Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR


(KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT)

Mata kuliah : Praktik Keperawatan Dasar


Dosen Pembimbing : Ns. Anita Istiningtyas, M.Kep.

Di susun oleh :
IKA FAUZIYYAH RAMADANI
S18024
S18 A

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
2019/2020
A. Konsep Gangguan Kebutuhan Istirahat dan Tidur.

1. Definisi

Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi istirahat juga membutuhkan
ketenangan. Kata istirahat berarti menyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja
keras, suatu keadaan untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri.

Tidur merupakan suatu kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak
bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-sel
tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi waktu organ tubuh untuk
istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh.

Gangguan istirahat tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya. Jika
tidak diobati, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang
mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah, seperti : insomnia, gerakan atau
sensasi abnormal dikala tidur dan rasa mengantuk di siang hari.

2. Etiologi

Adapun penyebab yang dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan

pola tidur (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) yaitu:

a. Hambatan lingkungan yang terdiri dari:

1) Kelembaban lingkungan sekitar

2) Suhu lingkungan

3) Pencahayaan

4) Kebisingan
5) Bau yang tidak sedap

6) Jadwal pemantauan atau pemeriksaan atau tindakan

b. Kurang kontrol tidur

c. Kurang privasi

d. Restraint fisik

e. Ketiadaan teman tidur

f. Tidak familiar dengan peralatan tidur

g. Fisiologis

1) Demam

2) Hipertiodisme

3) Ulkus gastrik

4) Gangguan hati

5) Nafas pendek

6) Urgensi berkemih

7) Mual

8) Gangguan ketidaknyamanan

Berbagai penyakit dan gangguan kesehatan (mis. gangguan pernapasan akibat asma dapat
mengganggu tidur)

h. Psikologis

a) Perubahan tidur yang berhubungan dengan proses penuaan

b) Ansietas

c) depresi, kegelisahan, kecemasan


Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui
sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.

Gangguan tidur juga dapat disebabkan oleh emosi pasien, seperti kecemasan seseorang
akan pekerjaan, hubungan dengan orang lain, dan status sosial. Faktor genetik juga dapat
sangat mempengaruji risiko seseorang memiliki gangguan tidur. Orang yang bekerja pada
malam hari juga lebih berisiko mengalami gangguan tidur dan perubahan jam tidur karena
pekerjaan mereka memaksa mereka untuk tetap terbangun ketika tubuh mereka
membutuhkan tidur.

Proses penuaan yang alami juga dapat menyebabkan gangguan tidur, walaupun para ahli
belum sepenuhnya yakin apakah meningkatnya risiko gangguan tidur disebabkan oleh
pertambahan usia atau obat-obatan yang dikonsumsi untuk menjaga kesehatan

3. Patofisiologi

Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme


serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan
bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sistem
tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat, termasuk pengaturan
kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam
mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating
sistem (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang
dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat
menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada
saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan
batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan saat bangun
bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbic.
Dengan demikian, sistem batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur
adalah RAS dan BSR.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis, yaitu:

a. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi

b. Dilatasi pembuluh darah perifer

c. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal

d. Relaksasi otot-otot rangka

E. Basal matabolsme rate menurun 10-30%

Gangguan pola tidur dapat dipengaruhi oleh proses penuaan,

ansietas, suhu tubuh, faktor lingkungan (suhu, kelembaban yang berubah-

ubah, stimulasi yang berlebih, kegaduhan, pengobatan, faktor fisiologis

(demam, hipertiodisme, ulkus gastrik, gangguan hati, nafas pendek, urgensi

berkemih, mual, gangguan ketidaknyamanan). Hal tersebut membuat kerja

RAS berlebihan menyebabkan kewaspadaan berlebih dan akhirnya

mengganggu pola tidur pasien (Potter and Perry, 2006)

4. Manifestasi klinis

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan menimbulkan gejala
seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, daya tahan tubuh
menurun serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi,
kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.

Pasien yang mengalami gangguan pola tidur akan biasanya menunjukkan

gejala dan tanda mayor maupun minor seperti berikut : (Tim Pokja SDKI DPP

PPNI, 2016).

a. Gejala dan tanda mayor

1) Secara subjektif pasien mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga,


mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, dan mengeluh

istirahat tidak cukup.

2) Secara objektif tidak tersedia gejala mayor dari gangguan pola tidur.

b. Gejala dan tanda minor

1) Secara subjektif pasien mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

2) Secara objektif yaitu adanya kehitaman di daerah sekitar mata, konjungtiva

pasien tampak merah, wajah pasien tampak mengantuk (Wahit Iqbal Mubarak

et al., 2015).

Pada anak akan terlihat gejala :

Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan, enuresis, atau respons tidak
konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti
permintaan untuk tidur larut malam, keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama
orang tua. Sering bangun saat malam hari.

5. Penatalaksanaan (medis dan keperawatan)

Penatalaksanaan dibagi menjadi 2 tahap yaitu :

1) Terapi non farmakologi ( pelaksanaan keperawatan)

Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan


obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan
antara lain :

a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke
rumah, teknik pengaturan pernapasan, mengatasi stress dengan aroma terapi,
peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.

b. Terapi tidur yang bersih

Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai
dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang
dibuat nyaman untuk tidur.

c. Terapi pengaturan tidur

Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian proses tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan
waktu-waktu tidurnya

d. Terapi psikologi/psikiatri

Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter
psikiatri

e. Mengubah gaya hidup

Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-
tempat terbuka seperti pantai dan gunung.

2) Terapi Farmakologi ( medis )

Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti


ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di
bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain :

-Golongan obat hipnotik


-Golongan obat antidepresan

-Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin


-Golongan obat antihistamin.

Ada terapi khusus untuk kasus-kasus gangguan tidur tertentu selain yang telah
disebutkan di atas. Misalnya pada sleep apnea yang berat dapat dibantu dengan
pemakaian masker oksigen (Continuous positive airway pressure) atau tindakan
pembedahan jika disebabkan kelemahan otot atas pernapasan.Pada Restless Leg
Syndrome kita harus mencari penyakit dasarnya untuk dapat memperoleh terapi yang
adekuat.

6. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan fisik

1) Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu,
konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah terlihat kusut dan lelah

2) Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun, bicara lambat, postur
tubuh tidak stabil

b) pemeriksaan diagnostik

Menentukan secara pasti gangguan tidur adalah pemeriksaan

polisomnografi. Polisomnografi adalah alat uji diagnostik untuk

mengevaluasi gangguan tidur. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram

(EEG) yaitu untuk mengukur aktivitas listrik otak, elektromiogram (EMG) untuk pengukuran
tonus otot.
elektro-ukologram (EOG) sekaligus untuk mengukur pergerakan mata.

Saturasi O² dan ECG untuk mengetahui adanya sleep apnea.

Dengan alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas

yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab

seringnya klien terjaga di malam hari (Potter and Perry, 2006).

7. Komplikasi

a. Efek psikologis.
Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable, kehilangan
motivasi, depresi, dan sebagainya.
b. Efek fisik/somatik.

Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.

c. Efek sosial.

Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada
lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.

d. Kematian.

Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih
sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit
yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high
arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi
kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki
kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan
dengan orang normal.
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a) Identitas Pasien : Nama , umur , alamat , pekerjaan, No. Reg, Tgl. MRS , Tgl.
Pengkajian dan Dx Medisnya.

b) Identitas Penanggung Jawab : Nama , Umur, pendidikan, Pekerjaan, Hubungan dengan


pasien.

c) Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama :

Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta bantuan


pelayanan seperti :

1) Apa yang dirasakan klien

2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba

3) atau perlahan dan sejak kapan dirasakan

4) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari

5) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien

2) Riwayat penyakit sekarang :

Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila
dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak
mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.

3) Riwayat diit

Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat


mencerminkan gangguan pola tidur. Pola dan kebiasaan makan yang salah dapat
menjadi faktor penyebab, oleh karena itu kondisi ini perlu dikaji :

-Penurunan berat badan yang drastis


-Selera makan yang menurun

-Pola makan dan minum sehari-hari

-Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi


pencernaan

4) Riwayat Tidur :

Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien, pola tidur biasa,
perubahan tidur terakhir, rutinitas menjelang tidur dan lingkungan tidur, penggunaan
obat tidur, pola asupan diet, gejala yang dialami selama terbangun, penyakit fisik
yang terjadi secara bersamaan, status emosional dan mental saat ini.

5) Status Sosial Ekonomi

Kaji status sosial ekonomi klien dengan menghindarkan pertanyaan yang


mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan melainkan lebih difokuskan pada
kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu. Mendiskusikan dan menyimpulkan
bersama-sama merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan penafsiran.

6) Riwayat kesehatan keluarga :

Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya


hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.

d) Kaji Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon

Meliputi : Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolic,
pola cairan dan metabolic, pola istirahat dan tidur, pola aktivitas dan latihan, pola
eliminasi, pola persepsi dan kognitif, pola reproduksi dan seksual, pola persepsi dan
konsep diri, pola mekanisme koping, pola nilai dan kepercayaan

e) Pengkajian Fisik

Pemeriksaan fisik
1) Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu,
konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah terlihat kusut dan lelah

2) Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun, bicara lambat, postur
tubuh tidak stabil
-Kaji Keadaan umum pasien

-Kesadaran

-Pemeriksaan TTV

Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh
berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi.
Pengkajian Psikososial : Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan
handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang berhubungan dengan gangguan pola tidur yaitu:

1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan.

2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik yang di buktikan dengan
gelisah dan sulit tidur.

3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri yang di buktikan


dengan tampak gelisah, sulit tidur, dan sering berkemih.

4. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung


kemih yang di buktikan dengan sering buang air kecil dan nocturia.

3) Perencanaan keperawatan.

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan


Keperawatan keperawatan (SIKI)

(SLKI)

1. Gangguan pola tidur Setelah di lakukan intervensi TERAPI RELAKSASI (I.09326)


berhubungan dengan keperawatan selama 1x24jam ,
1. Indentifikasi teknik
hambatan lingkungan. maka keluhan gangguan pola
relaksasi yang pernah efektif
tidur membaik, dengan
di gunakan.
kriteria hasil:
2. Ciptakan lingkungan
STATUS KENYAMANAN
tenang dan tanpa gangguan
(L.080064)
dengan pencahayaan dan
-Keluhan sulit tidur menurun
suhu ruang nyaman.
(skala 5)
3. Anjurkan mengambil posisi
-kebisingan menurun (skala 5)
nyaman

4. Anjurkan rileks dan


POLA TIDUR (L.05045) merasakan sensasi relaksasi.

-keluhan sulit tidur Menurun


(skala 1)
MANAGEMEN LINGKUNGAN
-keluhan sering terjaga ( I.14514)
Menurun (skala 1)
1.Identifikasi keamanan dan
kenyamanan lingkungan.

2. atur suhu lingkungan yang


sesuai.

3. Sediakan tempat tidur dan


lingkungan yang bersih dan
nyaman.

4. Jelaskan cara membuat


lingkungan rumah yang
aman.
2. Nyeri akut Setelah di lakukan intervensi MANAGEMEN NYERI
berhubungan keperawatan selama 1x24jam , I.08238
dengan Agen maka keluhan Tingkat nyeri
1. Identifikasi skala nyeri
pencedera menurun, dengan kriteria
fisik yang di hasil: 2. Identifikasi pengaruh
buktikan nyeri terhadap kualitas
TINGKAT NYERI L.08066
dengan hidup.
gelisah dan 1.Keluhan nyeri cukup menurun
(pada skala 4) 3. Berikan teknik
sulit tidur.
nonfarmakologi untuk
2. Gelisah menurun ( skala 5)
mengurangi rasa nyeri
3. Kesulitan tidur menurun
(terapi musik, terapi pijat,
( pada skala 5)
aromaterapi, kompres
hangat/dingin)

4. Fasilitasi istirahat dan


tidur.

5. Jelaskan strategi
meredakan nyeri

6. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
3. Ansietas Setelah di lakukan intervensi REDUKSI ANSIETAS I.09314
berhubungan keperawatan selama 1x24jam ,
1. Monitor tanda tanda
dengan maka Tingkat ansietas
ansietas.
ancaman menurun, dengan kriteria
terhadap hasil: 2. Temani pasien untuk
konsep diri mengurangi kecemasan.
1. Perilaku gelisah cukup
yang di
menurun ( skala 4) 3. Latih kegiatan pengalihan
buktikan 2. Pola tidur membaik (skala untuk mengurangi
dengan 5) ketegangan.
tampak
3. Pola berkemih membaik 4. Latih teknik relaksasi.
gelisah, sulit
(skala 5)
tidur, dan 5. Kolaborasi pemberian
sering obat antiansietas.
berkemih.

4. Gangguan Setelah di lakukan intervensi MANAGEMEN ELIMINASI


Eliminasi keperawatan selama 1x24jam , URINE I.O4152
Urin maka ELIMINASI URINE
1. Monitor eliminasi urine
berhubungan membaik, dengan kriteria
dengan hasil: 2. Catat waktu-waktu dan
penurunan haluan berkemih
1. Sensasi berkemih sedang
kapasitas
( skala 3) 3. Anjurkan mengurangi
kandung
minum menjelang tidur.
kemih yang 2. Frekuensi BAK cukup
membaik ( skala 4)
di buktikan 4. Kolaborasi pemberian obat
dengan sering supositoria uretra, jika perlu.
buang air
STATUS NEUROLOGIS L.06053
kecil dan
nocturia. 1. Pola istirahat dan tidur
membaik ( skala 5)
4) Evaluasi

S: a) Pasien mengatakan sudah mulai bisa tidur dengan nyenyak.

b) Pasien mengatakan sudah tidak mengalami kecemasan/ansietas.

c) Pasien mengatakan sudah merasa relaks.

d) Pasien mengatakan tingkat nyeri menurun.

O: a) Pasien tampak tidur nyenyak, tidak mengalami kesulitan dalam tidur

b) pasien tampak tenang ,tidak gelisah

c) pasien tampak relaks dan tenang.

d) pasien tampak sudah tidak sering berkemih.

A: Masalah teratasi.

P: Intervensi dilanjutkan.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

Sulistiyani,Cicik (2012). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Undip.

Wicaksono,Dimas Wahyu (2012). Analisis Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Kualitas
Tidur. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai