Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tidur
1. Pengertian Tidur
Tidur adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologi, tidur juga
salah satu kegiatan yang dilakukan tanpa sadar yang penuh. Tidur dipercaya
mampu memulihkan energi karena tidur memberikan waktu tubuh beristirahat
sehingga sistem saraf dapat berelaksasi (Iman Waruwu et al., 2019).
2. Siklus tidur
Siklus tidur terdiri dari 2 fase, yaitu: fase Non-Rapid Eye Movement (NREM) dan
fase REM. Fase NREM terbagi menjadi 4 tahap. Saat tidur NREM gelombang
otak makin lambat dan teratur. Tidur makin dalam serta pernafasan menjadi
lambat dan teratur. Mendengkur terjadi pada waktu tidur NREM. Ada 4 tahapan
dalam NREM yang dikenal dengan tahap I,II, III dan IV. Tidur yang paling dalam
adalah pada tingkat IV, dan aktivitas listrik paling dalam.
a. Tahap I merupakan tahap transisi dimana seseorang akan mengalami tidur
yang dangkal dan dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau
gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-
lahan, dan aktivitas otot melambat.
b. Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuhmenurun.Pada tahap
ini didapatkan gerakan bola mata berhenti.
c. Tahap III, individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu
tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung
selama beberapa menit. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat
penambahan gelombang delta yang lambat.
d. Terakhir tahap IV merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak
sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk
memulihkan energi fisik (Kma, 2020) .
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial yang
ditandai dengan mimpi yang bermacam-macam, otot- otot yang meregang,
kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur (sering lebih cepat), perubahan
tekanan darah, gerakan otot tidak teratur, gerakkan mata cepat, pembebasan
steroid, sekresi lambung meningkat dan ereksi
penis pada pria. Saraf-saraf simpatetik bekerja selama tidur REM, diperkirakan
terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran,
adaptasi psikologis dan memori (Kma, 2020).
3. Fisologis Tidur
Tidur ialah pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral
yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat
tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur diatur oleh sistem pengaktivasi
retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan susunan saraf
pusat termasuk pengaturan tidur. Pusat pengaturan aktivitas tidur terletak dalam
mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu reticular activating system (RAS)
dapat merangsang visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima
stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada
saat tidur juga kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari
sel khusus yang berbeda di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar
synchronizing regional (BSR), sedangkan pada saat bangun tergantung pada saat
keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Dengan
demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam
tidur adalah RAS dan BSR .
4. Kualitas tidur
Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang itu dapat kemudahan dalam
memulai tidur dan untuk mempertahankan tidur, kualitas tidur seseorang dapat
digambarkan dengan lama waktu tidur, dan keluhan – keluhan yang dirasakan saat
tidur ataupun sehabis bangun tidur. Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan selain
oleh faktor jumlah jam tidur (kuantitas tidur), juga oleh faktor kedalaman tidur
(kualitas tidur). Beberapa faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur
yaitu,faktor fisiologis, faktor psikologis, lingkungan dan gaya hidup. Dari faktor
fisiologis berdampak dengan penurunan aktivitas sehari – hari, rasa lemah, lelah,
daya tahan tubuh menurun, dan ketidakstabilan tanda tanda vital, sedangkan dari
faktor psikologis berdampak depresi, cemas, dan sulit untuk konsentrasi.
5. Penatalaksanaan Gangguan Kualitas Tidur
a. Farmakologis
Pengobatan farmakologis memiliki beberapa efek samping yang dapat
dirasakan, seperti:
1) Benzodiazepin, jika digunakan pada malam hari dapat terjadi toleransi
dosis yang mengakibatkan peningkatan jumlah dosis pemakaian dari
dosis sebelumnya agar mendapatkan efek yang sama dengan efek
pemakaian sebelumnya. Efek yang lain adalah dapat membuat merasa
mengantuk di pagi harinya dan dalam dosis yang tinggi dapat
menimbulkan amnesia anterograde (Trevor & White, 2007), meskipun
generasi baru memiliki efek samping diatas yang lebih kecil, tetapi
pemakaian jangka panjang terapi hipnotik bersifat irasional dan sangat
membahayakan (Trevor & White, 2007).
2) Clonazepam mengakibatkan mengantuk di siang hari, selain itu jika
pemakaian obat dihentikan maka gejala dan keluhan tidur akan muncul
kembali (Zion & Israel, 2009).
3) Dopaminergik dapat membuat tertidur secara mendadak saat
melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Non farmakologis
1) Sleep Hygiene
Sleep hygiene merupakan salah satu komponen terapi untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur. Ada beberapa tindakan
yang harus dilakukan pada terapi ini yaitu dengan cara mencuci muka
sebelum tidur, menyikat gigi, buang air kecil, tidur sesuai waktu yang
dibutuhkan, berolahraga dengan rutin minimal 20 menit per hari
dengan waktu ideal yaitu 4-5 jam sebelum memasuki waktu tidur,
menghindari memaksa diri untuk tidur, menghindari minuman yang
mengandung kafein, alkohol dengan waktu 6 jam sebelum tidur,
menghindari kegiatan yang dapat memperlambat proses tidur (Hanlon.
Blackman, Glick, 2019).
2) Sleep Restriction
Sleep restriction merupakan terapi pembatasan waktu berada ditempat
tidur untuk tidur sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur. Terapi ini
memiliki tujuan meningkatkan efisiensi tidur sampai setidaknya
85%.Pada terapi ini menyarankan seseorang untuk ke tempat tidur
pada saat ingin tidur saja, kemudian mereka diizinkan untuk
meningkatkan waktu terjaga ditempat tidur selama 15-20 menit per
malam setiap minggu asalkan efisiensi tidur melebihi 90% (Hanlon.
Blackman, Glick, 2019).
3) Relaxation Therapy
Relaxation therapy merupakan terapi untuk meningkatkan kualitas
tidur dengan relaksasi otot progresif, latihan dalam serta meditasi.
Merendam kaki dengan air hangat juga merupakan salah satu terapi
yang digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur (Hanlon.
Blackman, Glick, 2019).
4) Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy merupakan terapi dengan langkah sederhana
yang dapat membantu pasien dengan gejala insomnia dengan cara
pergi ke tempat tidur saat 14 mengantuk, hindari menonton TV,
membaca dan makan ditempat tidur. Jika tidak tertidur dalam 30 menit
setelah berbaring, bangun dan pergi ke tempat lain untuk melakukan
teknik relaksasi dan hindari tidur siang yang panjang (Hanlon.
Blackman, Glick, 2019).

Anda mungkin juga menyukai