Ners Reguler
711430120032
A. DEFINISI
Hipokalemia adalah suatu kondisi ketika kadar kalium dalam peredaran darah
seseorang lebih rendah daripada normal, yaitu di bawah 3,5 mEq/L. Seperti diketahui,
elektrolit memiliki fungsi yang sangat penting dalam tubuh. Kalium atau potassium
adalah salah satu dari banyak elektrolit di dalam tubuh. Hampir semua kalium (98
persen) terdapat di dalam sel tubuh dan sisanya berada pada serum atau peredaran
darah.
Kalium berperan dalam membawa sinyal listrik untuk sel tubuh termasuk sel otot dan
saraf, berperan dalam kontraksi otot termasuk otot jantung, serta berperan dalam
regulasi tekanan darah. Jika kadar kalium dalam tubuh berlebihan, ginjal akan
mengendalikan keseimbangan kalium dalam tubuh, dengan mengeluarkannya lewat
urine. Kadar kalium yang berada di bawah angka 2,5 mEq/L, dapat berakibat fatal.
B. FAKTOR RISIKO
- Mengonsumsi obat diuretic
- Mengalami diare atau muntah parah
- Malnutrisi
C. PENYEBAB
Penyebab utama hipokalemia adalah tubuh yang kehilangan kalium. Kondisi ini dapat
terjadi ketika seseorang mengalami:
- Konsumsi obat-obatan yang membuat penderita sering buang air kecil, seperti
obat diuretik. Ini menjadi penyebab paling umum dari hipokalemia.
- Muntah-muntah
- Diare kronis
- Ginjal atau kelenjar adrenal yang tidak berfungsi dengan baik
- Penyakit lain, seperti sindrom Cushing atau penyakit ginjal;
- Terlalu banyak berkeringat
Asupan kalium yang tidak terjaga dengan baik juga bisa menjadi penyebab
hipokalemia. Misalnya karena:
- Terlalu banyak mengonsumsi alcohol
- Mengonsumsi beberapa jenis obat antibiotic
- Mengonsumsi obat asma
- Asupan asam folat yang kurang
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis hipokalemia dapat dipastikan dengan wawancara mengenai gejala dan
riwayat penyakit yang diderita, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.
Beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang dianjurkan melputi:
- Tes darah untuk menilai kadar kalium dalam tubuh.
- Tes urine untuk menilai apakah pasien kehilangan terlalu banyak kalium atau
tidak saat buang air kecil.
- Elektrokardiogram (EKG) untuk memeriksa irama jantung. Pasalnya, hipokalemia
yang parah dapat memicu aritmia.
E. PENANGANAN
- Memberikan obat diare atau anti-muntah apabila penyebab hipokalemia adalah
diare ataupun terlalu sering muntah.
- Mengganti obat-obatan dengan obat-obatan sejenis yang tidak menyebabkan
hipokalemia
- Mengonsumsi makanan tinggi kalium, antara lain pisang, jeruk, stoberi, kiwi,
alpukat, dan persik
- Menghindari penggunaan obat diuretik dan laksatif secara berlebihan atau tanpa
pengawasan dokter
- Menghindari penggunaan suplemen kalium sendiri tanpa pengawasan dokter
G. PATHWAY
H. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi kondisi hipokalemia berkaitan dengan peran utama kalium dalam tubuh.
Kalium merupakan kation intraseluler yang terbanyak dan esensial dalam kehidupan
karena berkaitan dengan regulasi sel dan beberapa proses seluler. Kadar kalium total
dan distribusi kalium melalui sel membran berkaitan dengan fungsi sel secara normal,
terutama saraf dan sel otot.
Keseimbangan kadar kalium normal diregulasi oleh pompa ion spesifik, secara primer
oleh seluler, membrane-bound, dan pompa ATPase Natrium Kalium; serta kadarnya
dipertahankan dalam rentang yang sempit yakni antara 3,5 – 5,3 mEq/L. Kadar
kalium dalam darah dicapai dengan keseimbangan antara asupan dan ekskresi serta
distribusi antara kompartemen intraseluler dan ekstraseluler[2,4,5]
Ginjal dapat beradaptasi terhadap perubahan asupan kalium baik secara akut maupun
kronis. Apabila asupan kalium secara kronis tinggi, ekskresi kalium akan meningkat.
Dalam kondisi penyakit ginjal kronis, ginjal masih mampu mempertahankan
keseimbangan kalium hingga laju filtrasi glomerulus mencapai kurang dari 15-20 mL/
menit. Pada kondisi gagal ginjal yang berat, proporsi kalium yang diekskresi melalui
saluran cerna akan meningkat. Kolon menjadi lokasi utama regulasi ekskresi dari
kalium. Oleh karena itu, kadar kalium dapat dipertahankan tetap normal walaupun
dengan kondisi insufisiensi ginjal.[2]
Distribusi Kalium
Kalium merupakan kation utama dalam intrasel sehingga kadar kalium serum
merupakan indikator yang buruk untuk mengetahui simpanan kadar kalium dalam
tubuh. Kalium dapat menembus membran sel dengan mudah, sehingga kadar kalium
serum menunjukkan perpindahan kalium antar kompartemen intrasel dan ekstrasel.
Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi kalium antar ruang intrasel dan
ekstrasel adalah adanya hormon glukoregulasi (insulin meningkatkan masuknya
kalium ke dalam sel sedangkan glukagon mengganggu kemampuan kalium masuk ke
dalam sel).
A. PENGKAJIAN (19/10/2021)
Keluhan Utama:
Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah lebih dari 2 hari. Klien mengatakan
pernah dirawat di rumah sakit karena sakit asam lambung (dyspepsia).
a. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Pasien mengatakan asam lambungnya kambuh sehingga muntah 2-3 kali per
hari selama 2 hari.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Ny S mengatakan hal-hal yang memperbaiki keadaan yaitu dengan meminum
obat yang diberikan dokter dan dukungan keluarga.
b. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Ny. S merasakan nyeri pada bagian ulu hati seperti ditekan/ditusuk-tusuk.
2. Bagaimana dilihat
Pasien terlihat tampak menahan rasa sakit.
c. Region
1. Dimana lokasinya
Pada bagian ulu hati
2. Apakah menyebar
Tidak menyebar, hanya di bagian ulu hati saja.
d. Severity
Penyakit yang diderita klien mengganggu sebagian aktivitas klien karena hampir
semua aktivitas klien dilakukan di tempat tidur dan dibantu oleh keluarga klien
karena proses penyakit yang dialami.
e. Time
Tidak berlangsung lama, terkadang hilang dalam jangka waktu yang singkat.
a. Orang tua
Ibu Ny. S memiliki riwayat penyakit hipertensi.
b. Saudara kandung
Tidak ada riwayat penyakit
c. Penyakit keturunan yang ada
Diabetes
Hubungan sosial
Spiritual
Status Mental
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Tekanan darah 100/80
Suhu 36,6
Respirasi 20x/menit
Nadi 72x/menit
Head to toe
Bentuk kepala Oval dan simetris
Kulit kepala Bersih
Warna kulit Sawo matang
Pupil Isokhor
Kornea dan iris Transparan dan jernih
Tulang hidung dan posisi septum nasi Tulang hidung tepat pada garis tubuh
simetris
Lubang hidung Simetris dan bersih
Cuping hidung Tidak ada gerakan cuping hidung
Bentuk telinga Normal dan simetris
Ukuran telinga Normal
Lubang telinga Lubang telinga dalam keadaan bersih
Ketajaman pendengaran pasien dapat mendengar dengan baik
Keadaan bibir Mukosa lembab
Keadaan gusi dan gigi baik, tidak ada perdarahan
Orofaring tidak ada peradangan
Posisi trakea Tepat pada garis sumbu tubuh
Thyroid tidak ada pembesaran thyroid
Suara pengucapan suara jelas dan keras
Kelenjar limfe tidak ada pembesaran
Vena jugularis tidak ada pembesaran
Denyut nadi karotis denyut nadi teraba
Turgor kulit tugor kulit kembali cepat
Kelainan pada kulit tidak ada kelainan pada kulit
Inspeksi thoraks normal dan pergerakan simetris
Palpasi getaran suara Merata
Perkusi paru Resonan
Auskultasi paru Vesikuler
Inspeksi jantung tidak ada pembengkakan
Palpasi jantung tidak ada nyeri tekan
Perkusi jantung suara dullnes
Auskultasi jantung tidak terdengar suara abnormal pada
jantung
Inspeksi abdomen simetris, bentuk datar, dan tidak ada massa
Auskultasi abdomen Tidak dilakukan
Palpasi abdomen Tidak ada nyeri tekan
Genitalia Normal
Anus dan perineum Tidak ada kelainan pada anus dan perineum
POLA ELIMINASI
BAB
Pola BAB 1-2 x /hari
Karakter feses lembek dan coklat
Riwayat perdarahan tidak ada riwayat
pendarahan
BAB terakhir pagi tadi
Diare tidak
Penggunaan laksatif tidak ada
BAK
Pola BAK BAK sedikit sekali dengan
frekuensi urine 30 ml/ 7jam
Karakter Urine Kuning keruh
Riwayat penyakit ginjal pasien mengalami penyakit
gagal ginjal kronik
Penggunaan dieuretik tidak ada
Upaya mengatasi masalah asupan cairan harus dibatasi
untuk mengurangi kerja ginjal pasien
POLA KEGIATAN
BAB
Pola BAB 1-2 x /hari
Karakter feses lembek dan coklat
Riwayat perdarahan tidak ada riwayat
pendarahan
BAB terakhir pagi tadi
Diare Tidak
Penggunaan laksatif tidak ada
POLA BAK
BAK
Pola BAK BAK sedikit sekali dengan
frekuensi urine 30 ml/ 7jam
Karakter Urine Kuning keruh
Kesulitan BAK pasien kesulitan BAK
Riwayat penyakit ginjal pasien mengalami penyakit
gagal ginjal kronik
Penggunaan dieuretik tidak ada
Upaya mengatasi masalah asupan cairan harus dibatasi
untuk mengurangi kerja ginjal pasien
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan I :
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan retensi urine. Ditandai
dengan pasien sulit BAK dan terdapat edema derajat 2 pada bagian kaki.
2. Diagnosa Keperawatan II :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah. Ditandai dengan pasien sulit makan, tampak mual saat
diberikan makan melalui NGT, BB turun dari 66 kg menjadi 65 kg.
INTERVENSI