Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN TIC

DIABETES MELITUS DI RUANG PENYAKIT DALAM

Oleh :

Kelompok III

Aina Rahayu Dewi I4051191013

Annissa Puspa Juwita I4051191014

Desy Anggreani I4051191015

Cintyakarin Cikal Agistanadea I4051191016

Eka Noor Hidayati I4051191017

Herlingga Setya Nugraha I4051191018

Nadia Quamilla Irwan I4052191003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
GAMBARAN KASUS

Tn. L berumur 50 tahun, dibawa ke RSUD dr.Abdul Aziz dengan keluhan sesak nafas
pada saat beraktivitas dan sedikit berkurang ketika beristirahat, kaki kanan membengkak dan
terdapat luka terbuka penuh pus pada telapak kaki kanannya. Luka tampak kemerahan,
dipenuhi cairan putih kekuningan berbau dan klien kesulitan berjalan serta menggerakkan
kakinya karena hal tersebut. Tanda-tanda vital ketika masuk ruang penyakit dalam yaitu TD
100/70 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 26x/menit, T 36,3 C. Klien mengatakan ia memiliki
riwayat diabetes mellitus tipe II sehingga mengakibatkan lukanya sulit sembuh. Pengecekan
gula darah sewaktu terakhir menunjukkan angka 289g/dL.
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dan masuk rumah sakit karena
diabetesnya, dan terakhir di rawat inap di RS Abdul Aziz Singkawang 1 tahun yang lalu
dikarenakan peningkatan gula darah pada diriya. Klien mengatakan sudah menderita diabetes
ini selama 6 tahun. Diketahui 2 bulan terakhir yang awalnya karena tertusuk tulang ikan,
dikarenakan klien memiliki diabetes menjadikan untuk proses penyembuhan luka menjadi
lama begitupula perawatan luka yang seadanya semakin memperburuk keadaan luka klien.

A. STEP 1 (Kata sulit)


1. Apa itu diabetes mellitus tipe II?
Jawab : Diabetes Meillitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia
dan gangguan metabolisme karbohidrat lemak dan protein yang di hubungkan
dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin.
2. Apa itu pus ?
Jawab : ​Pus (nanah) adalah suatu cairan hasil proses peradangan yang terbentuk dari
sel-sel leukosit​.

B. STEP 2
1. Apa beda DM tipe II dengan DM tipe I ?
2. Bagaimana DM dapat mengakibatkan luka sulit sembuh ?
3. Bagaimana cara peawatan luka DM ?
4. Bagaimana diet untuk penderita DM ?

C. STEP 3
1. Diabetes tipe 1 tubuh tidak memproduksi insulin sama sekali. Oleh karena adanya
autoimun yang membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel pankreas yang
merupakan organ tubuh yang memproduksi insulin. Sedangkan pada diabetes tipe
2, tubuh masih memproduksi insulin, tetapi dalam jumlah yang sedikit.
2. Saat kadar gula dalam darah tinggi, terdapat beberapa mekanisme yang terganggu
seperti terhambatnya kemampuan nutrisi dan oksigen untuk masuk ke dalam sel,
menurunnya fungsi sistem kekebalan tubuh, dan meningkatnya kemungkinan
terjadinya radang pada berbagai sel dalam tubuh. Semua kondisi tersebut tentu
memiliki dampak pada progres penyembuhan luka.
3. Luka harus dibersihkan setiap hari menggunakan cairan NaCl dan kasa steril, di
bilas dan di cuci menggunakan sabun antiseptic pada luka yang sudah sangat
kotor. Setelah dikeringkan, sekeliling luka di baluri bethadine atau dressing
tertentu sepeti madu baru kemudian di balut menggunakan kasa steril kering.
4. Diet rendah gula dan karbohidrat. Klien biasa akan lebih disarankan untuk
mengganti nasi dengan kentang tumbuk dan dilarang makan pada malam hari

D. STEP 4
E. STEP 5
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi dan pathway
4. Manifestasi klinis
5. Pemeriksaan penunjang
6. Penatalaksanaan
7. Asuhan keperawatan
8. Evidence Based Practice (Jurnal)

F. STEP 6
1. Pengertian
Diabetes mellitus Tipe 2 atau dikenal dengan istilah Non-insulin Dependent
Millitus (NIDDM) adalah keadaan dimana hormone insulin dalam tubuh tidak
dapat berfungsi dengan semestinya, hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan
seperti kecacatan dalam produksi insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon)
sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar
insulin di dalam darah (Wahdah, 2011).
2. Etiologi
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes melitus tipe II : usia,
obesitas, riwayat dan keluarga (Wahdah, 2011).
3. Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari
tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan
glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah
setinggi 300 sampai 1200mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari
daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak
maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan
aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes
Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita
Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi
glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah
bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke
metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua
energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam
cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi Kinis yang sering dijumpai pada pasien diabetes meilitus yaitu:
a. Poliura (peningkatan pengeluaran urine)
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel akan
berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien knsentrasi ke plasma yang
hipertonik (sangat pekat). Dehidras intrasel merangsang pengeluaran ADH dan
menimbulkan rasa haus.
c. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar
sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentuk
antibody peningkatan konsentrasi glukosa desereksi mukus gangguan fungsi
imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
f. Kelainan kulit: gatal, bisul-bisul
Gatal iasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti diketiak dan dibawah
payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur.
g. Kelainan genekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur
terutama candida.
h. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati. Paa penderita diabetes
meilitus regenrasi sel persarafan mengalami bahan dasar utama yang berasal
dari usus protein. Akibatnya banyak sel persarafan terutama perifer mengalami
kerusakan.
i. Kelemahan tubuh, kelemahan terjadi akibat penurunan produksi energi
metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat
berlangsung secara optimal.
j. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh. Proses penyembuhan luka
membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain.
Pada penderita diabetes milletus bahan protein banyak diformulasikan untuk
kebutuhan sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk penggantian jaringan
yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat
diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita
diabetes milletus.
k. Pada laki-laki terkadang megalami impotensi. Ejakulasi dan dorongan
seksualitas laki-laki banyak dipengaruhi oleh peningkatan hormon testoteron.
Pada kondisi optimal maka secara otomatis akan memingkatkan dorongan
seksual. Penderita diabetes milletus mengalami penurunan produksi hormon
seksual akibat kerusakan testoteron dari sistem yang berperanan.
l. Mata kabur yang disebabkan katark atau gangguan refraksi akibat perubahan
pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin juga disebabkan kelianan pada corpus
vitreum.
Mual dan mutah. Karena Gastroparesis, kondisi dimana lambung gagal
mengosongkan diri secara tepat dan kemungkinan disebabkan
generalizedneurophaty ( kegagalan dari syaraf dalam tubuh untuk mengirim
sinyal yang tepat ke dan dari otak)
5. Komplikasi
a. Hiperglikemia
b. Ketoasidosis
c. Katarak dan kerusakan mata
d. Pruritus
e. Gagal Jantung Kongestif
f. Amputasi
6. Penatalaksanaan
a. Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Golongan sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah: merangsang sel beta pankreas untuk
mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria hanya bekerja bila sel-sel beta
utuh, menghalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekatan jaringan
terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon. Indikasi pemberian obat
golongan sulfoniluria adalah: bila berat badan sekitar ideal kurang lebih 10%
dari berat badan ideal, bila kebutuhan insulin kurang dari 40 u/hari, bila tidak
ada stress akut, seperti infeksi berat/perasi.
2) Golongan biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan
biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan
istimewanya tidak pernah menyebabkan hipoglikemi. Efek samping
penggunaan obat ini (metformin) menyebabkan anoreksia, nausea, nyeri
abdomen dan diare. Metformin telah digunakan pada klien dengan gangguan
hati dan ginjal, penyalahgunaan alkohol, kehamilan atau insufisiensi
cardiorespiratory.
3) Alfa Glukosidase Inhibitor
Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukosidase didalam
saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan
tidak menyebabkan hipoglikemi dan tidak berpengaruh pada kadar insulin.
Alfa glukosidase inhibitor dapat menghambat bioavailabilitas metformin. Jika
dibiarkan bersamaan pada orang normal.
4) Insulin Sensitizing Agent
Obat ini mempunyai efek farmakolagi meningkatkan sensitifitas
berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabakan hipoglikemia.
b. Pemberian Insulin
Untuk pasien yang pertama kali akan dapat insulin, sebaiknya selalu
dimulai dengan dosis rendah (8-20 unit) disesuaikan dengan reduksi urine dan
glukosa darah.Selalu dimulai dengan RI, diberikan 3 kali (misalnya 3 x 8 unit)
yang disuntikkan subkutan ½ jam sebelum makan. Jika masih kurang dosis
dinaikkan sebanyak 4 unit per tiap suntikan. Setelah keadaan stabil RI dapat
diganti dengan insulin kerja sedang atau lama PZI mempunyai efek
maksimum setelah penyuntikan.
PZI disuntik 1/4 jam sebelum makan pagi dengan dosis 2/3 dari dosis
total RI sehari. Dapat pula diberikan kombinasi RI dengan PZI diberikan
sekali sehari. Misalnya semula diberikan RI 3 x 20 unit dapat diganti dengan
pemberian RI 20 unit dan PZI 30 unit.

c. Olahraga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang
lebih ½ jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous Rythmiccal Intensify
Progressive Endurance). Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti,
otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Latihan CRIPE minimal
dilakukan selama 3 hari dalam seminggu, sedangkan 2 hari yang lain dapat
digunakan untuk melakukan olahraga kesenangannya. Adanya kontraksi otot
yang teratur akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa
kedalam sel.
Hal yang perlu diingat dalam latihan jasmani adalah jangan memulai
olahraga sebelum makan dan penderita diabetes mellitus yang memulai
olahraga tanpa makan akan beresiko terjadinya stravasi sel dengan cepat dan
akan berdampak pada nekrosis sel.
Olahraga lebih dianjurkan pada pagi hari (sebelum jam 06.00) karena
selain udara yang masih bersih juga suasana yang belum ramai sehingga
membantu penderita lebih nyaman dan tidak mengalami stress yang lebih
tinggi. Olahraga yang teratur akan memperbaiki sirkulasi insulin dengan cara
meningkatkan dilatasi sel dan pembuluh darah sehingga membantu masuknya
glukosa ke dalam sel.
7. Pemeriksaan Penunjang
Kriteria diagnostik menurut WHO untuk diabetes melitus pada orang dewasa tidak
hamil, pada sedikitnya dua kali pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa/Nuchter >140 mg/dl ( 7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkomsumsi 75gr Karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl (11,1
mmol/L)

G. STEP 7 ​(Asuhan Keperawatan)

PENGKAJIAN

A. IDENTITAS DIRI
1. Klien
Nama : Tn. L
Tempat/Tgl lahir : 27/9/1969
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Dsn. Usaha Kec. Tebas Kab. Sambas
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Tgl Masuk RS : 12/1/2020
Tangal Pengkajian : 13/1/2020
No. RM : 504105
Dx Medis : DM II, CHF
Sumber Informasi : Klien dan Istri Klien

2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 46 tahun
Alamat : Dsn. Usaha Kec. Tebas Kab. Sambas
Hub. Dgn Klien : Istri

B. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama : Klien mengeluh sesak nafas jika beraktivitas dan berkurang
sesak nafasnya jika beristirahat. Klien mengeluhkan juga pada kakinya terjadi
pembengkakan, terdapat luka terbuka di telapak kaki kanan penuh dengan pus,
luka tampak kemerahan, dipenuhi cairan putih kekuningan serta berbau.
2. Riwayat Pasien Dahulu :
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dan masuk rumah sakit karena
diabetesnya, dan terakhir di rawat inap di RS Abdul Aziz Singkawang 1 tahun
yang lalu dikarenakan peningkatan gula darah pada diriya. Klien mengatakan
sudah menderita diabetes ini selama 6 tahun. Terdapat luka terbuka di telapak
kaki klien
yang penuh dengan pus, luka tampak kemerahan, dipenuhi cairan putih kekuningan serta
berbau. Diketahui 2 bulan terakhir yang awalnya karena tertusuk tulang ikan,
dikarenakan klien memiliki diabetes menjadikan untuk proses penyembuhan luka
menjadi lama begitupula perawatan luka yang seadanya semakin memperburuk
keadaan luka klien.

3. Riwayat Pasien Sekarang :


Pada saat pengkajian klien terlihat lemah, klien juga mengeluh sesak nafas jika
beraktivitas dan berkurang sesak nafasnya jika dilakukan istirahat. Terpasang
oksigenasi nasal kanul 3 liter per menit. Terlihat berbaring posisi semiflower
dengan pengaturan bed bagian bawah kepala terangkat 45 derajat. Terpasang
infuse NaCl 0,9% dengan dosis 8 tpm. Setelah dilakukan pengkajian ditemukan
data Tekanan darah 100/70mmHg. Nadi 80x/mnt RR 26x/mnt suhu 36,3C Gula
darah Puasa 289 mg/dl. Klien mengeluhkan juga pada kakinya terjadi
pembengkakan, terdapat luka terbuka di telapak kaki kanan penuh dengan pus,
luka tampak kemerahan, dipenuhi cairan putih kekuningan serta berbau.

C. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU


1. Penyakit yang pernah dialami
a. Anak-anak : tidak ada
b. Kecelakaan : tidak penah
c. Prnh dirawat : Rawat inap DM kurang lebih 1 tahun yang lalu
d. Operasi : tidak pernah
2. Alergi

Tipe Reaksi Tindakan


Tidak ada Alergi Tidak ada alergi Tidak ada alergi
3. Kebiasaan : klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan buruk seperti minum
alcohol, merokok dan minum kopi.
4. Obat-obatan : tidak ada

D. GENOGRAM

Keterangan
Laki – Laki Klien Garis Keluarga

Perempuan Tinggal Serumah Meninggal

Diabetes Mellitus

Riwayat Penyakit Keluarga :


Klien mengatakan dalam keluarganya ada anggota keluarga memiliki penyakit Diabetes
mellitus yang diturunkan oleh ayah klien. Kedua saudaranya juga memiliki penyakit
diabetes mellitus namun jarang timbul karena pola makan yang baik sudah
diantisipasi sebelumnya untuk mengurangi konsumsi gula.

E. PENGKAJIAN SAAT INI


1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan peduli akan kesehatan dirinya kaarena klien masih ingin melihat dan
membantu membesarkan cucu- cucunya. Setiap klien ada keluhan klien akan
segera memeriksakan kesehatannya ke fasilitas kesehatan terdekat.
2. Pola Nutrisi / Metabolik
Program diit di RS : Diet DM
a. Intake Makan
Tabel 2. Pola nutrisi

angan Sebelum sakit Selama sakit


ensi 3x sehari 3x sehari
makanan asi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk
makanan Tidak ada Tidak ada
an dak ada keluhan terasa tidak nyaman

Habis 1porsi k habis 1porsi, 5- 6


sendok makan

BB sebelum sakit : 56kg Ket :


BB selama sakit : 58kg
TB : 158cm
IMT (BB/TB​2​) : 23,2
Interpretasi : > 23,0 ( kelebihan berat badan)
Masalah Keperawatan : -

b. Intake Minum
Tabel 3. Pola minum

angan um sakit a sakit


ensi gelas gelas
h 3750 ml 3750 ml
utih dan teh utih
an g haus g haus
Masalah keperawatan : -

3. Pola Eliminasi Bowel dan Bladder


a. Buang Air Besar (BAB)
Tabel 4. Pola BAB

angan ebelum sakit (dahulu) Selama sakit


ensi 1x sehari 1x selama di RS sejak tgl
12/1/20
stensi Lunak Lunak
Khas feses Khas feses
a Coklat Coklat
an Tidak ada Tidak ada
unaan obat k menggunakan obat dak menggunakan obat
pencahar pencahar pencahar
Masalah Keperawatan : -

b. Buang Air Kecil (BAK)


Tabel 5. Pola BAK

angan belum sakit (dahulu) Selama sakit


ensi 0- tak terhitung ak terhitung >12 x
ran Kuat Kuat
h ±150 ml ±150 ml
Amoniak Amoniak
a Kuning Kuning pekat
aan setelah BAK Puas Lega
an Tidak ada Tidak ada
produksi urin >1500 ml >1800 ml

Masalah Keperawatan : -

4. Pola Aktivitas dan Latihan


a. Sebelum sakit

Kemampuan Perawatan Diri


/ Minum V
V
ng V
aian V
as di tempat tidur V
dah V
asi / ROM V

b. Saat di RS

Kemampuan Perawatan Diri


/ Minum V

ng
aian V
as di tempat tidur
dah
asi / ROM

Keterangan :
0 : Mandiri 3 : Dibantu orang lain dan Alat
1 : Alat Bantu 4 : Tergantung Total
2 : Dibantu orang lain
Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas

5. Pola Tidur dan Istirahat


Tabel 7. Pola Tidur dan Istirahat

angan Sebelum sakit Selama sakit


h jam tidur siang 1-2 jam 1-2jam
h jam tidur malam 4-5jam 3-4jam
ntar tidur Tidak ada Tidak ada
(penggunaan obat
tidur)
guan tidur Sering terbanagun Sering terbangun

aan waktu bangun Lelah Tidak segar


Masalah Keperawatan : -
6. Pola keamanan dan Kenyamanan
Klien mengatakan merasa kurang nyaman dengan kondisi sakitnya saat ini.
Masalah Keperawatan : Gangguan rasa nyaman

7. Pola Perseptual (Sensori, Presepsi dan koqnitif)


a. Penglihatan : klien mengatakan tidak ada gangguan penglihatan. Klien masih
dapat melihat pada jarak jauh maupun dekat.
b. Pendengaran : klien mengatakan tidak ada gangguan pendengaran, klien
masih dapat mendengarkan tanpa menggunakan alat bantu pendengaran.
c. Penciuman : klien mengatakan tidak ada gangguan pembau, klien dapat
membedakan macam bau-bauan meskipun sudah tidak sepeka dahulu.
d. Pengecapan ​: klien mengatakan tidak ada gangguan pada indra pengecap,
klien masih mampu merasakan rasa makanan pahit, manis, asam maupun asin.
e. Sensasi ​: klien mengatakan indra dikulitnya sudah mulai menurun, masih
mampu merasakan sensasi panas, dingin dan hangat meskipun tidak sepeka
dahulu.
Masalah Keperawatan : -

8. Pola Persepsi Diri


Klien mengatakan sedikit cemas terhadap penyakitnya karena kaki kanan klien
membengkak dan terdapat luka terbuka dan dipenuhi cairan putih kekuningan dan
berbau. Karena 1 tahun yang lalu saat dirawat inap dengan penyakit yang sama
tidak sampai separah ini.
Masalah Keperawatan : Ansietas

9. Pola Seksualitas dan Reproduksi


Klien mengatakan telah memiliki 5 anak yang dua diantaranya telah memiliki
momongan masing- masing, Klien memiliki 3 cucu.
Masalah Keperawatan : -

10. Pola peran – Hubungan


Klien mengatakan dalam keluargannya selalu ada komunikasi antara keluarga dengan
keluarga yang lain, klien mengatakan selalu bermusyawarah dengan anggota
keluarga lain jika ada masalah.
Masalah Keperawatan : -

11. Pola Manajemen Koping-Stress


Klien mengatakan dalam pengambilan suatu keputusan diputuskan sendiri oleh klien
dengan meminta berbagai pertimbangan kepada istri dan anak- anaknya.
Masalah Keperawatan :-

12. Sistem Nilai dan Keyakinan


Klien beragam islam, selama sakit klien selalu berdoa kepada Allah agar segera diberikan
kesembuhan dan dapat berkumpul dengan sanak. Klien pasrah kepada Allah dan
yakin Allah akan menolongnnya.
Masalah Keperawatan :-

F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Lemas
2. Kesadaran : Composmentis GCS : E4 M6 V5 = 15
3. Tanda Vital : TD : 100/70mmHg
RR : 26x/mnt
N : 80x/mnt
S : 36,3​o​C
4. Kepala : Bentuk meshochepal, tidak terdapat trauma kepala, tidak ada odem,
dan tidak nampak lesi pada kepala.
5. Rambut : Rambut berwarna hitam sebagian putih, tumbuh merata, rontok dan
terlihat bersih tidak berketombe.
6. Mata : Rekasi cahaya positif bentuk mata bulat, sklera tidak ikterik, pupil
isokar, simetris kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis.
7. Hidung : Bentuk simetris tidak terdapat sinus, tidak ada cuping hidung, tidak
ada penumpukan secret, terpasang alat bantu pernafasan O2 nasal kanul 3ltpm.
8. Mulut : Tidak ada lesi didalam mulut, bentuk simetris, mukosa bibir lembab,
tidak ada stomatitis, lidah bersih.
9. Leher : Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada kesulitan bicara maupun reflek
menelan, jalan nafas paten, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
10. Paru-paru (pernafasan)
Pola Nafas : klien sesak dengan RR 26x/menit
Batuk : tidak ada batuk
Spuntum : tidak ada spuntum
Oksigenasi : Klien terpasang Oksigen nasal kanul dengan terapi 3lt/mnt. Sulit
untuk bernafas dan terasa sesak di dada terpasang nasal kanul 3ltpm.
- Inspeksi : : simetris kanan dan kiri, pergerakan dinding dada simetris,
terdapat retraksi dinding dada
- Palpasi : gerakan dinding dada antara kanan dan kiri sama,
vocal premitus kanan dan kiri sama.
- Perkusi : suara sonor
- Auskultasi : terdengar suara ronkie
Masalah keperawatan : Ketidakefektifan pola nafas
11. Jantung ( sirkulasi)
Capillary reffil : kurang dari 2 detik
Junggularis Vena Pressure (JVP) : Normal, 3-4 cm diatas sudut sternum
Distensi Vena Junggularis (DVJ) : -
Nyeri Dada : Tidak
- Inspeksi: ictus cordis tidak nampak, tidak ada edema
- Palpas : ictus cordis teraba kuat angkat, teraba dari intercosta ke 4-5
- Perkusi : Redup batas kiri bawah jantung ruang interkostale VI kiri agak
ke medial dari linea midklavikularis sinistra, dan agak di atas batas
paru-hepar. Batas bawah kanan jantung di interkostal II-IV kanan, di line
parasternalis kanan. Batas atas di interkostal II kanan linea parasternalis
kanan
- Auskultasi: bunyi jantung s1 dan s2 reguler, tidak ada suara tambahan.
12. Dada/ Payudara :
- Inspeksi: tidak ada benjolan , tidak terlihat masa
- Palpasi: tidak teraba adanya masa
13. Abdomen:
- Inspeksi: tidak ada benjolan, tidak ada lesi, bentuk simetris dan tidak ada
bekas luka
- Auskultasi: peristaltik usus terengar 8x/mnt
- Perkusi: suara timpani
- Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
14. Genetalia : tidak terpasang DC
15. Ekstremitas : 1. Atas : terpasang infuse Nacl 0,9% di tangan
kanan. Tidak ada kelemahan otot. tidak ada odema tidak ada
luka atau ulkus dm
1. Bawah : tidak ditemukan atropi pada otot kaki dan simetris
sama panjang, kaki kanan membengkak dan terdapat luka di
telapak kaki kanan terdapat cairan putih kekuningan dan berbau
sehingga klien kesulitan berjalan dan menggerakkan kakinya.

Kekuatan Otot : 5 5
3 5
Keterangan :
5 : dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan penuh
4 : dapat melawan gravitasi tapi tidak dapat menahan tahanan pemeriksa (lemah)
3 : dapat mengadakan gerakan melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan grafitasi
2 : hanya ada pergeseran atau gerakan sendi
1 : tidak ada kontraksi

Odema : kaki kanan membengkak


Integritas : mengalami kerusakan akibat terdapat luka terbuka di telapak kaki kanan
penuh dengan pus, luka tampak kemerahan, dipenuhi cairan putih kekuningan
serta berbau.
Turgor : sedikit menurun
Akral : hangat
Masalah Keperawatan : Kerusakan integritas jaringan
G. PROGRAM Terapi
- Inf Nacl 0,9% 8tpm
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
- Inj. Ketorolac 30mg/8 jam
- Inj. Ranitidin 1amp/8jam jika perlu

H. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah (12 Januari 2020)
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
GDP 289 mg/dl 70-110
Hemoglobin 13,5 g/dl 13,2-17,3
Leukosit 5.820 /ul 3.800-10.600
Trombosit 134.000 /ul 150.000-440.000
Hematokrit 35,8 % 40-52
Eritrosit 4,13 10​6​/ul 4,4-5,9
ANALISA DATA

Data Fokus Etiologi Masalah Kepeawatan


DS: Chf Ketidakefektifan pola nafas
-Klien berkata ia merasa
sesak nafas yang tak kunjung Gangguan fungsi ventrikel
hilang terutama saat kanan dan kiri
berbaring, sesak akan
berkurang ketika klien duduk Tekanan diastol meningkat
DO:
tampak lemah terpasang Splenomegali dan
Oksigen nasal kanul dengan hepatomegali
terapi 3lt/mnt. -Sulit untuk
bernafas dan terasa sesak di Diafragma terganggu
dada
engar suara ronkie. Sesak
-Terdapat retraksi dinding Pola nafas tidak efektif
dada
-TTV
TD 100/70 mmHg
N 80x/menit
RR 26x/menit
T 36,3 C
DS: DM Kerusakan integritas jaringan
-Klien mengatakan luka
terbuka di kaki sejak kurang Ketidakseimbangan produksi
lebih 2 bulan yang lalu insulin
DO :
-Terjadi pembengkakan di Gula dalam darah tidak dapat
telapak kaki kanan masuk dalam sel
-terdapat luka terbuka di
telapak kaki kanan penuh Anabolisme protein menurun
dengan pus, luka tampak
kemerahan, dipenuhi cairan Neuropati sensori perifer
putih kekuningan serta
berbau Klien tidak merasa sakit
-Klien kesulitasn berjalan
karena luka di kaki nya Nekrosis luka
-TTV
TD 100/70 mmHg Gangren
N 80x/menit
RR 26x/menit Kerusakan integritas jaringan
T 36,3 C
DS: faktor genetik, imunilogi, Resiko infeksi
-klien mengatakan luka gaya hidup
terbuka di kakinya 2 bulan
DM
terakhir akibat tertusuk
tulang ikan Kerusakan sel beta
-klien mengatakan untuk (ketidakseimbangan produksi
perawatan luka 2 bulan insulin)
terakhir dirumah dengan
seadanya, sehingga melebar Anabolisme protein
menjadi luka saat ini
DO: Kekebalan tubuh
-Terjadi pembengkakan di
telapak kaki kanan Resiko infeksi
-terdapat luka terbuka di
telapak kaki kanan penuh
dengan pus, luka tampak
kemerahan, dipenuhi cairan
putih kekuningan serta
berbau.
-Leukosit 5.820 /ul
-GDP 289 mg/dl
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa NOC NIC


Ketidakefektifan Setelah dilakukan intervensi Oxygen Theraphy
pola napas selama 1 x 2 jam, diharapkan 1. Monitor TTV
pola napas kembali efektif 2. Monitor respirasi dan status O2
dengan kriteria hasil : 3. Monitor aliran oksigen
- ttv dalam batas normal 4. Observasi adanya tanda tanda
- jalan napas paten hipoventilasi
- tidak ada sianosis dan 5. Pertahankan jalan napas yang paten
dyspneu 6. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- mampu bernafas dengan ventilasi
mudah dan suara napas 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
bersih tambahan
8. Informasikan pada pasien dan keluarga
tentang tehnik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas.
9. Ajarkan bagaimana batuk efektif

Kerusakan Setelah dilakukan tidakan Pressure Ulcer Prevention Wound Care


integritas jaringan keperawatan selama 3x24jam - Anjurkan pasien untuk menggunakan
diharapkan integritas jaringan pakaian yang longgar
membaik dengan krikteria - Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
hasil - Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
- Perfusi jaringan normal setiap dua jam sekali
- Tidak ada tanda-tanda - Monitor kulit akan adanya kemerahan
infeksi - Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
- Ketebalan dan tekstur daerah yang tertekan
jaringan normal - Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Menunjukkan - Monitor status nutrisi pasien
pemahaman dalam proses - Memandikan pasien dengan sabun dan air
perbaikan kulit dan hangat
mencegah terjadinya - Kaji lingkungan dan peralatan yang
cidera berulang menyebabkan tekanan
- Menunjukkan terjadinya - Observasi luka : lokasi, dimensi,
proses penyembuhan luka kedalaman luka, karakteristik,warna
cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
- Ajarkan pada keluarga tentang luka dan
perawatan luka
- Kolaborasi ahli gizi pemberian diet
TKTP, vitamin
- Cegah kontaminasi feses dan urin
- Lakukan tehnik perawatan luka dengan
steril
- Berikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka
- Hindari kerutan pada tempat tidur

Resiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Infection Control


selama 1 x 2 jam, diharapkan - Bersihkan lingkungan setelah dipakai
klien dapat mengontrol nyeri pasien lain
dengan kriteria hasil : - Pertahankan teknik isolasi
- Klien bebas dari tanda dan - Batasi pengunjung bila perlu
gejala infeksi - Instruksikan pada pengunjung untuk
- Mendeskripsikan proses mencuci tangan saat berkunjung dan
penularan penyait, faktor setelah berkunjung meninggalkan pasien
yang mempengaruhi, - Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci
penukaran serta tangan
penatalaksanaan - Cuci tangna sebelum dan sesudah
- Menunjukan kemampuan melakukan tindakan
untuk mencegah timbulnya - Gunakan APD
infeksi - Gunakan lingkungan seprik selama
- Jumlah leukosit dalam pemasangan alat
batas normal - Gunakan kateter intermiten untuk
- Menunjukan prilaku hidup menurunkan infeksi kandung kencing
sehat - Berikan terapi antibiotik bila perlu
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Monitor hidtung granulosit dan WBC
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Pertahankan teknik asespsi pada pasien
yang beresiko
- Berikan perawatan kulit pada area
apidema
- Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah
- Dorong masukan nutrisi yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang
tanda dan gejala ifeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi


13 /1 /2020 08.00 1. Monitor TTV S : klien mengatakan masih sesak nafas
Ketidakefek 2. Monitor respirasi dan status O2 namun berkurang jika dalam posisi
3. Monitor aliran oksigen
tifan pola 4. Pertahankan jalan napas yang berbaring
nafas paten O: Terpasang oksigenasi nasal kanul 3
5. Posisikan pasien untuk liter per menit. Terlihat berbaring posisi
memaksimalkan ventilasi
semiflower dengan pengaturan bed
6. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan bagian bawah kepala terangkat 45
7. informasikan pada pasien dan derajat.
keluarga tentang tehnik
TD: 100/70 mmHg
relaksasi untuk memperbaiki
pola nafas. HR: 80 x/menit
8. Ajarkan bagaimana batuk RR: 26 x/ menit
efektif.
T: 36,3
A : ketidakefektifan pola nafas
P : Oxygen Theraphy
13/1/2020 10.15 1. Jaga kulit agar tetap bersih S: klien mengatakan luka terbuka di
Kerusakan dan kering kaki sudah berkisar 2 bulan dan tidak
2. Mobilisasi pasien (ubah
integitas kunjung sembuh
posisi pasien) setiap dua
jaringan jam sekali O: terdapat luka DM terbuka pada kaki
3. Monitor kulit akan adanya kanan
kemerahan
A: kerusakan integritas jaringan
4. Kaji lingkungan dan
peralatan yang P: Pressure Ulcer Prevention Wound
menyebabkan tekanan Care
5. Observasi luka : lokasi,
dimensi, kedalaman luka,
karakteristik,warna cairan,
granulasi, jaringan
nekrotik, tanda-tanda
infeksi lokal, formasi
traktus
6. Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
7. Lakukan tehnik perawatan
luka dengan steril
8. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
luka
9. Hindari kerutan pada
tempat tidur
13 /1 /2020 11.00 - Instruksikan pada pengunjung S : Klien berkata luka terbuka di
Resiko untuk mencuci tangan saat kakinya sudah 2 bulanan, klien
berkunjung dan setelah
infeksi mengatakan tidak tahu cara merawatnya
berkunjung meninggalkan
pasien O : tampak luka terbuka di telapak kaki
- Gunakan sabun anti mikroba penuh dengan pus dan berbau
untuk cuci tangan
A : resiko infeksi
- Cuci tangna sebelum dan
sesudah melakukan tindakan P : Infection Control
- Gunakan APD
- Berikan terapi antibiotik bila
perlu
- Monitor tanda dan gejala
infeksi
- Berikan perawatan kulit pada
area apidema
- Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka atau
insisi bedah
- Dorong istirahat
- Ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda dan gejala ifeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi

14/1/2020 08.00 1. monitor TTV S : klien mengatakan masih sesak nafas


Ketidakefek 2. Monitor respirasi dan status namun sudah mulai berkurang
tifan pola O2 O: klien tampak duduk setengah
nafas 3. Monitor aliran oksigen berbaring dengan lemah
TD: 110/80 mmHg
4. Pertahankan jalan napas yang HR: 82 x/menit
paten RR: 22 x/ menit
5. Posisikan pasien untuk T: 36,5
memaksimalkan ventilasi A : ketidakefektifan pola nafas
6. Auskultasi suara nafas, catat P : Oxygen Theraphy
adanya suara tambahan
7. informasikan pada pasien
dan keluarga tentang tehnik
relaksasi untuk memperbaiki
pola nafas

14/1/2020 09.00 1. Jaga kulit agar tetap bersih S: klien mengatakan luka terbuka di
Kerusakan dan kering kaki sudah berkisar 2 bulan dan tidak
2. Mobilisasi pasien (ubah
interitas kunjung sembuh
posisi pasien) setiap dua
jaringan jam sekali O: terdapat luka DM terbuka pada kaki
3. Monitor kulit akan adanya kanan
kemerahan
A: kerusakan integritas jaringan
4. Kaji lingkungan dan
peralatan yang P: Pressure Ulcer Prevention Wound
menyebabkan tekanan Care
5. Observasi luka : lokasi,
dimensi, kedalaman luka,
karakteristik,warna cairan,
granulasi, jaringan
nekrotik, tanda-tanda
infeksi lokal, formasi
traktus
6. Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
7. Lakukan tehnik perawatan
luka dengan steril
8. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
luka
9. Hindari kerutan pada
tempat tidur
14/1/2020 11.00 1. Instruksikan pada S : Klien berkata luka terbuka di
Resiko pengunjung untuk mencuci kakinya sudah 2 bulanan, klien
tangan saat berkunjung dan
infeksi setelah berkunjung mengatakan tidak tahu cara merawatnya
meninggalkan pasien sendiri
2. Gunakan sabun anti mikroba O : tampak luka terbuka di telapak kaki
untuk cuci tangan
pus sudah berkurang dan bau tidak
3. Cuci tangna sebelum dan
sesudah melakukan tindakan terlalu menyengat
4. Gunakan APD A : resiko infeksi
5. Berikan terapi antibiotik bila
P : Infection Control
perlu
6. Monitor tanda dan gejala
infeksi
7. Berikan perawatan kulit pada
area apidema
8. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
9. Inspeksi kondisi luka atau
insisi bedah
10. Dorong istirahat
11. Ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda dan gejala
ifeksi
12. Ajarkan cara menghindari
infeksi

15/1/2020 08.00 1. monitor TTV S : klien mengatakan sudah tidak sesak


Ketidakefek 2. Monitor respirasi dan status lagi
tifan pola O2 O: klien sudah tidak menggunakan
nafas 3. Monitor aliran oksigen oksigen
4. Pertahankan jalan napas yang TD: 100/80 mmHg
paten HR: 86 x/menit
5. Posisikan pasien untuk RR: 20 x/ menit
memaksimalkan ventilasi T: 36,5
6. Auskultasi suara nafas, catat A : ketidakefektifan pola nafas
adanya suara tambahan P : Oxygen Theraphy
15/1/2020 10.00 1. Jaga kulit agar tetap bersih S: klien mengatakan luka terbuka di
Kerusakan dan kering kaki sudah berkisar 2 bulan dan tidak
2. Mobilisasi pasien (ubah
integritas posisi pasien) setiap dua kunjung sembuh
jaringan jam sekali O: terdapat luka DM terbuka pada kaki
3. Monitor kulit akan adanya kanan
kemerahan
A: kerusakan integritas jaringan
4. Kaji lingkungan dan
peralatan yang P: Pressure Ulcer Prevention Wound
menyebabkan tekanan Care
5. Observasi luka : lokasi,
dimensi, kedalaman luka,
karakteristik,warna cairan,
granulasi, jaringan
nekrotik, tanda-tanda
infeksi lokal, formasi
traktus
6. Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
7. Lakukan tehnik perawatan
luka dengan steril
8. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
luka
9. Hindari kerutan pada
tempat tidur
15/1/2020 11.00 1. Instruksikan pada S : Klien berkata luka terbuka di
Resiko pengunjung untuk mencuci kakinya sudah 2 bulanan, klien
tangan saat berkunjung dan
infeksi mengatakan tidak tahu cara merawatnya
setelah berkunjung
meninggalkan pasien sendiri
2. Gunakan sabun anti mikroba O : tampak luka terbuka di telapak kaki
untuk cuci tangan
pus sudah berkurang dan bau tidak
3. Cuci tangna sebelum dan
sesudah melakukan tindakan terlalu menyengat
4. Gunakan APD A : resiko infeksi
5. Berikan terapi antibiotik bila
P : Infection Control
perlu
6. Monitor tanda dan gejala
infeksi
7. Berikan perawatan kulit pada
area apidema
8. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
9. Inspeksi kondisi luka atau
insisi bedah
10. Dorong klien istirahat
H. STEP 8 ​(Jurnal Evidence Based Practice)
Kombinasi Cold Plasma dengan Madu Sebagai Metode Penyembuhan Luka Diabetes
Mellitus

Penderita ulkus diabetik di Indonesia semakin meningkat terutama di kota


besar dan memerlukan biaya yang tinggi untuk terapi. Untuk itu, diperlukan solusi
alternatif dalam penyembuhan ulkus diabetik. Infeksi bakteri pada ulkus DM
disebabkan oleh bakteri Gram-positif Staphylococcus aureus dan bakteri
Gram-negatif Pseudomonas aeruginosa. Pengobatan luka biasanya penderita DM
menggunakan antibiotik. Namun penggunaan antibiotik dalam waktu yang lama dapat
mengakibatkan resistensi. Solusi alternatif dibutuhkan dalam penyembuhan ulkus
diabetik yaitu dengan menggunakan kombinasi Cold Plasma dengan madu. Penelitian
ini untuk mengetahui potensi kombinasi cold plasma dengan madu sebagai antibakteri
pada ulkus diabetik. Pada penelitian ini menggunakan sample madu hutan dan madu
ternak yang dilakukan pengenceran sebanyak 5%, 10%, 15%, 20%, 30%, 40%, 50%,
60%, 70%, 80%, 90%, 100%.
Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran yang kemudian
dilakukan penembakan dengan Cold plasma pada jarak 10 mm dengan waktu 3 menit.
Uji aktifitas antibakteri dilakukan dengan melihat zona hambat yang terbentuk.
Pengujian kombinasi cold plasma dengan madu hutan konsentrasi terbaik adalah
100% terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan zona hambat 12,75 mm dan
8,75 mm terhadap Pseudomonas aeroginosa sedangkan konsentrasi terbaik dari
kombinasi cold plasma dengan madu ternak adalah 80% terhadap Staphylococcus
aureus dengan zona hambat 20,5 mm dan 13 mm terhadap Pseudomonas aeroginosa.
Perbandingan zona hambat pada kontrol positif menggunakan antibiotik
gentamicin sebesar 10 mm dan vancomycin sebesar 12,0 mm untuk bakteri
Staphylococcus aureus dan zona hambat antibiotik amikasin sebesar 5,5 untuk kontrol
positif bakteri Pseudomonas aeroginosa. Hal ini membuktikan bahwa kombinasi cold
plasma dengan madu mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Mekanisme kerja plasma medis adalah
menggabungkan plasma medis dengan senyawa pada fase cair berupa madu.
Kemampuan madu menghambat pertumbuhan bakteri disebabkan karena
adanya enzim glukosa oksidase yang terdapat pada madu. Enzim glukosa oksidase ini
dapat meningkatkan kemampuan antibakteri dengan cara merubah glukosa yang ada
pada madu menjadi asam glikonat dan hydrogen peroksida.
Kombinasi cold plasma dengan madu memiliki kemampuan sebagai
antibakteri terhadap bakteri-bakteri patogen diantaranya Staphylococcus aureus
dengan konsentrasi madu hutan (NTB) yang efektif menghambat adalah konsentrasi
100% dengan diameter zona hambat 12,75 mm dan bakteri Pseudomonas aeroginosa
pada konsentrasi 100% dengan diameter zona hambat 8,75 mm. Konsentrasi madu
ternak kapuk yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
adalah Konsentrasi 80% dengan diameter zona hambat 20,5 mm dan bakteri
Pseudomonas aeroginosa dengan diameter zona hambat 10,5 mm . Kemampuan
antibakteri madu ini disebabkan karena adanya Reactive Oksigen and Nitrogen
Species (RONS) dari cold plasma dengan osmolaritas madu, keasaman (gluconic
acid), dan senyawa inhibine (hidrogen peroksida). Namun, kemampuan antibakteri
tiap-tiap madu berbeda tergantung pada letak geografis dan bunga sebagai sumber
nektar lebah madunya. Penelitian ini lebih lanjut juga berpeluang digunakan sebagai
metode alternatif dalam penyembuhan luka Diabetes Mellitus
DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, S., & Sukarmin. (2013). ​Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas.​ Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hayati,Nurul., Listyai, Indah Lia., Salsabila, Nia., Iswara, Arya., Nasruddin. (2019).
Kombinasi Cold Plasma dengan Madu Sebagai Metode Penyembuhan Luka Diabetes
Mellitus. Semarang: University Research Colloqium.
Nurarif, Amin Huda. (2015) . ​Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC Jilid 1​ . Jogjakarta : MediAction.

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.(2011).Penatalaksanaan Diabetes Melitus


Terpadu, Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Wahdah, Nurul. (2011) .Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Multipress.

Anda mungkin juga menyukai