Anda di halaman 1dari 35

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LP DAN ASKEP DM

DI BUAT :

VALENTINA SURYA AYU APRILIANTI

NIM 2022207209320

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MILITUS

A. Definisi
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolit yang ditandai
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikimia) akibat kerusakan pada sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya (Smeltzer dan Bare, 2016 ). diabetes melitus merupakan
suatu kelimpok penyakit atau gangguan metabolit dengan karakteristik hiperglikimia
yang terjadi karna kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua duanya.
Hiperglikimia kronik pada diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf,
jatung dan pembulu darah (PERKENI, 2017 dan ADA, 2018).
Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit
yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat
tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Tingkat kadar glukosa darah dapat
menentukan apakah seseorang memderita Diabetes Mellitus atau tidak (Hasdinah, 2012).
B. Etiologi
Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar
dari sel sel beta dari pulau pulau langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan
insulin, akibatnya tejadi kekurangan insulin. Disamping itu diabetes melitus juga dapat
terjadi karna gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel.
Gangguan dapat terjadi karna kegemukan atau sebab lain yang belum di ketahui
(Smeltzer dan Bare, 2016). Diabetes melitus atau labih dikenal dengan istilah penyakit
kencing manis mempunyai beberapa penyebab, antara lain :
1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh
dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Kosumsi makanan berlebihan dan tidak di
imbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan
kadar gula dalam darah meningkat dan pasitnya akan menyebabkan diabetes melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90kg cenderung memiliki peluang lebih
besar untuk trkena penkit diabetes melitus. Sebilan dari sepuluh orang gemuk
bepotensi untuk teserang diabets melitus.
3. Faktor genetis
Diabetes melitus dapat diariskan orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes
melitus akan dibawa oleh anak jika orangtuanya menderita diabetes nelitus.
Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucu cucunya bahkan cicit walaupun resikonya
sangat kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat obatan
Bahan bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pangkreas,
radang pada pangkreas akan mengakibatkan fungsi pankres menurun sehingga tidak
ada sekresi hormon hormon untuk pross metabolism tubuh termasuk insulin. Segala
jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi
pankreas.
5. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikro organisme dana virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit
seperti kolesterol tinggi dan dislipedemia dapat meningkatkan resiko terkena diabetes
melitus.
6. Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi fakor penyebab diabetes melitus. Jika orang
malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes
melitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang tertimbun didalam
tubuh, kalori yang tertimbun didalam tubuh merupakan faktor utama penyebab
diabetes melitus selain disfungsi pankreas.
7. Kadar kortikosteroid yang tinggi.
8. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
9. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada pasien DM menurut Wijaya & Yessie

(2013) yaitu:

a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine)


Gejala yang paling utama yang dirasakan oleh setiap pasien. Jika konsentrasi glukosa
dalam darah tinggi, ginjal tidak mampu menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, eksresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmosis. Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria).
b. Polidipsia
Peningkatan rasa haus akibat volume urine yang besar dan keluarnya air yang
menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel
karena air intrasel akan derdisfusi keluar mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke
plasma hipertonik. Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antideuretik
hormone) dan menimbulkan rasa haus.
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar) diakibatkan habisnya cadangan gula didalam
tubuh meskipun kadar gula darah tinggi
d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan darah pada pasien diabetes lama,
katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk
menggunakan glukosa sebagai energi.
e. Peningkatan infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibody,
peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan
penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
f. Kelainan kulit
Kelainan kulit gatal-gatal diketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
g. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati
Pada penderita DM regenerasi sel persyarafan mengalami gangguan akibat
kurangnya bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibat banyak
persyarafan terutama perifer mengalami kerusakan.
h. Luka yang tidak sembuh-sembuh
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur
makanan yang lain. Pada penderita DM bahan protein banyak diformulasikan untuk
kebutuhan energi sel sehingga bahan dipergunakan untuk pergantian jaringan yang
rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan
oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita DM.
i. Mata kabur yang disebabkan gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh
hiperglikemia. Dapat dsebabkan juga kelainan pada korpus itreum.
D. Patofisiologis
Menurut Wijaya (2013) patofisiologi diabetes melitus yaitu sebagian besar
gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat
kurangnya insulin berikut: berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 200-1200 mg/dl. Peningkatan
mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya
metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolesterol pada dinding
pembuluh darah dan akibat dari berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien-
pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa
plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah
yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180 mg/100
ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan
poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat.
Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan
berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah asstenia
aatau kekurangan energi sehingga protein menjadi cepat lelah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi. Hipergikemia yang lama akan menyebabkan
arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak
dapat mempertahankan kadar glukosa yang normal, atau toleransi glukosa sesudah makan
karbohidrat, jika hiperglikemia parah dan melebihi ambang ginjal, maka timbul
glukosoria. Glukosoria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan
mengeluarkan kemih (poliuria) harus testimulasi, akibatnya pasien akan minum dalam
jumlah banyak
karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori
negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) timbul
sebagai akibat kehilangan kalori.
E. Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada diabetes melitus tipe 2 akan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi diabetes melitus tipe 2 terbagi dua
berdasarkan nama terjadinya, yaitu : komplikasi akut dan komplikasi kronik (Smeltzer
dan Bare, 2016).
a. Komplikasi Akut
a. Ketoasidosis diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan
adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
b. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/mL) dan terjadi peningkatan
anion gap (PERKENI, 2017).
c. Hiperosmolar non ketotik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600- 1200
mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat
(330-380 mOs/mL), plasmaketon (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat
(PERKENI, 2017).
d. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah mg/dL. Pasien
diabetes melitus yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan
hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak keringat,
gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun sampai koma
(PERKENI, 2017).
b. Komplikasi Kronis
1) Komplikasi makrovaskuler
Komplikasi makrovaskular pada diabetes melitus terjadi akibat akteros
leorosis dari pembulu-pembulu darah besar, khususnya arteri akibat timbunan
plat ateroma.Makroangiopati tidak spesifik pada diabetes mellitus namun dapat
timbul lebih cepat, lebih sering terjadi dan lebih serius. Berbagai studi
epidemiologis
menunjukan bahwa angka kematian akibat penyakit kardiovaskular dan
penderita diabetes mellitus meningkat 4-5 kali dibandingkan orang normal.
Komplikasi makroangiopati umumnya tidak ada hubungan dengan control kadar
gula darah yang baik. Tetapi telah terbukti secara epidemiologi bahwa
hiperinsulinemia merupakan suatu factor resiko mortalitas kardiovaskular
dimana peninggian kadar insulin dapat menyebabkan terjadinya resiko
kardiovaskular menjadi semakin tinggi. Kadar insulin puasa >15 mU/mL akan
meningkatkan resiko mortalitas koroner sebesar 5 kali lipat. Makroangiopati,
mengenai pembuluh darah besar antara lain adalah pembulu darah jantung atau
penyakit jantung koroner, pembuluh darah otak atau strok, dan penyakit
pembuluh darah. Hiperinsulinemia juga dikenal sebagai faktor aterogenik dan
diduga berperan penting dalam timbulnya komplikasi makrovaskular (Smeltzer
dan Bare, 2016).
2) Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah
kecil khususnya kapiler yang terdiri dari retinopati diabetik dan neprovati
diabetik.Retinopati diabetic dibagi dalam dua kelompok, yaitu retinopati non-
proliveratif dan retinopati pro-liveratif. Retinopati non-proliveratif merupakan
stadium awal dengan ditandai adanya mikroaneorisma, sedangkan retinopati pro-
liveratif, ditandai dengan adanya pertumbuhan pembuluh darah kapiler, jaringan
ikat dan adanya hipoksiaretina. Seterusnya, neprovati diabetik adalah gangguan
fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah. Nefrovati diabetic
ditandai dengan adanya proteinuria persisten (>0,5 gr/24 jam), terdapat
retinopati dan hipertensi. Kerusakan ginjal yang spesifik pada diabetes mellitus
mengakibatkan perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-molekul besar
seperti protein dapat masuk kedalam kemih (albuminoria). Akibat dari
neprovatik diabetic tersebut dapat menyebabkan kegagalan ginjal progresif dan
upaya preventif pada nepropati adalah control metabolism dan control tekanan
darah (Smeltzer dan Bare, 2016).
3) Neuropati
Diabetes neurovatik adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi serius akibat
diabetes mellitus.Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah neuropati
terifer, berupa hilangnya sensasi distal dan biasanya mengenai kaki terlebih
dahulu, lalu kebagian tangan. Neuropati beresiko tinggi untuk terjadinya ulkus
kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan adalah kaki terasa terbakar dan
bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit dimalam hari.Setelah diagnosis diabetes
mellitus ditegakan, pada setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk mendeteksi
adanya polineuropatidistal. Apabila ditemukan adanya polineuropati distal,
perawatan kaki yang memadai akan menurunkan resiko amputasi. Semua
penyandang diabetes mellitus yang disertai neuropati perifer harus diberikan
edukasi perawatan kaki untuk mengurangi resiko ulkus kaki (PERKENI, 2017).
F. Pathways
G. Pemeriksaan penunjang
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2017), menjelaskan bahwa
pemeriksaan penunjang atau diagnosis klinis DM ditegakkan bila ada gejala khas DM
berupa polyuria (peningkatan pengeluaran urine), polydipsia (peningkatan rasa haus) ,
polifagia (peningkatan rasa lapar) dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya. Jika terdapat gejala khas, maka pemeriksaan dapat dilakukan, yaitu:
1. Pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dl diagnosis DM sudah dapat
ditegakkan.
2. Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl juga dapat digunakan untuk
pedoman diagnosis DM.
3. Pemeriksaan Hemoglobin A1c (HbA1C) merupakan pemeriksaan tunggal yang
sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan berguna pada semua
tipe penyandang DM. Pemeriksaan ini bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan
kendali glikemik.
4. Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien DM.
Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada tahap awal
penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan
pengendalian.
5. Untuk pasien tanpa gejala khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah abnormal satu
kali saja belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM Diperlukan investigasi
lebih lanjut yaitu:
1) Pemeriksaan GDP ≥ 126 mg/dl, GDS ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain
2) Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥ 200 mg/dl.
H. Penatalaksanaan medis
Menurut Wijaya & Yessie (2013) dalam penatalaksanaan pasien diabetes melitus
tujuannya :
1. Jangka panjang : mencegah komplikasi.
2. Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM
Empat pilar pengendalian diabetes, yaitu :
1. Edukasi
Penderita diabetes perlu mengetahui seluk beluk penyakit diabetes. Dengan
mengetahui faktor resiko diabetes, proses terjadinya diabetes, gejala diabetes,
komplikasi penyakit diabetes, serta pengobatan diabetes, penderita diharapkan dapat
menyadari pentingnya pengendalian diabetes, meningkatkan kepatuhan gaya hidup
sehat dan pengobatan diabetes. Penderita perlu menyadari bahwa mereka mampu
menanggulangi diabetes, dan diabetes bukan lah suatu penyakit diluar kendalinya.
Terdiagnosis sebagai penderita diabetes bukan berarti akhir dari segalanya. Edukasi
(penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah
merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil.
2. Pengaturan makan (diit)
Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk mengendalikan gula
darah, tekanan darah, kadar lemak darah, serta berat badan ideal. Dengan demikian,
komplikasi diabetes dapat dihindari, sambil tetap mempertahankan kenikmatan
proses makan itu sendiri. Pada prinsipnya, makanan perlu dikonsumsi teratur dan
disebar merata dalam sehari. Seperti halnya prinsip sehat umum, makanan untuk
penderita diabetes sebaiknya rendah lemak terutama lemak jenuh, kaya akan
karbohidrat kompleks yang berserat termasuk sayur dan buah dalam porsi yang
secukupnya, serta seimbang dengan kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-
hari penderita.
3. Olahraga/ latihan jasmani
Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga membutuhkan aktivitas
fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga memiliki efek sangat baik meningkatkan
sensitivitas insulin pada tubuh penderita sehingga pengendalian diabetes lebih mudah
dicapai. Porsi olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan dan obat
sehingga tidak mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu rendah. Panduan umum
yang dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas ringan-selama 30 menit dalam
sehari yang dimulai secara bertahap.Janis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga
aerobik seperti berjalan, berenang, bersepeda, berdansa, berkebun. Penderita juga
perlu meningkatkan aktivitas visik dalam kegiatan sehari-hari, seperti lebih memilih
naik tangga ketimbang naik lift. Sebelum olahraga, sebaiknya penderita diperiksa
dokter sehingga penyulit seperti tekanan darah yang tinggi dapat diatasi sebelum olah
raga dimulai.
4. Obat/Terapi Farmakologi
Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila gula darah tetap tidak
terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkan gaya hidup sehat di atas.
Obat juga digunakan atas pertimbangan dokter pada keadaan-keadaan tertentu seperti
pada komplikasi akut diabetes, atau pada keadaan kadar gula darah yang terlampau
tinggi.
I. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat:
Lemah, sulit bergerak/berjalan , kram otot, tonus otot menurun.
2. Gangguan tidur dan istirahat, takikardi dan takipnea, letargi, disorientasi, koma,
penurunan kekuatan otot
3. Sirkulasi:
Adanya riwayat hipertensi, MCI
Klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas
Ulkus, penyembuhan luka lama
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tak ada,
disritmia, krekles
Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
4. Integritas ego:
Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi Ansietas, peka rangsang
5. Eliminasi:
Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, ISK baru atau berulang
Diare, nyeri tekan abdomen
Urin encer, pucat, kuning, atau berkabut dan berbau bila ada infeksi
Bising usus melemah atau turun, terjadi hiperaktif ( diare ), abdomen keras, adanya
asites
6. Makanan / cairan:
Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa /
karbohidrat
Penurunan berat badan
Haus dan lapar terus, penggunaan diuretic ( Tiazid ), kekakuan / distensi abdomen
Kulit kering bersisik, turgor kulit jelek, bau halitosis / manis, bau buah (nafas
aseton).
7. Neurosensori :
Pusing, pening, sakit kepala
Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan penglihatan,
disorientasi, mengantuk, stupor / koma , gangguan memori ( baru, masa lalu ), kacau
mental, reflek tendon dalam menurun/koma, aktifitas kejang
8. Nyeri / kenyamanan:
Abdomen tegang/nyeri, wajah meringis, palpitasi
9. Pernafasan:
Batuk, dan ada purulen, jika terjadi infeksi
Frekuensi pernafasan meningkat, merasa kekurangan oksigen
10. Keamanan:
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi, menurunnya kekuatan umum
/ rentang gerak, parestesia/ paralysis otot, termasuk otot-otot pernafasan,( jika kadar
kalium menurun dengan cukup tajam) ,demam, diaforesis
11. Seksualitas:
Cenderung infeksi pada vagina.
Masalah impotensi pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.

J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Hipoglikemia/Hiperglikemia d.d
Mengeluh badan lemas, kepala pusing, lemah, mudah merasa lapar (D.0027)
2. Risiko ketidakseimbangan elektrolit d.d faktor risiko ketidakseimbangan cairan
(D.0037)
3. Risiko Defisit Nutrisi d.d faktor risiko ketidakmampuan mencerna makanan
(D.0032)
4. Risiko gangguan integritas jaringan d.d faktor risiko perubahan status nutrisi
(D.0139)
K. Kriteria Hasil & Intervensi

No Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)


1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipoglikemia (I.03115)
keperawatan selama … x 24 jam Observasi :
diharapkan kestabilan glukosa darah  Identifikasi tanda dan gejala
meningkat (L.05022) dengan kriteria hipoglikemia
hasil :  Identifikasi penyebab hipoglikemia
 Kadar glukosa darah dalam Terapeutik :
darah cukup memburuk (2)-  Berikan karbohidrat sederhana jika
cukup membaik (4) perlu
 Pusing sedang (3)-cukup  Berikan glukogen jika perlu
menurun (4)  Berikan karbohidrat dan protein
 Mengantuk sedang (3)-cukup sesuai diet
menurun (4)  Pertahankan akses IV
 Lelah atau lesu sedang (3)- Edukasi :
cukup menurun (4)  Ajarkan perawatan mandiri untuk
 Keluhan lapar (3) sedang- mencegah hipoglikemia
cukup menurun (4) Kolaborasi :
 Berkeringat cukup meningkat  Kolaborasi dengan dokter dalam
(2)-cukup menurun (4) pemberian terapi dektrose, jika perlu

2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan (I.03098)


keperawatan selama … x 24 jam Observasi :
keseimbangan cairan dapat meningkat  Monitor status hidrasi
dengan kriteria hasil (L.05020) Terapeutik :
 Asupan cairan cukup menurun  Catat intake-output dan hitung
(2)-cukup meningkat (4) balance cairan 24 jam
 Asupan makan cukup menurun  Berikan cairan intavena
(2)-cukup meningkat (4)  Berikan asupan cairan
Kolaborasi :
 Kelembaban membrane  Kolaborasi dengan dokter dalam
mukosa sedang (3)-cukup pemberian diuretic, jika perlu
meningkat (4)
3. Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (I.03119)
keperawatan selama…x24 jam status Observasi :
nutrisi membaik (L.03030) dengan  Identifikasi status nutrisi
kriteria hasil :  Identifikasi kebutuhan kalori dan
 Porsi makanan yang jenis nutrient
dihabiskan menurun (1)- Terapeutik :
sedang (3)  Sajikan makanan secara menarik dan
 Kekuatan otot menelan cukup suhu yang sesuai
menurun(2)-sedang (3)  Berikan makanan tinggi kalori dan
 Berat badan cukup memburuk tinggi protein
(2)-sedang (3) Edukasi :
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian antiemetic
dengan dokter, jika perlu
4. Setelah dilakukan tindakan Pencegahan luka tekan (I.I4543)
keperawatan selama…x24 jam kontrol Observasi :
risiko meningkat (L.14128) dengan  Monitor berat badan dan
kriteria hasil : perubahannya
 Kemampuan mencari  Monitor status kulit harian
informasi tentang faktor risiko Terapeutik
cukup menurun (2)-cukup  Keringkan kulit yang lembab akibat
meningkat (4) keringat
 Kemampuan melakukan  Gunakan barrier atau lotion
strategi kontrol risiko cukup  Ubah posisi setiap 1-2 jam
menurun (2)-cukup meningkat Edukasi :
(4)  Ajarkan cara merawat kulit
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan dokter dalam
tindakan medis lainnya
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). 2018. Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus.
Diabetes Care.

Gillani, S. W., Sulaiman S.A., Abdul, M.I.M., & Saad S.Y. 2018. Aqualitative study to explore
the perception and behavior of patients towards diabetes management with physical
disability, Diabetology & Metabolic Syndrome. Biomed Central.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2017. Konsensus Pengendalian dan


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2017. Jakarta.

Price dan Wilson. 2017. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. EGC. Jakarta

Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8. EGC : Jakarta

Sri Setyowati dan Arita Murwani. 2016. Diabetes Mellitus di Indonesia. Buku Ajar Penyakit
Dalam Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI : Jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Cetakan III. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus Pusat
PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI

Wijaya, A dan Yessie M Putri. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperaatan Dewasa
Teori dan Catatan Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Melitus
Pada Ny.T Di Rs. Harapan Bunda Lampung Tengah

1. Pengkajian
Ruang : Arrafah
No. Medrek : 111435
Tgl Pengkajian : 1 Oktober 2022
Pukul : 10.00 WIB

A. Data Dasar
1. Data Demografi
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 60 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Suku :
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Tanjung Karang Timur
Tgl. Masuk RS : 1 – 10 – 2022
Tgl. Pengkajian : 1 – 10 – 2022
Diagnosa medis : DM

b. Sumber Informasi
Nama : Tn. G
Umur : 38 Th
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Tanjung Karang Timur
Hub dg Klien : anak Kandung

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan masuk RS
Klien masuk melalui IGD pada tanggal 1-10-2022, dengan keluhan baan lemas, sering
merasa mudah lapar dan haus, BAK > 10x/hari. Berdasarkan pemeiksaan fisik
didapatkan kesadaran composmentis, TD 130/80 mmHg, N : 88x/mnt, S : 36,3 oC, RR =
20x/mnt, GDS 448 mg/dl. Penatalaksanaan saat di UGD
- IVFD NaCl
- Inj. Ranitidin 1A/12J
- Inj. Cefriaxone 1g/12J
- Inj.Ondacentron 1A/8J
- Glukodon 1 x 1
Cek GDS/4 jam
b. Riwayat penyakit sekarang
1. keluhan utama
Saat dilakukan pengkajian tanggal 1/10/2022 pukul 11.00 WIB klien mengatakan
badannya terasalemas, klien mengatakan lemasnya bertambah apabila klien sedang
beraktivitas, dan lemasnya berurang ketka istirahat. Pada saat pengkajian GDS 361
mg/dl.
2. Keluhan penyerta
Klien mengatakan mudah lapar dan haus, dan sering ke kamar kecil, BAK >
10x/hari.

c. Riwayat kesehatan masa lalu


Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, riwayat
kelecakaan dan riwayat perawatan selama di rumah sakit. Klien mengatakan tidak
pernah mengalami penyakit seperti sekarang ini. klien mengatakan ini baru pertama
kalinya klien seperti ini.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keterangan :
= Laki -laki

= Perempuan

= Laki -laki meninggal

= Klien
= Garis keturunan

= Garis pembahasan

= Tinggal serumah

Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit seperti klien,dan
tidak ada yang mengalami penyakit menahun atau penakit menular lainnya
e. Riwayat Psikososial Spiritual
1. Psikologis
Klien mengatakan dia adalah seorang ibu rumah tangga. Klien percaya penyakitnya
akan segera sembuh. Klien menerima keadaannya dan kondisinya sekarang. kondisi
emosi klien stabil. klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan di
rumah sakit
2. Sosial
Klien mengatakan keluarganya selalu mendukung kesembuhan terhadap
penyakitnya. Klien mengatakan semenjak sakit dia tidak bisa lagi bersosialisasi
dengan tetangganya

3. Spiritual
Sebelum sakit
Klien mengatakan ia rajin shalat 5 waktu, klien mengatakan beragama islam dan
percaya bahwa Tuhan itu ada
Saat sakit
Klien mengatakan ia selalu berdoa agar sakitnya cepat sembuh,klien beribadah di t4
tidur.

f. Pengetahuan Pasien dan keluarga


Klien mengatakan belum paham tentang penyakit yang dideritanya saat ini,
perawatannya bagaimana dan pengobatannya seperti apa. Klien mengatakan tidak tahu
penyebab penyakit yang dideritanya.

g. Lingkungan
Kondisi lingkungan rumah baik dan tidak mempengaruhi kesehatan saat ini, Kondisi
lingkungan sekitar rumah baik. Sinar matahari dan ventilasi cukup
h. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit
1. Pola pemenuhan Nutrisi dan cairan
Pola Nutrisi :
Sebelum masuk rumah sakit
Klien mengatakan sebelum sakit nafsu makannya baik, klien makan 3-4 kali/hari,
klien selalu merasa lapar dan menghabiskan porsi makannya.
Sesudah masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan semenjak sakit nafsu makannya menurun, klien hanya
menghabiskan 1/2 sendok makan saja dari porsi yang telah disediakan, klien
mngatakan BBnya menurun, klien mengatakan sebelum sakit Bbnya 55Kg dan
setelah sakit BB klien hanya 51Kg, klien mengatakan tidak mempunyai alergi dan
pantangan terhadap makanan apapun.

Pola Cairan
Sebelum masuk ke Rumah Sakit
Klien mengatakan sebelum sakit minum air putih 7-8 gelas perhari dengan jumlah
2000-2500 cc/hari
Sesudah masuk ke Rumah Sakit
Klien mengatakan saat sakit minum air putih. 5-6 gelas perhari dengan jumlah ±
1500 cc/hari, klien terpasang IVFD NaCl

2. Pola eliminasi
Sebelum masuk ke Rumah Sakit
BAK : Klien mengatakan BAK >6-8x/hari dengan jumlah urine ± 2000 cc/hari,
warna urine jernih, baunya khas, klien mengatakan tidak ada keluhan saat
BAK
BAB : Klien mengatakan BAB 1x/hari, dengan konsistensi lunak berbetuk, warna
kuning, bau khas, klien mengatakan tidak ada keluhan saat BAB

Sesudah masuk Rumah Sakit


BAK : Klien mengatakan BAK klien >10x/hari dengan jumlah urine ± 2500 cc/hari,
warna urine jernih, baunya khas, klien tidak menggunakan kateter dan tidak
ada keluhan saat BAK
BAB : Klien mengatakan saat masuk RS sampai sekarang belum BAB

3. Pola Personal Hygiene


a. Sebelum masuk ke Rumah Sakit
klien mengatakan mandi 2-3x sehari pada pagi dan sore hari dengan menggunakan
sabun, klien mengatakan mengosok gigi sebelum mandi dan mencuci rambut setiap
kali mandi
b. Sesudah masuk ke Rumah Sakit,
klien mengatakan selama dirawat di RS dia hanya di lap saja oleh anakya.

4. Pola istirahat dan Tidur


a. Sebelum masuk Rumah Sakit
klien mengatakan tidak biasa tidur siang, klien mengatakan tidur malam 6-7 jam/hari
b. Sesudah masuk Rumah Sakit
klien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak, dan selalu terbangun karena sering BAK.
klien mengatakan hanya tidur 4-6 jam/hari

5. Pola Aktivitas dan Latihan


Sebelum sakit
Klien mengatakan dapat melakukan aktivitas dengan baik, klien tidak memiliki
keterbatasan gerak,klien tidak menggunakan alat bantu dalam bergerak.
Saat sakit
Klien mengatakan hanya berbaring saja di tempat tidur, klien mengatakan
aktivitasnya dibantu oleh keluarga. Klien mengatakan badannya lemas.

6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


Tidak ada pola kebiasaan yang mempegaruhi kesehatan klien dan klien juga tidak
mengkonsumsi minuman keras dan ketergantungan terhadap obat obatan yang dapat
mempegaruhi kesembuhan klien.
3. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum Klien : Klien tampak lemah dan pucat
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Suhu Tubuh : 36,3 ºC
4. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
5. Nadi/Denyut Jantung : 88 x/mt
6. Pernafasan :20 x/mt
7. GDS : 361 mg/dl

b. Pemeriksaan fisik per sistem


1. Sistem penglihatan
posisi mata simetris, konjungtiva an anemis, sklera anikterik, lapang pandang bagus
raksi terhadap cahaya +/+ dan ketajaman mata baik, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
2. Sistem pendengaran
Posisi daun telinga simetris, tidak ada lesi, tidak ada serumen, tidak ada pengeluaran
darah maupun cairan, tidak ada tanda-tanda radang, lien tidak mengunakan alat
bantu pendengaran.
3. Sistem wicara
Klien tidak mengalami gangguan dan kesulitan dalam berbicara
4. Sistem pernafasan
Bentuk dada simetris, Pada jalan napas bersih, tidak ada sesak dan klien tidak
menggunakan alat bantu pernapasan, frekuensi nafas 20x /menit, irama nafas teratur,
jenis pernafasan spontan, klien tidak batuk dan tidak terdapat sputum, suara nafas
normal/vesikuler, dan tidak ada nyeri saat bernafas.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi prifer
Nadi 88x /menit, irama teratur, tidak terdapat distensi vena jugularis baik kanan
maupun kiri, temperatur kulit hangat, pengisian kapiler 2 detik, tidak terdapat
edema pada ekstremitas
b. Sirkulasi jantung
Heartrate 130 x/menit, irama teratur (lup/dup), tidak terdapat kelainan pada
bunyi jantung, klien mengatakan nyeri dadabila batuk.
6. Sistem Neurologi
GCS : 15 E4 M6 V5, tingkat kesadaran composmentis, , tidak terjadi tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial, tidak ada gangguan neurologis (NI – NXII), tidak
ada tanda-tanda iritasi meningkat, kekuatan otot penuh, klien tampak lemah dan
aktivitas dibantu oleh ibunya.

7. Sistem Pencernaan
Klien tidak menggunakan gigi palsu, tidak terdapat carries, tidak tampak stomatitis,
lidah tidak kotor, salifa normal, klien mengatakan tidak nyeri perut, bising usus
belum ada karena masih dalam pengaruh anastesi, klien tidak megalami diare dan
konstipasi, tidak teraba pembesaran hepar, dan abdomen tidak kembung.
8. Sistem immunology
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada leher
9. Sistem Endokrin
nafas bau keton, tidak terdapat luka ganggren.
10. Sistem Urogenital
Klien mengatakan saat sakit BAK > 10x/hari, tidak mengalami distensi kandung
kemih, dan klien tidak menggunakan kateter
11. Sistem Integument
Rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih, kuku terlihat pendek dan bersih, turgor
kulit elastis, dan bersih, tidak ada tanda-tanda radang dan infeksi pada kulit.
12. Sistem Musculoskeletal
Klien mengalami keterbatasan dalam pergerakan akibat kelemahan, lien mengatakan
merasa lemas bila beraktvitas, aktivitas dibantu keluarga.
13. Sistem reproduksi
Klien tidak mengalami gangguan seksualitas

4. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium
Hematologi tanggal 02/10/2022
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Leukosit 13.700 5.000 – 10000/ul
Diff Count
- Basofl 0 0 – 1%
- Eousinofil 0 1–4%
- N. Staff 0 2–6%
- N. Segmen 79 50 – 70%
- Limfosit 9 20 - 40%
- Monosit 12 2 - 8%
Trombosit 147.000 150 - 400 x 103 /ul

Pemeriksaan GDS
Tanggal Hasil Nilai normal
10/11/2016 448 <200 mg/dl
11/11/2016 361 <200 mg/dl
12/11/2016 296 <200 mg/dl
13/11/2016 180 <200 mg/dl

5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
- IVFD NaCl
- Inj. Ranitidin 1A/12J
- Inj. Cefriaxone 1g/12J
- Inj.Ondacentron 1A/8J
- Glukodon 1 x 1
Cek GDS/4 jam
b. Penatalaksanaan keperawatan (Saat pengkajian)
IVFD Asering
Decolin 3gr 1x1
Glimepide 3g 1 x 1
Lantus 1 x 8 Ul
Isoropid 6-6-6
Cek GDS-GDPP /hari
Metformi 1x1
Vit B Complek 3 x1

6. Resume Keperawatan
Klien datang pada tanggal 1-10-2022, dengan keluhan badannya lemas,merasa sering
cepat lapar dan haus,BAK > 10x/hari. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
composmentis, TD 130/80 mmHg, N : 88x/mnt, S : 36,3 oC, RR = 20x/mnt.
Penatalaksanaan saat di UGD : IVFD NaCl, Inj. Ranitidin 1A/12J, Inj. Cefriaxone 1g/12J,
Inj.Ondacentron 1A/8J, Glukodon 1 x 1, GDS/448 mg/dl. Kemudian setelah diobservasi
selama 3 jam klien dibawa ke ruang rawat. Saat dilakukan pengkajian tanggal 11/11/2016
pukul 10.00WIB klien mengatakan badannya terasa lemas, klien mengatakan lemasnya
bertambah apabila klien sedang beraktivitas, berkurang apabila klien beristirahat. Klien
mengatakan sering BAK, dan nafsu makannya menurun, klien mengatakan BB menurun
semenjak klien sakit. Pada saat pengkajian didapat GDS 361 mg/dl. Klien mengatakan
hanya berbaring di tempat tidur, semua aktivitasnya dibantu oleh keluarganya.

2. Data Fokus
1. Data Subyektif
- Klien mengatakan badannya lemas
- Klien mengatakan lemasnya bertambah apabila klien beraktivitas dan berkurang apabila
klien beristirahat
- Klien mengatakan tidak tau penyebab penyakit yang dideritanya saat ini
- Klien mengatakan mudah merasa lapar dan haus
- Klien mengatakan sering BAK
- Klien mengatakan nafsu makannya menurun/tidak nafsu makan
- Klien mengatakan BBnya menurun semenjak sakit
- Klien mengatakan hanya berbaring saja di tempat tidur
- Klien mengatakan semua aktivitasnya dibantu oleh keluarganya

b. Data Obyektif
- Klien tampak lemas
- Klien tampak berbaring di tempat tidur saja
- Aktivitas klien dibantu penuh oleh keluarganya
- GDS 448 mg/dl
- Klien tampak tidak menghabiskan porsi makan yang disediakan RS
- Klien tampak tidak nafsu makan
- Klien BAK > 10x/hari
- Klien dan keluarga selalu bertanya penyakit apa sebenarnya yang diderita klien
- BB sebelum sakit 55 Kg, saat sakit 51Kg
3. Analisis Data

No. Data (S) Masalah (P) Etiologi (E)


1. Ds :
- Klien mengatakan Defisit Volume Diuresis osmotik,
badannya lemas cairan poliuria
- Klien mengatakan
mudah lapar dan haus
- Klien mengatakan
sering BAK
DO :
- Klien tampak lemas
- Klien tampak berbaring
di t4 tidur, aktivitas
dibantu keluarga
- Kien BAK >10x/hari
- mukosa bibir kering
2. DS :
- klien mengatakan tidak Gangguan Intake yang tidak
nafsu makan pemenuhan adekuat,
- klien mengatakan BB nya nutrisi, kurang ketidakseimbangan
turun dari kebutuhan insulin
- klien mengatakan hanya
menghabiskan ½ porsi
makan yang disediakan
RS

DO :
- Klien tampak lemas dan
lesu
- BB klien turun,
BB sebelum sakit 55kg
BB saat sakit 51kg
- Klien tampak tidak
menghabiskan porsi
makan yang telah
disediakan RS
- Klien tampak tidak nafsu
makan
- GDS 448 mg/dl

3 DS Kurangnya Kurang
- Klien mengatakan belum pengetahuan terpajan/tidak
paham tentang mengenai kondisi mengenal sumber
penyakitnya saat ini informasi
- Klien mengatakan tidak
tahu penyebab penyakit
yang dideritanya saat ini
DO
- Klien terlihat cemas dan
sering bertanya mengenai
penyakitnya

4. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, poliuria
2. Gangguan pemenuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak
adekuat, ketidakseimbangan insulin
3. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan kurang terpajan/tidak
mengenal sumber informasi
5. Rencana Tindakan Keperawatan
Ruang : Arrafah
No. Medrek : 111435
Tgl Pengkajian : 1 Oktober 2022
Pukul : 10.00 WIB

No Dx Keperawatan Tujuan (SMART) Rencana Rasional


dan data penunjang tindakan
1 Defisit vol cairan Setelah dilakukan 1. Pantau 1. Memberikan
b.d diuress askep 3 x 24 jam masukan dan perkiraan kebutuhan
osmotik, poliuria masalah defisit vol pengeluaran akan cairan
Ds : cairan dapat teratasi cairan. pengganti. Fungsi
- Klien dengan KH: 2. Pertahankan ginjal, dan
mengatakan - turgor kulit baik untuk keefektifan dari
badannya - TTV stabil memberikan terapi yang
lemas - Keluaran urine cairan paling diberikan.
- Klien normal sedikit 2500 2. Mempertahankan
mengatakan ml/hari. hidrasi/ volume
mudah lapar 3. Observasi sirkulasi.
dan haus adanya 3. Pemberian cairan
- Klien perasaan untuk perbaikan
mengatakan kelelehan yang cepat mungkin
sering BAK yang sangat berpotensi
DO : meningkat, menimbulkan
- Klien tampak 4. Kolaborasi kelebihan beban
lemas pemberian cairan.
- Klien tampak cairan yang 4. Tipe dan jumlah
berbaring di t4 sesuai. cairan tergantung
tidur, aktivitas 5. Kaji nadi pada derajat
dibantu TTV, turgor kekurangan cairan.
keluarga kulit dan 5. §  Merupakan
- Kien BAK membran indikator dari
>10x/hari mukosa tingkat dehidrasi
- mukosa bibir atau volume
kering sirkulasi yang
adekuat.

2. Gangguan Tujuan : Setelah 1. Timbang BB 1. Penurunan BB


pemenuhan nutrisi, dilakukan askep selama setiap hari dikarenakan
kurang dari 3 x 24 jam gangguan 2. Tentukan peningkatan
kebutuhan pemenuhan nutrisi program diit Hiperglikemia dalam
berhubungan kurang dari kebutuhan dan pola darah sehingga O2
dengan intae yang tubuh teratasi dengan makan klien tidak memerlikan
tidak adekuat, Kriteria hasil : 3. Libatkan cadangan energi
ketidakseimbangan menunjukkan BB keluarga klien 2. Diit rendah kalori
insulin normal,kadar glukosa pada dan rendah lemak
DS : normal perencanaan juga protein cocok
- klien makanan untuk penderita DM
mengatakan 4. Observasi 3. Hubungan keluarga
tidak nafsu TTV dan yang harmonis
makan tanda-tanda menciptakan rasa
- klien Hipoglikemia, saling memiliki satu
mengatakan BB 5. Pantau sama lain dapat
nya pemeriksaan dibuktikan keluarga
- klien lab. Darah memperhatikan pola
mengatakan lengkap makan klien
hanya 6. Kolaborasi 4. Peningkatan insulin
menghabiskan ½ dengan ahli menyebabkan
porsi yang gizi 60% Hiperglikemia, TTV
disediakan RS CO2, 20% dipantau untuk
protein, dan mengetahui ada
DO : 20% lemak penurunan dalam
- Klien tampak emetik sesuai batas-batas normal
lemas dan lesu indikasi 5. Hasil pemeriksaan
- BB klien turun, lab. Serum darah
BB sebelum lengkap
sakit 55kg mempertahankan
BB saat sakit diagnosa klien dan
51kg untuk mengetahui
- Klien tampak ukuran kadar gula
tidak dalam darah apakah
menghabiskan lebih tinggi dari
porsi makan normal atau dibatas
yang telah nuormal
disediakan RS 6. Diit nutrisi rendah
- GDS 448mg/dl kalori, rendah
protein dapat
mengurangi kadar
gula dalam darah
3 Kurang Tujuan : Setelah 1. Kaji tingkat 1. untuk memberikan
pengetahuan dilakukan askep selama pengetahuan informasi yang tepat
mengenai penyakit 3 x 24 jam masaah pasien pada pasien dan
b.d kurang kurang pengetahuan tentang menghindari
terpajan/tidak teratasi dengan penyakit, kejemuan informasi
mengenal sumber Kriteria hasil : klien dan prognosa, dan 2. memberikan
informasi keluarga mengerti pengobatanny informasi yang
DS tentang penyakit, a akurat dan bermakna
- Klien pegobatan,pola diit.dl 2. Lakukan bagi pasien dan bagi
mengatakan pemberian perawat dapat
belum paham pendidikan mengetahui
tentang kesehatan perkembangan
penyakitnya saat secara pengetahuan pasien
ini bertahap dan dengan pasti.
- Klien sesuai 3. memberikan
mengatakan rencana pada pengetahuan dasar
tidak tahu satuan acara dimana pasien cepat
penyebab pembelajaran membuat
penyakit yang (SAP). pertimbangan dalam
dideritanya saat 3. Diskusikan memilih gaya hidup
ini bersama 4. pemahaman tentang
pasien semua aspek
DO tentang penggunaan obat
- Klien terlihat penyakitnya. meningkatkan
cemas dan sering 4. Tinjau ulang penggunaan yang
bertanya program tepat.
mengenai pengobatan.
penyakitnya
7. Catatan Perkembangan
Ruang : Arrafah
No. RM : 111435
Tgl Pengkajian : November 2016
Pukul : 10.00 WIB
No Tgl/jam Implementasi Paraf Evaluasi (SOAP)
Dx (respon atau hasil)
Kep
1. 1/10/2022 Kaji masukan dan S:
pengeluaran cairan . - Klien mengatakan
R/h : klien berkeringat, dan badannya lemas
mengatakan cepat haus - Klien mengatakan
Klien mengatakan masih mudah lapar dan haus
sering BAK (>10x/hari) - Klien mengatakan
sering BAK
Pertahankan untuk O:
memberikan cairan paling - Klien tampak lemas
sedikit 2500 ml/hari. - Klien tampak berbaring
R/h : terpasang IVR Asering di t4 tidur, aktivitas
dibantu keluarga
Observasi adanya perasaan - Kien BAK >10x/hari
kelelahan yang meningkat, - mukosa bibir kering
R/h :Klien mengatakan
badannya lemas A : masalah defisit volcairan
belum teratasi
Kaji nadi TTV, turgor kulit
dan membran mukosa P : Lanjutkan intervensi
R/h : TTV :TD 130/70mmHg
Kaji masukan dan
S36,3oC, N 88x/mnt, R
pengeluaran cairan .
20x/mnt
Pertahankan untuk
Membran mukosa kering
memberikan cairan paling
sedikit 2500 ml/hari.
Observasi adanya perasaan
kelelahan yang meningkat,
Kaji nadi TTV, turgor kulit
dan membran mukosa
2. 01/10/2022 Timbang BB setiap hari S:
Rh : BB 51Kg - klien mengatakan tidak
nafsu makan
Tentukan program diit dan - klien mengatakan BB nya
pola makan klien turun
R/h : Diit 1900kkal - klien mengatakan hanya
menghabiskan ½ porsi
Observasi makan klien yang disediakan RS
R/h : klien makan ½ porsi
yang disajikan O:
- Klien tampak lemas dan
Observasi TTV dan tanda- lesu
tanda Hipoglikemia, - BB klien turun,
Pantau pemeriksaan lab. BB sebelum sakit 55kg
Darah lengkap BB saat sakit 51kg
Rh : R/h : TTV :TD - Klien tampak tidak
130/70mmHg S36,3oC, N menghabiskan porsi
88x/mnt, R 20x/mnt, makan yang telah
GDS 361 mg/dl disediakan RS
- GDS 448mg/dl
Kolaborasi dengan ahli gizi
60% CO2, 20% protein, dan A : Masalah gangguan
20% lemak emetik sesuai nutrisi belum teratasi
indikasi
R/h : diit telah dilaksanakan. P : Lanjutkan intrvensi
- Timbang BB setiap hari
- Tentukan program diit dan
pola makan klien

- Observasi makan klien

- Observasi TTV dan tanda-


tanda Hipoglikemia,
Pantau pemeriksaan lab.
Darah lengkap
3 11/11/2016 Kaji tingkat pengetahuan S:
pasien tentang penyakit, - Klien mengatakan
prognosa, dan pengobatannya belum paham tentang
r/h : klien mengatakan tidak penyakitnya saat ini
mengetahui tentang - Klien mengatakan tidak
peyakitnya dan tahu penyebab penyakit
pengobatannya yang dideritanya saat ini

Lakukan pemberian O
pendidikan kesehatan secara - Klien terlihat cemas dan
bertahap dan sesuai rencana sering bertanya mengenai
pada satuan acara penyakitnya
pembelajaran (SAP).
Rh :Pendkes terlaksana A : Masalah kurang
pengetahuan belum teratasi
Diskusikan bersama pasien
tentang penyakitnya. P : Lanjutkan intervensi
Rh :klien tampak ineraktif dan - Kaji tingkat pengetahuan
sering bertanya tentang fungsi pasien tentang penyakit,
obat2an yg diminum,hasil lab prognosa, dan
dan pola diiit pengobatannya
- Lakukan pemberian
Tinjau ulang program pendidikan kesehatan secara
pengobatan bertahap dan sesuai rencana
Rh : Klien mau menjalankan pada satuan acara
program pengobatan pembelajaran (SAP).
- Diskusikan bersama pasien
tentang penyakitnya.
- Tinjau ulang program
pengobatan

1. 12/11/2016 Kaji masukan dan S:


pengeluaran cairan . - Klien mengatakan
R/h : klien berkeringat, dan badannya lemas
mengatakan cepat haus - Klien mengatakan
Klien mengatakan masih mudah lapar dan haus
sering BAK (8x/hari) - Klien mengatakan
sering BAK
Pertahankan untuk O:
memberikan cairan paling - Klien tampak lemas
sedikit 2500 ml/hari. - Klien tampak berbaring
R/h : terpasang IVR Asering di t4 tidur, aktivitas
dibantu keluarga
Observasi adanya perasaan - Kien BAK 8x/hari
kelelahan yang meningkat, - mukosa bibir kering
R/h :Klien mengatakan
badannya masih lemas A : masalah defisit vol
cairan belum teratasi
Kaji nadi TTV, turgor kulit
dan membran mukosa P : Lanjutkan intervensi
R/h : TTV :TD mmHg S, Kaji masukan dan
N x/mnt, R x/mnt pengeluaran cairan .
Membran mukosa kering Pertahankan untuk
memberikan cairan paling
sedikit 2500 ml/hari.
Observasi adanya perasaan
kelelahan yang meningkat,
Kaji nadi TTV, turgor kulit
dan membran mukosa

2. 2/10/2022 Timbang BB setiap hari S:
Rh : BB 51Kg - klien mengatakan tidak
nafsu makan
Tentukan program diit dan - klien mengatakan BB nya
pola makan klien turun
R/h : Diit 1900kkal - klien mengatakan hanya
menghabiskan ½ porsi
Observasi makan klien yang disediakan RS
R/h : klien makan ½ porsi
yang disajikan O:
- Klien tampak lemas dan
Observasi TTV dan tanda- lesu
tanda Hipoglikemia, - BB klien turun,
Pantau pemeriksaan lab. BB sebelum sakit 55kg
Darah lengkap BB saat sakit 51kg
Rh : R/h : TTV :TD mmHg - Klien tampak tidak
S oC, N x/mnt, R x/mnt, menghabiskan porsi
GDS 296 mg/dl makan yang telah
disediakan RS
Kolaborasi dengan ahli gizi - GDS 296mg/dl
60% CO2, 20% protein, dan
20% lemak emetik sesuai A : Masalah gangguan
indikasi nutrisi belum teratasi
R/h : diit telah dilaksanakan.
P : Lanjutkan intrvensi
- Timbang BB setiap hari
- Tentukan program diit dan
pola makan klien

- Observasi makan klien

- Observasi TTV dan tanda-


tanda Hipoglikemia,
Pantau pemeriksaan lab.
Darah lengkap
3 12/11/2016 Kaji tingkat pengetahuan S:
pasien tentang penyakit, - Klien mengatakan sudah
prognosa, dan pengobatannya sediki paham tentang
r/h : klien mengatakan sudah penyakitnya saat ini
mengetahui sedikit tentang -
peyakitnya dan
pengobatannya O
- Klien tampak antusias
Lakukan pemberian dalam berdiskusi tentang
pendidikan kesehatan secara penyakitnya
bertahap dan sesuai rencana
pada satuan acara A : Masalah kurang
pembelajaran (SAP). pengetahuan belum teratasi
Rh :Pendkes terlaksana
P : Lanjutkan intervensi
Diskusikan bersama pasien - Kaji tingkat pengetahuan
tentang penyakitnya. pasien tentang penyakit,
Rh :klien tampak interaktif prognosa, dan
dan sering bertanya tentang pengobatannya
fungsi obat2an yg - Lakukan pemberian
diminum,hasil lab dan pola pendidikan kesehatan secara
diiit bertahap dan sesuai rencana
pada satuan acara
Tinjau ulang program pembelajaran (SAP).
pengobatan - Diskusikan bersama pasien
Rh : Klien mau menjalankan tentang penyakitnya.
program pengobatan - Tinjau ulang program
pengobatan

1. 3/10/2022 Kaji masukan dan S:


pengeluaran cairan . - Klien mengatakan
R/h : badannya sudah tidak
Klien mengatakan BAK lemas
sudah berkurang (5-6x/hari) - Klien mengatakan
BAKny sudah normal
Pertahankan untuk (5-6x/hari)
memberikan cairan paling O:
sedikit 2500 ml/hari. - Klien sudahmulai bisa
R/h : terpasang IVR Asering beraktivitas
- Kien BAK 5-6x/hari
Observasi adanya perasaan - mukosa bibir lembab
kelelahan yang meningkat,
R/h :Klien mengatakan A : masalah defisit vol
badannya sudah tidak lemas. teratasi
Klien sudah mulai bisa
beraktivitas P : intervensi dihentikan

Kaji nadi TTV, turgor kulit


dan membran mukosa
R/h : TTV :TD mmHg S,
N x/mnt, R x/mnt
Membran mukosa lembab

2. 3/10/2022 Timbang BB setiap hari S:


Rh : BB 52Kg, BB klien - klien mengatakan sudah
sudah meningkat nafsu makan
- klien mengatakan
Tentukan program diit dan menghabiskan porsi yang
pola makan klien disediakan RS
R/h : Diit 1900kkal
O:
Observasi makan klien - BB klien sudah meningkat
R/h : klien menghabiskan
porsi yang disajikan Klien tampak
menghabiskan porsi
Observasi TTV dan tanda- makan yang telah
tanda Hipoglikemia, disediakan RS
Pantau pemeriksaan lab. - GDS 180mg/dl
Darah lengkap
Rh : R/h : TTV :TD mmHg A : Masalah gangguan
S oC, N x/mnt, R x/mnt, nutrisi teratasi
GDS 180 mg/dl
P : intervensi dihentikan
Kolaborasi dengan ahli gizi
60% CO2, 20% protein, dan
20% lemak emetik sesuai
indikasi
R/h : diit telah dilaksanakan.

3 13/11/2016 Kaji tingkat pengetahuan S:


pasien tentang penyakit, - Klien mengatakan sudah
prognosa, dan pengobatannya paham tentang penyakitnya
r/h : klien mengatakan sudah saat ini
mengetahui tentang - Klien mengatakan sudah
peyakitnya dan tahu penyebab penyakit
pengobatannya yang dideritanya saat ini

Lakukan pemberian O
pendidikan kesehatan secara - Klien mampu
bertahap dan sesuai rencana menyebutkan penyebab dan
pada satuan acara pengobatan penyakitnya
pembelajaran (SAP).
Rh :Pendkes terlaksana A : Masalah kurang
pengetahuan teratasi
Diskusikan bersama pasien
tentang penyakitnya. P : : intervensi dihentikan
Rh :klien tampak interaktif
dan sering bertanya tentang
fungsi obat2an yg
diminum,hasil lab dan pola
diiit

Tinjau ulang program


pengobatan
Rh : Klien mau menjalankan
program pengobatan

Anda mungkin juga menyukai