Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DISTRES SPIRITUAL

OLEH KELOMPOK 5:

WULAN KOJO (711430120031)

GABRIELA LEIWAKABESSY (711430120032)

IRMAWATI SAMSUDIN (711430120033)

DEVINA LUTAM (711430120036)

EZRA RUMONDOR (711430120037)

GIFTA PONTOH (711430120038)

RAHAYU SOLANG (711430120039)

REXANTI LATIKENE (711430120040)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2022
BAB I

TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI

Distress spiritual adalah gangguan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan


makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, seni, music,
literature, alam, dan/atau kekuatan yang lebih besar dari pada diri sendiri (Bulechek, Butcher,
Dochterman, & Wagner, 2016).

Distress spiritual juga didefinisikan sebagai gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi
seluruh kehidupan seseorang yang diintegrasikan secara biologis dan psikososial (EGC,
2011). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa distress psiritual adalah kegagalan individu
menemukan arti atau kebermaknaan kehidupannya.

Distress spiritual adalah gangguan pada prinsip hidup yang meliputi aspek dari seseorang
yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis seseorang.(Wilkinson,Judith M., 2007:
490).

Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti
dan tujuan hidup seseorang dengan diri,orang lain,seni,musik,literature, alam dan kekuatan
yang lebih besr dari dirinya (NANDA,2005).

B. MEKANISME KOPING DISTRES SPIRITUAL

Menurut Mooss (1984) yang dikutip Brunner dan Suddarth menguraikan yang positif (Teknik
Koping) dalam menghadapi stress, yaitu:

1. Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri)

Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam


memanfaatkannya menghadapi stres yang disebabkan situasi dan lingkungan (Pearlin &
Schooler, 1978:5).

Karakterisik di bawah ini merupakan sumber daya psikologis yang penting, diantaranya
adalah:

a. Pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri)

Jenis ini bermanfaat dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana teori dari Colley’s looking-
glass self: rasa percaya diri, dan kemampuan untuk mengatasi masalah yg dihadapi.

b. Mengontrol diri sendiri

Kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri sendiri dan situasi (internal
control) dan external control (bahwa kehidupannya dikendalikan oleh keberuntungan, nasib,
dari luar) sehingga pasien akan mampu mengambil hikmah dari sakitnya (looking for silver
lining).
2. Rasionalisasi (Teknik Kognitif)

Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap stres dalam mencari arti
dan makna stres (neutralize its stressfull).Dalam menghadapi situasi stres, respons individu
secara rasional adalah dia akan menghadapi secara terus terang, mengabaikan, atau
memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah tersebut bukan sesuatu yang penting
untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir dengan sendirinya.Sebagaian orang berpikir
bahwa setiap suatu kejadian akan menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya.Sebagian lagi
menggantungkan semua permasalahan dengan melakukan kegiatan spiritual, lebih
mendekatkan diri kepada sang pencipta untuk mencari hikmah dan makna dari semua yang
terjadi.

3. Teknik Perilaku

Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam mengatasi situasi
stres.Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam menunjang
kesembuhannya.Misalnya pasien HIV akan melakukan aktivitas yang dapat membantu
peningkatan daya tubuhnya dengan tidur secara teratur, makan seimbang, minum obat anti
retroviral dan obat untuk infeksi sekunder secara teratur,tidur dan istirahat yang cukup, dan
menghindari konsumsi obat-abat yang memperparah keadan sakitnya.

C. ETIOLOGI DISTRES SPIRITUAL

Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :

a). Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik digunakan untuk melihat keadaan fisik pada klien. Pengkajian fisik biasanya
digunakan pada korban tindak penganiayaan, contohnya seperti abuse

b). Pengkajian Psikologis

Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri,
kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).

c). Pengkajian Sosial Budaya

Dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien (Spencer, 1998).

 Faktor Predisposisi

Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga
akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer
pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang.

Faktor predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan,okupasi,


posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.

 Faktor Prespitasi
a. Kejadian Stresfull

Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan tujuan


hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam
menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan Zat yang tinggi.

b. Ketegangan Hidup

Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual adalah
ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan
menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.

D. PATOFISIOLOGI

Kozier (2004) juga mengidentifikasi beberapa faktor yang berhubungan dengan distres
spiritual seseorang meliputi masalah-masalah fisiologis antara lain diagnosis penyakit
terminal, penyakit yang menimbulkan kecacatan atau kelemahan, nyeri,kehilangan organ atau
fungsi tubuh atau kematian bayi saat lahir, masalah terapi atau pengobatan antara lain anjuran
untuk transfusi darah, aborsi, tindakan pembedahan,amputasi bagian tubuh dan isolasi,
masalah situasional antara lain kematian atau penyakit pada orang-orang yang dicintai,
ketidakmampuan untuk melakukan praktek spiritual (Carpenitto, 2002 dalam Kozier et al,
2004).

E. KARAKTERISTIK

1.Hubungan dengan diri

a.Ungkapan kekurangan

1) Harapan
2) Arti dan tujuan hidup
3) Perdamaian/ketenangan

b.Penerimaan

c.Cinta

d.Memaafkan diri sendiri

e.Keberanian

1) Marah
2) Kesalahan
3) Koping yang buruk

2.Hubungan dengan orang lain

1) Menolak berhubungan dengan tokoh agama


2) Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
3) Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
4) Mengungkapkan pengasingan diri

3.Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam

1) Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan


musik, menulis)
2) Tidak tertarik dengan alam
3) Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan

4.Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya

1) Ketidakmampuan untuk berdoa


2) Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
3) Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
4) Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
5) Tiba-tiba berubah praktik agama
6) Ketidakmampuan untuk introspeksi
7) Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita

F. STRATEGI PELAKSANAAN DISTRES SPIRITUAL

Tindakan Psikoterapeutik

1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien

Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah agar pasien:

a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.


b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.
c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya.
d. Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau penyakit atau perubahan
spiritual dalam kehidupan.
e. Aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.
f. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

2. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.


b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.
c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap spiritual yang
diyakininya.
d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam
kehidupan.
e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama yang dianut
oleh pasien.
f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
g. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
h. Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan
spiritual lainnya.

G. TERAPI AKTIVITAS DISTRES SPIRITUAL

1. Psikofarmako

o Memberikan obat - obatan sesuai program pengobatan pasien.


o Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri.
o Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum.
o Mengukur vital sign secara periodik.

2. Manipulasi Lingkungan

o Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.


o Menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan spiritual.
o Melibatkan pasien dalam kegiatan spiritual secara berkelompok.

KASUS

Seorang wanita usia 26 tahun telah divonis dokter mengidap penyakit HIV AIDS. Perawat
melakukan pengkajian, ditemukan data bahwa klien menunjukkan perilaku banyak diam,
menolak aktivitas ibadah yang sebelumnya rutin diikuti. Klien mengatakan bahwa penyakit
yang Ia derita karena Tuhan marah dan mengutuknya akibat perilaku menyimpang yang Ia
lakukan selama ini. Klien merasa tidak ada yang memahami dirinya saat ini, klien marah
pada diri sendiri mengapa Ia melakukan kesalahan besar. Klien merasa hidup sudah tidak lagi
bermakna. Kepada perawat, klien mengaku kalua Ia tidak mampu berdoa karena merasa
Tuhan akan menolaknya.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Distres Spiritual (D.0003)


 Keputusasaan (D.0088)

INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI


(SDKI) HASIL (SLKI) (SIKI)
Distres Spiritual Status Spiritual (L.09091) Dukungan Spiritual (I.09276)
(D.0003) Tujuan: Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 3x24 o Identifikasi perasaan
jam terjadi peningkatan khawatiran
terhadap dukungan spiritual. rendah,kesepian dan
Kriteria Hasil: ketidakberdayaan.
1.Verbalisasi makna dan o Identifikasi pandangan
tujuan meningkat tentang hubungan antara
2.Verbalisasi kepuasan spiritual dan kesehatan.
terhadap makna hidup o Identifikasi harapan dan
meningkat kekuatan pasien.
3.Perilaku marah kepada o Identifikasi ketaatan
Tuhan menurun dalanm beragama
4.Kemampuan beribadah Terapeutik
membaik o Berikan kesempatan
mengekspresikan dan
meredakan marah secara
tepat.
o Yakinkan bahwa perawat
bersedia mendukung
selama masa
ketidakberdayaan
o Sediakan privasi dan
waktu tenang untuk
aktivitas spiritual
Edukasi
o Anjurkan berinteraksi
dengan keluarga,teman,
atau orang lain.
o Ajarkan metode relaksasi,
meditasi,dan imajinasi
terbimbing.
Kolaborasi
o Atur kunjungan dengan
rohaniawan
(Mis.Ustad,pendeta,
romo,biksu)

Keputusasaan Harapan (l.090608) Dukungan Emosional (I.09256)


(D.0088) Tujuan: Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 3x24 o Identifikasi fungsi marah,
jam masalah keprawatan frustasi, dan amuk bagi
keputusasaan teratasi. pasien
Kriteria Hasil: Terapeutik
1.Secara konsisten o Fasilitasi mengungkapkan
menunjukkan perasaan cemas, marah
mengungkapkan keyakinan atau sedih
2. Secara konsisten o Kurangi tuntutan berpikir
menunjukkan saat sakit atau lemah
mengungkapkan optimisme Edukasi
3.Secara konsisten o Jelaskan konsekuensi tidak
mununjukkan menghadapi rasa bersalah
mengungkapkan kedamian dan malu
batin o Anjurkan mengungkapkan
4. Secara konsisten perasaan
menunjukkan o Anjurkan mengungkapkan
mengungkapkan d pengalaman emosional
sebelumnya dan pola
respons yang biasa
dianjurkan
Kolaborasi
o Rujuk untuk konseling jika
perlu
SATUAN ACARA PENYULUHAN

DISTRES SPIRITUAL

OLEH KELOMPOK 5:

1. WULAN KOJO (711430120031)

2. GABRIELA LEIWAKABESSY (711430120032)

3. IRMAWATI SAMSUDIN (711430120033)

4. DEVINA LUTAM (711430120036)

5. EZRA RUMONDOR (711430120037)

6. GIFTA PONTOH (711430120038)

7. RAHAYU VAN SOLANG (711430120039)

8. REXANTI LATIKENE (711430120040)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Distres Spiritual

Sasaran : Pasien dan Keluarga

Tempat : RS

Waktu : 15 menit

Tanggal : 27 Agustus 2022

Metode : Ceramah & Tanya jawab

Media : Leafleat

A. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 15 menit, maka di harapkan pasien dan
keluarga dapat memahami dan menerapkan teori distress spiritual dalam
kehidupan sehari – hari.

b. Tujuan Khusus ;
Setelah mengikuti penyuluhan peserta di harapkan mampu :
- Mengetahuai definisi dari distress spiritual
- Dapat menyebutkan dan menjelaskan penyebab distress spiritual
- Dapat menyebutkan dan melakukan Kembali cara menangani situasi distress
spiritual

B. Garis Besar Teori


a. Pengertian
Gangguan pada keyakinan atau system nilai berupa kesulitan merasakan makna
dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan atau
Tuhan (PPNI_2016 : SDKI )

Distress spiritual adalah gangguan kemampuan untuk mengalami dan


mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri,
orang lain, seni, music, literature, alam, dan/atau kekuatan yang lebih besar dari
pada diri sendiri (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016).

b. Penyebab
Menurut (PPNI _2016 : SDKI)
- Menjelang ajal
- Kondisi penyakit
- Kematian orang terdekat
- Perubahan pola hidup
- Pengasingan diri
- Kesepian
- Pengasingan social
- Gangguan sosio-kultural
- Peningatan ketergantungan pada orang lain
- Kejadian hidup yang tidak di harapkan

c. Penanganan Distres Spiritual


Menurut (PPNI_2018 : SIKI ) Dukungan Spiritual (I.09276)
o Identifikasi perasaan khawatiran rendah,kesepian dan ketidakberdayaan.
o Identifikasi pandangan tentang hubungan antara spiritual dan kesehatan.
o Identifikasi harapan dan kekuatan pasien.
o Identifikasi ketaatan dalanm beragama
o Berikan kesempatan mengekspresikan dan meredakan marah secara tepat.
o Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa
ketidakberdayaan
o Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiritual
o Anjurkan berinteraksi dengan keluarga,teman, atau orang lain.
o Ajarkan metode relaksasi, meditasi,dan imajinasi terbimbing.
o Atur kunjungan dengan rohaniawan (Mis.Ustad,pendeta, room,biksu)

C. Pelaksanaan Kegiatan

NO Waktu Kegiatan Kegiatan Pemateri (Peserta)


Penyuluhan
1. 2 menit Pembukaan 1. Menyampaikan salam 1. Peserta merespon
2. Perkenalan diri dengan baik
3. Menjelaskan tujuan 2. Peserta
4. Kontrak Waktu menyetujui untuk
dilakukan
penyuluhan
2. 8 menit Pelaksanaan 1. Pemberian materi 1. Peserta mengikuti
- Menjelaskan definisi materi dengan baik
- menyebutkan dan
menjelaskan penyebab
distres spiritual
- Menyebutkan dan
menjelaskan penaganan
distres spiritual
3. 3 menit Evaluasi - Memberikan peserta untuk - 2 orang peserta
bertanya bertanya
- Memberikan pertanyaan - 3 orang dapat
kepada peserta mengevaluasi
Kembali pertanya
yang diberikan
- peserta dapat
memahami dan
melakukan tidakan
dalam penyuluhan
4. 2 menit Penutup 1. Mengucapkan terimakasi - Peserta merespon
2. Mengakhiri dengan dengan baik
salam

DAFTAR PUSTAKA
https://123dok.com/document/download/dzxjglvy?page=1

https://www.studocu.com/id/document/universitas-pembangunan-nasional-veteran
jakarta/nursing/makalah-distress-spiritual/29995211
SKENARIO INTERVENSI I

Keluarga : “selamat siang sus…”

Perawat : “selamat siang juga bu, apakah ada yang bisa saya bantu bu?”

Keluarga : “jadi anak saya ini sus, dia divonis mengidap HIV/AIDS. Sekarang dia lebih
banyak diam dan dia tidak mau lagi datang beribadah. Anak saya bilang Tuhan marah
padanya dan ini adalah kutukan dari Tuhan”

Klien : “saya merasa hidup saya sudah tidak lagi bermakna sus. Saya tidak mau
berdoa sus, Tuhan pasti akan tolak saya”

Perawat : “jadi saya ingin tanya kepada nona, apakah sebenarnya yang nona
khawatirkan?”

Klien : “saya didiagnosa menderita HIV/AIDS sus, saya sedih…”

Perawat : “jadi apakah dengan nona menderita HIV/AIDS artinya Tuhan sudah
menolak dan mengutuki nona?”

Klien : “iya sus..”

Perawat : “apakah nona tahu, Tuhan itu tidak marah. Jikalau nona berhubungan baik
dengan Tuhan seperti rajin berdoa dan beribadah maka Tuhan punya cara untuk selalu
menguatkan nona. Sekarang apakah nona percaya bahwa Tuhan mampu memberikan
kekuatan kepada nona? Apakah nona kuat untuk melalui cobaan ini?”

Klien : “saya belum ada di titik dimana saya merasa Tuhan akan menerima saya, sus.
Tapi saya akan selalu mencoba untuk tetap kuat”

Perawat : “baik nona. Nona bebas untuk marah tapi nona tidak boleh melakukan
kekerasan kepada orang lain maupun terhadap diri nona sendiri. Saya sebagai perawat
bersedia membantu nona untuk melalui masalah yang sedang nona alami. Saya menganjurkan
nona untuk lebih terbuka lagi kepada keluarga nona. Saya akan mengajarkan teknik napas
dalam kepada nona, mari ikuti saya”

Klien : “baik sus”


Perawat : “sebelumnya maaf saya ingin bertanya, nona beragama apa?”

Klien : “saya beragama kristen protestan suster”

Perawat : “baiklah, saya akan menghubungi pendeta terkait agar bisa mendampingi
nona juga untuk menyelesaikan masalah nona.”

Klien : “terima kasih suster”

Perawat : “sama-sama”

SKENARIO INTERVENSI II

Perawat : “selamat siang nona, saya ingin memberi tahu kepada nona, bahwa jika nona
tidak bisa menerima dan malu akan cobaan yang nona alami saat ini, maka sampai
selamanya nona akan terjebak dengan pemikiran nona sendiri. Nona akan terus hidup dengan
rasa bersalah.”

Klien : “iya suster”

Perawat : “saya menganjurkan nona untuk nona dapat mengungkapkan perasaan nona
tapi bukan dengan cara yang kasar. Contohnya jika nona sedih dan ingin menangis, nona
ceritakan saja kepada ibu. Bagaimana cara nona merespons kenyataan hidup nona saat ini,
haruslah nona jalani dan syukuri sebagaimana nona hidup sebelum divonis HIV/AIDS. Nona
hanya perlu ikhlas dan sabar dalam menjalani hidup. Apakah nona sudah mengerti?”

Klien : “iya saya sudah mengerti, terima kasih suster”

Perawat : “sama-sama “

Anda mungkin juga menyukai