Kudus. Vol.6, No.2 Agustus 2018
Marelli, S., Castelnuovo, A., Somma, A., Castronovo, V., Mombelli, S., & Bottoni, D. et al.
(2020). Impact of COVID-19 lockdown on sleep quality in university students and
administration staff. Journal Of Neurology. https://doi.org/10.1007/s00415-020-10056-6

Anda mungkin juga menyukai