Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Tidur adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologi, tidur juga
salah satu kegiatan yang dilakukan tanpa sadar yang penuh. Tidur dipercaya mampu
memulihkan energi karena tidur memberikan waktu tubuh beristirahat sehingga
sistem syaraf dapat berelaksasi (Iman Waruwu et al., 2019). Tidur yang terganggu
dapat menghambat pemulihan, ganguan pada sistem kekebalan tubuh, neurologis,
menghambat penyembuhan luka dan berpengaruh pada kondisi psikologis (Musriati,
2017).
Pasien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU), merupakan pasien-pasien
yang mengalami gangguan fungsi tubuh yang dapat mengancam kehidupannya,
dengan kondisi tidak stabil, sangat rentan terhadap serangan ataupun stresor, dan juga
berbagai macam masalah karena biasanya pasien mengalami gangguan lebih dari satu
sistem di tubuhnya serta kondisi pasien sendiri yang sulit untuk diprediksi. Pasien
dengan kondisi tersebut disebut juga dengan pasien kritis (Wijayanti et al., 2018).
Gangguan tidur pada pasien kritis dapat terjadi dari fase awal pengobatan sampai
tahap akhir pemulihan di ICU. Penyebab ganguan kualitas tidur pada pasien kritis
adalah penyakit pasien itu sendiri, efek samping dari obat, faktor psikologis, dan
lingkungan yaitu kebisingan, pencahayaan, interaksi pasien dan peneydiaan pelayanan
kesehatan serta prosedur perawatan (Musriati, 2017) .
Terlepas kesejahteraan dari pentingnya dan pemulihan tidur pasien dan istirahat yang
dirawat untuk di rumah sakit di ICU, pasien ini menderita berbagai ganguan tidur
(Nasari et al., 2018).
Prevalensi gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien kritis di
ICU sangat bervariasi (5-64%) yang tergantung pada teknik penilaian serta kondisi
pasien itu sendiri. Tinjauan penelitian yang dilakukan oleh (Galih et al., 2022) faktor
lingkungan pasien kritis selama dirawat di ICU adalah 88,28 ± 29,76 dengan rentang
nilai yaitu 58,52 – 118,04. Faktor lingkungan yang paling mengganggu yaitu suara
kebisingan dari suara pasien lain. Menurut World Health Organization, pasien kritis di
ICU prevalensinya meningkat setiap tahunnya. Tercatat 9.8-24.6% pasien sakit kritis
dan dirawat di ICU per 100.000 penduduk, serta kematian akibat penyakit kritis
hingga kronik di dunia meningkat sebanyak 1,1 -7,4 juta orang (WHO, 2016). Ini
dapat menjadi persoalan yang serius karena setiap tahunnya di Indonesia terdapat
kurang lebih 4 juta pasien yang berada di ICU.
Pada manusia, siklus tidur-bangun dikendalikan oleh jam endogen yang beroperasi
selama periode 24 jam, disebut ritme sirkadian. Ritme ini disinkronkan dengan isyarat
waktu eksternal (zeitgebers) seperti siklus terang gelap, yang berfungsi sebagai isyarat
waktu eksternal utama manusia. Alat pacu jantung sirkadian, terletak di nukleus
suprachiasmatic, diketahui merosot seiring bertambahnya usia, yang mungkin
menghasilkan ritme yang lebih lemah, lebih teratur. Sekresi malam hari dari
melatonin endogen dan melemahnya isyarat lingkungan diketahui memainkan peran
penting dalam siklus tidur-bangun. Adapun rangkaian sirkuit lain di hipotalamus yang
mengatur tidur dan bangun secara tidak teratur, seperti sakelar "ON" dikenal sebagai
wake promoter dan dilokalisasi dalam tuberomammillary nucleus (TMN) dari
hipotalamus; serta sakelar "OFF" dikenal sebagai promotor tidur dan terlokalisasi
dalam ventrolateral preoptik nukleus (VLPO) hipotalamus. Dua neurotransmiter
utama mengatur sakelar tidur / bangun: histamin dari TMN dan GABA (Gamma
AminoButyric Acid) dari VLPO. Dua set neuron lain terlibat sebagai pengatur saklar
tidur / bangun: neuron yang mengandung neuron lateral hipotalamus (LAT) dan
neuron yang peka terhadap melatonin dari suprachiasmatic nukleus (SCN).
Hipotalamus lateral berfungsi untuk menstabilkan dan meningkatkan keterjagaan
melalui neurotransmitter peptida yang dikenal dengan dua nama berbeda: orexin dan
hypocretin. Sedangkan SCN adalah jam internal otak, atau alat pacu jantung, dan
mengatur input sirkadian ke saklar tidur-bangun sebagai respons terhadap hormon
seperti melatonin, dan oleh siklus terang / gelap.
National Center for Complementary/ Alternative Medicine (NCCAM) menciptakan
terapi non farmakologi yang menggabungkan mind-body therapy sebagai teknik
intervensi yang membentuk proses berpikir sehingga mempengaruhi keadaan
psikologis dan fisik (fungsi tubuh) yaitu imajinasi terpimpin, yoga, berdoa, pijat,
aromaterapi, refleksiologi, hipnosis, humor, tai chi, dan terapi musik (Wijayanti et al.,
2018). Terapi relaksasi seperti musik dan suara alam. (nature sound). Nature sounds
music merupakan jenis musik temuan baru dengan teknologi modern, bentuk
integrative musik klasik dengan suara suara alam. Suara alam yang digunakan sebagai
terapi seperti angin, hujan, ombak laut, sungai, binatang, air terjun, suara hutan dan
burung. Suara alam memiliki tempo dan irama yang berbeda, struktur melodi dan
ritme yang lambat sehingga sangat nyaman untuk didengarkan (Shakespeare et al.,
2021). Manusia memiliki hubungan yang unik dan istimewa dengan alam sehingga
dapat memberikan efek yang positif terhadap kesehatan manusia itu sendiri dan
interaksinya dengan alam memiliki efek terapeutik dan pemakaian suara alam tersebut
di rumah sakit masih jarang dilakukan (Shakespeare et al., 2021) .
Musik nature sound merupakan musik yang berbeda dengan musik yang lainnya
karena
tidak menggunakan alat musik untuk menciptakan suara, melainkan hanya
menggunakan
suara alam. Nature sound memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia, baik
untuk
kesehatan fisik maupun psikologis (Shakespeare et al., 2021). Pemberian musik
nature sound (suara angin dan air mengalir) pada individu yang kekurangan tidur
adalah langkah intervensi yang belum banyak dilakukan namun bersifat sedatif, aman,
dan mudah dilakukan, selain itu mendengarkan musik nature sound memiliki efek
positif terhadap individu yang mengalami kekurangan tidur. Praag, et al (2017)
mengemukakan bahwa nature sound memberikan efek relaksasi, sehingga dapat
membantu menurunkan kadar insomnia. Manfaat dari nature sound juga dapat
membantu individu untuk lebih santai dan nyaman. Weekly, et al (2018)
mengemukakan bahwa nature sound membantu individu lebih tenang dan lebih rileks.
Wijayanti, Johan, Rochana, Anggorowati dan Chasani (2016) mengemukakan bawa
musik nature sounds merupakan jenis musik temuan baru akibat moderenisasi
teknologi rekaman suara, bentuk integratif musik klasik dengan suara-suara alam.
Komposisi suara yang dihasilkan oleh fenomena alam, seperti angin, hujan, laut,
sungai, binatang, dan burung. Suara alam dalam hal ini memiliki tempo yang berbeda,
pitch, dan irama yang umumnya
lambat atau nada yang tidak tiba-tiba tinggi. Sejauh ini, aplikasi nature sound yang
dapat
diunduh melalui android dan iphone memiliki manfaat yang baik untuk menurunkan
ketegangan dan membantu individu lebih tenang, serta menjernihkan pikiran.
Mekanisme musik dapat mempengaruhi kualitas tidur pada manusia adalah musik
masuk melalui telinga, kemudian menggetarkan gendang telinga, menggungcang
cairan ditelinga dalam serta menggetarkan sel-sel berambut didalam koklea untuk
selanjutnya melalui syaraf koklearis menuju keotak. Hubungan musik dengan fungsi
otak manusia yang dapat mempengaruhi kualitas tidur yaitu jarak retikuler ke talamus
musik akan diterima langsung oleh thalamus, yaitu suatu bagian otak yang mengatur
emosi, sensasi, dan perasaan, tanpa terlebih dahulu dicerna oleh bagian otak yang
berpikir mengenai baik buruk maupun intelegensia, melalui hipotalamus
mempengaruhi struktur basal “Forebrain” termasuk sistem limbic, hipotalamus
merupakan pusat saraf otonom yang mengatur fungsi pernapasan, denyut jantung,
tekanan darah, pergerakan otot usus, fungsi endokrin, memori, dll. Melalui axon
neuron secara difus mempersarafin neokorteks, dimana suatu rangsangan mencapai
thalamus, maka secara otomatis pusat otak telah diinfasi mengurangi aktivitas sistem
syaraf simpatik, mengurangi kecemasan, jantung dan laju pernapasan serta memiliki
efek positif pada tidur melelui relaksasi otak gangguan dari pikiran. Oleh karena itu
musik alam dapat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan tidur. Musik dipilih
sebagai alternative karena musik dapat mebuat tubuh menghasil hormon beta-
endorfin. Pada saat mendengar suara musik yang indah, hormon kebahagian
(betaeendorfin) akan berprokduksi (Iman Waruwu et al., 2019).
Di dalam tubuh manusia terdapat analgetik natural yaitu enkefin, endorphin dan
dinorfin. Proses relaksasi akan memberikan pesan ke hipotalamus untuk mengurangi
neuropeptide sehingga merangsang sistem saraf simpatis yang akan menghasilkan
suatu kondisi yang rileks dan nyaman. Secara fisiologis kelebihan dari musik suara
alam juga dapat menstimulus akson-akson serabut saraf ascendens ke neuronneuron
RAS. Stimulus di transmisikan ke area korteks serebral, sistem limbic akan
terstimulus menghasilkan sekresi fenitilamin yang bertanggung jawab pada mood
seseorang menjelang tidur (Wijayanti et al., 2018).
Hasil studi ini menunjukkan terdapat manfaat dari pemberian terapi musik alam, maka
penulis melakukan analisis praktik klinik keperawatan dalam penerapan terapi musik
alam menggunakan virtual reality pada pasien ganguan tidur di ICU RS Roemani
Muhammadiyah Semarang.

Anda mungkin juga menyukai