Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH

PSIKOSOSIAL YAITU DISTRESS SPIRITUAL

OLEH KELOMPOK 1:

1. Fitriana Irawan 8. Rahayu Purnama Sari

2. Indah Wulandari 9. Siska Syafitri

3. Lidiana Afrianzah Putri 10. Ricky Fauzan A

4. Lili Yusriani 11. Yurika Lestari

5. Misrahayati 12. Tia Ernasari

6. Nengci Maryuningsih 13. Vera Kristina

7. Nova Wulandari

KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL

STIKES INDONESIA PADANG


DEFINISI

 Menurut Mirowsky dan Ross (2019) distress diakibatkan oleh dua bentuk utama yaitu depresi
dan kecemasan. Depresi adalah perasaan sedih, kehilangan semangat, kesepian, putus asa, atau
tidak berharga, berharap orang lain mati, kesulitan tidur, menangis, merasa segala sesuatu adalah
sebuah usaha, dan tidak mampu untuk pergi. Kecemasan adalah ketegangan, gelisah, khawatir,
marah, dan takut.
 Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam
hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi tuhan, yang menimbulkan suatu kebutuhan
serta kecintaan terhadap adanya tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah
diperbuat (Alimul, 2018).
 Distress spiritual adalah gangguan pada prinsip hidup yang meliputi aspek dari seseorang yang
menggabungkan aspek psikososial dan biologis seseorang. (Wilkinson, Judith M., 2007: 490).
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam
menemukan arti kehidupannya.
 Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kehidupan,
keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkan gangguan pada aktivitas spiritual,
yang merubuan akibat dari masalah - masalah fisik atau psikososial yang dialami. (Dochterman,
2004: 120).
ETIOLOGI

Karakteristik pasien yang mengalami distres spiritual menurut Dover


(2001) antara lain: pasien putus asa, tidak memiliki tujuan dalam hidupnya,
menganggap dirinya dijauhi Tuhan, dan tidak melakukan kegiatan ibadah.

Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :


a. Pengkajian Fisik  Abuse
b. Pengkajian Psikologis  Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan,
ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang
bertentangan (Otis-Green, 2002).
c. Pengkajian Sosial Budaya  dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien (Spencer,
2018).
Psikopatologi/Psikodinamika
A. Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga akan
mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer
pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang. Faktor Predisposisi
sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi, posisi sosial, latar
belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial. Faktor Predisposisi
psikologi meliputi kecerdasan, keterampilan verbal, moral, Pengalaman masa lalu, konsep diri,
motivasi, pola asuh, pertahanan psikologi, dan kontrol.
B. Faktor Presipitasi
 Kejadian Stresful. Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena
perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena
kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain,
lingkungan dan zat yang maha tinggi.
 Ketegangan Hidup . Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya
distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan
keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga,
kelompok maupun komunitas
Patofisiologi

Berhubungan dengan tantangan pada sistem keyakinan atau


perpisahan dari ikatan spiritual sekunder akibat : kehilangan
bagian atau fungsi tubuh, penyakit terminal, penyakit yang
membuat kondisi lemah, nyeri, trauma, keguguran,
kelahiran, dan mati.
Strategi Pelaksanaan

Distress Spiritual Tindakan Psikoterapeutik

1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah agar pasien:

a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.


b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.
c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya.
d. Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau penyakit atau perubahan spiritual dalam kehidupan.
e. Aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.
f. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

2. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.


b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.
c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran akan terhadap spiritual yang diyakininya.
d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam kehidupan.
e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama yang dianut oleh pasien.
f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
g. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
h. Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan spiritual lainnya.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DISTRESS SPIRITUAL
A. PENGKAJIAN - Identitas: Umur menentukan peningkatan stress
B. B. RIWAYAT KESEHATAN
 Keluhan Utama : Biasanya yang dirasakan adalah pusing kepala
 Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya sejak kapan timbulnya stress tersebut
 Riwayat kesehatan dahulu : Biasanya memiliki riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang dideritanya
 Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya keluarga memiliki riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang diderita oleh anggota keluarga yang lain baik
bersifat genetik atau tidak
A. C. POLA FUNGSI KESEHATAN
Berikut ini adalah 11 Pola Fungsi yang harus dilakukan pengkajian pada pasien Distress Spiritual :
1. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
 Arti sehat dan sakit
 Pengetahuan status kesehatan saat ini
 Perlindungan terhadap kesehatan : Program skrining, kunjungan kepusat layanan kesehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen, stress, factor ekonomi
 Pemeriksaan diri sendiri : Riwayat, medis keluarga, pengobatan yang telah dilakukan
 Perilaku untuk mengatasi masalah
 Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
2. Pola Nutrisi / Metabolisme
 Menggambarkan masukan nutrisi & keseimbangan cairan
 Intake nutrisi (frekuensi, jumlah & komposisi) : (Makan sehari berapa kali, jumlahnya berapa porsi dalam satu kali makan, jenis makanan apa saja yang
dimakan.)
 Intake cairan (frekuensi, jumlah & jenis) : (Minum sehari berapa kali, jumlahnya berapa porsi dalam satu kali makan, jenis minum apa yang diminum.)
 Nafsu makan : (Baik, tidak ada, berlebihan, kurang, atau sedang)
 Masalah dengan makan : (Ada atau tidak masalah dalam makan)
 Makanan kesukaan : (Jenis makanan yang disukai)
 Alergi makanan : (Mempunyai alergi makanan apa tidak)
3. Pola Eliminasi
Eliminasi Urin
 Pola BAK (frekuensi, waktu, jumlah) : (BAK sehari berapa kali, kapan saja waktu untuk BAK, jumlah BAK nya berapa ml)
 Karakteristik (warna, kejernihan, bau, endapan) : (warna urin, jernih atau tidak, berbau apa tidak, ada endapan atau tidak)
 Faktor yang mempengaruhi BAK : (faktor yang mempengaruhi px untuk BAK apa saja)
 Masalah eliminasi uri : (ada atau tidak)
Eliminasi Alvi
 Pola BAB (frekuensi, waktu) : (BAB sehari berapa kali, kapan saja waktu untuk BAB)
 Karakteristik keluaran feses (bau, jumlah) : (berbau apa tidak, jumlah BAB apa saja)
 Masalah dengan BAB : (ada atau tidak)
 Faktor yang mempengaruhi BAB : (faktoryang mempengaruhi px untuk BAK apa saja)
 Penggunaan laksantif : (menggunakan atau tidak)
4. Pola Aktivitas Latihan
 Pola aktifitas ysng dilakukan
 Aktivitas diwaktu luang : (Aktivitas yang ada dalam waktu luang)
 Masalah dalam aktivitas : (Ada masalah atau tidak dalam beraktivitas)
 Penggunaan alat bantu : (Menggunakan alat bantu atau tidak)
 Aktivitas sejak sakit : (Apa saja aktivitas pada saat sakit)
5. Pola Istirahat Tidur
- Kebiasaan pola tidur (waktu, jumlah, kualitas) : (Kapan saja tidur, tidur berapa kali sehari, sering terbangun atau tidak)
 Dampak pola istirahat tidur terhadap aktivitas sehari – hari : (Ada atau tidak dampak yang dialami)
 Kesulitan tidur : (Merasa kesulitan tidur atau tidak)
 Alat bantu tidur : (Mengguanakan alat bantu tidur atau tidak)
6. Pola Kognitif Perseptual
Kemampuan panca indra (pendengaran, penglihatan, penciuman) : (Mamp mendengar, melihat, mencium bau secara normal atau tidak)
- Pemakaian alat bantu pendengaran, penglihatan : (Menggunakan alat bantu atau tidak)
 Masalah perseptual : (Mempunyai masalah sensori perseptual)
 Perubahan memori : (Selama sakit mengalami perubahan memori atau tidak)
 Presepsi nyeri & penanganan nyeri (P,Q,R,S,T) : (Penyebab nyerinya apa, kualitas nyerinya bagaimana, dibagian mana yang mengalami nyeri, skala nyerinya berapa, kapan saja waktu yang dialami ketika nyeri)
7. Konsep Diri / Persepsi Diri
- Konsep diri :
Body Image : (Merupakan gambaran tubuh atau diri ketika sakit)
Self Ideal : (Merupakan ideal diri ketika sakit)
Self Esteem : (Harga diri ketika sakit)
Role : (Peran selama sakit terganggu atau tidak)
Identitas : (Menjelaskan tentang identitas)
8. Pola Hubungan – Peran
 Keefektifan peran : (Selama sakit peran yang dilakukan efektif atau tidak)
 Hubungan dengan orang terdekat : (Bagaimana hubungan dengan orang terdekat selam sakit)
 Efek perubahan peran terhadap hubungan : (Ada atau tidak efek perubahan peran terhadap hubungan dengan orang sekitar)
9. Pola Seksualitas – Reproduksi
 Dampak sakit terhadap seksualitas : (Ada atau tidak dampak sakit terhadap seksualitas)
 Riwayat haid : Masih mengalami haid apa tidak)
 Tindakan pengendalian kelahiran : (Ada atau tidak tindakan yang dilakukan untuk pengendalian kelahiran)
 Riwayat penyakit hubungan seksual : (Punya atau tidak riwayat penyakit hubungan seksual)
10. Pola Koping – Toleransi Stress
 Penggunaan sistem pendukung : (Sistem pendukung apa yang digunakan)
 Stressor sebelum sakit :( (Adakah stres atau penyebab lain yang dapat menyebabkan sakit)
 Metode koping yang biasa digunakan : (Metode apa saja yang biasnya digunakan agar
tidak menyebabkan stres)
 Faktor – faktor yang mempengaruhu koping : (Apa saja faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi koping)
 Efek penyakit terhadap tingkat stress : (Penyakit yang diderita menjadikan efek
peningkatan stres atau tidak)
 Penggunaan alkohol & obat lain untuk mengatasi stress : (Apakah mengguanakan alkohol
dan obat lain untuk mengatasi stres)
11. Pola Nilai – Kepercayaan
 Agama : (Agama apa yang dianut)
 Kegiatan keagamaan & budaya : (Ba gaimana kegiatan dalam keagamaan dan budayanya
selama sakit)
PEMERIKSAAN FISIK
- Kepala dan Leher :
1. Rambut : Rambut bersih atau tidak, warna raambutnya apa, beruban atau tidak,
rambutnya rontok apa tidak, ada benjolan atau tidak.
2. Wajah : Bentuk wajahnya simetris apa tidak, ada lukaapa tidak.
3. Mata : Simetris atau tidak kanan dan kiri, konjungtiva berwarna merah mda, pucat,
atau icterus, sklera putih atau tidak,reaksi pupil bai atau tidak.
4. Hidung : Bersih atau tidak, terdapat serumen atau tidak.
5. Telinga : Simetris atau tidak, bersih atau tidak, terdapat lesi atau tidak.
6. Mulut : Mukosa bibir kering apa tidak, warna bibirnya apa, ada sariawan atau tidak.
7. Gigi : Ada gigi palsu apa tidak, jumlah gigi yang masih ada berapa, ada karies apa
tidak
8. Leher : Ada benjolan atau tidak, edema atau tidak.
Pemeriksaan Thorak
- Pulmonum
Inspeksi : Bentuk dada simetris atau tidak, frekuensi pernafasan dalam batas normal
apa tidak (normal: 16-20 kali/menit) pola pernafasan cupnca atau tidak, menggunakan
alat bantu pernfasan atau tidak
Palpasi : Tactil fremitus
Perkusi : Suara paru sonor, redup, pekak
Auskultasi : Suara nafas (vesikuler, bronkovesikuler, bronkhial), suara tambahan
(wheezing, ronkhi, dan lain-lain)
9. Jantung

Inspeksi : Bentuk precodium simetris atau tidak, perubahan bentuk seperti cekung dan

kembung, denyut appeks jantung normal berbentuk tonjolan kecil, denyut nadi ada

dada simetris atau tidak denyut vena pada dada dan punggung normalnya tidak terlihat

Palpasi : Denyut appeks jantung normal biasanya dipalpasi

Perkusi : Jantung kondisi normal bila luas kanan dan kiri seimbang

Auskultasi : Suara jantung normal bila tidak ada suara bising dan tidak terdengar

melemah

10. Abdomen

Inspeksi : Bentuk abdomen simetris apa tidak, datar(flat), cekung, atau buncit, umbilicus

keluar atau tidak, ada luka atau tidak

Palpasi : Ada nyeri tekan apa tidak, ada pembesaran hepar atau tidak, terdapat apendisitis

atau tidak

Perkusi : Normal(timpani), pekak, atau redup

Auskultasi : Peristaltic usus, normalnya 5-35x/menit atau tiap 5-15 detik sekali.

11. Genetalia Anus :

Genetalia : Pernah mengalami atau ada kelainan genetalia apa tidak, terpasang kateter

apa tidak

Anus : Pernah mengalami atau ada kelainan pada anus apa tidak

12. Ekstremitas : Kekuatan otot lemah apa tidak, kekuatan ototnya pada skala berap

13. Integument : Turgor kulit baik apa tidak, sianosis apa tidak.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Lab

- Foto Rontgen

- Usg
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Distres spiritual berhubungan dengan gangguan sosio-kultural ditandai dengan merasa menderita atau tidak berdaya, tidak
mampu beribadah, koping tidak efektik.

II. INTERVENSI
No Diagnosis Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Distres spiritual Setelah dilakukannya - Yakinkan bahwa perawat - Klien percaya bahwa perawat
asuhan keperawatan bersedia mendukung selama akan bersedia mendukung selama
masa ketidakberdayaan masa ketidakberdayaan
Klien mampu - Sediakan privasi dan waktu - Klien selalu menjaga privasi
menyatakan mencapai kenyamanan tenang untuk aktivitas spiritual dan selalu ada waktu tenang
dari - Fasilitasi melakukan kegiatan untuk aktivitas spiritual
pelaksanaan praktik spiritual ibadah - Klien mampu melakukan
- Anjurkan metode relaksasi, ibadahnya
sebelumnnya dan merasa kehidupannya mediasi, dan imajinasi - Klien mampu melakukan metode
berarti/bermakna dengan kriteria hasil : terbimbing relaksasi secara terbimbing
SLKI : Status Spiritual - Atur kunjungan dengan - Klien selalu bersedia menemui
1. Verbalisasi makna dan tujuan rohaniawan (mis, ustad, pendeta, rohaniawan
room, biksu) (mis : ustad,
hidup meningkat. pendeta, room, biksu )
2. Perasaan takut menurun
3. Kemampuan beribadah membaik

- Yakinkan bahwa perawat - Klien percaya bahwa perawat


bersedia mendukung selama akan bersedia mendukung selama
masa ketidakberdayaan masa ketidakberdayaan
- Sediakan privasi dan waktu - Klien selalu menjaga privasi
tenang untuk aktivitas spiritual dan selalu ada waktu tenang
- Fasilitasi melakukan kegiatan untuk aktivitas spiritual
ibadah - Klien mampu melakukan
- Anjurkan metode relaksasi, ibadahnya
mediasi, dan imajinasi - Klien mampu melakukan metode
terbimbing relaksasi secara terbimbing
- Atur kunjungan dengan - Klien selalu bersedia menemui
rohaniawan (mis, ustad, pendeta, rohaniawan
room, biksu) (mis : ustad,
pendeta, room, biksu )
IV. IMPLEMENTASI
Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya adalah mencatat
intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi respons klien. Hal ini dilakukan
karena pencatatan akan lebih akurat bila dilakukan saat intervensi masih segar
dalam ingatan. Tulislah apa yang diobservasi dan apa yang dilakukan (Deswani,
2019). Implementasi yang merupakan kategori dari proses keperawatan adalah
kategori dari perilak keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. (Potter & Perry, 2018).

V. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat
dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi mengacu pada
penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab
mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal (Alfaro-Lefevre, 2014
dalam Deswani, 2019).
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai