Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR

MANUSIA ISTIRAHAT TIDUR PADA NY.M


DENGAN COLIC ABDOMEN DI RUMAH SAKIT KALISAT

Oleh
Adi Tryo Widyanto
21102002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER
2024/2025
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ISTIRAHAT TIDUR
RUANG MERPATI
RSD KALISAT KABUPATEN JEMBER

Asuhan Keperawatan ini telah dibaca, diperiksa pada


Hari/tanggal :

Jember, 13 Februari 2024

Pembimbing Klinik Mahasiswa Praktikan

( …………………………... ) ( ………………………... )

Mengetahui
Pembimbing Akademik

( ………………………………………….……………….)
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional,
bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi istirahat juga
membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti menyegarkan diri atau diam setelah
melakukan kerja keras, suatu keadaan untuk melepaskan lelah, bersantai untuk
menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang
membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan. Tidur merupakan suatu kondisi
tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai
(Jepari, 2020). Tidur merupakan suatu kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang
tidak bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk
pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi
waktu organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme
dan biokimiawi tubuh (Saputri, 2020). Dengan kata lain, tidur merupakan suatu
keadaan tidak sadarkan diri yang relative, bukan hanya keadaan penuh ketenangan
tanpa kegiatan, tetapi lebih kepada suatu urutan siklus yang berulang. Tidur memiliki
ciri, yaitu adanya aktivitas yang minimum, memiliki kesadaran yang bervariasi,
terdapatnya perubahan proses fisiologis, dan terjadinya penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar. Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar yang mana individu
dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau juga dapat dikatakan
suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relative, yang bukan hanya keadaan penuh
ketenangan tanpa kegiatan akan tetapi lebih merupakan sutu urutan siklus yang
berulang, dengan ciri-ciri minimnya aktifitas, memiliki kesadaran yang bervariasi,
terdapat perubahan- perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respon
terhadap rangsangan dari luar. Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati,
secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan
munculnya salah satu dari ketiga masalah, seperti: insomnia, gerakan atau sensasi
abnormal dikala tidur dan rasa mengantuk di siang hari. Fungsi dan tujuan dari tidur
secara jelas tidak diketahui akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk
menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan, mengurangi stress pada
pulmonary, kardiovascular, endokrin dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur,
sehingga energy diarahkan kembali pada fungsi cellular yang penting. Tidur dapat
pula dipercaya mengkontribusi pemulihan psikologis dan fisiologis. Tidur
nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur
gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon
pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel otak.
Teori lain tentang fungsi tidur adalah tubuh menyimpan energy selama tidur. Otot
skelet berelaksasi secara progresif, dan karena tidak adanya kontraksi maka otot
menyimpan energi kimia untuk proses seluler (Jepari, 2020).

2.1 ETIOLOGI
Menurut (Niningsih, 2020) Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur yaitu:
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain:
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidur
dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka
kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik
sehingga tidak dapat tidur dengan nyenyak. Banyak penyakit yang dapat
memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang disebabkan oleh
infeksi terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan denga keletihan
sehingga penderitanya membutuhkan banyak tidur untuk mengatasinya.
Banyak juga keadaan sakit yang membuat penderitanya kesulitan tidur
atau bahkan tidak bisa tidur. Misalnya pada klien dengan gangguan pada
sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang
tidak mungkin dapat istirahat dan tidur.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat
mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungna yang tidak
aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya
ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.
c. Stress psikologis
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan
kekhawatiran karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan
seseorang (Ihsan, 2020). Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan
pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan
meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini
akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
d. Obat-obatan
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang
memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic yang dapat
menyebabkan insomnia, antidepresan yang dapat menekan REM, kafein
yang dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan
untuk tidur, golongan beta blocker dapat berefek pada timbulnya
insomnia, dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah
mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur.
Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut akan
mempercepat proses terjadinya tidur karena dihasilkan tripofan. Tripofan
merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dapat membantu
kemudahan dalam tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang
kurang dapat juga memengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit
untuk tidur
f. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk
tidur, sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya
keinginan untuk tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.

3.1 PATOFISIOLOGI
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan
mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak
untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan
saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan
kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam
keadaan sadar, neuron dalam reticular activating sistem (RAS) akan melepaskan
katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan
rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi
dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur,
terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang
otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). sedangkan saat bangun
bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbic
(Heriyana, 2020). Dengan demikian, sistem batang otak yang mengatur siklus atau
perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR. Selama tidur, dalam tubuh seseorang
terjadi perubahan proses fisiologis, yaitu:
a. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
b. Dilatasi pembuluh darah perifer
c. Kadang-kadang terjadi peningkatan traktus aktivitas pencernaan
d. Relaksasi otot-otot rangka
e. Tingkat basal matabolisme menurun 10-30%

4.1 TANDA DAN GEJALA


Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan menimbulkan
gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, daya tahan
tubuh menurun serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang
konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri
sendiri atau orang lain (Jepari, 2020).
Gejala tidur REM adalah sebagai berikut:
a. Biasanya disertai dengan mimpi aktif
b. Lebih sulit dibangun dari pada saat tidur nyenyak
c. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retikularis
d. Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
e. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
f. Mata cepat tertutup dan terbuka

5.1 PEMERIKSAAN FISIK


a. Kaji penampilan wajah klien, adalah lingkaran hitam disekitar mata,
konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah terlihat kusut dan Lelah.
b. Kaji perilaku klien, cepat marah, gelisah, perhatian menurun, bicara
lambat, postur tubuh tidak stabil.

6.1 PENATALAKSANAAN
1. Terapi Non Farmakologis
Menurut (Hidayat et al., 2020) Merupakan pilihan utama sebelum
menggunakan obat- obatan karena penggunaan obat-obatan dapat
memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan
antara lain :
a. Terapi Relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan,
aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi Tidur Yang Bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat
tidur dan suasanakamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi Pengaturan Tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti
irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya.
d. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu
bangun pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu
tidur malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari
meski hanya sesaat.
e. Mengubah Gaya Hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok
dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk
berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
BAB II KONSEP KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
1. Anamnesa
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama:
Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien
meminta bantuan pelayanan seperti:
- Apa yang dirasakan klien
- Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-
tiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
- Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari- hari
- Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
klien.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah
berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan
penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien,
kondisi ini tidak dikeluhkan.
c. Riwayat Tidur
Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien, pola
tidur biasa, perubahan tidur terakhir, rutinitas menjelang tidur dan
lingkungan tidur, penggunaan obat tidur, pola asupan diet, gejala
yang dialami selama terbangun, penyakit fisik yang terjadi secara
bersamaan, status emosional dan mental saat ini.

3.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Gangguan pola tidur (D.0055)
4.1 KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI
N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
O KEPERAWATAN HASIL
1 Gangguan pola Tujuan : Dukungan Pola Tidur (I. 05174)
tidur berhubungan Setelah dilakukan asuhan Observasi:
dengan keperawatan selama 2x24 jam, pola 1. Identifikasi pola aktivitas dan
ketidaknyamanan tidur membaik. tidur
(D.0055) Kriteria Hasil: 2. Faktor penggangu tidur
Pola Tidur (L.05045) Terapeutik:
Indikator SA ST 3. Modifikasi lingkungan (Mis.
Keluhan sulit tidur 2 4 Pencahayaan)
Keluhan tidak puas 2 4 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
tidur 5. Fasilitasi menghilangkan
Keluhan pola tidur 2 4 stress sebelum tidur
berubah Edukasi:
Keluhan istirahat 2 4 6. Anjurkan menghindari
tidak cukup makanan dan minuman yang
Keterangan: mengganggu tidur
1 : Menurun 7. Ajarkan relaksasi nafas dalam
2 : Cukup Menurun Kolaborasi:
3: Sedang -
4: Cukup Meningkat
5: Meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Heriyana, A. N. (2020). Laporan Kegiatan Relawan Covid-19 Gambaran Kondisi


Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Waktu Istirahat Berdasarkan Pedoman Gizi
Seimbang Pada Tenaga Kesehata Kota Surabaya di Masa Pandemi Covid-19
(Kegiatan Relawan oleh Geliat UNAIR (GUSC-CPR), Dinas Kesehatan Kota
Surabaya, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dan UNICEF).
UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Hidayat, W., Ristyowati, T., & Putro, G. M. (2020). Analisis Beban Kerja Fisiologis
sebagai Dasar Penentuan Waktu Istirahat untuk Mengurangi Kelelahan Kerja.
Opsi, 13(1), 62–69.
Ihsan, O. (2020). ANALISIS FREKUENSI DENYUT JANTUNG ISTIRAHAT PELARI
DAN BUKAN PELARI DI KOTA PADANG. Universitas Andalas.
Jepari, T. W. (2020). Studi karakteristik pohon aktivitas berpindah dan istirahat
monyet ekor panjang (macaca fascicularis raffles.) di kawasan hutan kampus
Universitas Bangka Belitung. Universitas Bangka Belitung.
Niningsih, L. (2020). LAPORAN HASIL PENELITIAN: POLA PENGGUNAAN
RUANG DAN WAKTU OLEH KANGKARENG PERUT-PUTIH (Anthracoceros
albirostris) DI KAWASAN PEMUKIMAN TANJUNG BARA KUTAI TIMUR
KALIMANTAN TIMUR.
Saputri, E. M. (2020). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada 6 Jam s/d 6 Hari
Postpartum. Jurnal Komunikasi Kesehatan, 11(2).

Anda mungkin juga menyukai