DISTRES SPIRITUAL
OLEH KELOMPOK 5:
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Distress spiritual juga didefinisikan sebagai gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi
seluruh kehidupan seseorang yang diintegrasikan secara biologis dan psikososial (EGC,
2011). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa distress psiritual adalah kegagalan individu
menemukan arti atau kebermaknaan kehidupannya.
Distress spiritual adalah gangguan pada prinsip hidup yang meliputi aspek dari seseorang
yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis seseorang.(Wilkinson,Judith M., 2007:
490).
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti
dan tujuan hidup seseorang dengan diri,orang lain,seni,musik,literature, alam dan kekuatan
yang lebih besr dari dirinya (NANDA,2005).
Menurut Mooss (1984) yang dikutip Brunner dan Suddarth menguraikan yang positif (Teknik
Koping) dalam menghadapi stress, yaitu:
Karakterisik di bawah ini merupakan sumber daya psikologis yang penting, diantaranya
adalah:
Jenis ini bermanfaat dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana teori dari Colley’s looking-
glass self: rasa percaya diri, dan kemampuan untuk mengatasi masalah yg dihadapi.
Kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri sendiri dan situasi (internal
control) dan external control (bahwa kehidupannya dikendalikan oleh keberuntungan, nasib,
dari luar) sehingga pasien akan mampu mengambil hikmah dari sakitnya (looking for silver
lining).
2. Rasionalisasi (Teknik Kognitif)
Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap stres dalam mencari arti
dan makna stres (neutralize its stressfull).Dalam menghadapi situasi stres, respons individu
secara rasional adalah dia akan menghadapi secara terus terang, mengabaikan, atau
memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah tersebut bukan sesuatu yang penting
untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir dengan sendirinya.Sebagaian orang berpikir
bahwa setiap suatu kejadian akan menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya.Sebagian lagi
menggantungkan semua permasalahan dengan melakukan kegiatan spiritual, lebih
mendekatkan diri kepada sang pencipta untuk mencari hikmah dan makna dari semua yang
terjadi.
3. Teknik Perilaku
Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam mengatasi situasi
stres.Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam menunjang
kesembuhannya.Misalnya pasien HIV akan melakukan aktivitas yang dapat membantu
peningkatan daya tubuhnya dengan tidur secara teratur, makan seimbang, minum obat anti
retroviral dan obat untuk infeksi sekunder secara teratur,tidur dan istirahat yang cukup, dan
menghindari konsumsi obat-abat yang memperparah keadan sakitnya.
Pengkajian fisik digunakan untuk melihat keadaan fisik pada klien. Pengkajian fisik biasanya
digunakan pada korban tindak penganiayaan, contohnya seperti abuse
Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri,
kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).
Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga
akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer
pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang.
Faktor Prespitasi
a. Kejadian Stresfull
b. Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual adalah
ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan
menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.
D. PATOFISIOLOGI
Kozier (2004) juga mengidentifikasi beberapa faktor yang berhubungan dengan distres
spiritual seseorang meliputi masalah-masalah fisiologis antara lain diagnosis penyakit
terminal, penyakit yang menimbulkan kecacatan atau kelemahan, nyeri,kehilangan organ atau
fungsi tubuh atau kematian bayi saat lahir, masalah terapi atau pengobatan antara lain anjuran
untuk transfusi darah, aborsi, tindakan pembedahan,amputasi bagian tubuh dan isolasi,
masalah situasional antara lain kematian atau penyakit pada orang-orang yang dicintai,
ketidakmampuan untuk melakukan praktek spiritual (Carpenitto, 2002 dalam Kozier et al,
2004).
E. KARAKTERISTIK
a.Ungkapan kekurangan
1) Harapan
2) Arti dan tujuan hidup
3) Perdamaian/ketenangan
b.Penerimaan
c.Cinta
e.Keberanian
1) Marah
2) Kesalahan
3) Koping yang buruk
Tindakan Psikoterapeutik
Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah agar pasien:
2. Tindakan Keperawatan
1. Psikofarmako
2. Manipulasi Lingkungan
KASUS
Seorang wanita usia 26 tahun telah divonis dokter mengidap penyakit HIV AIDS. Perawat
melakukan pengkajian, ditemukan data bahwa klien menunjukkan perilaku banyak diam,
menolak aktivitas ibadah yang sebelumnya rutin diikuti. Klien mengatakan bahwa penyakit
yang Ia derita karena Tuhan marah dan mengutuknya akibat perilaku menyimpang yang Ia
lakukan selama ini. Klien merasa tidak ada yang memahami dirinya saat ini, klien marah
pada diri sendiri mengapa Ia melakukan kesalahan besar. Klien merasa hidup sudah tidak lagi
bermakna. Kepada perawat, klien mengaku kalua Ia tidak mampu berdoa karena merasa
Tuhan akan menolaknya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
DISTRES SPIRITUAL
OLEH KELOMPOK 5:
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Tempat : RS
Waktu : 15 menit
Media : Leafleat
A. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 15 menit, maka di harapkan pasien dan
keluarga dapat memahami dan menerapkan teori distress spiritual dalam
kehidupan sehari – hari.
b. Tujuan Khusus ;
Setelah mengikuti penyuluhan peserta di harapkan mampu :
- Mengetahuai definisi dari distress spiritual
- Dapat menyebutkan dan menjelaskan penyebab distress spiritual
- Dapat menyebutkan dan melakukan Kembali cara menangani situasi distress
spiritual
b. Penyebab
Menurut (PPNI _2016 : SDKI)
- Menjelang ajal
- Kondisi penyakit
- Kematian orang terdekat
- Perubahan pola hidup
- Pengasingan diri
- Kesepian
- Pengasingan social
- Gangguan sosio-kultural
- Peningatan ketergantungan pada orang lain
- Kejadian hidup yang tidak di harapkan
C. Pelaksanaan Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
https://123dok.com/document/download/dzxjglvy?page=1
https://www.studocu.com/id/document/universitas-pembangunan-nasional-veteran
jakarta/nursing/makalah-distress-spiritual/29995211
SKENARIO INTERVENSI I
Perawat : “selamat siang juga bu, apakah ada yang bisa saya bantu bu?”
Keluarga : “jadi anak saya ini sus, dia divonis mengidap HIV/AIDS. Sekarang dia lebih
banyak diam dan dia tidak mau lagi datang beribadah. Anak saya bilang Tuhan marah
padanya dan ini adalah kutukan dari Tuhan”
Klien : “saya merasa hidup saya sudah tidak lagi bermakna sus. Saya tidak mau
berdoa sus, Tuhan pasti akan tolak saya”
Perawat : “jadi saya ingin tanya kepada nona, apakah sebenarnya yang nona
khawatirkan?”
Perawat : “jadi apakah dengan nona menderita HIV/AIDS artinya Tuhan sudah
menolak dan mengutuki nona?”
Perawat : “apakah nona tahu, Tuhan itu tidak marah. Jikalau nona berhubungan baik
dengan Tuhan seperti rajin berdoa dan beribadah maka Tuhan punya cara untuk selalu
menguatkan nona. Sekarang apakah nona percaya bahwa Tuhan mampu memberikan
kekuatan kepada nona? Apakah nona kuat untuk melalui cobaan ini?”
Klien : “saya belum ada di titik dimana saya merasa Tuhan akan menerima saya, sus.
Tapi saya akan selalu mencoba untuk tetap kuat”
Perawat : “baik nona. Nona bebas untuk marah tapi nona tidak boleh melakukan
kekerasan kepada orang lain maupun terhadap diri nona sendiri. Saya sebagai perawat
bersedia membantu nona untuk melalui masalah yang sedang nona alami. Saya menganjurkan
nona untuk lebih terbuka lagi kepada keluarga nona. Saya akan mengajarkan teknik napas
dalam kepada nona, mari ikuti saya”
Perawat : “baiklah, saya akan menghubungi pendeta terkait agar bisa mendampingi
nona juga untuk menyelesaikan masalah nona.”
Perawat : “sama-sama”
SKENARIO INTERVENSI II
Perawat : “selamat siang nona, saya ingin memberi tahu kepada nona, bahwa jika nona
tidak bisa menerima dan malu akan cobaan yang nona alami saat ini, maka sampai
selamanya nona akan terjebak dengan pemikiran nona sendiri. Nona akan terus hidup dengan
rasa bersalah.”
Perawat : “saya menganjurkan nona untuk nona dapat mengungkapkan perasaan nona
tapi bukan dengan cara yang kasar. Contohnya jika nona sedih dan ingin menangis, nona
ceritakan saja kepada ibu. Bagaimana cara nona merespons kenyataan hidup nona saat ini,
haruslah nona jalani dan syukuri sebagaimana nona hidup sebelum divonis HIV/AIDS. Nona
hanya perlu ikhlas dan sabar dalam menjalani hidup. Apakah nona sudah mengerti?”
Perawat : “sama-sama “