Anda di halaman 1dari 9

PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun (Mubarak, 2008). Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri
yang relatif; bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih kepada
suatu urutan siklus yang berulang. Tidur memiliki ciri, yaitu adanya aktivitas yang minim,
memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapatnya perubahan proses fisiologis, dan
terjadinya penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Hidayat, 2008).
Menurut Heriana (2014) tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang dan masing-
masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.
Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat
badan menjadi lebih segar. Sedangkan tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang
penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan
masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto,
2006).

2. Fisiologi Tidur
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian dengan periode yang
lebih lama dari keterjagaan. Siklus tidur-terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi
fisiologis dan respons perilaku. (Potter & Perry, 2006).
a. Ritme Sikardian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada manusia,
bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan (misalnya,
cahaya, kegelapan, gravitasi, dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang
paling umum adalah ritme sikardian – yang melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam
hal ini, fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperatur tubuh, sekresi hormon,
metabolisme, dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme
sikardiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks
(Mubarak, 2008). Sinkronisasi sikardian terjadi jika individu memiliki pola tidur-
bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun pada saat ritme
fisiologis dan psikologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme
tersebut paling rendah (Lilis, et al., 1989 dalam Mubarak, 2008).
b. Pengaturan tidur
Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme
serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak tertinggi untuk
mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga, dan yang lain
menyebabkan tertidur. (Potter & Perry, 2006).
Tarwoto dan Martonah (2003) menjabarkan aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh
dua sistem pada batang otak, yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar
Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-
sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi
stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba; serta emosi dan proses berpikir.
Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serotonin dari BSR (Mubarak, 2008).
Ketika seseorang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam
posisi relaks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi
SAR selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang
menyebabkan tertidur (Potter & Perry, 2006).

3. Fungsi Tidur
Efek tidur pada tubuh tidak dipahami secara penuh. Tidur memberi pengaruh
fisiologis pada sistem saraf dan struktur tubuh lain. Tidur sedemikian rupa memulihkan
tingkat aktivitas normal dan keseimbangan normal di antara bagian sistem saraf. Tidur juga
penting untuk sintesis protein, yang memungkinkan terjadinya proses perbaikan (Kozier et
al., 2010).
Peran tidur dalam kesejahteraan psikologis paling terlihat dengan memburuknya
fungsi mental akibat tidak tidur. Individu dengan jumlah tidur. Individu dengan jumlah
tidur yang tidak cukup cenderung menjadi mudah marah secara emosional, memiliki
konsentrasi yang buruk, dan mengalami kesulitan dalam membuat keputusan (Kozier et al.,
2010).

4. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur


Banyak faktor yang memengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur (Mubarak, 2008)
diantaranya adalah:
a. Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distres fisik yang dapat menyebabkan
gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak
daripada biasanya. Di samping itu, siklus bangun – tidur selama sakit juga dapat
mengalami gangguan.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya
stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya tidur.
Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat
memengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan
tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.
c. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat memengaruhi pola tidur seseorang. Semakin lelah
seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat
biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
d. Gaya Hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur
pada waktu yang tepat.
e. Stres Emosional
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. Kondisi ansietas dapat
meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis.
Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM
serta seringnya terjaga saat tidur.
f. Stimulan dan alkohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP sehingga
dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat
mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu sering
kali mengalami mimpi buruk.
g. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga
di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan
total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.
h. Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh. Akibatnya,
perokok sering kali kesulitan untuk tidru dan mudah terbangun di malam hari.
i. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat memengaruhi kualitas tidur seseorang. Hipnotik dapat
mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, betablocker dapat menyebabkan insomnia
dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis., meperidin hidroklorida dan morfin)
diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam
hari.
j. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang.
Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat
mendatangkan kantuk.

5. Gangguan Tidur
Menurut Heriana (2014), ada berbagai jenis gangguan tidur, diantaranya adalah:
a. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur secara kualitas
maupun kuantitas. Jenis insomnia ada tiga jenis yaitu:
1) Insomnia Inisial : tidak dapat memulai tidur
2) Insomnia intermiten : tidak dapat mempertahankan tidur
3) Insomnia terminal : bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi.
Insomnia dapat disebabkan karena gangguan fisik, kecemasan, kegelisahan dan
kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak.
b. Hipersomnia
Hipersomnia merupakan kelebihan tidur lebih dari 9 jam di malam hari. Hipersomnia
biasanya berkaitan dengan psikologi seperti depresi atau kegelisahan, kerusakan
sistem saraf sentral dan gangguan metabolisme.
c. Parasomnia
Merupakan suatu rangkaian gangguan yang mempengaruhi tidur anak-anak, seperti
(tidur berjalan), ketakutan dan enuresis (ngompol). Gangguan ini sering dialami anak-
anak secara bersamaan, diturunkan dalam keluarga, dan cenderung terjadi pada tahap
III dan IV tidur REM.
d. Narkolepsi
Narkolepsi adalah serangan mengantuk mendadak di siang hari. Sering disebut sebagai
serangan tidur. Penyebabnya tidak diketahui tetapi diperkirakan akibat kerusakan
genetik sistem saraf pusat yang mana periode tidur REM tidak dapat dikendalikan.
e. Apnea saat tidur dan Mendengkur (Ngorok)
Apnea saat tidur adalah periode henti napas saat tidur. Mendengkur bukan dianggap
sebagai gangguan saat tidur, tetapu bila disertai dengan apnea maka bisa terjadi
masalah. Mendengkur disebabkan adanya rintangan pengeluaran udara di hidung atau
di mulut, yang disebabkan oleh amandel, adenoid, otot-otot di belakang mulut
mengendor dan bergetar. Periode apnea berlangsung selama 10 detik hingga 3 menit.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal ini terjadi sebelum tidur REM.
g. Sudden Infant Death Syndrome / SIDS
Gangguan ini dapat terjadi pada bayi 12 bulan pertama. Penyebabnya tidak diketahui.
Berbagai ahli berpendapat bahwa gangguan ini disebabkan oleh sistem saraf tidak
matang atau apnea saat tidur.
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. identitas klien
meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan identitas penanggung
jawab.
b. keluhan utama (alasan dirawat di rumah sakit)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala,
dan Time)
c. riwayat kesehatan sekarang
kaji status kesehatan pasien saat dilakukannya pengkajian.
d. riwayat kesehatan dahulu (perawatan di rs terakhir)
riwayat kesehatan dahulu terutama yang berkaitan dengan gangguan istirahat tidur.
Ataupun riwayat dirawat di rumah sakit atau pembedahan.
e. riwayat kesehatan keluarga
mengkaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah ada penyakit
keturunan di keluarga pasien
f. pola persepsi dan penanganan kesehatan
kaji persepsi pasien terhadap penyakitnya, dan penggunaan tembakau, alkohol,
alergi, dan obat-obatan yang dikonsumsi secara bebas atau resep dokter
g. pola nutrisi/metabolisme
mengkaji diet khsusus yang diterapkan pasien, perubahan BB, dan gambaran diet
pasien dalam sehari untuk mengetahui adanya konsumsi makanan yang
mempengaruhi tidur pasien. Misalnya kafein.
h. pola eliminasi
kaji kebiasaan defekasi dan/atau berkemih serta masalah yang dialami. Ada atau
tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, retensi, dan gangguan lainnya. Kaji
penggunaan alat bantu.
i. pola aktivitas/ olahraga
pola aktivitas terkait dengan ketidakmampuan pasien yang disebabkan oleh kondisi
kesehatan tertentu atau penggunaan alat bantu yang mempengaruhi kebiasaan tidur
pasien.
j. pola istirahat tidur
kebiasaan tidur pasien pada malam hari, adanya gangguan tidur seperti insomnia,
terbangun, mimpi buruk. Kondisi saat bangun tidur
k. pola kognitif – perseptif
kaji status mental pasien, kemampuan bicara, ansietas, ketidaknyamanan,
pendengaran dan penglihatan.
l. pola peran hubungan
kaji pekerjaan pasien, sistem pendukung, ada/tidaknya masalah keluarga berkenaan
dengan masalah di rumah sakit.
m. pola seksualitas/ reproduksi
kaji adanya masalah seksualitas pasien.
n. pola koping – toleransi stres
keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan jika ada masalah, dan penggunaan obat
untuk menghilangkan stres.
o. pola keyakinan-nilai
agama yang dianut pasien dan pengaruhnya terhadap kehidupan.
p. pemeriksaan fisik
Meliputi :
a. Inspeksi , palpasi , perkusi , auskultasi
b. TTV
c. Perilaku
Data Fokus yang biasanya ditemukan
Data subjektif
a. Klien merasa lesu, mengantuk sepanjang hari
b. Mengeluh susah tidur, kurang istirahat
c. Pandangan dirasa kabur, mata berkaca-kaca
d. Emosi meningkat, mudah marah/tersinggung
e. Kepala pusing, berat
f. Mengeluh sering terbangun
Data objektif
a) Wajah nampak kurang bergairah (letih,lesu, lemah)
b) Prestasi kerja menurun/kurang konsentrasi
c) Gelisah, sering menguap
d) Mudah tersinggung
e) Ada bayangan hitam di bawah mata

2. Diagnosa Keperawatan
a. Insomnia
b. Gangguan Pola Tidur

3. Intervensi

Diagnosa NOC NIC

Gangguan pola Tidur adekuat selama Sleep enhancement


tidur perawatan 3x24 jam,
ditandai dengan : 1. kaji pola tidur dan aktifitas
berhubungan harian
dengan nyeri akut 1. klien/keluarga 2. Jelaskan pentingnya tidur
dan hospitalisasi melaporkan dapat selama perode sakit dan stres
tidur malam hari psikososial
dengan nyenyak 3. Tentukan medikasi yang
2. Wajah tampak mempengaruhi pola tidur
segar 4. Eksplorasi penyebab gangguan
3. Konjungtiva tidak atau kesulitan tidur
anemis 5. Fasilitasi klien untuk membuat
4. klien kooperatif catatan tidur disesuaikan dengan
kebutuhan tidur/istirahat.

Pain management
1. kaji skala nyeri
2. ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
3. ajarkan teknik relaksasi guided
imagery
Environment management
1. fasilitasi lingkungan yang
tenang
2. eksplorasi faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap
pola tidur klien.

4. Implementasi
Tindakan keperawatan mandiri seperti prilaku, peningkatan kesehatan dan upaya
pencegahan, pengaturan posisi dan intervensi mandiri. Tindakan keperawatan
mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi
Tindakan mandiri : aktivitas perawat yang dilakukan atau yang didasarkan pada
kesimpulan sendiri dan bahan petunjuk dan perintah tenaga kesehatan lain. Tindakan
kolaborasi: tindakan yang dilaksanakan atas hasil keputusan bersama dengan dokter dan
petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana ksehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien.
S = subjektif
O = objektif
A = Analisa
P = Planning

Anda mungkin juga menyukai