Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DISTRES SPIRITUAL

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I

Dosen Pembimbing: Hana Nafiah, MNS

Disusun Oleh:

1. Annisa Dwi Lestari (17.1294.S)


2. Dian Ayu Pertiwiningru (17.1308.S)
3. Fanny Andarista Febriyanti (17.1319.S)
4. Khilda Nafila (17.1332.S)
5. Luluk Erni S.W (17.1342.S)
6. Nevita Candra Pangestika (17.1354.S)
7. Okvadwinanda K (17.1369.S)
8. Rizki Amaliyah (17.1383.S)
9. Sukma Dara Kusuma (17.1393.S)
10. Yekti Kurniastusi (17.1406.S)

Kelas: 2B

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah mahluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk


tuhan yang lainnya. Mengapa demikian? tentu jawabannya karena manusia telah
diberkahi dengan akal dan fikiran yang bisa membuat manusia tampil sebagai khalifah
dimuka bumi ini. Akal dan fikiran ini lah yang membuat manusia bisa berubah dari waktu
ke waktu.Dalam kehidupan manusia sulit sekali dipredeksi sifat dan kelakuannya bisa
berubah sewaktu-waktu. Kadang dia baik,dan tidak bisa bisa dipungkiri juga banyak
manusia yang jahat dan dengki pada sesame manusia dan makhluk tuhan lainnya.

Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dia anggap angung atau
maha.kepercyaan inilah yang disebut sebagai spriritual. Spiritual ini sebagai kontrol
manusia dalam bertindak, jadi spiritual juga bisa disebut sebagai norma yang mengatur
manusia dalam berperilaku dan bertindak.

Dalam ilmu keperawatan spiritual juga sangat diperhatikan.Berdasarkan konsep


keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata : makna, harapan,
kerukunan, dan sistem kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati
bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan
dirinya sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup
hubungan intra-, inter-, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari
manusia yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam
pemikiran dan prilaku serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan
Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000).

B. TUJUAN

Berdasarkan uraian latar belakang diatas kami dapat menarik kesimpulan tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah

2. Untuk membantu mahasiswa mengerti tentang distres spiritual

3. Untuk membantu mahasiswa bisa mengerti bagaimana konsep distres spiritual


dalam keperawatan (kesehatan)

C. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini ingin menyampaikan beberapa permasalah yang menjadi dasar
penulisan makalah ini

1. Apa yang dimaksud dengan distres spiritual

2. Apa penyebab dari distres spiritual

3. Apa karakteristik dari distres spiritual

4. Mengetahui asuhan keperawatan distress spiritual


BAB II

KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN

Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan


mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (EGC, 2008).

Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip
hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan
psikososial (EGC, 2011).

Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu
dalam menemukan arti kehidupannya.

B. TANDA DAN GEJALA

1. Selalu menanyakan kebenaran dari keyakinan yang dianutnya

2. Merasa tidak nyaman terhadap keyakinan agama yang dianutnya

3. Ketidakmampuan melakukan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukannya


secara rutin

4. Perasaan ragu terhadap agama atau keyakinan yang dimilikinya

5. Menyatakan perasaan tak ingin hidup

6. Merasakan kekosongan jiwa yang berkaitan dengan keyakinan atau agamanya

7. Mengatakan putus hubungan dengan orang lain atau Tuhan

C. PENYEBAB

Menurut Budi anna keliat (2011) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian Fisik : Abuse

2. Pengkajian Psikologis : Status mental, mungkin adanya depresi, marah,


kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan
pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).

3. Pengkajian Sosial Budaya : dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien


(Spencer, 1998).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DISTRESS SPIRITUAL

A. PENGKAJIAN

Identitas : Umur menentukan peningkatan stress

B. RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan Utama : Biasanya yang dirasakan adalah pusing kepala

Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya sejak kapan timbulnya stress tersebut

Riwayat kesehatan dahulu : Biasanya memiliki riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang dideritanya

Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya keluarga memiliki riwayat penyakit yang sama
atau penyakit lain yang diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau
tidak

C. POLA FUNGSI KESEHATAN

Berikut ini adalah 11 Pola Fungsi yang harus dilakukan pengkajian pada pasien Distress
Spiritual :

1. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan

 Arti sehat dan sakit

 Pengetahuan status kesehatan saat ini

 Perlindungan terhadap kesehatan : Program skrining, kunjungan kepusat


layanan kesehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen, stress, factor
ekonomi
 Pemeriksaan diri sendiri : Riwayat, medis keluarga, pengobatan yang telah
dilakukan

 Perilaku untuk mengatasi masalah

 Data pemeriksaan fisik yang berkaitan

2. Pola Nutrisi / Metabolisme

 Menggambarkan masukan nutrisi & keseimbangan cairan

 Intake nutrisi (frekuensi, jumlah & komposisi) : (Makan sehari berapa


kali, jumlahnya berapa porsi dalam satu kali makan, jenis makanan apa
saja yang dimakan.)

 Intake cairan (frekuensi, jumlah & jenis) : (Minum sehari berapa kali,
jumlahnya berapa porsi dalam satu kali makan, jenis minum apa yang
diminum.)

 Nafsu makan : (Baik, tidak ada, berlebihan, kurang, atau sedang)

 Masalah dengan makan : (Ada atau tidak masalah dalam makan)

 Makanan kesukaan : (Jenis makanan yang disukai)

 Alergi makanan : (Mempunyai alergi makanan apa tidak)

3. Pola Eliminasi

a. Eliminasi Urin

 Pola BAK (frekuensi, waktu, jumlah) : (BAK sehari berapa kali, kapan
saja waktu untuk BAK, jumlah BAK nya berapa ml)

 Karakteristik (warna, kejernihan, bau, endapan) : (warna urin, jernih atau


tidak, berbau apa tidak, ada endapan atau tidak)
 Faktor yang mempengaruhi BAK : (faktor yang mempengaruhi px untuk
BAK apa saja)

 Masalah eliminasi uri : (ada atau tidak)

b. Eliminasi Alvi

 Pola BAB (frekuensi, waktu) : (BAB sehari berapa kali, kapan saja waktu
untuk BAB)

 Karakteristik keluaran feses (bau, jumlah) : (berbau apa tidak, jumlah


BAB apa saja)

 Masalah dengan BAB : (ada atau tidak)

 Faktor yang mempengaruhi BAB : (faktoryang mempengaruhi px untuk


BAK apa saja)

 Penggunaan laksantif : (menggunakan atau tidak)

4. Pola Aktivitas – Latihan

 Pola aktifitas ysng dilakukan

 Aktivitas diwaktu luang : (Aktivitas yang ada dalam waktu luang)

 Masalah dalam aktivitas : (Ada masalah atau tidak dalam beraktivitas)

 Penggunaan alat bantu : (Menggunakan alat bantu atau tidak)

 Aktivitas sejak sakit : (Apa saja aktivitas pada saat sakit)

5. Pola Istirahat Tidur

 Kebiasaan pola tidur (waktu, jumlah, kualitas) : (Kapan saja tidur, tidur
berapa kali sehari, sering terbangun atau tidak)

 Dampak pola istirahat tidur terhadap aktivitas sehari – hari : (Ada atau
tidak dampak yang dialami)
 Kesulitan tidur : (Merasa kesulitan tidur atau tidak)

 Alat bantu tidur : (Mengguanakan alat bantu tidur atau tidak)

6. Pola Kognitif Perseptual

 Kemampuan panca indra (pendengaran, penglihatan, penciuman) : (Mamp


mendengar, melihat, mencium bau secara normal atau tidak)

 Pemakaian alat bantu pendengaran, penglihatan : (Menggunakan alat


bantu atau tidak)

 Masalah perseptual : (Mempunyai masalah sensori perseptual)

 Perubahan memori : (Selama sakit mengalami perubahan memori atau


tidak)

Presepsi nyeri & penanganan nyeri (P,Q,R,S,T) : (Penyebab nyerinya apa, kualitas
nyerinya bagaimana, dibagian mana yang mengalami nyeri, skala nyerinya
berapa, kapan saja waktu yang dialami ketika nyeri)

7. Konsep Diri / Persepsi Diri

 Konsep diri

 Body Image : (Merupakan gambaran tubuh atau diri ketika sakit)

 Self Ideal : (Merupakan ideal diri ketika sakit)

 Self Esteem : (Harga diri ketika sakit)

 Role : (Peran selama sakit terganggu atau tidak)

 Identitas : (Menjelaskan tentang identitas)

8. Pola Hubungan – Peran

 Keefektifan peran : (Selama sakit peran yang dilakukan efektif atau tidak)
 Hubungan dengan orang terdekat : (Bagaimana hubungan dengan orang
terdekat selam sakit)

 Efek perubahan peran terhadap hubungan : (Ada atau tidak efek perubahan
peran terhadap hubungan dengan orang sekitar)

9. Pola Seksualitas – Reproduksi

 Dampak sakit terhadap seksualitas : (Ada atau tidak dampak sakit terhadap
seksualitas)

 Riwayat haid : Masih mengalami haid apa tidak)

 Tindakan pengendalian kelahiran : (Ada atau tidak tindakan yang


dilakukan untuk pengendalian kelahiran)

 Riwayat penyakit hubungan seksual : (Punya atau tidak riwayat penyakit


hubungan seksual)

10. Pola Koping – Toleransi Stress

 Penggunaan sistem pendukung : (Sistem pendukung apa yang digunakan)

 Stressor sebelum sakit :( (Adakah stres atau penyebab lain yang dapat
menyebabkan sakit)

 Metode koping yang biasa digunakan : (Metode apa saja yang biasnya
digunakan agar tidak menyebabkan stres)

 Faktor – faktor yang mempengaruhu koping : (Apa saja faktor-faktor yang


dapat mempengaruhi koping)

 Efek penyakit terhadap tingkat stress : (Penyakit yang diderita menjadikan


efek peningkatan stres atau tidak)

 Penggunaan alkohol & obat lain untuk mengatasi stress : (Apakah


mengguanakan alkohol dan obat lain untuk mengatasi stres)
11. Pola Nilai – Kepercayaan

 Agama : (Agama apa yang dianut)

 Kegiatan keagamaan & budaya : (Ba gaimana kegiatan dalam keagamaan


dan budayanya selama sakit)

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Kepala dan Leher :

 Rambut : Rambut bersih atau tidak, warna raambutnya apa, beruban atau
tidak, rambutnya rontok apa tidak, ada benjolan atau tidak.

 Wajah : Bentuk wajahnya simetris apa tidak, ada lukaapa tidak.

 Mata : Simetris atau tidak kanan dan kiri, konjungtiva berwarna merah
mda, pucat, atau icterus, sklera putih atau tidak,reaksi pupil bai atau tidak.

 Hidung : Bersih atau tidak, terdapat serumen atau tidak.

 Telinga : Simetris atau tidak, bersih atau tidak, terdapat lesi atau tidak.

 Mulut : Mukosa bibir kering apa tidak, warna bibirnya apa, ada sariawan
atau tidak.

 Gigi : Ada gigi palsu apa tidak, jumlah gigi yang masih ada berapa, ada
karies apa tidak

 Leher : Ada benjolan atau tidak, edema atau tidak.

2. Pemeriksaan Thorak

a. Pulmonum

 Inspeksi : Bentuk dada simetris atau tidak, frekuensi pernafasan


dalam batas normal apa tidak (normal: 16-20 kali/menit) pola
pernafasan cupnca atau tidak, menggunakan alat bantu pernfasan
atau tidak

 Palpasi : Tactil fremitus

 Perkusi : Suara paru sonor, redup, pekak

 Auskultasi : Suara nafas (vesikuler, bronkovesikuler, bronkhial),


suara tambahan (wheezing, ronkhi, dan lain-lain)

b. Jantung

 Inspeksi : Bentuk precodium simetris atau tidak, perubahan bentuk


seperti cekung dan kembung, denyut appeks jantung normal
berbentuk tonjolan kecil, denyut nadi ada dada simetris atau tidak
denyut vena pada dada dan punggung normalnya tidak terlihat

 Palpasi : Denyut appeks jantung normal biasanya dipalpasi

 Perkusi : Jantung kondisi normal bila luas kanan dan kiri seimbang

 Auskultasi : Suara jantung normal bila tidak ada suara bising dan
tidak terdengar melemah

3. Abdomen

 Inspeksi : Bentuk abdomen simetris apa tidak, datar(flat), cekung, atau


buncit, umbilicus keluar atau tidak, ada luka atau tidak

 Palpasi : Ada nyeri tekan apa tidak, ada pembesaran hepar atau tidak,
terdapat apendisitis atau tidak

 Perkusi : Normal(timpani), pekak, atau redup

 Auskultasi : Peristaltic usus, normalnya 5-35x/menit atau tiap 5-15 detik


sekali.
4. Genetalia Anus :

 Genetalia : Pernah mengalami atau ada kelainan genetalia apa tidak,


terpasang kateter apa tidak

 Anus : Pernah mengalami atau ada kelainan pada anus apa tidak

5. Ekstremitas : Kekuatan otot lemah apa tidak, kekuatan ototnya pada skala berap

6. Integument : Turgor kulit baik apa tidak, sianosis apa tidak.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Lab

2. Foto Rontgen

3. USG

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian.

G. INTERVENSI KEPERAWATAN

INTERVENSI RASIONAL

1. Gali apakah klien menginginkan 1. Bagi klien yang mendapatkan


untuk melaksanakan praktek atau nilai tinggi pada doa atau praktek
ritual keagamaan atau spiritual spiritual lainnya, praktek ini dapat
yang diinginkan bila yang memberikan arti dan tujuan dan
memberi kesempatan pada klien dapat menjadi sumber
untuk melakukannya. kenyamanan dan kekuatan.

2. Ekspesikan pengertian dan 2. Menunjukkan sikap tak menilai


penerimaan anda tentang dapat membantu mengurangi
pentingnya keyakinan dan praktik kesulitan klien dalam
religius atau spiritual klien. mengekspresikan keyakinan dan
prakteknya.

3. Berikan prifasi dan ketenangan 3. Privasi dan ketenangan


untuk ritual spiritual sesuai memberikan lingkungan yang
kebutuhan klien dapat memudahkan refresi dan
dilaksanakan. perenungan.

4. Bila anda menginginkan tawarkan 4. Perawat meskipun yang tidak


untuk berdoa bersama klien menganut agama atau keyakinan
lainnya atau membaca buku yang sama dengan klien dapat
keagamaan. membantu klien memenuhi
kebutuhan spritualnya.

5. Tawarkan untuk menghubungkan 5. Tindakan ini dapat membantu


pemimpin religius atau rohaniwan klien mempertahankan ikatan
rumah sakit untuk mengatur spiritual dan mempraktikkan ritual
kunjungan. Jelaskan ketidak yang penting
setiaan pelayanan ( kapel dan injil
RS ).
BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN

Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan


mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya namun adapun penyebabnya
yaitu dapaat dilihat dari pengkajian fisik, pengkajian psikologis. Status mental, mungkin
adanya depresi, marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga
diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan dan Pengkajian sosial budaya dan
dukungan sosial dalam memahami keyakinan.

B. SARAN

perlu banyak pembelajaran tentang spiritualitas karena spiritual sangat penting


bagi manusia dalam berbagai hal. dalam ilmu kesehatan juga perlu ditingkatkan agar
seorang tenaga kesehatan tidak salah mengambil sikap atau tindakan dalam menghadapi
klien dengan gangguan spiritualitas. perhatian spiritualitas dapat menjadi dorongan yang
kuat bagi klien kearah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian
spiritualitas. untuk itu seorang perawat tidak boleh mangesampingkan masalah
spiritualitas klien.
DAFTAR PUSTAKA

Herdiman, T.Heather.2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta:


EGC

NANDA NIC NOC. 2015-2017. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

NANDA NIC NOC. 2018-2020. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

Towarto, Wartonal, 2007, Kebutuhan Dasar & Proses Keperawatan Edisi 3, Jakarta : Salemba
Medika

Wilkinson, Judith M. 2007, Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai