Umur : 19 tahun
No. RM : 19790
1. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan
Data subjektif :
Data objektif :
Tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 102x/menit, RR 28x/menit, suhu 36,5 0C. dispnea, warna kulit pucat, gelisah
Palpasi Gerakan paru saat inspirasi dan ekapirasi sama, tidak terdapat
massa, tidak terdapat fraktur pada daerah thorak, terpasang
elektroda
Perkusi Sonor
2. Dasar Pemikiran
4. Prinsip Tindakan
5. Analisa Tindakan
6. Bahaya dan Pencegahan
9. Evaluasi Diri
Pembimbing Mahasiswa
No Register : 19790
a. Diagnosa keperawatan
Data subjektif :
Data objektif :
Tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 102x/menit, RR 28x/menit, suhu 36,5 0C. dispnea, warna kulit pucat, gelisah
Palpasi Gerakan paru saat inspirasi dan ekapirasi sama, tidak terdapat
massa, tidak terdapat fraktur pada daerah thorak, terpasang
elektroda
Perkusi Sonor
c. Dasar pemikiran
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien. (Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000. Gagal jantung kengestif dapat
disebabkan oleh : kelainan otot jantung, aterosklerosis koroner, hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload),
Peradangan dan penyakit myocardium degenerative, Penyakit jantung lain, dan faktor sistemik.
Pada pasien gagal jantung sesak nafas disebabkan karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru.
Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Dispnu dapat terjadi akibat penimbunan
cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya
energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
a. Definisi
Pemberian terapi oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada penderita yang mengalami gangguan
pernapasan ke dalam paru melalui saluran pernapasan denngan menggunakan alat khusus
b. Tujuan
4) Mencegah hipoksia
5) Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung
c. Prosedur
d. Persiapan
Alat :
4) Selang penghubung
Pasien :
Perawat :
2) Jauhkan hal – hal yang dapat membahayakan, misalnya : api yang menimbulkan kebakaran
3) Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai batas yang ada pada botol
4) Botol pelembab harus disimpan dalam keadaan bersih dan kering bila tidak dipakai
5) Nasal kanul atau masker harus dibersihkan, di desinfeksi dan disimpan kering
6) Pemberian oksigen harus hati – hati terutama pada penderita penyakit paru konis karena pemberian oksigen yang terlalu
tinggi dapat mengakibatkan hipoventilasi, hypercarbia diikuti penurunan kesadaran
7) Terapi oksigen sebaiknya diawali dengan aliran 1 – 2 liter/menit, kemudian dinaikkan pelan – pelan sesuai kebutuhan
e. Cara kerja
1) Memngucapkan salam
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
5) Hubungkan nasal kanul atau masker dengan selang oksigen ke botol pelembab
6) Pasang ke pasien
9) Peralatan dibersihkan
10) Mencuci tangan
Pemberian oksigen dimaksudkan untuk memberikan tambahan oksigen pada klien yang mengalami sesak nafas akibat perubahan
membran alveolar kapiler.
Bahaya :
Pemberian oksigen yang berlebihan dan secara terus menerus pada klien dapat menyebabkan keracunan O2 dan akan semakin
sesak nafas.
Pencegahan :
Selalu memonitor pemberian O2 setiap 2 jam sekali dan selalu memantau reaksi alergi yang muncul secara periodik setelah
pemajanan terhadap alergen spesifik, obat-obat tertentu, dan latihan fisik.
S:
O:
- Klien tampak rileks
- RR : 24x/menit
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Kaji vital sign
c. Pemasangan infus.
8. Evaluasi
Kelebihan :
Dapat melakukan pemberian O2 nasal kanul ataupun masker tanpa bantuan dari perawat.
Kekurangan :
Melaksanakan tindakan keperawatan kurang maksimal karena yang dilaksanakan hanya tindakan yang darurat saja.