Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN TN. A DENGAN DIABETES MELITUS

DI RUANG CAMAR BAWAH

RSUD AJIBARANG

Disusun Oleh :

Sendi Eka Dirgantara

210102068

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(…………………….) (…………………….)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA TIGA

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2024
A. DEFINISI
Diabetes Melitus (DM), atau yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing
manis merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa
darah yang tinggi (hiperglikemia), penyakit kronis ini terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang dihasilkannya secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur gula darah
yang berfungsi untuk menyerap glukosa dalam tubuh yang menjadi energi. Diabetes
yang tidak 12terkontrol dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada
banyak sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah (Hanggayu, 2022). Menurut
World Health Organization (WHO) 2016 mendefinisikan Diabetes Melitus merupakan
penyakit kronis saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidak dapat
secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Hormon yang mengatur gula
darah adalah insulin. Efek umum jika diabetes tidak terkontrol dan dengan seiring
berjalannya waktu akan menyebabkan kerusakan yang serius pada sistem tubuh,
terutama pada pembuluh darah dan saraf merupakan hiperglikemia atau peningkatan
kadar gula darah (Permatasari, 2021). Diabetes melitus atau yang biasa disebut
kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa
dalam darah (Hiperglikemia) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun
relatif. Diabetes mellitus tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat
berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM. Diabetes melitus tipe 2 pankreas dapat menghasilkan cukup jumlah
insulin untuk metabolisme glukosa (gula), tetapi tubuh tidak mampu untuk
memanfaatkan secara efisiensi. Seiring waktu, penururnan produksi insulin dan kadar
glukosa darah meningkat (Fanny, 2021).

B. ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit diabetes melitus (Susanti, 2019) :
a. Riwayat Keturunan
Genetik riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit
Diabetes Melitus. Sekitar 50% penderita diabetes tipe 2 mempunyai orang tua
yang menderita diabetes, dan lebih dari sepertiga penderita diabetes mempunyai
saudara yang mengidap diabetes. Diabetes tipe 2 jauh lebih banyak kaitannya
dengan faktor genetik dibanding diabetes tipe 1
b. Usia
Pada diabetes melitus tipe 2, usia yang berisiko ialah usia diatas 40 tahun.
Tingginya usia seiring dengan banyaknya paparan yang mengenai seseorang dari
unsur-unsur di lingkungannya terutama makanan
c. Obesitas
Faktor risiko diabetes yang paling penting untuk diperhatikan. Lebih dari 8
diantara 10 penderita diabetes tipe 2 adalah orang yang gemuk. Hal disebabkan
karena semakin banyak jaringan lemak, maka jaringan tubuh dan otot akan
semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama jika lemak tubuh terkumpul di
daerah perut. Lemak ini akan menghambat kerja insulin sehingga gula tidak dapat
diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah
d. Pola makan dan pola hidup
Pola makan yang terbiasa dengan makanan yang banyak mengandung lemak
dan kalori tinggi sangat berpotensi untuk meningkatkan resiko terkena diabetes.
Adapun pola hidup buruk adalah pola hidup yang tidak teratur dan penuh tekanan
kejiwaan seperti stres yang berkepanjangan, perasaan khawatir dan takut yang
berlebihan dan jauh dari nilai-nilai spiritual. Hal ini diyakini sebagai faktor
terbesar untuk seseorang mudah terserang penyakit berat baik diabetes maupun
penyakit berat lainnya. Di samping itu aktivitas fisik yang rendah juga berpotensi
untuk seseorang terjangkit penyakit diabetes.
e. Faktor lingkungan
Toksin atau virus dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan
destruksi sel beta.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Elizabeth, 2017) diabetes melitus ditandai dengan beberapa gejala
sebagai berikut yaitu
a. Poliuria (Banyak kencing)
Adanya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa dikeluarkan oleh ginjal
bersama urine karena keterbatasan kemampuan filtrasi ginjal dan kemampuan
reabsorsi dari tubulus ginjal.
b. Polidipsia (Banyak minum)
Meningkatnya rasa haus dikarenakan tubuh banyak cairan yang keluar melalui
kencing menyebabkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi), hal ini merangsang
pusat haus yanag mengakibatkan peningkatan rasa haus.
c. Polifagia (Banyak makan) Pemecahan glikogen untuk energi cenderung
mengakibabtkan cadangan energi berkurang, keadaan ini menstimulasi pusat rasa
lapar. Inilah mengapa orang merasakan kurangnya tenaga akhirnya diabetes
melakukan kompensasi yakni dengan banyak makan.
d. Penurunan berat badan
Kelebihan lemak di dalam tubuh akan menyebabkan resistensi tubuh terhadap
insulin meningkat. Pada orang yang telah menderita diabetes mellitus, walaupun
makan makanan secara berlebihan tubuhnya tidak menjadi gemuk justru kurus
karena otot tidak mendapatkan cukup energi untuk tumbuh.
e. Gangguan penglihatan
Tingginya kadar gula darah dapat mengakibatkan gangguan penglihatan
berupa lesi mikrovaskuler pada retina dan akan menyebabkan penurunan fungsi
macula. Gangguan penglihatan yang umum terjadi pada penderita DM antara
lain : katarak, retinopati dan glaucoma
f. Kelelahan
Kelelahan merupakan perasaan letih yang luar biasa dan pada penderita DM
dapat disebabkan karena faktor fisik

g. Gangguan pada sirkulasi


Peningkatan glukosa dalam darah yang mengakibatkan sirkulasi darah ke sel
menurun dan berpengaruh pada fungsi sel saraf yang menurun sehingga kerusakan
pada saraf (Neuropati diabetik). Neuropati diabetik terdiri dari neuropati sensorik,
motorik dan autonomi. Neuropati sensorik sering mengenai bagian distal serabut
saraf, khususnya ekstremitas bawah. Gejala permulaanya adalah parestesia (rasa
tertusuk-tusuk, kesemutan atau peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar
(Khususnya pada malam hari). Dengan berjalannya waktu neuropati kaki semakin
terasa baal (matirasa). Penurunan terhadap sensibilitas nyeri dan suhu membuat
penderita neuropati beresiko untuk mengalami cedera dan infeksi pada kaki tanpa
diketahui.

D. PATOFISIOLOGI
Penyerapan glukosa ke dalamsel macet dan metabolismenya terganggu yaitu,
menurunnya penggunaan glukosa, meningkatnya mobilisasi lemak, dan meningkatnya
penggunaanprotein. Pemakaian glukosa yang rendah oleh jaringan menyebabkan
selkekurangan bahan untuk metabolisme dan terjadilah pembakaran protein dan lemak
oleh tubuh menyebabkan pasien kehilangan berat badan dankekurangan energi yang
menyebabkan keletihan. Metabolisme yang terganggu tersebut menyebabkan glukosa
tidak dapat diubah menjadiglikogen sehingga, kadar gula darah meningkatdan terjadi
hiperglikemia.Hiperglikemia yang berat menyebabkan ginjal tidak dapatmenahan
hiperglikemia karena ambang batas ginjal 180 mg% sehingga sejumlah glukosa tidak
dapat tersaring dan terabsorsi dalam darah. Berhubungan dengan sifat gula dapat
menyerap air maka banyaknya jumlah glukosa dalam urin disebut glukosaria.
Dengan keadaan glukosaria maka sejumlah air hilang dalam urine yang
disebut poliuria.Glukosaria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat.
Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Produksi insulin
yangkurang menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel sel sehingga sel-sel
kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, protein danlemak menjadi menipis
karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka pasien akan
merasa lapar sehingga pasien banyakmakan yang disebut poliphagia. Akibat lainnya
yaitu astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi lelah dan
mengantukdisebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan
jugaberkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.Jika kadar glukosa darah
yang tinggi ini berlangsung secara berkepanjangan, maka akan timbul gangguan jalur
metabolisme poliol/alkohol yang berakibat pada peningkatan produksi sorbitol. Kadar
sorbitol yang tinggi akan terakumulasi pada jaringan saraf dan mengakibatkan
gangguarn kondusi impuls saraf. Pada mulanya akan timbul inflamasi neuropatik yang
terasa sangat nyeri, dan Jika berlangsung terus rasa nyeri akan hilang dan diganti
dengan baal (mati19rasa). Kondisi ini disebut dengan neuropati diabetik. Jika
akumulasi sorbitol terjadi pada saraf-saraf optik, maka akan timbul gangguan
penglihatan yang disebut dengan retinopati diabetik (Wibisono, 2016).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK


a. Kadar glukosa
1) Gula darah sewaktu/random > 200 mg/dl
2) Gula darah puasa/nucher >140 mg//dl3)
3) Gula darah 2 jam PP (Post Prandial) >200 mg/dlb.
b. Aseton plasma : hasil (+) mencolokc.
c. Asam lemak bebas : peningkatan lipid dan kolesterold.
d. Osmolaritas serum (>330 osm/l)e.
e. Urinalisis : Proteinuria, ketonuria, glukosuria

F. PENATALAKSANAAN
Pada penatalaksanaan diabtes melitus dikenal dengan 4 pilar penting dalam
mengontrol perjalanan penyakit dan komplikasi :
1. Edukasi
Edukasi yang diberikan adalah pahami perjalanan penyakitnya, pentingnya
pengendalian penyakit, komplikasi dan resikonya, pentingnya intervensi obat dan
pemantauan glukosa darah, bagaimana menangani hipoglikemia, kebutuhan
latihan fisik teratur, dan metode menggunakan fasilitas kesehatan. Mendidik
pasien bertujuan agar pasien bisa mengontrol gula darah dan kurangi komplikasi
serta meningkatkan keterampilan perawatan diri sendirian. Diabetes tipe 2
biasanya terjadi pada saat gaya hidup dan perilaku terbentuk kuat. Petugas
kesehatan mendampingi pasien. dan memberikan pendidikan dalam upaya
meningkatkan motivasi dan perubahan perilaku.
2. Terapi nutrisi
Perencanaan makan yang bagus merupakan bagian penting dari manajemen
diabetes yang komprehensif. Diet keseimbangan akan mengurangi beban kerja
insulin dengan meniadakan pekerjaan insulin dalam mengubah gula menjadi
glikogen. Keberhasilan terapi ini melibatkan dokter, perawat, ahli gizi, pasien itu
sendiri dan keluarganya. Intervensi nutrisi bertujuan untuk menurunkan berat
badan dan memperbaiki gula darah dan lipid darah pada pasien diabetes yang
kegemukan dan menderita morbiditas. Penderita diabetes dan kegemukan akan
memiliki resiko yang lebih tinggi daripada mereka yang hanya kegemukan.
3. Aktivitas fisik
Kegiatan fisik setiap hari latihan fisik teratur (3-4 kali seminggu sekitar 30
menit), adalah salah satu pilar pengelolaan DMT2. Aktivitas schari-hari seperti
berjalan kaki ke pasar, naik turun tangga, dan berkebun tetap harus dilakukan
untuk menjaga kesehatan, menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas
insulin. Latihan fisik dianjurkan yaitu berupa senam acrobik seperti jalan kaki,
bersepeda, jogging, dan berenang. sebaiknya latihan fisik disesuaikan dengan
umur dan status kesegaran.
4. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersamaan dengan diet dan latihan fisik (gaya
hidup sehat). Pengobatan termasuk dari obat-obatan oral dan suntikan.Obat
hipoglikemik oral berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:
Memicu sekresi insulin sulfonylurea dan glinid, peningkatan metformin insulin
dan thiazolidinone, penghambat glukoneogenesis, penghambat penyerapan
glukosa: penghambat glukosidase, penghambat alfa DPP-IV inhibitor
pertumbuhan dan status gizi, usia, stres akut dan latihan fisik untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan yang ideal. Total kalori yang dibutuhkan dihitung
berdasarkan berat tubuh ideal dikalikan dengan kebutuhan kalori dasar (30
Kkal/kg BB untuk lakilaki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita). Lalu tambahkan
kalori yang dibutuhkan untuk. aktivitas (10-30% atlet dan pekerja berat bisa lebih
banyak lagi, sesuai dengan kalori yang dikeluarkan). Makanan berkalori berisi
tiga makanan utama pagi (20%), sore (30%) dan malam (25%) dan 2-3 porsi
(makanan ringan 10-15%).
Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan diabetes melitus adalah
sebagai berikut : a. Diet
b. Pemantauan kadar glukosa darah
c. Perawatan luka gangren pada pemderita DM
d. Terapi
e. Kontrol nutrisi dan metabolik
f. Tindakan amputasi

G. KOMPLIKASI
Menurut Aini & Aridiana (2016), beberapa komplikasi dari diabetes mellitus
adalah :
1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit maskrovakuler : mengena pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler)
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler
2. Kronik
Neuropati diabetik, retinopati diabetik, nefropati diabetik, proteinuria, kelainan
koroner. Komplikasi yang dapat berkembang pada diabetes baik yang bersifat akut
maupun kronik menurut (Suyono & waspadji, 2013).
H. PATHWAY
I. FOKUS PENGKAJIAN
Data yang dikumpulkan dalam pengkajian ini meliputi bio psiko-sosiospiritual.
Dalam proses pengkajian ada 2 tahap yang perlu dilalui yaitu pengumpulan data dan
analisa data (Stikes Hang Tuah Surabaya, 2022).
1) Identitas
Nama pasien, suku bangsa, jenis kelamin, pendidikan, umur, pekerjaan,
agama, penanggung jawab, status, alamat.
1. Keluhan utama
Biasanya ditandai dengan luka yang tidak sembuh-sembuh, dan pasien
mengatakan nyeri pada kakinya yang terdapat luka khas diabetes mellitus.
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Observasi dan Pemeriksaan fisik
Meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital [TD (adanya peningkatan
tekanan darah pada pasien diabetes dengan riwayat hipertensi) , Suhu, Nadi, RR] ,
Antropometri (TB, BB SMRS, BB Setelah MRS). a. Pernafasan (B1 : Breath)
Meliputi pemeriksaan bentuk dada, pergerakan dada, ada tidak nya
penggunaan otot bantu nafas tambahan, irama nafas, pola nafas, suara nafas,
suara nafas tambahan, ada tidaknya sesak nafas, batuk, sputum, sianosis.
b. Kardiovaskuler (B2 : Blood)
Meliputi pemeriksaan Ictus cordis teraba atau tidak, irama jantung
normal (lub-dup) atau tidak (ada suara tambahan (S3 dan S4), ada tidaknya
bunyi jantung tambahan, CRT (normalnya <2detik), akral dingin atau hangat,
oedem, hepatomegali, ada tidaknya perdarahan.
c. Persyarafan (B3 : Brain)
Meliputi pemeriksaan GCS (E : 4 , V : 5 , M : 6), Refleks Fisiologis
(Biceps, Triceps, Patella), Refleks patologis (kaku kuduk, Bruzinski I,
Bruzinski II, Kernig, 12 nervus kranial, ada tidaknya nyeri kepala maupun
paralisis, penciuman (meliputi : bentuk hidung, septum, polip), wajah dan
penglihatan ( mata, pupil, refleks, konjuntiva anemis, tidak adanya gangguan,
sclera anikhterik), Pendengaran (telinga simetris, tidak ada kelainan,
kebersihan telinga, tidak adanya penggunaan alat bantu), Lidah (kebersihan
lidah, uvula simetris dan tidak ada radang, palatum tidak pucat, tidak ada
kesulitan menelan, tidak ada gangguan bahasa).
d. Perkemihan (B4 : Blader)
Meliputi pemeriksaan kebersihan genitalia, ekskresi, tidak ada distensi
kandung kemih, tidak ada nyeri tekan, frekuensi eliminasi urin SMRS dan
setelah MRS, jumlah, warna, dan tidak ada penggunaan kateter urine pada
pasien.
e. Pencernaan (B5 : Bowel)
Meliputi pemeriksaan mulut pasien bersih atau tidak, membranmukosa
kering, gigi tanggal semua, faring tidak ada radang, Diit SMRS dan setelah
MRS, tidak terpasang NGT, porsi makan, frekuensi minum dan frekuensi
makan, pemeriksaan abdomen (meliputi : bentuk perut, tidak ada kelainan
abdomen,hepar,lien, tidak ada nyeri abdomen), pemeriksaan Rectum dan anus
(tidak ada hemoroid), Eliminasi BAB SMRS dan setelah MRS, frekuensi,
warna dan konsistensi.
f. Muskuluskeletal dan integumen (B6 : Bone)
Meliputi pemeriksaan rambut dan kulit kepala, tidak ada scabies,
warna kulit pucat, kebersihan kuku, turgor kulit menurun, ROM, kekuatan
otot, Deformitas tidak ada, fraktur tidak ada.
g. Endokrin
Meliputi pemeriksaan tidak ada pembesaran KGB, mengalami
hiperglikemi, tidak mengalami hipoglikemi, menderita diabetes mellitus
dengan HbA1C : 9,5% (normalnya : <5,7 ; Prediabetes : 5,7 – 6,4 ; Diabetes :
>=6,5) GDA : 264 mg/dL (normalnya : <126 mg/dL).
h. Kemampuan perawatan diri
Meliputi kemampuan mandi, berpakaian, toileting/eliminasi, mobilitas
di tempat tidur, alat bantu, kemampuan berjalan, naik tangga, berbelanja,
berpindah.
2) Analisa Data
Dari hasil pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan lalu dianalisa
sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya
dapat dirumuskan diagnosa keperawatan.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Risiko defisit nutrisi

K. FOKUS RENCANA INTERVENSI

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan tindakan selama Manajemen hiperglikemia
glukosa darah 3X24 jam diharapkan kestabilan ( I.03115)
kadar glukosa darah meningkat Observasi :
(L.05022) dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi
indikator awal akhir kemungkinan
penyebab
Mengantuk 2 4
hiperglikemia
Lelah/lesu 2 4 2. Monitor kadar
Kadar 2 4 glukosa darah
glukosa 3. Monitor tanda dan
darah gejala hiperglikemia
Jumlah urine 2 4 Teraupetik :
Kadar 2 4 1. Berikan asupan
glukosa cairan oral
dalam urine Edukasi :
2. Anjurkan monitor
Mulut kering 2 4
kadar glukosa darah
Rasa haus 2 4 secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan
diet dan olahrga
4. Ajarkan pengelolaan
Keterangan : diabtes Kolaborasi :
1. Mengantuk cukup menurun 1. Kolaborasi
2. Rasa haus cukup menurun pemberian insulin
3. Mulut kering cukup 2. Kolaborasi
menurun cairan
4. Lelah/lesu cukup menurun IV
5. Kadar glukosa dalam darah
membaik
6. Kadar glukosa dalam urine
membaik
7. Jumlah urine membaik
2. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan selama Latihan batuk efektif (I.
tidak efektif 3X24 jam diharapkan bersihan jalan 01006) Observasi :
nafas meningkat (L.0100) dengan 1. Identifikasi
kriteria hasil : kemampuan batuk
indikator awal akhir 2. Monitor adanya
Batuk efektif 2 4 retensi sputum
Produksi 2 4
sputum Teraupetik :

dispnea 3 4
1. Atur posisi
Frekuensi 3 4 semi
nafas fowler
Pola nafas 3 4 2. Buang sekret pada
tempat sputum

Keterangan : Edukasi :
1. Batuk efektif cukup
membaik 1. Jelaskan tujuan dan
2. Produksi sputum prosedur batuk
cukup membaik efektif
3. Dispnea cukup membaik 2. Anjurkan tarik
4. Frekuensi nafas nafas dalam melalui
cukup membaik hidung selama 4
5. Pola nafas cukup membaik detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluarkan
dari mulut dengan
bibir mencucu
selama 8 detik
3. Anjurkan
mengulangi nafas
selama 3 kali
4. Anjurkan natuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ketiga.

3. Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan selama Manajemen nutrisi (I. 03119)
3X24 jam diharapkan status nutrisi Observasi :
membaik ( L.03030) dengan kriteria 1. Identifikasi
hasil : status
indikator awal akhir nutrisi
Porsi makanan 2 4 2. Identifikasi alergi dan
yang dihabiskan intoleransi makan
3. Identifikasi
makanan yang
Verbalisasi 2 4 disukai
keinginan 4. Monitor
untuk asupan
meningkat makanan
Nafsu makan 4 2 5. Monitor berat badan
Frekuensi 4 2 6. Monitor
makan hasil
Kekuatan otot 2 4 pemeriksaan
pengunyah laboratorium

Keterangan:
Teraupetik :
1. Porsi makanan
dihabiskan cukup
1. Lakukan oral hygine
meningkat
sebelum makan
2. Verbalisasi keinginan
2. Berikan makanan
untuk meningkatkan
tinggi serat untuk
nutrisi meningkat
mencegah
3. Nafsu makan
konstipasi
membaik
4. Frekuensi makan
membaik Edukasi :

1. Ajurkan
posisi duduk
2. Ajurkan diet yang
diprogamkan
yang
Kolaborasi : kolaborasi
dengan ahli gizi untuk
cukup mnentukan jumlah kalori
cukup dan nutrient yang
cukup dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA

Anggit, Y. (2017). Gambaran Klinis Pasien Dengan Diabetes Mellitus.


Association, A. D. (2017).
Standards of medical care in diabetes-2017. Diabetic Retinopathy, 40(January), 1–36.
https://doi.org/10.1142/9789814304443_0001Bakta. (2015).
Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC. Bhatt, H., Saklani, S., & Upadhayay, K.
(2016)
Diabetes Melitus Tipe 2. Indonesian Journal of Pharmacy.
PPNI. (2019).
DKI. Jakarta: EGC. PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018)
Standar Intervensi KeperawatanIndonesia (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI. PPNI, Tim
Pokja SLKI DPP. (2019).
Standar Luaran KeperawatanIndonesia (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI. Prastiwi, M. I.
(2021)
Gambaran Pengetahuan Hiperglikemia danHipoglikemia Pada Penderita Diabetes
Melitus di PuskesmasKarangpandan. Universitas Muhammadiyah Surakarta, (July),
1– 23.
Putra, W. A., & Berawi, K. N. (2015). Empat Pilar PenatalaksanaanPasien Diabetes
Mellitus Tipe 2. majority. Tandra, H. (2017)
Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui TentangDiabetes. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. Utami, P. R., & Fuad, K. (2018).
Gambaran Kadar Hemoglobin PadaPenderita Diabetes Melitus Komplikasi Ginjal.
JURNALKESEHATAN PERINTIS (Perintis’s Health Journal), 5(1), 99–105.
https://doi.org/10.33653/jkp.v5i1.103

Anda mungkin juga menyukai