Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR TIDUR DAN ISTIRAHAT

OLEH
GEDE HENDRA KUSUMA DARMAWAN
NIM. 20089142111

SEKOLAH TINGGI ILMU KSEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2020
A. Konsep Dasar Tidur dan Istirahat
1. Definisi
Seper tiga waktu hidup manusia dihabiskan untuk tidur. Sehingga

dapat dikatakan bahwa waktu istirahat bagi seseorang mengambil porsi

yang sangat besar. Pentingnya tidur, dan mekanisme tidur sendiri masih

merupakan misteri. Sedangkan tidur dan istirahat sangat berpengaruh

terhadap kesehatan dan kondisi sakit seseorang (Apriyani, 2018). Tidur

merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang terjadi secara alami

dan memiliki fungsi fisiologis dan psikologis untuk proses perbaikan

tubuh. Jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang baik maka akan

menimbulkan kerusakan pada fungsi otot dan otak karena tidak

adekuatnyakebutuhan tidur (Djawa, Hariyanto, & Ardiyani, 2017).

Tidur adalah kondisi tidak sadarkan diri yang relative, bukan hanya

keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan tetapi lebih merupakan suatu

siklus yang berulang dengan cirri adanya aktivitas minimal, memiliki

kesadaran bervariasi dan terdapat proses fisiologis. Tidur dibutuhkan

untuk fungsi fisiologis karena kebanyakan hormon pertumbuhan disekresi

selama tidur, istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang

dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara normal, maka

setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat tidur yang cukup. Pada

kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk

mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal

(Apriyani, 2018).

Kualitas tidur seseorang terlihat dari kepuasan seseorang terhadap


tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah,

gelisah, lesu, apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak,

konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan

sering menguap atau mengantuk. Tidur adalah bagian dari penyembuhan

dan perbaikan. Mencapai kualitas tidur yang baik penting untuk kesehatan,

sama halnya dengan sembuh dari penyakit. Klien yang sedang sakit sering

kali membutuhkan lebih banyak tidur dan istirahat dari pada klien yang

sehat. Namun demikian, biasanya penyakit mencegah beberapa klien

untuk mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat (Andri, Panzilion, &

Sutrisno, 2019).

Hospitalisasi atau dirawat di rumah sakit terbukti dapat

menyebabkan gangguan istirahat-tidur, ketidakmampuan pasien

mendapatkan posisi yang nyaman dan rasa nyeri merupakan penyebab

tersering gangguan istirahat tidur. Gangguan pola istirahat-tidur secara

umum merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami atau

mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat -

tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan. Tindakan keperawatan

mandiri yang bisa diberikan kepada pasien sebagai alternatif yang dapat

dipilih untuk mengatasi gangguan istirahat – tidur adalah dengan

menciptakan lingkuangan keperawatan yang tenang, membatasi

pengunjung, menganjurkan pasien tehnik relaksasi, masase punggung dan

latihan guided imageri (Suhartini, 2019).

2. Fisiologi Tidur dan Istirahat


Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang

melibatkan hubungan mekanisme serebral secara bergantian agar

mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun.

Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis.

Sistem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat,

termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas

kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons.

Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating system (RAS)

akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang

dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan,

juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan

emosidan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin

dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar

synchronizing regional (BSR) . Sedangkan saat bangun tergantung dari

keseimbangan impuls yang diterima di pusat otakyang mengatur silkus

atau perbuahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Uliyah & Hidayat,

2010).

3. Nilai Normal Kebutuhan Tidur

Umur Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur


0- 1 bulan Bayi baru lahir 14-18Jam/hari
1-18 bulan Masa bayi 12-14Jam/hari
18-3 Tahun Masa anak 11-12jam/Hari
3-6 Tahun Masa Pra sekolah 11Jam/hari
6-12 Tahun Masa Sekolah 10Jam/hari
12-18 Tahun Masa Remaja 8,5Jam/hari
18-40 Tahun Masa Dewasa 7-8Jam/hari
40-60 Tahun Masa Muda Paruh Baya 7Jam/hari
60 Tahun keatas Masa Dewasa Tua 6Jam/hari
Sumber : (Uliyah & Hidayat, 2010)

4. Faktor yang mempengaruhi Tidur dan istirahat

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk

tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya.

Berikut ini merupakan faktor yang dapat memengaruhi pemenuhan

kebutuhan tidur, antara lain:

a. Penyakit.

Sakit dapat memengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak

penydapat mem perbesar kebutuhan tidur, scperti penyakit yang

disebabkan olehterutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan

dengan ksehingga penderitanya membutuhkan lebih banyak waktu

tidur untukgatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang menjadikan

pasiertidur, bahkan tidak bisa tidur.

b. Latihan dan kelelahan

Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih

banyak tiduruntuk menjaga keseimbangan energi yang telah

dikeluarkan. Hal tersebut terlihat pada seseorang yang telah

melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Dengan demikian,

orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur

gelombang lambatnya (NREM) di perpendek.

c. Stres Psikologis

Kondisi stres psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat


ketegangan jiwa. Seseorang yang memiliki masalah psikologis

akan mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.

d. Obat-Obatan

Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat

yang memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat

diuretik yang dapat menyebabkan insomnia; antidepresan yang

dapat menekan REM; kafein yang dapat meningkatkan saraf

simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur; golongan

beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia; dan golongan

narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.

e. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur.

Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan individu

tersebut akan mempercepat proses terjadinya tidur karena

dihasilkan triptofan. Triptofan merupakan asam amino hasil

pencernaan protein yang dapat membantu kemudahan dalam tidur.

Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga

mempengaruhi proses tidur bahkan terkadang sulit untuk tidur.

f. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat

mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungan yang

tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan


hilangnya ketenangan

g. Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang

untuk tidur, sehingga dapat memengaruhi proses tidur. Sclain itu,

adanya keinginan untuk tidak tidur dapat menimbulkan gangguan

proses tidur.

5. Gangguan / Masalah Kebutuhan Tidur

a. Insomnia

Insomnia merupakan suatu keadaan yang menyebabkan

individu tidak mampu mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara

kualitas maupun kuantitas, sehingga individu tersebut hanya tidur

sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu

inisial insomnia, intermiten insomnia, dant erminal insomnia. Inisial

insomnia merupakan ketidakmampuan individu untuk jatuh tidur atau

mengawali tidur. Intermiten insomnia merupakan ketidakmampuan

tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari. Sedangkan

terminal insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali

setelah bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini

kemungkinan besar disebabkan adanya rasa khawatir dan tekanan jiwa.

b. Hipersomnia

Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur

berlebihan. Pada umumnya, lebih dari sembilan jam pada malam hari,
yang disebabka noleh kemungkinan adanya masalah psikologis,

depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan

gangguan metabolisme.

c. Parasomnia

Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang

dapat mengganggula tidur. Misalnya, somnambulisme (berjalan-jalan

dalamn tidur banyak terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan

IV dari tidur NREM. Somnambulisme ini dapat menyebabkan cedera.

d. Enuresis

Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak disengaja

pada waktu tidur atau disebut juga dengan istilah mengompol. Enuresis

ada dua macam, yaitu enuresis nokturnal dan enuresis diurnal.

Enuresis nokturnal merupakan mengompol pada waktu tidur.

Umumnya, enuresis nokturnal terjadi sebagai gangguan tidur NREM,

Sedangkan enuresis diurnal merupakan mengompol pada saat bangun

tidur.

e. Apnea tidur dan mendengkur

Pada umumnya, mendengkur tidak termasuk gangguan dalam

tidur, tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat

menjadi masalah. Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan

dalam pengaliran udaradi hidung dan mulut pada waktu tidur.

Rintangan tersebut seperti adanya adenoid, amandel, atau

mengendurnya otot di belakang mulut. Terjadinya apnea dapat


mengacaukan saat bernapas dan bahkan bisa menyebabkan henti

napas. Apabila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat

menyebabkan kadar oksigen dalam darah dapat menurun dan denyut

nadi menjadi tidak teratur.

f. Narkolepsi

Merupakan keadaan tidur yang tidak dapat dikendalikan,

seperti saat seseorang tidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan

kendaraan, atau di tengah suatu pembicaraan. Hal ini merupakan suatu

gangguan.

g. Mengigau

Merupakan suatu gangguan tidur bila terjadi terlalu sering

dan di luar kebiasaan menyebabkan kualitas dan kebutuhan tidur

berkurang sehingga dapat mengganggu fungsi organ dalam tubuh

(perbaikan sel) dan dapat mudah menyebabkan masalah psikologis.

Hasil pengamatan dapat menunjukkan bahwa hampir semua orang

pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur REM.

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien
Nama:

Umur:

Alamat :

Pekerjaan :

No. Reg :

Tgl. MRS :

Tgl. Pengkajian :

Dx Medis :

a. Identitas Penanggung Jawab Nama:


Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan

2. Riwayat penyakit sekarang:

Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan


yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin
sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan
kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak mengganggu
aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.

3. Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan


dapat mencerminkan gangguan pola tidur. Pola dan kebiasaan
makan yang salah dapat menjadi faktor penyebab, oleh karena itu
kondisi ini perlu dikaji:
a. Penurunan berat badan yang drastis

b. Selera makan yangmenurun

c. Pola makan dan minumsehari-hari


d. Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat mengganggu
fungsi pencernaan.

4. Riwayat Tidur:

Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien, pola
tidur biasa, perubahan tidur terakhir, rutinitas menjelang tidur
dan lingkungan tidur, penggunaan obat tidur, pola asupan diet,
gejala yang dialami selama terbangun, penyakit fisik yang
terjadi secara bersamaan, status emosional dan mental saatini.

5. Status Sosial Ekonomi

Kaji status sosial ekonomi klien dengan menghindarkan


pertanyaan yang mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan
melainkan lebih difokuskan pada kualitas pengelolaan suatu
nilai tertentu. Mendiskusikan dan menyimpulkan bersama-sama
merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan penafsiran.

6. Riwayat kesehatan keluarga:

Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada


tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh
klien.

7. Pengkajian Fisik

a. Keadaan umum pasien

b. Kesadaran
c. PemeriksaanTTV

Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan


dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah :
Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi. Pengkajian
Psikososial : Mengkaji keterampilan koping, dukungan
keluarga, teman dan handai taulan serta bagaimana keyakinan
klien tentang sehat dansakit.

DS :

 Klien mengeluh nyeri

 Klien mengaku tidak bisa beristirahat dengan baik dan


selalumengantuk

 Klien mengeluh sulit tidur dan jika tertidur terbangun lagi


beberapa jam kemudian
DO :

 Klien tampak pucat

 Klien tampaklemas

 Klien tampakbingung

 Klien sesaknafas

 Frekuensi pernafasan klien >24x/menit

 Frekuensi nadi klien >100x/menit

8. Pemeriksaan Penunjang

7. Pemeriksaan Laboratorium

8. Pemeriksaan radiologic
C. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan:

Psikologis : usia tua ,kecemasan, agen biokimia,suhu tubuh, pola

aktivitas,depresi, kelelahan, takut,kesendirian.

Lingkungan : kelembaban, kurangnya privacy/kontrol tidur,

pencahayaan, medikasi (depresan, stimulan),kebisingan.

Fisiologis : Demam, mual, posisi,urgensi urin.

D. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
. Keperawatan NOC NIC
1. Gangguan pola Anxiety control Sleep Enhancement Untuk melihat
tidur berhubungan Comfort Level bagaimana
Pain Level  Determinasi efek-
dengan Psikologis, respon terhadap
Rest : Extent and efek medikasi
Lingkungan, pattern pemberiak
terhadap pola tidur
Fisiologis Sleep : Extent and medikasi
Pattern  Fasilitasi untuk
Setelah dilakukan Dengan membaca
mempertahankan
tindakan keperawatan tubuh akan
aktifitas sebelum
selama…. Gangguan berespon cepat
tidur (membaca)
pola tidur pasien  Ciptakan lelah dan bisa

teratasi dengan kriteria lebih cepat


lingkungan yang
hasil : beristirahat
nyaman
 Jumlah jam tidur  Kolaborasi Lingkungan yang

dalam batas normal nyaman akan


pemberian obat
membantu proses
 Pola tidur, kualitas tidur
tidur lebih cepat
dalam batas normal
 Perasaan fresh
sesudah
istirahat/tidur
 Mampu
mengidentifikasi
hal-hal yang
meningkatkan tidur.

DAFTAR PUSTAKA

Andri, J., Panzilion, & Sutrisno, T. (2019). Hubungan Antara Nyeri Fraktur
Dengan Kualitas Tidur Pasien Yang Di Rawat Inap. Jurnal Kesmas
Asclepius (JKA), 1, 55–64.
Apriyani, H. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pasien Post Operasi di RSD HM RYACUDU
Kota Bumi. Jurnal Keperawatan, III(1), 10–16.
Djawa, Y. D., Hariyanto, T., & Ardiyani, V. M. (2017). Perbedaan Kualitas Tidur
Sebelum Dan Sesudah Melakukan Relaksasi otot Progresif Pada Lansia.
Nurisng News, 2, 169–177.
Suhartini. (2019). Pemenuhan Istirahat – Tidur Pasien melalui Tehnik Relaksasi
Progresif di Rumah Sakit Umum Daerah Bima. Bima Nursing Journal, 1(1),
56–63.
Uliyah, M., & Hidayat, A. A. (2010). Keterampilan Dasar Praktek Klinik Untuk
Kebidanan (2nd ed.; A. Nurdini, ed.). Jakarta: Salema Medika.

Anda mungkin juga menyukai