Di susun oleh :
IKA FAUZIYYAH RAMADANI
S18024
S18 A
1. Definisi
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi istirahat juga membutuhkan
ketenangan. Kata istirahat berarti menyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja
keras, suatu keadaan untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri.
Tidur merupakan suatu kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak
bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-sel
tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi waktu organ tubuh untuk
istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh.
Gangguan istirahat tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya. Jika
tidak diobati, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang
mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah, seperti : insomnia, gerakan atau
sensasi abnormal dikala tidur dan rasa mengantuk di siang hari.
2. Etiologi
2) Suhu lingkungan
3) Pencahayaan
4) Kebisingan
5) Bau yang tidak sedap
c. Kurang privasi
d. Restraint fisik
g. Fisiologis
1) Demam
2) Hipertiodisme
3) Ulkus gastrik
4) Gangguan hati
5) Nafas pendek
6) Urgensi berkemih
7) Mual
8) Gangguan ketidaknyamanan
Berbagai penyakit dan gangguan kesehatan (mis. gangguan pernapasan akibat asma dapat
mengganggu tidur)
h. Psikologis
b) Ansietas
Gangguan tidur juga dapat disebabkan oleh emosi pasien, seperti kecemasan seseorang
akan pekerjaan, hubungan dengan orang lain, dan status sosial. Faktor genetik juga dapat
sangat mempengaruji risiko seseorang memiliki gangguan tidur. Orang yang bekerja pada
malam hari juga lebih berisiko mengalami gangguan tidur dan perubahan jam tidur karena
pekerjaan mereka memaksa mereka untuk tetap terbangun ketika tubuh mereka
membutuhkan tidur.
Proses penuaan yang alami juga dapat menyebabkan gangguan tidur, walaupun para ahli
belum sepenuhnya yakin apakah meningkatnya risiko gangguan tidur disebabkan oleh
pertambahan usia atau obat-obatan yang dikonsumsi untuk menjaga kesehatan
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan menimbulkan gejala
seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, daya tahan tubuh
menurun serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi,
kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.
gejala dan tanda mayor maupun minor seperti berikut : (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016).
2) Secara objektif tidak tersedia gejala mayor dari gangguan pola tidur.
pasien tampak merah, wajah pasien tampak mengantuk (Wahit Iqbal Mubarak
et al., 2015).
Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan, enuresis, atau respons tidak
konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti
permintaan untuk tidur larut malam, keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama
orang tua. Sering bangun saat malam hari.
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke
rumah, teknik pengaturan pernapasan, mengatasi stress dengan aroma terapi,
peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai
dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang
dibuat nyaman untuk tidur.
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian proses tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan
waktu-waktu tidurnya
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter
psikiatri
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-
tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
Ada terapi khusus untuk kasus-kasus gangguan tidur tertentu selain yang telah
disebutkan di atas. Misalnya pada sleep apnea yang berat dapat dibantu dengan
pemakaian masker oksigen (Continuous positive airway pressure) atau tindakan
pembedahan jika disebabkan kelemahan otot atas pernapasan.Pada Restless Leg
Syndrome kita harus mencari penyakit dasarnya untuk dapat memperoleh terapi yang
adekuat.
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan fisik
1) Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu,
konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah terlihat kusut dan lelah
2) Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun, bicara lambat, postur
tubuh tidak stabil
b) pemeriksaan diagnostik
(EEG) yaitu untuk mengukur aktivitas listrik otak, elektromiogram (EMG) untuk pengukuran
tonus otot.
elektro-ukologram (EOG) sekaligus untuk mengukur pergerakan mata.
Dengan alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas
yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab
7. Komplikasi
a. Efek psikologis.
Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable, kehilangan
motivasi, depresi, dan sebagainya.
b. Efek fisik/somatik.
c. Efek sosial.
Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada
lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.
d. Kematian.
Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih
sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit
yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high
arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi
kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki
kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan
dengan orang normal.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien : Nama , umur , alamat , pekerjaan, No. Reg, Tgl. MRS , Tgl.
Pengkajian dan Dx Medisnya.
c) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila
dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak
mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
3) Riwayat diit
4) Riwayat Tidur :
Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien, pola tidur biasa,
perubahan tidur terakhir, rutinitas menjelang tidur dan lingkungan tidur, penggunaan
obat tidur, pola asupan diet, gejala yang dialami selama terbangun, penyakit fisik
yang terjadi secara bersamaan, status emosional dan mental saat ini.
Meliputi : Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolic,
pola cairan dan metabolic, pola istirahat dan tidur, pola aktivitas dan latihan, pola
eliminasi, pola persepsi dan kognitif, pola reproduksi dan seksual, pola persepsi dan
konsep diri, pola mekanisme koping, pola nilai dan kepercayaan
e) Pengkajian Fisik
Pemeriksaan fisik
1) Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu,
konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah terlihat kusut dan lelah
2) Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun, bicara lambat, postur
tubuh tidak stabil
-Kaji Keadaan umum pasien
-Kesadaran
-Pemeriksaan TTV
Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh
berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi.
Pengkajian Psikososial : Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan
handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.
2. Diagnosa Keperawatan
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik yang di buktikan dengan
gelisah dan sulit tidur.
3) Perencanaan keperawatan.
(SLKI)
5. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
6. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
3. Ansietas Setelah di lakukan intervensi REDUKSI ANSIETAS I.09314
berhubungan keperawatan selama 1x24jam ,
1. Monitor tanda tanda
dengan maka Tingkat ansietas
ansietas.
ancaman menurun, dengan kriteria
terhadap hasil: 2. Temani pasien untuk
konsep diri mengurangi kecemasan.
1. Perilaku gelisah cukup
yang di
menurun ( skala 4) 3. Latih kegiatan pengalihan
buktikan 2. Pola tidur membaik (skala untuk mengurangi
dengan 5) ketegangan.
tampak
3. Pola berkemih membaik 4. Latih teknik relaksasi.
gelisah, sulit
(skala 5)
tidur, dan 5. Kolaborasi pemberian
sering obat antiansietas.
berkemih.
A: Masalah teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
Sulistiyani,Cicik (2012). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Undip.
Wicaksono,Dimas Wahyu (2012). Analisis Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Kualitas
Tidur. Surabaya.