Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI


A. LATAR BELAKANG
World Health Organization (WHO) 2018 menyatakan kesehatan jiwa adalah

ketika seseorg dalam keadaan sehat dan bisa merasakan kebahagiaan serta mampu dalam

menghadapi tantangan hidup, bersikap positif terhadap diri sendiri maupun orang lain dan

bisa menerima orang lain sebagaimana mestinya. Selain itu dikatakan kesehatan jiwa

adalah dimana kondisi individu berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan social

sehingga menyadari kemampuan sendiri, mampu mengtatasi tekanan, bekerja secara

produktif, dan memberikan konstribusi untuk komunitasnya, namun jika kondisi

perkembangan individu tersebut tidak sesuai disebut gangguan jiawa (UU No. 18 tahun

2014). Sedangkan menurut American Psyhciatric Association (APA) 2018 gangguan jiwa

adalah suatu sindrom atau psikologis atau pola perilaku secara klinis, yang terjadi pada

individu dan dihubungkan dengan adanya distress, disabilitas atau disertai adanya

peningkatan resiko yang bermakan seperti kehilangan, kebebasan, ketidakmampuan,

menyebabkan sakit atau bahkan kehilangan nyawa.

Menurut WHO (2018) prevalensi gamgguan jiwa menyerang 23 juta jiwa

diseluruh dunia dan berdasarkan hasil RISKESDAS 2018 gagguan jiwa di Indonesia

sebanyak 1,7% pada tahun 2013 dan meningkat 7% pada tahun 2018 dan dimana di

gorontalo sendiri sebanyak 1.015 orang mengalami gangguan jiwa. Dam dimana

berdasarkan fenomena saat ini kejadian gangguan jiwa jenis halusinasinasilah yang

semakin mengalami peningkatan (Rahmawati, 2014).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan persepsi sensori yang dialami oleh

penderira gangguan jiwa (Keliat, dkk. 2016). Halusianasi merupakan distrosi persepsi
palsu yang terjadi pada respon neurobiologist maladaptive, penderita sebenarnya

menglami distrosi sensori sebagai hal yang nyata dan meresponya. Diperkirakan ≥ 90%

penderita gangguan jiwa jenis halusinasi. dengan bentuk yang bervariasi tetapi sebagian

besarnya mengalami halusinasi pendengaran yang dapat berasal dari dalam diri individu

atau dari luar individu tersebut, suara yang didengar bisa dikenalnya, jenis suara tunggal

atau multiple yang dianggapnya dapat memerintahkan tentang perilaku individu itu

sendiri (Yosep & Sutini, 2016). National Association for Music Therapy (NAMT)

merupakan organisasi profesional tahun 1950 didirikan melalui kolaborasi para terapis

musik yang bekerja secara khusus menangani pasien yang terdiri dari para veteran

perang, penderita gangguan mental, gangguan halusinasi pendengaran dan penglihatan,

dan sebagai populasi pasien psikiatri. Perkembangan baru selanjutnya tahun 1998,

NAMT melakukan kerja sama dengan organisasi terapi musik lain dan bersatu di bawah

nama American Music Therapy Association (AMTA) sampai saat ini. Terapi musik

diberikan untuk membangkitkan gelombang otak alfa yang dapat memberikan rasa

relaksasi sehingga menimbulkan perilaku yang tenang bagi penderita gangguan jiwa jenis

halusinasi sehingga menurunkan risiko timbulnya dampak dari tingkat stresor (Hartin

Saidah, Eko Agus Cahyono, 2016). Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari

teknik relaksasi yang tujuannya untuk memberikann rasa tenang, membantu

mengendalikan emosi serta menyembuhkan gangguan psikologi. Terapi musik ini juga

digunakan oleh psikolog dan psikiater dalam mengatasi berbagai macam gangguan jiwa

dan juga gangguan psikologis.

Tujuan terapi musik adalah memberikan relaksasi pada tubuh dan pikiran

penderita, sehingga berpengaruh terhadap pengembangan diri, dan menyembuhkan


gangguan psikososialnya (Purnama, 2016). Musik memiliki 3 komponen penting yaitu

beat, ritme, dan harmoni. Beat atau disebut juga dengan ketukan mempengaruhi tubuh,

ritme dapat mempengaruhi jiwa, sedangkan harmoni dapat mempengaruhi roh

(Sulahyuningsih, 2016). Ekawati (2013) menyatakan bahwa musik dapat berfungsi

meningkatkan vitalitas fisik individu, menghilangkan kelelahan, meredakan kecemasan

dan ketegangan, membantu meningkatkan konsentrasi, memperdalam hubungan,

memperat persahabatan, merangsang kreativitas, kepekaan, dan dapat memperkuat

karakter serta perilaku yang positif. Federasi Terapi Musik Dunia (WMFT) tahun 1996

dalam (Djohan, 2005) mengungkapkan bahwa terapi musik dengan penggunaan musik

atau elemen musik (suara, irama, melodi, dan harmoni) oleh seorang terapis musik untuk

proses membangun suatu komunikasi, meningkatkan relasi interpersonal, belajar,

meningkatkann mobilitas, membantu mengungkapkan ekspresi, menata diri serta untuk

mencapai berbagai tujuan terapi lainnya.

Berbagai jenis terapi music digunakan untuk bermacam kondisi termasuk

gangguan kejiwaan, masalah medis, kondisi cacat fisik, gangguan sensorik, cacat

perkembangan, masalah penuaan, untuk meningkatkan konsentrasi belajar, mendukung

latihann fisik, mengurangi stres serta kecemasan (Chandra & Gama, 2014). Studi

mengenai kesehatan jiwa, menunjukkan bahwa adanya terapi musik sangat efektif dalam

meredakan kegelisahan dan stres, membantu mendorong perasaan rileks serta meredakan

depresi individu. Terapi musik dapat membantu seseorang dengan masalah emosional

untuk mengeluarkan perasaan, membuat perubahan positif, membantu dalam

memecahkan masalah serta memperbaiki masalah (Amelia & Trisyani, 2015).


B. LANDASAN TEORI

1. Terapi Musik

1.1 Definisi

Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan

rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya

yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk

kesehatan fisik dan mental, Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik

dapat meningkatkan, memulihkan dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional

dan spiritual. Musik memiliki beberapa kelebihan yaitu karena musik bersifat

nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur dan universal (Rasyid, 2014).

Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan melalui saraf

pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi (sistem limbik).

Contohnya ketika kita mendengarkan suatu alunan musik (meskipun tanpa lagu)

seketika kita bisa merasakan efek dari musik tersebut. Ada musik yang membuat kita

gembira, sedih, terharu, terasa sunyi, semangat, mengingatkan masa lalu dan lain-lain

(Rasyid, 2014).

1.2 Bagian-Bagian Musik

Pada dasarnya hampir semua jenis musik bisa digunakan untuk terapi musik.

Dalam terapi musik, komposisi musik disesuaikan dengan masalah atau tujuan yang

ingin kita capai. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat mempengaruhi tubuh,

ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh (Rasyid, 2014).


1.3 Dua Macam Terapi Musik

Menurut (Salampessy, W., 2013) Dalam dunia penyembuhan dengan musik,

dikenal 2 macam terapi musik, yaitu :

1) Terapi Musik Aktif

Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main menggunakan

alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat.Dengan kata lain

pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik.

2) Terapi Musik Pasif

Terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Pasien tinggal

mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang disesuaikan

dengan masalahnya. Hal terpenting dalam terapi musik pasif adalah pemilihan

jenis musik harus tepat dengan kebutuhan pasien.

1.4 Manfaat Terapi Musik

1) Relaksasi, Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran

Terapi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk

mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi istirahat, seluruh sel dalam

tubuh akan mengalami reproduksi, penyembuhan alami berlangsung, produksi

hormon diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran (Anthony S, 2016).

Meingkatkan Kecerdasan

2) Meingkatkan Kecerdasan

Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia seseorang

disebut Efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara ilmiah oleh Franches

Rauscher.et.al dari Universitas California.


3) Meningkatkan Kemampuan Mengingat

Terapi musik bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal

ini bisa terjadi karena bagian otak yang memproses musik terletak berdekatan

dengan memori, sehingga ketika seseorang melatih otak dnegan terapi musik,

maka secara otomatis memorinya juga terlatih.

4) Kesehatan Jiwa

Seorang ilmuwan Arab, Abu Nasr al-Farabi (873-950 M) dalam

bukunya “Grat Book About Musik”, mengatakan bahwa musik membuat rasa

tenang, sebagai pendidikan moral, mengendalikan emosi, pengembangan

spiritual, menyembuhkan gangguan psikologis.

5) Mengurangi Rasa Sakit

Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang

bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi otak

yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua sistem

tersebut bereaksi sensitif terhadap musik. Ketika kita merasa sakit, kita

menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita menegangkan otot-otot

tubuh, hasilnya rasa sakit menjadi semakin parah. Mendengarkan musik secara

teratur membantu tubuh relaksasi secara fisik dan mental, sehingga membantu

menyembuhkan dan mencegah rasa sakit.

6) Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Dr. John Diamond dan Dr. David Nobel, telah melakukan riset

mengenai efek dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka

menyimpulkan bahwa : Apabila jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat
diterima oleh tubuh manusia, maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan

hormon (serotonin) yang dapat menimbulkan rasa nikmat dan senang sehingga

tubuh akan menjadi lebih kuat (dengan meningkatnya sistem kekebalan tubuh)

dan membuat kita menjadi lebih sehat.

Hasil riset menunjukkan bahwa terapi musik sangat efektif dalam

meredam kegelisahan dan stress, mendorong perasaan rileks, meredakan

depresi dan mengatasi insomnia. Terapi musik membantu banyak orang yang

memiliki masalah emosional, membuat perubahan positif, menciptakan

suasana hati yang damai, membantu memecahkan masalah dan memperbaiki

konflik internal.

7) Meningkatkan Motivasi

Motivasi adalah hal yang bias dilahirkan dengan perasaan dan mood

tertentu.Apabila ada motivasi,semangat akan muncul dan segala kegiatan bisa

dilakukan.Begitu juga sebaliknya,jika motivasi terbelenggu maka semangat

menjadi luruh,lemas,tidak bertenaga untuk beraktivitas.

8) Pengembangan Diri

Musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri

seseorang.Musik yang kita dengarkan menentukan kualitas pribadi kita.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa orang yang punya masalah perasaan, biasanya

cenderung mendengarkan music yang sesuai dengan perasaannya.

9) Menyeimbangkan Tubuh

Menurut penelitian para ahli,stimulasi music membantu menyeimbangkan

organ keseimbangan yang terdapat di telinga dan Otak. Jika organ


keseimbangan sehat,maka kerja organ tubuh lainnya juga menjadi lebih

seimbang dan lebih sehat.

2. Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa


adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan
tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari
dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang
tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan
(Nasution, 2003).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2005).
2.1 Penyebab Halusinasi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1) Faktor Predisposisi
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut :
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbic berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamine dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otakmanusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stres.
2) Faktor Prespitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor dan masalah
koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.
2.2 Tanda dan Gejala Halusinasi
1) Mengatakan mendengar suara.
2) Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan.
3) Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata.
4) Tidak dapat mremusatkan konsentrasi / perhatian.
5) Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal.
6) Sikap curiga dan bermusuhan.
7) Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri : mandi, berpakaian.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
1.1 Klien dapat berespon terhadap stimulus yang diberikan oleh perawat yaitu musik
1.2 Klien dapat mengekspresikan perasaannya \

2. Tujuan Khusus

2.1 Klien mampu memberi respons terhadap musik yang didengar.

2.2 Klien mampu menceritakan perasaannya setelah mendengarkan musik

2.3 Menciptakan suasana bahagia, menyenangkan, dan gembira.

D. WAKTU DAN TEMPAT


Hari/tanggal : Jumat, 25 Mei 2023
Pukul : 09.00 wita
Tempat : RSKD (Ruangan Sawit)
Lama TAK : 45 menit

Anda mungkin juga menyukai