Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

TERAPI MUSIK

OLEH :

1. Cindy Nova (01.2.16.00528) ab


2. Diana Puspandari (01.2.16.00532)
3. Meilinda Krisna P (01.2.16.00547)ab
4. Valentina Winarti (01.2.16.00561)
5. Yesmia Agung P (01.2.16.00567)ab

1. Terapi musik untuk orang koma/tidak sadar?


2. Jenis-jenis terapi musik dari fungsi?

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STRATA 1

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah “MAKALAH KOMUNITAS II TENTANG TERAPI MUSIK” ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih atas masukan dan sumber
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan materi dengan baik.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.Kami mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya selama kami mengikuti mata kuliah tersebut.
Sekian dan terima kasih.

Kediri,06 Mei 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selama ini musik dikenal oleh masyarakat, dimulai sejak jaman prasejarah
hingga sekarang. Pada dasarnya, musik tercipta melalui bunyi-bunyi yang terdengar
oleh telinga kita sebagai suatu susunan irama yang beraturan. Dalam hal ini, semua
yang di alam ini secara tidak langsung bisasebagai alat musik. Selain itu musik
merupakan seni budaya hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang di tata berdasarkan
bunyi yang indah , berirama atau dalam bentuk lagu.
Musik berfungsi untuk menentramkan pikiran dari beban kemanusiaan dan
menghibur manusia. Musik memberi rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak
seperti fungsi ingatan, belajar, mendengar, berbicara, serta analisis intelek dan
fungsi kesadaran (Satiadarma, 2004). Musik memberi nuansa yang bersifat
menghibur, menumbuhkan suasana yang menenangkan dan menyenangkan
seseorang, sehingga musik tidak hanya berpengaruh terhadap kecerdasan berfikir
saja tetapi juga kecerdasan emosi.Beberapa tabib muslim menggunakan musik
sebagai sarana penyembuhan suatu penyakit, baik jasmani maupun rohani (Al
Kinddhy, 1997)
Terapi musik mulai berkembang di Amerika Serikat dan diseluruh dunia.
Hal ini menunjukkan menunjukkan bahwa musik selain memiliki aspek estetika,
juga aspek terapetik, sehingga musik banyak digunakan untuk membantu
panyembuhan, menenangkan, dan memperbaiki kondisi fisiologis pasien maupun
tenaga medis dalam dunia kedokteran disebut Complementary Medicine ( Halim,
2003).
Terapi musik sekarang digunakan secara komprehensif termasuk untuk
mengatasi rasa sakit, manajemen stres ataupun stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
Beberapa riset juga menunjukan bahwa musik terapi efektif di gunakan
untuk mengoptimalkan status kesehatan seseorang baik fisik maupun mental. Jenis
musik yang kerap kali digunakan sebagai terapi adalah jazz, blues, classic, pop dan
rock. Namun di Indonesia kebanyakan menggunakan musik classic dan jazz sebagai
terapi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari terapi musik
2. Untuk mengetahui tujuan dari terapi musik
3. Untuk mengetahui sejarah terapi musik
4. Untuk mengetahui aplikasi terapi musik dalam keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Terapi Musik


Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya
yang diorganisir sedemikian rupa sehingga tercipta musik yang bermanfaat untuk
kesehatan fisik dan mental.
Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan
kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi,
musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental,
emosional, sosial dan spiritual.

B. Aspek pendukung terapi music


Psikobiologi Suara
Keberhasilan terapi music akan sangat ditentukan oleh peran suara dan presepsi klien
terhadap suara yang ia dengar. Dalam proses terapi, bukan hanya jenis music yang
akan berperan dalam membantu klien. Diperlukan pengetahuan tentang sumber-
sumber suara, cepat rambat suara, batas-batas pendengaran sesuai usia klien, atau
juga pemahaman klien terhadap warna bunyi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek biologis dari music dapat
mengakibatkan :
1. Energy otot akan meningkat atau menurun sesuai dengan stimuli irama
2. Tarikan nafas dapat menjadi cepat atau berubah teratur
3. Timbulnya berbagai efek pada nadi, tekanan darah dan fungsi endokrin
4. Berkurangnya stimulus sensorik dalam berbagai tahapan
5. Kelelahan berkurang atau tertunda tetapi ketegangan otot meningkat
6. Perubahan yang meningkatkan elektrisitas tubuh
7. Perubahan pada metabolisme dan biosintesis pada berbagai proses enzim

Elemen jenis music


1. Pitch
2. Tempo
3. Timbre
4. Dinamika
Rata-rata hitungan normal dalam setiap ketukan music hampir sama dengan rata-
rata detak jantung manusia yaitu antara 72 sampai 80 ketukan per menit. Musik
yang simulativ biasanya dimainkan dengan tempo lebih cepat dapat meningkatan
detak jantung dan sebaliknya.

C. Tujuan Terapi Musik


Terapi musik secara umum bertujuan untuk :
5. Membuat hati dan perasaan seorang menjadi senang dan terhibur
6. Membantu mngurangi beban penderitaan seseorang
7. Tempat penyaluran bakat seseorang
Tujuan terapi musik secara khusus adalah untuk menumbuhkembangkan
potensi-potensi yang ada pada klien, serta memfungsikan sisa-sisa kemampuan yang
ada pada klien. Dengan demikian klien akan lebih percaya diri dan merasa bisa
beraktivitas seperti biasanya. Dengan diberikannya terpai musik diharapkan dapat
mengurangi atau menghilangkan ketegangan-ketegangan klien pada aspek
emosional, mental intelegency dan fisik motorik. Dengan terapi musik dapat
membantu perkembangan, membangun, mendorong, menumbuhkan percaya diri,
membentuk kepribadian yang optimis, pantang menyerah, dan dapat menerima
kenyataan hidup dengan apa adanya.

D. Karakteristik Terapi Musik


Menurut Robbert (2002) dan Greer (2003) dalam Djohan (2006), music
mempengaruhi persepsi dengan cara:
1. Distraksi, yaitu pengalihan pikiran dari nyeri, musik dapat mengalihkan
konsentrasi klien pada hal-hal yang menyenangkan,
2. Relaksasi, musik menyebabkan pernafasan menjadi lebih rileks dan menurunkan
denyut jantung, karena orang yang mengalami nyeri denyut jantung meningkat
3. Menciptakan rasa nyaman, pasien yang berada pada ruang perawatan dapat
merasa cemas dengan lingkungan yang asing baginya dan akan merasa lebih
nyaman jika mereka mendengar musik yang mempunyai arti bagi mereka. Musik
juga dapat menurunkan kadar hormon kortisol yang meningkat pada saat stres.
Musik juga merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang
memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan nyeri (Berger,
1992 dalam Djohan 2006).
E. Keunggulan Terapi Musik
Menurut Greer (2003) dalam Djohan (2006), keunggulan terapi musik adalah:
1. Lebih murah daripada analgesia
2. Prosedur invansif, tidak melukai pasien,
3. Tidak ada efek samping,
4. Penerapannya luas, bisa diterapkan pada pasien yang tidak bisa diterapkan terapi
secara fisik untuk menurunkan nyeri.

F. Jenis-jenis musik terapi


1. Musik Jazz
Penelitian oleh Blaum pada tahun 2003 mendapatkan hasil bahwa setelah
para siswa mendengarkan music jazz,mood mereka menjadi lebih ena, sehinnhha
membantu para siswa untuk belajar. Hasil penelitian ini kemudian diterapkan oleh
Norman L. Barber dan Jameson L, Barber dengan memberikan CD Jazz for
Succsess pada mahasiswa tingkat pertama Universitas Massachusetts. Mereka
memberikan CD tersebut dengan tujuan agar mahasiswa tingkat satu dapat
mengatasi emosi negative (marah,cemas, depresi, takut) kaena sulit menyesuaikan
diri dengan dunia peruliahan. Beberapa contoh music jazz yang layak
didengarkan: Norah Jones, Natalie Cole, Nat King Cole, KLA Project dan lain-
lain.
2. Musik Rock
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Leigh Riby dan George Caldwell,
Psikolog dari Glasgow Cladenian University membuktikan bahwa siswa yang
mendengarkan music rock hanya membutuhkan sedikit kerja otak untuk
mengerjakan tugas dengan baik. Selain itu music rock dapat meningkatkan
produtivitasketikasedang bekerja. Beberapa contoh muisik rock yang layak
didengarkan: Dream Theater, Rush, Hammerfall, Scorpion, SOAD, The Queen,
dan lain-lain.
3. Musik Klasik
Manfaat music klasik sudah banyak diketahui terutama Efek Mozart.
Terlepas dari banyaknya pro dan kontra tentang Efek Mozart ini, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa music Mozart bermanfaat dalam bidang
kesehatan. Samuel Halim dalam penelitiannya menemukan bahwa efek Mozart
dapat membantu penyembuhan penyakit Alzheimer. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Campbell menemukan bahwa music klasik bisa membantu
penyembuhan penyakit-penyakit, seperti stress, kanker, dyslexia, dan tekanan
darah tinggi beberapa cotoh music klasik yang layak didengarkan: The Ultimate
Mozart, Maksim, The Most Relaxing Classical Album in The World Ever, dan
lain-lain
G. Sejarah Terapi Musik
Sejarah mencatat bahwa sejak masa-masa awal kehidupan manusia di dunia,
masyarakat dalam budaya primitive memiliki kepercayaan bahwa kehidupan mereka
dikendalikan oleh kekuatan yang tidak kelihatan. Kekuatan yang bersifat magis dan
animistic. Bersamaan dengan itu, mereka juga percaya terhadap kekuatan berbagai
bunyi dan musik yang dipersembahkan kepada “penguasa alam”. Musik dan ritme-
ritme tertentu dimainkan dengan berbagai alat da diyakini dapat membawa
ketenangan pikiran dan memberikan keyamanan fisik. Maka, musik seing dikaitkan
dengan kekuatan supranatural. Lagu-lagu yang digunakan dalam ritus-ritus tertentu
dipercaya berasal dari kekuatan supranatural atau dari sumber non-duniawi (Merriam,
1964 dalam Djohan, 2006).
Musik, baik dalam betuk tabuhan atau lagu, menjadi bagian yang hampir
selalu ada dalam semua kegiatan yang membutuhkan batuan luar biasa, termasuk
penyembuhan. Orang yang sakit dianggap sebagai korban serangan mantera dari
musuh. Jenis musik yang digunakan akan ditentukan oleh sifat kekuatan yang
menyerang tubuh. Tidak mengherankan jika seorang entembuh tradisional akan
meragkap sebagai musisi, sekaligus sebagai orang yang sangat dihormati karena
dianggap memiliki kemampuan lebih. Karena itu juga lah, dalam banyak contoh
musisi sebuah suku menduduki tempat penting dalam masyarakatnya.
Mitos dan cerita mengenai kekuatan penyembuhan melalui musik terdapat
pada hampir semua budaya. Dalam mitologi Yunani kuno, Apollo dianggap sebagai
dewa musik sekaligus dewa kesehatan (Bunt,1994 dalam Djohan, 2006),
mencontohkan, Orpheus banyak disebut-sebut sebagai tokoh mitologi soleh para
terapis musik. Dalam mitologi Jawa misalnya, kita juga mengenal mitologis yang
dikaitkan dengan keselamatan dan kesehatan. Setiap upacara tertentu juga akan
diiringi oleh gendhing tertentu. Jika aturan ini dilanggar, diyakini bahwa yang akan
terjadi adalah bencana atau penyakit.
Meski masih terjadi perdebatan, kekuatan penyembuhan melalui musik adalah
tema umum dalam literature filsafat da teori musik sejak masa Plato. Berbagai
literature kedokteran sejak era Hipcrates mencatat bahwa pada masa itu, musik belum
diakui perannya dalam sejarah kedokteran dan psikiatri.
Di abad pertengahan, sejumlah asumsi teoritis seputar hubungan antara musik
dan pengobatan mulai berkembang. Beberapa diantaraya adalah:Teori bahwa tubuh
manusia terdiri dari empat cairan tubuh. Maka kesehatan terjadi ketika ada
keseimbangan di antara keempatnya, dan ketidakseimbangan dapat menyebabkan
gangguan mental. Keseimbanga keempat cairan tubuh ini diyakini dapat dipengaruhi
oleh vibrasi musik.
Musik memiliki khasiat dan potensi mempengaruhi pikiran
manusia.Kesadaran (pikiran) dapat meningkatkan atau menggaggu kesehatan, dan
musik melalui pikiran dengan menembus dan mempengaruhi seseorang untuk
megikuti prinsip-prinsip tertentu
Pada zaman Arab kuno (5000 SM), para penyembuh menunjuk terapi musik
sebagai obat jiwa dan nyanyian terapeutik menjadi bagian dari praktik kedokteran
(Feder&Feder, 1981 dalam Djohan 2006). Pada masa Babilonia (1850 SM), penyakit
dipandang dari kerangka religi, dan musik menjadi bagian dari ritus. Musik juga
dikenal memiliki kekuatan khusus yang mampu melampaui pikiran, emosi, dan
kesehatan fisik dalam masyarakat Yunani kuno.
Pada akhir abad ke-18, dokter-dokter di Eropa mendukung kegunaan musik
dalam pengobatan, namun dengan meningkatnya teknologi medis, musik dialihkan ke
kasus khusus dan hanya di aplikasikan oleh beberapa dokter yang memandang
pegobatan dalam kerangka holistic. Selagkah demi selangkah, di awal abad ke-20
terapi musik kemudian mulai memperoleh dukungan lebih pasti. Para dokter, musisi,
psikiater dan masyarakat umum mulai mengirim artikel mengenai masalah terapi
musik ke publikasi ilmiah, surat kabar, dan pers popular. Beberapa organisasi
mempromosikan program terapi musik di rumah-rumah sakit khususya kepada
veteran Perang Dunia I dan II (Taylor, 1981 dalam Djohan 2006). Salah satu figure
yang paling berperan dalam terapi musik di awal abad 20 adalah Eva Vescelius yang
banyak mempublikasikan terapi musik lewat tulisan-tulisannya. Ia percaya bahwa
objek dari terapi musik adalah melakukan penyelarasan atau harmonisasi terhadap
seseorang melalui vibrasi. Ada juga Isa Maud Ilsen seorang musisi, perawat,
sekaligus eksekutif rumahsakit yang sebelumnya mengajar terapi musik di
Universitas Columbia. Ia percaya bahwa irama merupakan komponen terapi
terpenting dalam musik, tanpa mengesampinngkan musik Jazz yang juga dapat
digunakan dalam terapi. Kepercayaan bahwa musik memiliki kesan “magis” mulai
hilang dan penelitian di bidang terapi musik mulai banyak dilakukan.
Walau belum sepenuhya merata, beberapa tempat di Indonesia telah
meyelengarakan program-program terapi dengan media seni. Sebagai ilmu
pengetahuan, terapi musik tidak dapat begitu saja di praktikan hanya karena
seseorang menguasai alat dan teori musik. Maka sebaiknya teori yang baik diikuti
dengan riset dan praktik yang baik, sehingga secara otomatis kualitas pengetahuan
dan apa yang dapat dilakukan dapat terus ditingkatkan. Kebutuhan terhadap
pengembangan terapi musik di Indonesia sudah waktunya diberi perhatian lebih
mengingat penderita gangguan fisik, kognitif, dan emosi dari segala kelompok usia
makin lama makin meningkat. Sejauh ini penanganan secara medis dan kedokteran
masih menjadi jalan keluar yang paling banyak dicari, sehingga sebenarnya masih
sangat terbuka kesempatan untuk mengembangkan terapi alternative dengan
menyertakan seni dan musik sebagai bagian dari sebuah proses penyembuhan.

H. Aplikasi Terapi Musik


Terapi Musik berguna untuk mempengaruhi tubuh dan pikiransecara
keseluruhan. Terapi musik bekerja pada hardware sekaligus software dalam diri.
Banyak penelitian dari para dokter dan pakar pikiran mengenai efek terapi musik.
Sudah terbukti secara ilmiah bahwa musik berpengaruh terhadap kesehatan tubuh
dan mental seseorang.

Bonny mengembangkan sesi terapinya dalam format empat fase dan


serangkaian program music. Sampai hari ini telah terkumpul lebih dari 40 program
musik. Sampai hari ini telah terkumpul lebih dari 40 musik yang berdurasi 30-50
menit. Musik tersebut terdiri sampai delapan gerakan atau berupa sebuah lagu utuh
baik dalam format instrumental maupun vocal.

Musiknya disusun secara berurutan guna mendukung, membangkitkan dan


memperdalam pengalaman yang terkait dengan kebutuhan psikologis dan
fisiologis.Sepanjang perjalanan music yang didengar klien diberi kesempatan
menghayati berbagai aspek kehidupannya melalui perjalanan imajinatif. Music yang
berjalan akan membantu klien mendekonstruksi kisah kehidupan lama dan
menstimulinya dengan hal baru.
Pelaksanaan kegiatan terapi musik secara umum diantaranya :
1. Kegiatan terapi musik diberikan dalam keadaan pasif (diam). Contoh penderita
duduk dengan tenang sambil mendengarkan lagu anak-anak baik dari radio atau
pelatih.
2. Kegiatan terapi musik yang diberikan dalam keadaan aktif (bergerak). Contoh
anak berlatih tepuk paha, tepuk lantai, dengan hitungan satu dua tiga, diteruskan
bernyanyi bersama.
3. Latihan ritmis dengan memukul alat drum, simbal, ring bel, dengan irama
sederhana.
4. Latihan notasi yaitu pengenalan solmilasi kemudian ditingkatkan menjadi olah
vokal serta latihan memainkan alat musik yang bernada seperti angklung, piano,
gamelan, seruling.
5. Musik dapat diperdengarkan setelah seseorang mengalami suatu penyakit dan
masalah yang sedang dihadapi.

Sebelum memulai terapi musik :


a. Kaji apakah pasien ingin mendengarkan musik dan musik apa yang
disenangi.
b. Tawarkan berbagai jenis musik kepada pasien.
c. Apakah pasien ingin menggunakan headphones untuk meminimalkan
distraksi.
Untuk meningkatkan kualitas perawatan, terapi musik sebaiknya
menyesuaikan rencana pengobatan setiap pasien berdasarkan :
1) Tipe penyakit dan jenis gangguan
2) Tujuan pasien yang ingin dicapai
3) Tingkat kemampuan fungsional pasien
d. Memonitor perkembangan secara terus menerus dan memodifikasi rencana
tindakan keperawatan berdasarkan respon pasien.

Strategi Pelaksanaan Terapi Modalitas (Terapi Musik)


1. Tujuan Pelaksanaan Terapi Musik
a. Klien mampu mengenali musik yang didengar
b. Klien memberi respon terhadap musik
c. Klien mampu menceritakan perasannya setelah mendengarkan musik
2. Strategi pelaksanaan
a. Alat
1) Sound laptop
2) Lagu khusus
b. Metode
1) Diskusi
2) Sharing persepsi
c. Langkah kegiatn
1) Persipan
a) Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan indikasi: menarik
diri, harga diri rendah, dan tidak mau bicara.
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
(1) Salam dari terapi kepada klien
(2) Evaluasi/validasi
(3) Menanyakan keadaan klien saat ini
b) Kontrak
(1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mendengarkan musik
(2) Terapis menjelaskan aturan main, sebagai berikut:
(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta ijin dari terapis
(b) Lama kegiatan 45 menit
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c) Tahap kerja
(1) Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri
dimulai dari terapis secara beraturan searah jarum jam
(2) Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan dirinya, terapis
mengajak semua klien untuk bertepuk tangan
(3) Terapis dan klien memakai papan nama
(4) Terapi menjelaskan bahwa akan diputar lagu, klien boleh
bertepuk tangan atau berjoged sesuai irama lagu. Setelah selesai
klien akan diminta menceritakan isi lagu tersebut dan perasaan
klien setetlah mendengar lagu
(5) Terapis memutar lagu, klien mendengar, boleh berjoged, atau
bertepuk tangan (kira-kira 15 menit). Musik boleh diulang
beberaoa kali. Terapis mengobservasi respon klien terhadap
musik.
(6) Secara bergiliran, klien diminta menceritakan isi lagu dan
perasaannya. Sampai semua klien mendapat gilirannya
(7) Terapis memberikan pujian, setiap klien menceritakan
perasaannya dan mengajak klien lain bertepuk tangan
d) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
(2) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi
(3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan klien
e) Evaluasi dan dokumentasi
(1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien
sesuai dengan terapi. Untuk terapi stimulasi sensori mendengar
musik, kemampuan klien yang diharapkan adalah mengikuti
kegiatan, respons terhadap musik, memberi pendapat tentang
musik yang didengar dan perasaan saat mendengarkan musik.
(2) Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan tiap klien
f) Pengorganisasian
(1) Leader
(2) Co leader
(3) Observer
(4) Fasilitatir
(5) Setting tempat

I. Pembahasan dalam pandangan Kesehatan, Agama dan Budaya


1. Terapi musik dalam kesehatan
Kata terapi berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk
membantu atau menolong orang (Djohan dalam Dewi, 2009). Terapi musik dapat
digunakan dalam lingkup klinis, pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien
yang membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan
psikologis (Djohan dalam Dewi, 2009).
Terapi musik berperan sebagai salah satu teknik relaksasi untuk
memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi
(Djohan dalam Dewi, 2009). Selanjutnya Kemper dan Danhauer dalam Dewi
(2009) menjelaskan mengenai manfaat musik. Musik selain dapat meningkatkan
kesehatan seseorang juga dapat meringankan dari rasa sakit, perasaan‐perasaan
dan pikiran yang kurang menyenangkan serta membantu untuk mengurangi rasa
cemas.
Campbell dalam Dewi (2009) menjelaskan bahwa musik dapat
menyeimbangkan gelombang otak. Gelombang otak dapat dimodifikasi oleh
musik ataupun suara yang ditimbulkan sendiri. Kesadaran biasa terdiri atas
gelombang beta, yang bergetar dari 14 hingga 20 hertz. Gelombang beta terjadi
apabila kita memusatkan perhatian pada kegiatan sehari‐hari di dunia luar, juga
ketika kita mengalami perasaan negatif yang kuat. Ketenangan dan kesadaran
yang meningkat dicirikan oleh gelombang alfa, yang daurnya mulai 8 hingga 13
hertz. Periode-periode puncak kreativitas, meditasi dan tidur dicirikan oleh
gelombang theta, dari 4 hingga 7 hertz, dan tidur nyenyak, meditasi yang dalam,
serta keadaan tak sadar menghasilkan gelombang delta, yang berkisar dari 0,5
hingga 3 hertz. Semakin lambat gelombang otak, semakin santai, puas, dan
damailah perasaan.
Campbell dalam Dewi (2009) selanjutnya menerangkan bahwa musik
memiliki beberapa manfaat, yaitu :
a. Musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan
b. Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak
c. Musik mempengaruhi pernapasan
d. Musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah
e. Musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta koordinasi
tubuh
f. Musik juga mempengaruhi suhu badan
g. Musik dapat mengatur hormon‐hormon yang berkaitan dengan stres
h. Musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran
i. Musik mengubah persepsi kita tentang waktu
j. Musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran
k. Musik dapat meningkatkan produktivitas
l. Musik meningkatkan asmara dan seksualitas
m. Musik merangsang pencernaan
n. Musik meningkatkan daya tahan
o. Musik meningkatkan penerimaan tak sadar terhadap simbolisme
p. Musik dapat menimbulkan rasa aman dan sejahtera

Untuk dapat memanfaatkan peranan musik bagi kesehatan perlu dikaji terlebih
dahulu suatu musik dengan langkah sebagai berikut :
a. Jika musik belum terlalu dikenal, kenali musiknya terlebih dahulu, kenali
iramanya.
b. Ikuti iramanya, pejamkan mata, rasakan kesan yang ditimbulkan,
perhatikan bayangan yang muncul di dalam alam pikiran.
c. Jika musik tersebut mengandung syair, coba mengerti dan pahami
syairnya.
d. Hindari musik keras dan hingar-bingar yang kurang beraturan. Hal ini akan
menghambat proses psikofisik ke keseimbangan.
e. Gunakan musik tradisional seperti bunyi tambur, genta dan gamelan
bertenaga untuk membangkitkan gairah hidup.
f. Gunakan senandung internal untuk memperoleh rasa kedamaian.

2. Terapi musik dalam sejarah peradaban islam


Seni musik yang berkembang begitu pesat di era keemasan Islam, tak
hanya sekedar mengandung unsur hiburan. Para musisi Islam legendaris seperti
Abu Yusuf Yaqub ibnu Ishaq al-Kindi (801873 M) dan al-Farabi (872950 M)
telah menjadikan musik sebagai alat pengobatan atau terapi.
Terapi musik merupakan sebuah proses interpersonal yang dilakukan
seorang terapis dengan menggunakan musik untuk membantu memulihkan
kesehatan pasiennya. R. Saoud dalam tulisannya bertajuk The Arab Contribution
to the Musik of the Western World menyebut al-Kindi sebagai psikolog Muslim
pertama yang mempraktikkan terapi musik. Menurut Saoud, pada abad ke-9 M,
al-Kindi sudah menemukan adanya nilai-nilai pengobatan pada musik. ''Dengan
terapi musik, al-Kindi mencoba untuk menyembuhkan seorang anak yang
mengalami quadriplegic atau lumpuh total,'' papar Saoud. Terapi musik juga
dikembangkan ilmuwan Muslim lainnya yakni al-Farabi (872-950 M).
Alpharabius begitu peradaban Barat biasa menyebutnya menjelaskan tentang
terapi musik dalam risalah yang berjudul Meanings of Intellect .

Teori Terapi Musik Dalam Agama


Menurut Prof Nil Sari, masyarakat Turki pra-Islam meyakini bahwa
kosmos diciptakan oleh Sang Pencipta dengan kata ''ku'' / ''kok'' (suara). Mereka
meyakini bahwa awal terbentuknya kosmos berasal dari suara. Menurut
kepercayaan Islam, seperti yang tertulis dalam Alquran, Allah SWT adalah
Pencipta langit dan bumi. ''...Dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan)
sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: 'Jadilah'. Lalu
jadilah ia.'' (QS: al-baqarah:117). Setelah Islam bersemi di Turki, masyarakat
negeri itu, masih tetap meyakini kekuatan suara. Inilah yang membuat peradaban
Islam di era Turki Usmani menyakini bahwa musik dapat menjadi sebuah alat
terapi yang dapat menyeimbangkan antara badan, pikiran dan emosi sehingga
terbentuk sebuah harmoni pada diri seseorang.
Prof Nil Sari mengungkapkan, para ahli terapi musik di zaman Ottoman
menyakini bahwa pasien yang menderita penyakit tertentu atau emosi seseorang
dengan temperamen tertentu dipengaruhi oleh ragam musik tertentu. ''Para ahli
musik di era Turki Usmani menyatakan, makam (tipe melodi) tertentu memiliki
kegunaan pengibatan tertentu juga,'' papar Prof Nil Sari.
Ada sekitar 80 ragam tipe melodi yang berkembang di masyarakat Turki
Usmani. Sebanyak 12 diantaranya bisa digunakan sebagai alat terapi. Menurut
Prof Nil Sari, dari teks-teks tua dapat disimpulkan bawa jenis musik tertentu
dapat mengobati penyakit tetentu atau perasaan tertentu.
Pada era kejayaan Kesultanan Turki Usmani, terapi musik biasanya
digunakan untuk beberapa tujuan, seperti; pengobatan kesehatan mental;
perawatan penyakit organik, perbaikan harmoni seseorang yakni
menyeimbangkan kesehatan antara badan, pikiran dan emosi. Musik juga diyakini
mampu menyebabkan seseorang tertidur, sedih, bahagia dan bisa pula memacu
intelijensia.
Prof Nil Sari mengungkapkan, para ilmuwan di era Turki Usmani
meyakini bahwa musik memiliki kekuatan dalam proses alam,. Musik dapat
berfungsi meningkatkan mood dan emosi secara keseluruhan. Uniknya, para
ilmuwan di era Ottoman sudah mampu menetapkan jenis musik tertentu untuk
penyekit tertentu. Misalnya, jenis musik huseyni dapat mengobati demam.
Sedangkan, jenis musik zengule dan irak untuk mengobati meningitis.
Masyarakat Barat baru mengenal terapi musik pada abad ke-17 M. Adalah
Robert Burton lewat karya klasiknya berjudul The Anatomy of Melancholy yang
mengembangkan terapi musik di Barat. Menurut Burton, musik dan menari dapat
menyembuhkan sakit jiwa, khususnya melankolia.
Wahyu dan Santoso (2013) Terapi musik islami ditandai dengan
penggunaan jenis musik yang digunakan sebagai terapi yaitu musik islami atau
musik rohani yang dapay membuat klien “berpijak ke tanah” dan membimbing ke
arah perasaan damai yang mendalam serta kesadaran rohani. Musik yang
digunakan musik dengan tempo sekitar 60 ketukan permenit yang bersifat rileks,
seperti jenis musik yang bernuansa islami, religi atau rohani. Selain alunan
musiknya yang lebih bernuansa islami yang menggunakan media musik religi
perlu diperhatikan syairnya yaitu menggunakan syair yang membuat klien merasa
nyaman dan tidak menghukum, karena syair tidak sesuai akan membuat tujuan
terapi tidak berhasil.

3. Terapi musik dalam budaya


Dalam pembahasan budaya musik dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Musik ritual
Biasanya digunakan sebagai musik ritual dalam suatu komunitas
tertentu (baik komunitas religius, sosial, atau kultural) untuk tujuan
penyembuhan. Pada umumnya ritual upacara adat menurut budaya yang
berlaku sudah ada tetapi semakin dikembangkan musik tertentu untuk tujuan
khusus atau untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu (Kenny, 1982
dalam Djohan, 2006)
b. Musik shamanistik
Tradisi penyembuhan kuno ini bermula dari beberapa daerah
kepulauan, khususnya Siberia dan Mongolia, dan saat ini terlihat mulai
mengalami kebangkitan kembali. Meningkatnya stress, terutama sebagaimana
dirasakan oleh orang-orang yang hidup di kota besar menyebabkan kebutuhan
akan relaksasi dan keseimbangan antara aspek fisik, kognitif dan spiritual
terus meningkat.
Salah satu musik tradisi yang digunakan adalah musik shamanism
yang dimodifikasi untuk menyeimbangkan manusia dengan alam. Menurut
Harner (1990) dalam Djohan (2006), kebutuhan ini sudah lama tidak
terpenuhi, khususnya pada kehidupan modern budaya Barat. Beberapa terapis
musik yang memiliki latar belakang antropologi yang kuat menggunakan
musik penyembuhan budaya kuno dalam praktiknya terhadap orang-orang
modern perkotaan berdasarkan pemahan bahwa orang-orang modern yang
sibuk membutuhkan kehidupan ritual.
Contoh musik yang digunakan sebagai musik terapi dalam budaya jawa,
misalnya Gamelan Jawa dapat digunakan sebagai terapi musik mengatasi
depresi.
1) Gamelan Jawa mampu mempengaruhi, menggerakkan alam sekitar.
Dengan mendengarkan gamelan Jawa dapat tercipta atmosfir yang di
kehendaki oleh irama gamelan ini. Sejak abad 5-6, masyarakat jawa
mengenal alat musik gamelan. Gamelan dibuat sebagai alat musik
pentatonis yang mampu menciptakan gelombang elektro magnetis.
2) Gamelan juga dipakai sebagai terapi jiwa pada manusia. Gamelan adalah
alat musik tradisional Jawa. Gamelan semacam simponi atau orkestra ala
barat, karena gamelan juga menggunakan banyak instrumen. Di Jepang
pernah dilakukan penelitian, bahwa bayi dalam kandungan yang biasa
diperdengarkan lagu-lagu simponi atau orkestra meningkatkan daya
inteligensi. Ini membuktikan bahwa nilai rasa musikal dapat
mempengaruhi pola pertumbuhan syaraf otak. Menurut Isa Multazam
(2007) FK UGM gamelan dapat digunakan untuk terapi gangguan
kejiwaan (depresi psikososial). Gamelan Jawa kini telah dipakai sebagai
salah satu bentuk pengobatan komplementer bagi pasien-pasien dengan
gangguan kejiwaan pada beberapa RS di Inggris.
3) Gamelan di Eropa juga dikembangkan sebagai terapi. Di Paris sudah ada
beberapa penjara yang mengembangkan program gamelan untuk terapi
bagi penghuni penjara.
4) Di Eropa gamelan dipergunakan untuk menanamkan budi pekerti,
menahan emosi dan keberingasan

DAFTAR PUSTAKA

Al Kindhy AFA 1997.Musik dari sudut pandang kosmologis islam,(online),


(http://www.mkalm.com/capita/musik.htm, di akses oktober 2015
Dewi, Mahargyantari P. Desember 2009.Studi Metaanalisis : Musik Untuk Menurunkan
Stres. Volume 36. No.2.
http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/view/45/35. 23 Oktober 2015.
Djohan. 2006. Terapi music, teori dan aplikasi. Yogjakarta : Galangpress
Halim, S. 2003. “Efek Mozart dan Terapi Musik dalam Dunia Kesehatan”.
http://www.fkui.com.
http://www.terapimusik.com/terapi_musik_islam.htm
Mubarak, Wahid Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika
Multazam, Isa. 2007. Terapi Gamelan bagi Penderita Gangguan Kejiwaan.
Richman S. (2010). Stroke Rehabilitation: Music Therapy. Wilson Terrace, Glendale :
Cinahl Information Systems (RU)
Satiadarma, M. P. 2004. Cerdas Dengan Musik. Jakarta: Puspa Suara.
Suryana, Dayat. 2012. Terapi musik. Jakarta.
Wahyu, Utomo A. Santoso, Agus. 2013. Studi Pengembangan Terapi Musik Islami Sebagai
Relaksasi Untuk Lansia. Volume 03. No. 01.
http://jurnalbki.uinsby.ac.id/index.php/jurnalbki/article/download/7/5 27 Oktober
2015

Anda mungkin juga menyukai