Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN POLA TIDUR

Disusun dalam memenuhi tugas


Stase Keperawatan Dasar

Di susun oleh
Nama : utari andini ialuhun
Nim : 14420202177

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
1. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan
oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986), atau juga dapat
dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya
keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan
siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki
kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses Fisiologis, dan terjadi
penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Hidayat, 2015).

B. KLASIFIKASI
1. Jenis Tidur
Dalam prosesnya, tidur dibagi dalam 2 jenis :
a. Tidur Gelombang Lambat

Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, atau juga
dikenal dengan tidur nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang otak bergerak
lebih lambat, sehingga menyebabkan tidur tanpa bermimpi. Tidur gelombang
lambat bisa juga disebut dengan tidur gelombang delta, dengan ciri-ciri : betul
betul istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi nafas menurun,
pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, dan metabolisme
menurun. Perubahan selama proses tidur gelombang lambat adalah melalui
elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak berada pada
setiap tahap tidur.
Tahapan tidur jenis gelombang lambat terbagi menjadi empat tahapan.

 Tahap I : merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sbb:
rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata
bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan nafas sedikit
menurun, dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5
menit.
 Tahap II : merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun
dengan ciri sbb : mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan
frekuensi nafas menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme
menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
 Tahap III : merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi
nafas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh adanya dominasi
sistem saraf simpatis dan sulit untuk bangun
 Tahap IV : merupakan tahapan tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung
dan pernafasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak bola
mata cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun.

b. Tidur Paradoks

Jenis tidur ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-
20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100
menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat
cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri-ciri tidur paradoks adalah sebagai
berikut :
 Biasanya disertai dengan mimpi aktif
 Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak gelombang lambat
 Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi

kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis

 Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur

 Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur

 Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan
darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan
metabolisme meningkat.

 Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan


dalam belajar, memori dan adaptasi.
C. ETIOLOGI

1. Penyakit

Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang


memperbesar kebutuhan tidur, misalnya penyakit yang disebabkan oleh infeksi
akan memerlukan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi keletihan. Banyak
juga keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.

2. Keletihan dan Kelelahan

Keletihan akibat aktivitas yang dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk
menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut terlihat
pada seeorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka,
orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang
lambatnya diperpendek.
3. Stres psikologis

Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Hal
tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami
kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
4. Obat

Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat
mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretik menyebabkan
seseorang insomnia, anti depresan dan menekan REM, kafein apat
meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur,
golongan beta bloker dapat ber efek pada timbulnya insomnia, dan golongan
narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
5. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.


Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya
tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian
sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur,
bahkan terkadang sulit untuk tidur.
6. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat


mempercepat terjadinya proses tidur.
7. Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk


tidur, yang dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya
keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan
proses tidur.
D. FISIOLOGI TIDUR
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan
dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas
tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem
yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan
dan tidur terletak dalam mesenfalon dari bagian atas pons. Selain itu,
Reticular Activating Sistem (RAS) dapat memberikan rangsangan visual,
pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari
korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan
sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti
norepineprine. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan
adanya pelepasan serum seritinin dari sel khusus yang berada di pons dan
batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR), sedangkan
bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima pusat otak dan
sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur
siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.
E. PATHWAY

Gangguan pola tidur Insomnia

1.Bangun terlalu dini


2. kesulitan memulai tidur
3. tidur tidak memuaskan
4. menyatakan tidak
merasa cukup istrahat

meningkatnya Dampak dari sakit Terjadi perubahan


Meningkatnya saraf menjadikan pasien
simpatis sehingga dapat suasana seperti gaduh
kurang tidur atau maka akan
mengganggu proses tidur tidak dapat tidur menghambat tidurnya

Kecemasan Penyakit
Lingkungan
1. Demam
1. Lingkungan bissing
2. Nyeri
2. Lingkungan ramai
3. Penyakit
4. pernafasan
F. KONSEP KEPERAWATAN

 PENGKAJIAN

1. Riwayat keperawatan, meliputi :

a. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada: waktu


tidur, jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan
tidur, sering bangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang
mengancam.
b. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari: apakah merasa segar
saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.
c. Adakah alat bantu tidur: apa yang anda lakukan sebelum tidur,
apakah menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur.
d. Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi: jenis gangguan tidur,
kapan masalah itu terjadi.

2. Pemeriksaan fisik, meliputi :

a. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien.

b. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva


merah.
c. Perilaku: iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, berbicara
lambat, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap,
mata tampak lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.
(Tarwoto dan Wartonah,2010, Ed.4).
3. Riwayat Tidur

Pengkajian riwayat tidur antara lain kuantitas (lama tidur) dan


kualitas tidur di siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang
dilakukan sebelumnya, kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur,
lingkungan tidur, dengan siapa pasien tidur, obat yang dikonsumsi
sebelum tidur, asupan dan stimulan, perasaan pasien menganai tidurnya,
apakah ada kesulitann tidur, dan apakah ada perubahan pola tidur.
4. Gejala Klinis

Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis,


adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit
kepala.
5. Penyimpangan tidur

Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik,


meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan
auditorik, bingung dan disorientasi tempat dan waktu, gangguan
koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai dan intonasinya
tidak teratur. (Hidayat dan Uliyah,2015,Ed. 2).

6. Kebutuhan Tidur

Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan.

No Usia Tingkat Perkembangan Jumlah


Kebutuh
an Tidur
1. 0-1 bulan Masa Neonatus 14-18 jam/hari
2. 1bulan-18 bulan Masa Bayi 12-14 jam/hari
3. 18 bulan-3 tahun Masa Anak 11-12 jam/hari
4. 3 tahun-6 tahun Masa Prasekolah 11 jam/hari
5. 6 tahun-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
6. 12 tahun-18 tahun Masa Remaja 8,5 jam/hari
7. 18 tahun-40 tahun Masa Dewasa Muda 7-8 jam/hari
8. 40 tahun-60 tahun Masa Paruh Baya 7 jam/hari
9 60 tahun ke atas Masa Dewasa Tua 6 jam/hari

 Analisa Data
Data dasar adalah dasar untuk mengindividualiskan rencana asuhan
keperawatan, mengembangkan dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan
perawat untuk klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah
kesehatan tertentu, dengan kata lain pengkajian harus relevan. Perawat
mengumpulkan data yang bersifat deskriptif, singkat dan lengkap (Potter
dan Perry, 2005).
Pengumpulan data yang tidak akurat, tidak lengkap, atau tidak sesuai
mengarah pada identifikasi kebutuhan keperawatan klien yang tidak tepat
dan akibatnya diagnosa keperawatan yang dibuat menjadi tidak akurat, tidak
lengkap, atau tidak sesuai. Data yang tidak akurat terjadi bila perawat tidak
berhasil untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan area spesifik
atau jika perawat tidak teratur atau tidak terampil dalam teknik pengkajian
(Potter dan Perry, 2005).

Selama pengkajian, perawat mendapatkan dua tipe data, yaitu:

1. Data Subjektif

Data subjektif adalah persepsi klien tentang masalah kesehatan


mereka. Hanya klien yang dapat memberikan informasi tentang
frekuensi, durasi, lokasi, dan intensitas nyerinya. Data subjektifnya
biasanya mencakup perasaan ansietas, ketidak nyamanan fisik, atau stres
mental. Meskipun hanya pasien yang dapat memberikan data subjektif
yang relevan terhadap perasaan ini, perawat harus waspada bahwa
masalah ini dapat terjadi pada perubahan fisiologis, yang teridentifikasi
melalui pengumpulan data objektif.
Data Subjektif pada gangguan Pola Tidur :

a) Perasaan lemah

b) Perasaan ngantuk berlebihan

c) Batuk tidak efektif

d) Ansietas
e) Keletihan waktu bangun

f) Mudah terbangun dan susah untuk kembali tidur

2. Data Objektif

Data subjektif adalah pengamatan atau pengukuran yang dibuat oleh


pengumpul data. Pengkajian tekanan darah klien dan identifikasi ukuran
ruam tubuh setempat adalah contoh data objektif yang teramati.
Pengukuran data objektif didasarkan pada standar yang diterima,seperti
ukuran fahrenheit atau celcius pada termometer atau sentimeter pada pita
pengukur. Suhu tubuh dan lingkar kepala adalah contoh dari data objektif
yang dapat diukur.
Data Objektif pada Gangguan Pola Tidur:

a) Lemas

b) Suka menguap

c) Terlihat lingkaran hitam di bawah mata

d) Perubahan penampilan dan tingkah laku

e) Perubahan frekuensi dari pola tidur

f) Perubahan tingkat aktivitas

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
7. Gangguan Pola Tidur (SDKI, 2017)
a. Definisi
Gangguan kualtas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal
b. Penyebab

 Hambatan lngkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu


lingkungan, bau tidak sedap, jadwal
pemekrisaan/pemantauan/tindakan

 Kurang control tidur


 Kurang privasi

 Restraint fisik

 Keadaan teman tidur

 Tidak familiar dengan peralatan tidur

c. Gejala dan tanda mayor


Subjektif :
 Mengeluh sulit tidur
 Mengeluh sering terjaga
 Mengeluh tidak puas tidur
 Mengeluh pola tidur berubah
 Mengeluh istirahat tidak cukup
 Objektif (tidak tersedia)
 Gejala dan tanda minor
Subjektif :

 Mengeluh kemampuan menurun kemampuan aktivitas menurun


Objektif (tidak teredia)

H. RENCANA KEPERAWATAN
Dukungan Tidur (SIKI, 2018)
1. Definisi
Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
2. Tindakan
Observasi
 Identifikasi pola aktvitas dan tidur
 Identifikasi factor pengganggu tidur fisik dan/atau psikologis
 Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis.
Kopi, teh, alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air
sebelum tidur)
 Identifikasi obat tidur yang dikomsumsi

Terapeutik
 Modifikasi Lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras
dan tempat tidur)
 Batasi waktu tidur siang
 Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
 Tetapkan jadwal rutin
 Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis, pijat,
pengaturan posisi, terapi akupresur)
 Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga

Edukasi
 Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
 Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur (mis, psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja
 Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya
I. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan


intervensi keperawatan. Berdasarkan terminologinya NIC, implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan
tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan
mencatat tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan
tersebut [ CITATION Bar10 \l 1057 ]

J. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk
dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperwatan [ CITATION
Tar15 \l 1057 ].

Evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang direncanakan,


berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan professional kesehatan
menetukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil atau
keefektifan rencana asuhan keperawatan [ CITATION Bar10 \l 1057 ].
Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan terapi dengan
membandingkan kemajuan klien dengan tujuan dan hasil yang diinginkan [
CITATION Pot10 \l 1057 ].
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Hidayat, A.A.A dan M.Uliyah. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Kozier, B., erb, G., berman, A., & snyder, S. j. (2010). Fundamental keperawatan
konsep, proses, dan praktik edisi 7 volume 1. jakarta: EGC.
Nanda. 2015. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Potter, & Perry. (2010). Fundamental keperawatan buku 3,edisi 7. jakarta:
salemba medika.
Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.2017. Standar diagnosis keperawatan
Indonesia (SDKI) definisi dan indikator diagnostik. Jakarta selatan : DPP
PPNI.
Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.2017. Standar intervensi keperawatan
Indonesia (SIKI). Jakarta selatan : DPP PPNI
Tarwoto, & Wartonah. (2015). kebutuhan dasar manusia dan proses
keperawatan. jakarta: salemba medika.

Anda mungkin juga menyukai