Anda di halaman 1dari 33

A.

Konsep Teori Kebutuan


1. Definisi
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapat dibangunkan
kembali dengan stimulus dan sensori yang cukup. Selain itu tidur juga
dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya
keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, melainkan merupakan sesuatu
urutan siklus yang berulang (Wahit Iqbal Mubarak et al., 2015). Tidur adalah
keadaan di mana kesadaran menghilang secara normal, sehingga seseorang
tidak dapat menilai dirinya sendiri atau lingkungannya (Lakshono, 2018).
Tidur merupakan salah satu kebutuhan fisiologis manusia (Sulistiyani, 2012).
Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk
dapat berfungsi dengan baik dan merupakan salah satu aspek yang dapat
berpengaruh pada kualitas hidup manusia. Gangguan pola tidur merupakan
gangguan yang terjadi pada kualitas dan kuantitas waktu tidur seseorang
akibat faktor eksternal (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Pola tidur adalah
model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap dan
meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur
dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur, dan kepuasan tidur. Diagnostic
And Statictical Manual of Mental Disorders edisi ke empat (DSM-IV)
mengklasifikasikan gangguan tidur berdasarkan kriteria diagnostik klinik dan
perkiraan etiologi. Tiga kategori utama gangguan tidur dalam DSM-IV adalah
gangguan tidur primer, gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan
tidur mental lain, dan gangguan tidur lain, khususnya gangguan tidur akibat
kondisi medis umum atau yang disebabkan oleh zat.
2. Anatomi fisiologi terkait KDM
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan
pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktifitas tidur ini diatur
oleh system pengativasian retikularis yang merupakan system yang mengatur
seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan
kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak
dalam mesensefalon dan bagian atas pons (Potter & Perry, 2005).
Selain itu, Reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan
Visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari
korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan
sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.
Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin
dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar
synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari
keseimbangan implus yang diterima dipusat otak yang mengatur siklus atau
perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry, 2005).
3. Faktor predisposisi dan Presipitasi
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada
yang kebutuhannya yang terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami
gangguan. Seseorang bisa tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya sebagai berikut:
a. Status Kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur
dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka
kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga
tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita
gangguan pada system persendian. Dalam kondisi yang mengalami nyeri
pada sendi tidak akan dapat istirahat atau tidur.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur.
Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan
nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang rebut, bising, dan gaduh akan
menghambat seseorang untuk tidur khususnya lansia.
c. Stress Psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal
ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin
darah melalui system saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV
NREM dan REM.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L- Triptofan seperti keju, susu,
dagingmdan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur.
Sebaliknya, minuman yang mengandung kafein maupun alcohol akan
mengganggu tidur.
e. Gaya Hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur sesorang. Kelelahan tingkat
menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan
yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
f. Obat – Obatan
Obat – obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan
tidur, ada pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat
golongan amfetamin akan menurunkan tidur REM.
g. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak
dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan klien kurang tidur
atau tidak dapat tidur.
h. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
i. Kelelahan
Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
j. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
k. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
4. Gangguan terkait KDM
a. Etiologi
Adapun penyebab yang dapat menyebabkan seseorang mengalami
gangguan pola tidur (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) yaitu:
1) Hambatan lingkungan yang terdiri dari:
a) Kelembaban lingkungan sekitar
b) Suhu lingkungan
c) Pencahayaan
d) Kebisingan
e) Bau yang tidak sedap
f) Jadwal pemantauan atau pemeriksaan atau tindakan
2) Kurang kontrol tidur
a) Kurang privasi
b) Restraint fisik
c) Ketiadaan teman tidur
d) Tidak familiar dengan peralatan tidur
b. Proses terjadi
Reseptor menerima impuls / rangsangan kemudian dibawa ke medulla
spinalis kemudian masuk ke formasi retikularis dilanjutkan ke pons dan
masuk ke medula oblongata kemudian diteruskan ke hipotalamus yang
menyebabkan menurunya fungsi panca indra dan sampai masuk ke
korteks serebri, sehingga ditafsirkan/disampaikan kembali ke formasi
retikularis dilanjutkan ke medulla spinalis dan dipersepsikan untuk tidur.
c. Manifestasi Klinis
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
menimbulkan gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus
tidur biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta menurunkan prestasi
kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang
lain.
d. Komplikasi
1) Efek psikologis.
Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, irritable,
kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
2) Efek fisik/somatik.
Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
3) Efek sosial.
Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu seperti susah mendapat
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan
sosial dan keluarga.
4) Kematian.
Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan
hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini
mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia
yang memperpendek angka harapan hidup.
5. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait KDM
a. Elektroencefalogram (EEG) adalah alat untuk mengukur aktivitas listrik
dalam korteks serebral (otak).
b. Elektromiogram (EMG) adalah alat untuk mengukur tonus otot.
c. Elektrookulogram (EOG) adalah alat untuk mengukur gerakan mata dan
memberikan infirmasi struktur aspek fisiologis tidur.
d. Saturasi O2 dan ECG untuk mengatahu adanya sleep apnea.
6. Penatalaksanaan
Penanganan gangguan tidur dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
a. Terapi non farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun
cara yang dapat dilakukan antara lain:
1) Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan,
aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
2) Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat
tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
3) Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti
irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya.
4) Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat
yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh
tenaga ahli atau dokter psikiatri.
5) Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok
dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk
berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
b. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obatobatan
seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter
yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan
tidur antara lain:
1) Golongan obat hipnotik
2) Golongan obat antidepresan
3) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
4) Golongan obat antihistamin.
B. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2008).
a. Identitas (nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, no. Rm, diagnosa
medis)
b. Riwayat kesehatan (keluhan utama, riwayat peyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga)
c. Genogram
d. Pola Kebiasaan
e. Pemeriksaan Fisik ( kesadaran umum, BB, TD, N, S, RR)
1) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan klien
atau keluarga, data subyektif yang sering ditemukan yaitu: mengeluh sulit
memulai tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur,
mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup dan mengeluh
kemampuan beraktivitas menurun.
2) Data Objektif
Data objektif adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat
atas kondisi klien.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan:
1) Gangguan karena cara tidur pasangan
2) Kendala lingkungan
3) Kurang privasi
4) Pola tidur tidak menyehatkan
5) Ketidaknyamanan fisik
b. Kesiapan meningkatkan tidur berhubungan dengan:
1) Perubahan tingkat kesadaran
2) Imobilisasi mekanis
3) Paralisis
4) Program imobilisasi
3. Perencanaan Keperawatan
a. Intervensi Asuhan Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Memberikan
kunjungan selama 3x30 faktor informasi
menit diharapkan klien penganggu dasar dalam
dapat menunjukkan pola tidur menentukan
tidur yang adekuat rencana
dengan kriteria hasil: perawatan.
1. Jumlah jam tidur 2. Kaji skala 2. Untuk
dalam batas normal 6- nyeri menentukan
8 jam/hari sejauh mana
2. Pola tidur, kualitas nyeri yang
dalam batas normal dirasakan dan
3. Perasaan segar untuk
sesudah tidur atau memudahkan
istirahat memberikan
4. Mampu intervensi
mengidentifikasi hal- selanjutnya
hal yang dapat 3. Monitor TTV 3. Untuk
meningkatkan tidur mengetahui
keadaan
umum klien
4. Ciptakan 4. Agar tercipta
suasana yang suasana yang
nyaman nyaman bagi
5. Jelaskan klien
pentingnya 5. Agar klien
tidur yang mengetahui
adekuat pentingnya
tidur yang
adekuat
2 Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Memberikan
kunjungan selama 3x30 pola aktivitas informasi
menit diharapkan klien dan tidur dasar dalam
dapat mempertahankan menentukan
siklus tidur secara teratur rencana
dengan kriteria hasil: perawatan.
1. Tidur dari awal 2. Modifikasi 2. Agar tercipta
sampai habis di lingkungan lingkungan
malam hari secara yang nyama
konsisten. 3. Anjurkan 3. Meningkatkan
2. Kualitas dalam batas menepati pola tidur.
normal kebiasaan
3. Perasaan segar tidur rutin
sesudah tidur 4. Anjurkan 4. Mengurangi
menghindari gangguan saat
makanan dan tidur.
minuman
yang
mengganggu
tidur
4. Implementasi
Impementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan
a. Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan
bukan merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan
b. Delegatif: tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang
c. Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana
didasarkan atas keputusan bersama.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keoperawatan dengan cara
melakukan identitas sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harus memiliki pengetahuan
dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tidakan keperawatan dengan criteria
hasil. Menurut Nursalam (2008), pada tahapan evaluasi ini terdiri dari dua
kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasiselama proses
perawatan berlangsung (evaluasi proses) dan kegiatan melakukan evalusia
dengan targettujuan yang diharapkan (evaluasi hasil).
a. Evaluasi proses (evaluasi formatif)
Fokus padaevaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi ini harus dilaksanakan
segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk
membantu menilai efektifitas intervensi tersebut. Metode pengumpulan
data evaluasi ini menggunakan analisis rencana sduhan keperawatan, open
chart audit, pertemuaan kelompok, wawancara, observasi, dan
menggunakan form evaluasi. Sistem penulisannya dapat menggunakan
system SOAP.
b. Evaluasi hasil (evaluasi sumatif)
Focus pada evaluasi hasil (evaluasi sumatif) adalah pada perubahan
perilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan.
Evaluasi ini dilakukan pada akhirnya asuhan keperawatan secara paripurna.
Evaluasi hasil bersifat objektif, fleksibel, dan efesien. Metode
pelaksanaannya terdiri dari close chart audit, wawancara pada pertemuan
terakhir asuhan, dan pertanyaan kepda klien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. & KIMAtsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:
Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
Marini, I.(2020) ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA GANGGUAN
TIDUR “INSOMIA” DENGAN INTERVENSI RELAKSASI OTOT DI
ERA PANDEMI COVID 19
Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2006. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar diagnosa keperawatan Indonesia:
Definisi dan indikataor diagnostik. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia:
Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia:
Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta: PPNI
Sihombing, H. (2016). Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Prioritas Masalah
Gangguan Pola Tidur Pada Ny. B di Lingkungan I Kelurahan Sitirejo II
Kecamatan Medan Amplas.
WOC

Kekakuan otot sendi Hambatan mobilitas fisik


Inflamasi non – bacterial
disebabkan oleh infeksi, Bengkak dan kulit
Reaksi peradangan Nyeri sendi Susah tidur
endokrin, auto imun, metabolic kemerahan
dan faktor genetik, serta faktor
lingkungan. Gangguan Pola Tidur
Nyeri

Synovial menebal Pannus

Nodul
Infiltrasi dalam
os.subcondria Kartilago nekrosis

Deformitas sendi
Hambatan nutrisi pada Erosis kartilago
kartilago artikularis
Gangguan body image Adhesi pada permukaan
Kerusakan pada sendi
kartilago dan tulang
Ankilosis fibrosa
Mudah luksasi dan subluksasi Tendon dan ligamen
menjadi melemah Ankilosis tulang

Risiko cidera Hilangnya kekuatan otot

Keterbatasan gerakan sendi Kekuatan sendi


Ankilosis tulang

Deficit perawatan diri Hambatan mobilitas


fisik
RESUME EVALUASI PRAKTEK KEPERAWATAN DASAR PROFESI
PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR DI BANJAR BATUAJI
KAWAN KAJA DESA SEMBUNG GEDE KECAMATAN KERAMBITAN
TABANAN PADA TANGGAL 16-18 SEPTEMBER 2021

Disusun Untuk Memenuhi Target Praktek Pendidikan Profesi Ners Stase


Keperawatan Dasar Profesi

OLEH:
GUSTI AYU MADE KARTIKA ASRI UTARI
2114901200

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAN STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2021
RESUME EVALUASI PRAKTEK KEPERAWATAN DASAR PROFESI
PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN GANGGUAN POLA TIDUR DI BANJAR
BATUAJI KAWAN KAJA DESA SEMBUNG GEDE KECAMATAN
KERAMBITAN TABANAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 16 September 2021 pukul 11.30 di
Banjar Batuaji Kawan Kaja Desa Sembung Gede Kecamatan Kerambitan
Tabanan dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik.
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien
Klien Penanggung Jawab
Nama : Ny.S Tn. M
Umur : 49 tahun 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki
Alamat :Banjar Batuaji Kawan Kaja
Desa Sembung Gede
Kecamatan Kerambitan
Tabanan
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama saat pengkajian
Klien mengatakan susah tidur
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sejak seminggu yang lalu klien mengalami
gangguan pola tidur seperti sulit untuk memulai tidur dan sering
terbangun di malam hari. Klien juga mengatakan mengalami nyeri
pada sendi lutut. Klien belum mengetahui secara pasti sakit apa yang
dialami karena belum berobat ke dokter. Klien hanya menggosok lutut
dengan minyak hangat ketika nyeri timbul. Nyeri dirasakan tertusuk-
tusuk pada lutut sebelah kiri, nyeri timbul saat sedang istirahat dengan
skala nyeri 2. Hal ini juga yang menyebabkan klien sulit untuk tidur.
ketika dilakuka pemeriksaan TTV, didapatkan hasil TD :
110/60mmhg, N: 88x/mnt, S : 36,5oC, RR : 18x/mnt
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Keluarga klien mengatakan klien sempat mengalami sesak nafas.
4) Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien mengatakan dikeluarga tidak ada riwayat penyakit
seperti DM, hipertensi, TBC.
5) Genogram
Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Meninggal

: Tinggal serumah

: Garis Keturunan

c. Pola Kebiasaan
1 Istirahat dan tidur
Sebelum Pengkajian : Klien mengatakan biasanya istirashat tidur 7-8
jam setiap hari, tidur siang 30 menit sehari.
Waktu tidur klien mulai pukul 22.00 malam -
05.30 pagi
Saat Pengkajian : Klien mengatakan biasanya istirashat tidur 5-6
jam setiap hari, tidur siang 30 menit sehari.
Waktu tidur klien mulai pukul 22.00 malam -
05.30 pagi. Sering terbangun dimalam hari dan
sulit untuk memulai tidur lagi.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran : composmentis/sadar penuh
b) Bangun Tubuh : sedang
c) Postur Tubuh : tegak
d) Cara Berjalan : lancar terkoordinir
e) Gerak Motorik : normal
f) Keadaan Kulit
Warna : normal
Turgor : elastis
Kebersihan: bersih
Luka : tidak ada,
g) Gejala Kardinal : TD : 110/60mmhg
N: 88x/mnt
S : 36,5oC
RR : 18x/mnt
h) Ukuran lain : BB : 70kg
TB : 165cm
2) Kepala
a) Kulit kepala : bersih
b) Rambut : sehat
c) Nyeri tekan : tidak ada
d) Luka : tidak ada
3) Mata
a) Konjungtiva : merah muda
b) Sklera : putih
c) Kelopak mata : □ oedema, □ benjolan, □ lingkaran hitam
d) Pupil : reflek pupil baik
4) Hidung
a) Keadaan : Bersih
b) Penciuman : Baik
c) Nyeri : tidak ada
d) Luka, :Tidak ada
5) Telinga
a) Keadaan : Bersih
b) Nyeri : tidak nyeri
c) Pendengaran :baik/normal
d) Pemeriksaan □ test rinne normal
□ test webber normal
□ test swabach normal
6) Mulut
a) Mukosa bibir : mukosa lembab
b) Gusi : tidak berdarah
c) Gigi : sudah tidak ada gigi
d) Lidah : bersih
e) Tonsil : normal
7) Leher
a) Inspeksi
Keadaan : baik/normal
b) Palpasi : kelenjar limfe tidak membesar, kelenjar parotis tidak
membesar, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada
deviasi trakea, tidak teraba massa/tumor.
8) Thorax
a) Inspeksi
 Bentuk : simetris
 Gerakan dada: bebas
 Payudara : simetris
 Tidak ada nyeri, bengkak dan luka
b) Palpasi
 Pengembangan dada : □ simetris
 Vibrasi tactile premitus : □ simetris
 Tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi
 Suara paru : □ Sonor/resonan
d) Auskultasi
 Suara paru : □ vesikuler/normal
 Suara jantung: □ Regular, □S1-S2 tunggal
9) Abdomen
a) Inspeksi
 Pemeriksaan : tidak ada distensi abdomen dan ascites
 Luka, □ tidak ada
b) Auskultasi
 Peristaltic usus: 12x/mnt
c) Palpasi : tidak ada hepatomegali, apendiksitis, distensi abdomen,
ascites, massa dan nyeri tekan.
d) Perkusi : □ tympani
10) Genetalia
a) Keadaan : □ Bersih
b) Letak Uretra : □ Normal
c) Prosedur invasife : □ Tidak
11) Anus
Keadaan : □ Bersih
12) Ekstremitas
a) Ektremitas Atas
Pergerakan bebas, tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tidak ada
sianosis pada ujung kuku, tidak ada clubbing finger, CRT 2 detik,
tidak ada luka.
b) Ektremitas Bawah
Pergerakan bebas, tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tidak ada
sianosis pada ujung kuku, tidak ada clubbing finger, CRT 2 detik,
tidak ada luka. Nyeri pada lutut sebelah kiri dengan skala nyeri 2.
c) Kekuatan Otot
5555 5555
5555 5555
2. ANALISA DATA

Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan


1. Mengeluh sulit tidur 1. Konjungtiva klien Gangguan Pola
2. Mengeluh sering tampak merah Tidur
terjaga 2. Wajah klien tampak
3. Mengeluh pola tidur mengantuk
berubah 3. TTV:
4. Mengeluh istirahat TD:110/60,
tidak cukup RR: 20x/menit,
5. Mengeluh nyeri S:36,5℃,
pada sendi, nyeri N: 88x/menit
dirasakan tertusuk-
tusuk pada lutut
sebelah kiri, nyeri
timbul saat sedang
istirahat dengan
skala nyeri 2.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri sendi ditandai dengan klien mengeluh sulit tidur, mengeluh sering
terjaga, pola tidur berubah, istirahat tidak cukup dan klien mengeluh nyeri pada sendi lutut
3. INTERVENSI
a. Prioritas masalah
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri sendi ditandai dengan klien mengeluh sulit tidur, mengeluh sering
terjaga, pola tidur berubah, istirahat tidak cukup dan klien mengeluh nyeri pada sendi lutut
b. Perencanaan
Perencanaan Keperawatan Pada Klien Ny.S Dengan Diagnosa Gangguan Pola Tidur Di Br.Batuaji Kawan
Kaja Desa Sembung Gede Kecamatan Kerambitan Tabanan Pada Tanggal 16 September 2021

No Hari/Tgl Diagnosa Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional


Dx Jam Keperawatan
1 Kamis, 16 Gangguan pola Setelah dilakukan 1 Identifikasi faktor 1 Memberikan
September tidur berhubungan kunjungan selama penganggu tidur informasi dasar
2021 pukul dengan nyeri sendi 3x30 menit dalam menentukan
11.30 ditandai dengan diharapkan klien dapat rencana perawatan.
klien mengeluh menunjukkan pola 2 Kaji skala nyeri 2 Untuk menentukan
sulit tidur, tidur yang adekuat sejauh mana nyeri
mengeluh sering yang dirasakan dan
terjaga, pola tidur dengan kriteria hasil: untuk memudahkan
berubah, istirahat 1.Nyeri berkurang memberikan
tidak cukup. 2.Mampu intervensi
mengidentifikasi selanjutnya
hal-hal yang dapat 3 Untuk mengetahui
meningkatkan tidur 3 Monitor TTV keadaan umum
klien
4 Agar tercipta
4 Ciptakan suasana suasana yang
yang nyaman nyaman bagi klien
5 Jelaskan 5 Agar klien
pentingnya tidur mengetahui
yang adekuat pentingnya tidur
yang adekuat

4. IMPLEMENTASI
Perencanaan Keperawatan Pada Klien Ny.S Dengan Diagnosa Gangguan Pola Tidur Di Br.Batuaji Kawan Kaja
Desa Sembung Gede Kecamatan Kerambitan Tabanan Pada Tanggal 16September 2021
No Hari/Tgl/ Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Paraf
Jam Keperawatan
1 Kamis, 16 Gangguan 1. Identifikasi faktor DS: Klien mengatakan
September 2021 Pola Tidur penganggu tidur susah tidur karna nyeri
pukul 11.30 dibagian sendi dan faktor
lingkungan.
DO: klien tampak
memegangi lututnya
Pukul 11.40 2. Observasi TTV DS: -
DO: TD:110/60,
RR: 20x/menit,
S:36,5℃,
N: 88x/menit
Pukul 11.50 3. Kaji skala nyeri DS: klien mengatakan
nyeri dirasakan tertusuk-
tusuk pada lutut sebelah
kiri, nyeri timbul saat
sedang istirahat dengan
Pukul 12.30 skala nyeri 1.
DO:-
DS: klien mengatakan
4. Ciptakan suasana yang sebelum tidur akan
nyaman mematikan lampu dan
menggosok lutut dengan
minyak hangat
DO: -
DS: klien mengatakan
5. Jelaskan pentingnya tidur sudah mengerti dengan
yang adekuat pentingnya tidur yang
adekuat
DO: klien tampak paham
dengan apa yang
dijelaskan.

5. EVALUASI
Perencanaan Keperawatan Pada Klien Ny.S Dengan Diagnosa Gangguan Pola Tidur Di Br.Batuaji Kawan Kaja
Desa Sembung Gede Kecamatan Kerambitan Tabanan Pada Tanggal 16 September 2021
No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
1 Kamis, 16 Gangguan pola tidur S: klien mengatakan sebelum tidur menggosok lutunya
September 2021 menggunakan minyak hangat dan mematikan lampu ketika
pukul 12.30 tidur. Klien mengatakan nyeri dirasakan tertusuk-tusuk pada
lutut sebelah kiri, nyeri timbul saat sedang istirahat dengan
skala nyeri 1.
O: TD:110/60,
RR: 20x/menit,
S:36,5℃,
N: 88x/menit
A: Tujuan 1,2 tercapai masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi klien
STATEGI PELAKSANAAN DAN STRATEGI KOMUNIKASI
TINDAKAN KEPERAWATNAN PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Disusun Untuk Memenuhi Target Praktek Pendidikan Profesi Ners Stase


Keperawatan Dasar Profesi

OLEH:
GUSTI AYU MADE KARTIKA ASRI UTARI
2114901200

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAN STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2021
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

A. Proses Keperawatan
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Prempuan
Status Perkawinan : Kawin
Suku /Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai swasta
Alamat : Banjar Batuaji Kawan Kaja Desa Sembung Gede
Kecamatan Kerambitan Tabanan
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan sejak seminggu yang lalu klien mengalami gangguan
pola tidur seperti sulit untuk memulai tidur dan sering terbangun di malam
hari. Klien juga mengatakan mengalami nyeri pada sendi lutut. Klien
belum mengetahui secara pasti sakit apa yang dialami karena belum
berobat ke dokter. Klien hanya menggosok lutut dengan minyak hangat
ketika nyeri timbul. Nyeri dirasakan tertusuk-tusuk pada lutut sebelah kiri,
nyeri timbul saat sedang istirahat dengan skala nyeri 2. Hal ini juga yang
menyebabkan klien sulit untuk tidur. ketika dilakuka pemeriksaan TTV,
didapatkan hasil TD : 110/60mmhg, N: 88x/mnt, S : 36,5oC, RR : 18x/mnt
3. Kondisi (Data Subyektif dan Obyektif)
DS:
a. Mengeluh sulit tidur
b. Mengeluh sering terjaga
c. Mengeluh pola tidur berubah
d. Mengeluh istirahat tidak cukup
e. Mengeluh nyeri pada sendi, nyeri dirasakan tertusuk-tusuk pada lutut
sebelah kiri, nyeri timbul saat sedang istirahat dengan skala nyeri 2.
DO:
a. Konjungtiva klien tampak merah
b. Wajah klien tampak mengantuk
c. TTV:
TD:110/60,
RR: 20x/menit,
S:36,5℃,
N: 88x/menit
4. Diagnosa
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri sendi ditandai dengan
klien mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, pola tidur berubah,
istirahat tidak cukup dan klien mengeluh nyeri pada sendi lutut
5. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kunjungan selama 3x30 menit diharapkan klien dapat
menunjukkan pola tidur yang adekuat dengan kriteria hasil:
a. Nyeri berkurang
b. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang dapat meningkatkan tidur
6. Tindakan Keperawatan
Pemberian pendidikan kesehatan
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapiutik
“Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya Gusti Ayu Made Kartika Asri
Utari mahasiswi ITEKES Bali yang berkunjung siang hari ini ke rumah
ibu. Apakah benar dengan ibu S? Kemarin kita sudah kontrak waktu
untuk melakukan kegiatan hari ini bu ya”
b. Evaluasi/Validasi
“Ibu gimana tidurnya tadi malam? Apakah ibu masih merasakan nyer?
Bagaimana nyeri yang ibu rasakan, apakah seperti ditusuk-tusuk atau
seperti terbakar?” Kalau boleh saya tahu nilai nyeri yang ibu rasakan
kalau diukur dari nol sampai satu, di angka berapa kira-kira nyeri yang
ibu rasakan?”
c. Kontrak
1) Topik
“Ibu, jadi hari ini saya akan menjelaskan pentingnya untuk tidur
dengan cukup, apa saja hal yang dapat menyebabkan susah tidur,
bagaimana penanganan yang bisa dilakukan bu ya”
2) Tempat
”Jadi nanti kegiatannya akan saya lakukan disini yaa bu”
3) Waktu
“Waktunya kira-kira 10 menit ya bu, apa ibu bersedia, apakah ibu
bersedia? Jika begitu saya persiapkan alatnya terlebuh dulu ya bu”
2. Kerja (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan Sesuai Ceklist terlampir)
“Ibu, sebelum memulai kegiatan saya akan mengajak ibu untuk mencuci
tangan terlebih dahulu ya bu. Selama saya menjelaskan dan apabila ada
yang ingin ibu tanyakan bisa ditanyakan setelah saya menjelaskan ya bu.
Apakah ibu mengerti? Apakah ada yang ingin ibu tanyakan sebelum saya
memulainya? Jika tidak saya akan mulai ya bu” (menjelaskan pentingnya
tidur yang adekuat dan cara mengatasi gangguan tidur yang bisa dilakukan)

3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana setelah saya jelaskan pentingnya tidur yang adekuat dan
cara mengatasi susah tidur? apakah ibu sudah paham dengan apa yang
saya jelaskan? Apabila ada yang kurang jelas, ibu bisa menanyakannya”
b. Evaluasi Obyektif
“Saya lihat ibu tampak mengerti dengan apa yang saya jelaskan tadi ya
bu”
c. Rencana Tindak Lanjut
“ibu karena sekarang kegiatannya sudah selesai dan ibu juga sudah
mengerti dengan apa yang telah saya jelaskan tadi, nanti saya datang
lagi untuk mengecek keadaan ibu ya”
d. Kontrak Yang Akan Datang
“ibu, karena kegiatan hari ini sudah selesai kita bisa akhiri ya bu. Besok
sekitar jam 11.30 saya akan kesini lagi untuk mengecek keadaan ibu ya.
Sebelum saya pamit, apakah ada yang ingin ibu tanyakan? kalau begitu
saya permisi dulu ya bu”.
SOP PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN
No Dokumen No Revisi Halaman

.... .... 1/1


Tanggal Terbit Disetujui oleh,
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
……………………… ………………………………….
Pengertian 1. Penkes adalah informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan
informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu dan lebih
sehat (Budiro, 1998)
2. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan adalah gabungan
berbagai kegiatan dan kesempatan yang berdasarkan prinsip-
prinsip untuk belajar mencapai suatu keadaan, dimana
individu, keluarga, kelompok, masyarakat secara keseluruhan
ingin hidup sehat tahu bagaimana caranya dan melakukan apa
yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara
kelompok dan meminta pertolongan bila perlu
Tujuan 1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan
masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat
dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
2. Terbentuknya perilaku sehat terhadap individu, keluarga dan
masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik,
mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong atau
mengatasi dirinya sendiri dalam bidang kesehatan
4. Meningkatkan perilaku perorangan dan atau masyarakat
dalam bidang kesehatan (WHO)
Kebijakan Pengambilan darah vena dilakukan untuk :
1. Pemeriksaan yang memerlukan specimen darah lebih dari 0,5
cc.
1. Pemeriksaan yang memerlukan serum, plasma, atau
wholeblood dalam volume yang besar.
Petugas Perawat
Peralatan 1. Media penkes (brosur, leaflet, lembar balik, dll)
1. Proyektor
2. Laptop
3. Peralatan lain jika dengan demonstrasi
Instruksi Kerja 1. Fase Pra Interaksi
a. Verifikasi data
b. Mempersiapkan alat dan bahan atau media

2. Fase Orientasi
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Menjelaskan prosedur atau langkah-langkah penkes
e. Menanyakan kesiapan klien atau kontrak waktu
f. Appersepsi
3. Fase Kerja
a. Mengatur posisi yang nyaman untuk klien
b. Menjelaskan pengertian penyakit (sesuai topik penkes)
c. Menjelaskan penyebab atau etiologi (sesuai topik penkes)
d. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit (sesuai topik
penkes)
e. Menjelaskan pencegahan penyakit (sesuai topik penkes)
f. Menjelaskan penatalaksanaan atau perawatan penyakit
(sesuai topik penkes)
g. Menjelaskan atau melakukan demonstrasi atau simulasi
(prosedur atau tindakan kalau ada.... (mengukur TD, suhu,
membuat larutan gula garam, jus timun, dan lain-lain
sesuai topik penkes)
h. Cuci tangan
4. Fase Terminasi
4. Evaluasi (dapat dilakukan sebelum dan sesudah penkes)
5. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
6. Dokumentasikan prosedur dan hasil observasi

Anda mungkin juga menyukai