Anda di halaman 1dari 13

SMALL GROUP DISCUSSION (SGD)

KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN ATRESIA DUCTUS HEPATICUS DAN JUVANILE DIABETES
DALAM KONTEKS KELUARGA

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Muhammad Hasan 1610913310024
Elfinda Leman 1710913720003
An-Nisa Kamilah Humaira 1910913120001
Fajrian Nor 1910913310003
Hendita Ristania 1910913320017
Idza Nur Rayyan Ukhti Sholehah 1910913220032
Khofifah Erga Salsabila 1910913120002
Muhammad Muzakir 1910913210022
Muhammad Noor 1910913310005
Rena Noviana 1910913220014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
1. Patofisiologi Diabetes Melitus Pada Anak
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu: Periode pra-diabetes, Periode
manifestasi klinis diabetes, Periode honey-moon dan Periode ketergantungan
insulin yang menetap.
a. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru
ada proses destruksi sel β-pankreas. Predisposisi genetik tertentu
memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai
berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel β-pankreas yang
berfungsi. Kadar C-peptide mulai menurun. Pada periode ini autoantibodi
mulai ditemukan apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium.
b. Periode manifestasi klinis
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul. Pada periode ini sudah
terjadi sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena sekresi insulin
sangat kurang, maka kadar gula darah akan tinggi/meningkat. Kadar gula
darah yang melebihi 180 mg/dl akan menyebabkan diuresis osmotik.
Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan dan
elektrolit melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi). Karena gula darah
tidak dapat di-uptake ke dalam sel, penderita akan merasa lapar
(polifagi), tetapi berat badan akan semakin kurus. Pada periode
ini penderita memerlukan insulin dari luar agar gula darah di-uptake ke
dalam sel.
c. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode
ini sisa- sisa sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi
insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan insulin dari luar
tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg berat badan/hari.
Namun periode ini hanya berlangsung sementara, bisa dalam hitungan
hari ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi pada orang tua bahwa
periode ini bukanlah fase remisi yang menetap.
d. Periode ketergantungan insulin yang menetap
Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode
ini penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur
hidupnya.

2. Anatomi Tubuh Yang Terlibat Pada Penyakit Diabetes Pada Anak


Diabetes melitus merupakan penyakit penyerta dengan berbagai
gangguan metabolik dan psikologis yang ditandai dengan tingginya kadar
glukosa darah akibat gangguan ketersediaan insulin dalam tubuh. Glukosa
bekerja sebagai bahan bakar untuk menyediakan energi untuk semua aktivitas
fisik sedangkan pada diabetes tipe 1, sel beta di pankreas menjadi tidak dapat
membuat insulin karena penyakit autoimun, akibatnya tidak ada insulin untuk
mengubah glukosa yang mengarah ke tingkat energi yang rendah dan
metabolisme lainnya. gangguan. Penyakit ini juga disebut diabetes remaja
karena biasanya mulai muncul di masa kanak-kanak, yang tidak dapat
dikendalikan tetapi dapat dikelola dengan diagnosis dan perawatan yang tepat
waktu.Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak-anak karena
kerusakan sel β (beta) (WHO, 2014). Canadian Diabetes Association (CDA)
2013 juga menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga karena proses
autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1
rentan terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan
diabetes tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun di
negara berkembang.
Atresia bilier adalah penyakit hati pada neonatus yang ditandai dengan
obstruksi, obliterasi, serta fibrosis duktus biliaris ekstrahepatik yang progresif.
Bayi dengan atresia bilier umumnya akan mengalami ikterus saat usia 3-6
minggu. Cairan empedu yang telah diproduksi tidak dapat mengalir dengan
baik ke intestinal sehingga terakumulasi di hepar dan menyebabkan inflamasi
hepar yang progresif, bahkan sampai dengan sirosis hepatis. Secara singkat,
patogenesis atresia bilier berawal dari adanya faktor lingkungan (toksin atau
virus) yang dapat menginduksi kerusakan duktus biliaris, kemudian diikuti
dengan proses autoimun serta proses inflamasi yang berlebihan pada duktus
biliaris, dan berakhir dengan sirosis hepatis karena adanya kerusakan duktus
yang progresif serta obstruksi duktus.
Obstruksi duktus bilier menyebabkan terjadinya sumbatan aliran
bilirubin yang sudah terkonjugasi sehingga terjadi akumulasi bilirubin
terkonjugasi pada proksimal obstruksi. Lama-kelamaan, bilirubin direk yang
seharusnya mengalir melewati duktus ekstrahepatik “tertahan” dan
“bertumpuk” pada bagian proksimal dari sumbatan. Bilirubin direk akhirnya
berdifusi melewati tight junction ke kapiler darah dan kemudian masuk ke
dalam aliran darah sistemik. Hal ini menyebabkan terjadinya manifestasi
ikterus, warna kecoklatan pada urine, feses seperti dempul.
Japanese Association of Pediatric Surgeons membagi atresia bilier
menjadi tiga kelompok utama berdasarkan anatomi dan derajat obstruksi bilier,
yaitu :
- Tipe I (atresia bilier distal): mengenai duktus biliaris komunis, sedangkan
kantung empedu dan duktus hepatik masih paten.
- Tipe II (atresia bilier proksimal): atresia pada duktus hepatikum, namun
bagian proksimal duktus intrahepatik tetap paten namun dapat membentuk
struktur kista pada porta hepatika.
- Tipe IIa: kantung empedu dan duktus biliaris komunis ada dan paten
- Tipe IIb: kantung empedu, duktus biliaris komunis, dan duktus hepatika
seluruhnya mengalami obliterasi.
- Tipe III (“complete”): obliterasi duktus biliaris intrahepatik dan seluruh
ekstrahepatik.

3. Pengkajian Pada Kasus Individu dan Keluarga


A. Identitas Pasien
Nama: An.X
Umur: 13 tahun
Jenis kelamin: Laki-laki
Tanggal pengkajian dan diagnosa medis: 18 Februari 2017
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Anak merasakan sakit pada bagian kaki.
2. Riwayat penyakit sekarang
Anak menderita diabetes sejak usia sangat dini, sering buang air
kecil, nafsu makan meningkat dan haus. Diabetes yang diderita klien
adalah efek samping (atau kombinasi yang salah) dari obat antipiretik
yang diresepkan pada usia tiga tahun.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengungkapkan bahwa diabetes tipe -1 ditemukan pada saat
usia 3,5 tahun ketika dirawat di rumah sakit di lingkungan lokal
dengan keluhan demam tinggi dan diobati dengan antipiretik tetapi
hasil tesnya keluar dengan diabetes yang dibiarkan tanpa gejala. Hasil
pengamatan oleh orang tuanya dengan gejala 4T yang serupa dan
dibawa ke klinik di mana ia diberi suntikan insulin bersama dengan
obat antidiabetes.
4. Riwayat kesehatan keluarga.
Anak laki-laki dilahirkan melalui operasi dan dalam riwayat
keluarganya neneknya (dari pihak ayah) juga menderita diabetes.
Orang tua dan saudara kandung pasien tidak menderita diabetes.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas / istrahat.
Denyut nadi lemah pada ekstremitas bawah kanan. Ditandai edema
jaringan lunak dan selulitis terlihat atas kaki kanan.
2. Sirkulasi
Nadi femoralis teraba & nadi femoralis dan poplitea lemah. Denyut
nadi lemah pada ekstremitas bawah kanan. Klien mengalami episode
emboli yang melibatkan kedua pembuluh darah infrapoplitea. Rt.
Arteri femoralis komunis, superfisial distal arteri femoralis, arteri
poplitea, arteri tibialis anterior dan posterior tidak menunjukkan bukti
pembentukan plak atau oklusi.
3. Pernapasan
Vena portal tampak kuat dengan aliran normal pola dan variasi
pernapasan.
4. Neurosensori
Pasien hampir stabil.
5. Nyeri / Kenyamanan
Sakit dibagian kaki.
6. Keamanan
Demam tinggi.
7. Eliminasi
Perubahan pola berkemih (sering buang air kecil). Temuan pencitraan
di aorta perut konsisten dengan trombo-emboli. Cacat terlihat pada
aorta perut. Tingkat oklusi parsial arteri ginjal konsisten emboli
trombosis.
8. Integritas Ego
Stress, ansietas, penurunan harga diri
9. Makanan / Cairan
Nafsu makan meningkat dan haus.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Laboratorium
- Hb-8.0 (Hb A/C -15.6)
- TLC-15.6 (N- 80, L-17)
- PLAT. – 498000 BP antara 98TH dan 99TH
- Na+ 134, K+ 4.3, Cl- 100, Ca+ 8.8
- ANA –ve, ASMA –ve, AMA –ve Kadar Protein C&S dan
Antithrombin III normal
2. Hasil USG
- Ukuran 13,2 cm normal dalam ukuran, tekstur dan ekogenisitas
dengan margin teratur.
- Tidak ada bukti adanya massa, kista atau generalisata infiltrasi.
- Saluran intrahepatik tidak melebar
- Vena portal: 0,6 cm
- Kandung empedu: dinding normal. tidak ada batu atau
pertumbuhan yang terlihat
- Pankreas: menunjukkan tekstur gema yang homogen.
- Tidak ada massa atau pelebaran saluran yang dicatat.
- Limpa: berukuran 8,3 cm ukuran normal.
- Tidak ada massa fokal atau infiltrasi umum.
- Kedua ginjal: tampak normal dalam ukuran, bentuk dan tekstur
dengan batas teratur.
- CMO tampak utuh.
- Tidak ada bukti kalkulus hidronefrosis
- Tidak ada bukti adanya kista, massa atau generalisata infiltrasi.
- Kandung Kemih: dinding normal. Tidak ada batu atau
pertumbuhan yang terlihat
3. Doppler Ultrasound
Sonografi Dupleks Warna Arteri Dan Vena Kaki kanan:
- Rt. Arteri femoralis komunis, superfisial distal arteri femoralis,
arteri poplitea, arteri tibialis anterior dan posterior tidak
menunjukkan bukti pembentukan plak atau oklusi.
- Rt. Vena femoralis komunis, vena poplitea dan vena dalam di
betis yang paten. Tidak ada bukti trombus di vena ini. Vena
bersifat kompresibel. Augmentasi dicatat pada tekanan distal.
- Tidak ada pembentukan plak atau oklusi yang terlihat pada arteri
kaki kanan.
- Tidak ada bukti trombosis vena dalam di sebelah kanan RANGE
kaki.
- Tidak ada aliran yang dicatat dalam arteri Dorsalis pedis dan
pembuluh darah kecil di kaki kanan.
- Ditandai edema jaringan lunak dan selulitis terlihat atas kaki
kanan. CT Angiogram disarankan.
- Tidak ada bukti pasti dari efusi sendi atau koleksi dicatat.

4. Rumusan Masalah Keperawatan


Terdapat beberapa masalah keperawatan yang muncul pada klien di kasus
(Penatalaksanaan Diabetes Tipe-1 Pediatrik; Studi kasus), yaitu sebagai
berikut:
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan, dan aktivitas
jasmani.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nadi femoralis teraba & nadi
femoralis dan poplitea lemah, dan pada kaki pasien sudah berubah menjadi
gangrene.

5. Perencanaan atau Tindakan Kolaboratif dan Mandiri Perawat


Ada beberapa komponen dalam melakukan perencanaan DM
1. Diet
Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai diet yang tepat untuk pasien
a. Menyarankan pengidap DM untuk melakukan diet dengan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan.
b. Menjadwalkan diet ketat.
Pasien DM diperlukan jadwal makan yang teratur, agar terkendali gula
darahnya. Jadwal makan itu yaitu makan pagi, makan siang, makan
malam dan snack antara makan besar. Makan satat lapar porsinya
biasanya lebih besar diibandingkan makanan sebelum lapar. Karena
itu pasien DM dianjurkan makan sebelum lapar. Jumlah kalori diet
DM sesuai dengan status gizi pasie, berkisah antara 110 – 2500 kalori
c. Merekomendasikan jenis makanan yang boleh dimakan dan tidak
boleh dimakan.
Banyak yang beranggapan bahwa penderita DM harus makan
makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan
utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas normal.
Untuk itu sangat penting bagi kita terutama penderita DM untuk
mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah.
d. Libatkan keluarga pasien pada pengawasan diet
2. Menjadwalkan Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake).
2) Mencegah kegemukan.
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen.
4) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
merangsang pembentukan glukosa baru.
5) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
3. Melakukan Penyuluhan
Penyuluhan yang diberikan adalah pemahaman tentang perjalanan
penyakit, pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi yang ditimbulkan
dan resikonya, intervensi obat dan pemantauan glukosa darah, cara
mengatasi hipoglikemi, olahraga yang teratur dan cara menggunakan
fasilitas kesehatan. Perencanaan diet yang tepat yaitu cukup asupan kalori,
protein, lemak, mineral dan serat. Ajarkan pasien untuk dapat mengontrol
gula darah untuk mencegah komplikasi dan mampu merawat diri sendiri.
Penyuluhan tentang DM dapat menggunakan media leaflet, poster, TV,
video, diskusi kelompok, atau alat peraga lain yang dapat digunakan media
untuk penyuluhan.
4. Kolaborasi pemberian terapi obat dan insulin
Insulin adalah hormone alami yang dikeluarkan oleh pankreas.
Insulin dibutuhkan oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan
glukosa darah (gula darah), dari glukosa, sel membuat energy yang
dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya. Pasien diabetes mellitus
(kencing manis) tidak memiliki kemampuan untukmengambil dan
menggunakan gula darah, sehingga kadar gula darah meningkat. Pada
diabetes tipe I, pancreas tidak dapat memporduksi insulin. Sehingga
pemberian insulin diperlukan.
Pemilihan tipe insulin tergantung pada beberapa factor, yaitu : 1.
Respon tubuh individu terhadap insulin (berapa lama menyerap insulin ke
dalam tubuh dan tetap aktif di dalam tubuh sangat bervariasi dari setiap
individu) 2. Pilihan gaya hidup seperti : jenis makanan, berapa banyak
konsumsi alcohol, berapa sering berolah raga, yang semuanya
mempengaruhi tubuh untuk merespon insulin. 3. Berapa banyak suntikan
per hari yang ingin dilakukan. 4. Berapa sering melakukan pengecekan
kadar gula darah. 5. Usia 6. Target pengaturan gula darah. Pada table
didiskripsikan berbagai insulin dan cara kerjanya dalam tubuh. Sebagai
keterangan, insulin injeksi dengan data; onset (lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk insulin mencapai darah dan mulai menurunkan kadar
gula darah, peak (periode waktu dimana insulin paling efektif menurunkan
gula darah) dan duration (berapa lama insulin terus menurunkan kadar gula
darah). Ketiga factor ini mungkin bervariasi, tergantung respon tubuh
seseorang. Kolom terakhir menjelaskan bagaimana hubungan jenis insulin
dengan waktu makan.
5. Kolaborasi pemeriksaan gula darah
6. Olah Raga
Dengan olahraga teratur sensitivitas sel terhadap insulin menjadi lebih
baik, sehingga insulin yang ada walaupun relative kurang, dapat dipakai
dengan lebih efektif. Lakukan olahraga 1-2 jam sesudah makan terutama
pagi hari selama ½-1 jam perhari minimal 3 kali/minggu.

6. Pendidikan Kesehatan untuk Klien dan Keluarga


a. Edukasi
Dalam hal ini tim kesehatan akan mendampingi pasien dalam
melakukan diet nutrisi untuk penderita diabetes. Upaya edukasi dilakukan
guna untuk meningkatkan motivasi dari pasien agar memiliki perilaku
hidup sehat. Selain itu untuk mendukung usaha pasien dalam menghadapi
perjalanan penyakit yang di deritanya. Edukasi pada penyandang diabetes
meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki, ketaatan pengunaan
obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan aktifitas fisik, dan
mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.
b. Perawatan Luka
Jelaskan bahwa penatalaksanaan kaki diabetik difokuskan untuk
mencegah dan menghindari amputasi ekstremitas bawah. Lebih dari 90%
ulkus akan sembuh apabila diterapi secara komprehensif dan
multidisipliner, dengan menghilangkan/mengurangi tekanan beban
(offloading), menjaga luka agar selalu lembab (moist), penanganan infeksi,
debridemen, revaskularisasi yang sesuai dengan indikasi (Wijornako,
2009).
c. Mengenai Pengobatan
Terapi gizi medis: menyeimbangkan kebutuhan makanan yang
seimbang dengan kondisi tubuh pasien, mengatur jadwal makan, jenis
makanan dan jumlahnya. Perawat bekerjasama dengan tim gizi di rumah
sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien.
d. Latihan Jasmani/Olahraga
Bagi pasien dengan DM harus melakukan aktivitas fisik secara
teratur 3-4 kali dalam seminggu dengan durasi kurang lebih 30 menit
anjurkan untuk olahraga yang ringan saja misal berjalan kecil di tempat.
e. Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis ini juga penting dilakukan pada pasien DM,
selain dengan mengatur pola makan dan olahraga ada beberapa obat yang
dapat diberikan pada pasien DM. Misalnya yaitu obat yang memicu
insulin. Terdapat juga terapi insulin yang digunakan untuk mengontrol
kadar gula darah. Terapi insulin ini diberikan dengan cara menginjeksi
penderita yang kehilangan berat badan secara drastis. Jenis dari insulin ini
diantara lain:
1. Insulin kerja cepat, yaitu regular insulin, cristalin zinz dan semilente.
2. Insulin kerja sedang, yaitu NPH (Netral Protamine Hagerdon),
globinzinc, lente.
3. Insulin kerja lambat, yaitu PZI (Protamin Zinc Insulin).
4. Insulin basal analog, yaitu glargine dan detemir.
5. Insulin campuran, pada anak-anak dianjurkan untuk menginjeksi 2
kali insulin per hari paling tidak (Yati dan Tridjaja, 2017).
f. Makanan
Makanan yang harus dihindari oleh pasien Diabetes: (Agus, 2019).
1. Karbohidrat
Hindari mengonsumsi karbohidrat berupa nasi putih, roti putih, dan
kentang goreng. Hindari juga sereal yang mengandung banyak gula,
namun sedikit serat.
2. Protein
Pantangan diabetes berikutnya adalah daging yang digoreng, kulit
unggas, ikan goreng, dan tahu goreng.
3. Produk susu
Produk susu yang menjadi pantangan diabetes adalah susu full cream,
es krim, yoghurt, dan keju.
4. Minuman dan buah-buahan
Menghindari minuman kemasan rasa buah, minuman jus buah yang
sudah dicampur gula, dan buah kalengan yang sudah ditambahkan sirup
gula. Selai buah yang sudah ditambahkan gula juga sebaiknya
dihindari.Penderita diabetes juga sebaiknya menghindari minum teh
manis, kopi dengan gula dan krim, minuman bersoda, minuman
beralkohol, dan minuman penambah stamina (energy drink).
5. Sayuran
Hindari mengonsumsi sayuran yang ditambah saus, keju, dan mentega.

Referensi
Rafiq Kiran, Zafar Saied Saify, Aleeza Raza, Alisha Hassan, Alina Rizvi.
Penatalaksanaan Diabetes Tipe-1 Pediatrik: Studi kasus. Jurnal Ilmu
Kedokteran. 2020. Vol. 19 No. 02: 326-332.
Yati, N. P., dan B. Tridjaja. 2017. Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus
Tipe 1 pada Anak dan Remaja. Jakarta: IDAI.
Agus, B. 2019. Perhatikan! Apa Saja Pantangan Bagi Penderita Diabetes (Stikes
Surabaya). Artikel. STIKES Surabaya.
https://stikessurabaya.ac.id/2019/11/20/perhatikan-apa-saja-pantangan-bag
i-penderita-diabetes-stikes-surabaya/

Anda mungkin juga menyukai