DIABETES MELITUS
TUTORIAL B – 3
TUTOR
ANGGOTA
1. AL-KHAFI 1310211-138
3. ANTANIA I. K. 1310211-113
6. FADILLAHAFIDZH 1310211-168
9. RACHMAT A. 1310211-155
FAKULTAS KEDOKTERAN
0
KATA PENGANTAR
Pui syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tutorial dengan tema kasus “Diabetes
Melitus” sebagai bahan penilaian untuk kelompok tutorial kami.
“Tak ada gading yang tak retak”, inilah ungkapan yang dapat kami
sampaikan apabila terdapat kekurangan dan kesalahan pada makalah tutorial kami maka
mohon dimaafkan.
Semoga makalah yang kami serahkan ini dapat memberikan manfaat yang
baik untuk kami dan pembaca. Terima kasih.
Hesti Herlinawati
NRP 1310211.203
1
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan lembar pengesahan ini maka makalah oleh tutorial B-3 dengan tema
“DIABETES MELITUS”
dinyatakan telah diperiksa dan disetujui.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
LEMBAR PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PEMBUKAAN 5
1.1. Naskah Kasus Diabetes Melitus Tipe II 5
1.2. Learning Progress Report 6
1.3. Mekanisme Kasus 7
1.4. Pankreas 8
1.5. Insulin 9
1.6. Glukagon 10
BAB II ISI 11
2.1. Pengertian Umum 11
2.2. Gejala Diabetes Melitus 12
2.3. Patofisiologi 13
2.4. Penggolongan Diabetes 14
2.5. Penatalaksanaan Diabetes 17
2.5.1. Penyuluhan ( Edukasi ) 17
2.5.2. Perencanaan Makanan 18
2.5.3. Latihan Jasmani 18
2.5.4. Obat Hipoglikemik 18
REFERENSI 22
3
BAB I
PEMBUKAAN
Dari catatan rekam medis saat general check up 4 tahun lalu, pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darahnya 150/80mmHg, denyut nadinya 80 kali/menit dan frekuensi
pernafasannya 16 kali/menit. Tinggi badan pasien 168 cm dan beratnya 90,7 kg dengan lingkar
pinggang 127 cm atau Waist to Hip Ratio 1,2. Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan
kadar glukosa serum : 145 mg/dl ( puasa ), kadar total kolesterol serum : 208 mg/dl, kadar trigliserida
serum : 210 mg/dl, kadar HDL serum : 26 mg/dl dan kadar LDL : 173 mg/dl. Dari catatan rekam
medis tersebut, Tn Diandra didiagnosis menderita Sindroma Metabolik.
4
1.2.LEARNING PROGRESS REPORT
TERMINOLOGI PROBLEM HIPOTESIS IDK LEARNING
1.General Check Up Tn.Diandra,50 1.Sindrom 1.Pankreas 1.Definisi
2.Sindroma Metabolik tahun Metabolik 2.Insulin 2.Epidemiologi
2.Obesitas 3.Glukagon 3.Klasifikasi
Pemeriksaan Fisik 4 3.Hipertensi 4.Klasifikasi 4.Etiologi
tahun lalu ; 4.Diabetes Diabetes 5.Patogenesis
1.TD=150/80mmHg 5.Nefritis Melitus 6.Patofisiologi
2.Nadi=80x/menit 6.Cacingan 7. Gejala
3.Nafas=16x/menit 7.Hiperglikemi 8.Faktor Risiko
4.TB=168cm 8.Gout dan Komplikasi
5.BB=90,7kg 9.Dislipidemia Prognosis
6.LP=127cm 9.Tata Laksana
7.Waist to hip ratio
1,2
Pemeriksaan Lab 4
tahun lalu ;
1.Glukosa
serum=145mg/dl
2.Kolesterol=26mg
3.LDL=173mg/dl
Diagnosa
Sindrom Metabolik
5
1.3.MEKANISME KASUS
6
1.4.PANKREAS
Menurut Price dan Wilson (1992 : 430-431) pankreas merupakan organ yang
panjang dan ramping. Panjangnya sekitar 6 inci dan lebarnya 1,5 inci. Pankreas terletak
retroperitoneal dan dibagi dalam 3 segmen utama : kaput, korpus dan kauda. Kaput terletak
pada bagian cekung duodenum dan kauda menyentuh limpa.
Pankreas dibentuk dari 2 sel dasar yang mempunyai fungsi sangat berbeda.
Sel-sel eksokrin yang berkelompok-kelompok disebut asini menghasilkan unsur-unsur getah
pankreas. Sel-sel endokrin atau pulau Langerhans menghasilkan sekret endokrin, insulin dan
glukagon yang penting untuk metabolisme karbohidrat.
Menurut Corwin (1996 : 538 – 541), konsep fisiologis pankreas dibagi 2 yaitu :
7
2.1.INSULIN
Insulin merupakan suatu hormon yang menurunkan glukosa darah (Price dan
Wison, 1996 : 1109) dilepaskan pada suatu tingkat/kadar basal oleh sel-sel beta ) pulau
Langerhans. Rangsangan utama untuk pelepasan insulin di atas ( kadar basal adalah
peningkatan kadar glukosa darah , hal ini merangsang sekresi insulin dari pankreas dengan
cepat meningkat dan kembali ke tingkat basal dalam 2-3 jam.
Insulin adalah hormon utama pada stadium absorptif pencernaan yang muncul
segera setelah makan. Di antara waktu makan, kadar insulin rendah.
Insulin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor insulin yang terdapat di sebagian besar
sel tubuh untuk menyebabkan peningkatan transportasi glukosa (yang diperantarai oleh
pembawa) ke dalam sel. Setelah berada di dalam sel, glukosa dapat segera dipergunakan
untuk menghasilkan energi melalui siklus Krebs, atau dapat disimpan di dalam sel sebagai
glikogen, sewaktu glukosa dibawa masuk ke dalam sel, kadar glukosa darah menurun. Insulin
adalah hormon anabolik (pembangun) utama pada tubuh dan memiliki berbagai efek. Insulin
meningkatkan transportasi asam amino ke dalam sel, merangsang pembentukan protein serta
menghambat penguraian simpanan lemak, protein dan glikogen. Insulin juga menghambat
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) oleh hati.
8
2.2.GLUKAGON
Glukagon pankreas merupakan suatu polipeptida rantai tunggal yang terdiri
dari 29 asam amino dengan berat molekul 3845. Sintesis glukagon diatur gen pada kromosom
manusia 2. Disintesis oleh sel A pulau Langerhans dan berasal dari suatu molekul prekursor
besar dengan 160 asam amino, yang biasa disebut proglukagon. Molekul proglukagon ini
terdiri dari peptida terkait glisentin, glukagon, peptida mirip glukagon 1 (GLP-1), dan peptida
mirip glukagon 2 (GLP-2). Pada orang sehat, kadar rata-rata glukagon imunoreaktif plasma
puasa adalah 75 pg/mL (25 pmol/L). Hanya 30-40% yg merupakan glukagon pankreas,
sisanya dari molekul-molekul yg berat molekulnya lebih tinggi.
Pada keadaan puasa, kadar glukosa darah menurun, sekresi insulin menurun,
otot rangka dan jaringan lemak menyerap glukosa lebih sedikit. Peningkatan glukagon oleh
sel A pankreas menghambat glikogen sintase serta mengaktifkan glikogen fosforilase.
Glukosa 6-fosfat yang dihasilkan kemudian diubah menjadi glukosa oleh glukosa-6-fosfatase
(glukokinase), lalu glukosa dibebaskan ke darah untuk otak dan eritrosit. Proses ini dikenal
sebagai glikogenolisis.
Pada keadaan puasa yang berlanjut, hati membentuk lebih banyak asetil-KoA
dari asam lemak daripada yang dapat dioksidasinya, yang kemudian asetil-KoA ini digunakan
untuk membentuk badan keton. Badan keton ini menjadi bahan bakar metabolik untuk otot
rangka, otot jantung serta dapat memenuhi sebagian kebutuhan energi otak.
Jika tidak ada sumber glukosa lain, glikogen hati dan otot akan habis setelah
puasa sekitar 18 jam. Jika berpuasa lebih lanjut, maka akan semakin banyak jumlah asam
amino yang dibebaskan akibat katabolisme protein yang digunakan oleh hati dan ginjal untuk
glukoneogenesis.
Ada beberapa pemicu sekresi glukagon selain dari penurunan kadar glukosa
dalam darah dan penurunan sekresi insulin, antara lain penghambatan aktivitas parasimpatis
dan peningkatan aktivitas simpatis, rangsangan dari sekresi hormon-hormon pencernaan dan
kolesistokinin, dan sebenarnya asam amino tidak berefek secara nyata, namun peningkatan
asam amino juga berakibat pada peningkatan sintesis glukagon.
adenililsiklase
Semua proses dalam tubuh yang diakibatkan oleh glukagon, baik itu
glikogenolisis, glukoneogenesis dan lipolisis, adalah untuk membuat glukosa darah yang
tadinya menurun menjadi meningkat hingga kembali pada kadar normal.
9
BAB II
ISI
2.1.PENGERTIAN UMUM
Diabetes mellitus (DM) didefenisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi
insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defenisi produksi insulin
oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan kurang responsifnya sel-sel
tubuh terhadap insulin (Ditjen Bina Farmasi & ALKES, 2005).
Pada beberapa populasi tetapi bukan semuanya, defenisi diabetes oleh distribusi
glukosa adalah pendistribusian glukosa ke seluruh jaringan dimana berbeda distribusi glukosa
pada setiap individual dengan atau tanpa diabetes. Selain itu distribusi glukosa juga dapat
menjadi parameter untuk penyakit diabetes atau dengan kata lain, nilai defenisi diagnosis
untuk diabetes didasarkan pada nilai distribusi glukosa pada tingkat populasi bukan sering
atau tidaknya berolahraga. Besarnya komplikasi mikrovaskuler pada retina dan ginjal spesifik
menuju ke diabetes. Selain itu terjadinya komplikasi makrovaskuler dapat menyebabkan
kematian pada penderita diabetes. Hal ini ditunjukkan bahwa nilai glukosa yang tidak normal
seharusnya ditemukan sebagai peningkatan cepat dari nilai glukosa, yang mana
diapresiasikan dengan peningkatan resiko penyakit CVD (kardiovaskuler) (Mogensen, 2007).
10
2.2.GEJALA DIABETES MELITUS
Gejala diabetes adalah adanya rasa haus yang berlebihan, sering kencing
terutama malam hari dan berat badan turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada
keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan
kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar sembuh.
Beberapa faktor yang dapat menunjang timbulnya Diabetes mellitus yaitu obesitas
dan keturunan, sedangkan gejala yang dapat diamati adalah polidipsia, poliuria, dan
polipfagia. Gejala-gejala ini perlu mendapat tanggapan di dalam penyusunan diet penderita
Diabetes mellitus (Tjokroprawiro, dkk, 1986).
11
2.3.PATOFISIOLOGI
Seperti suara mesin, badan memerlukan bahan untuk mmbentuk sel baru
dan mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi supaya sel
badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari bahan bakar yaitu bensin.
Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, yang
terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam
lemak) (Waspadji, dkk, 2002).
12
2.4.PENGGOLONGAN DIABETES
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui empat bentuk Diabetes melitus yaitu:
Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga
tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita diabetes
tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya.
Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada
penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel
beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta
pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian
darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah
penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma
bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya
hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga
dimungkinkan pemberian insulin melalui pompa, yang memungkinkan untuk pemberian
masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan
pemberian dosis dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga
untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder" (Anonima, 2009).
13
2. Diabetes Melitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (Non-Insulin-Dependent Diabetes mellitus,
NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin
di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh
mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi
hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin terutama pada hati menjadi kurang peka
terhadap insulin serta yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun
meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom
19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis.
Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga),
diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan.
Langkah yang berikutnya, jika perlu, perawatan dengan lisan antidiabetic drugs (Anonima,
2009).
14
ADA (American Diabetes Association) menetapkan kriteria diagnostik
diabetes tipe 2 sebagai berikut:
1. Seseorang dengan gejala hiperglikemia dan random plasma glucose(RPG) atau
glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dari hasil 2 kali pengukuran terpisah dapat
dikatakan menderita diabetes tipe 2, atau
2. Seseorang dengan fasting plasma glucose (FPG) atau glukosa plasma dalam keadaan
puasa ≥ 126 mg/dl dari hasil 2 kali pengukuran terpisah dapat dikatakan menderita
diabetes tipe 2, atau
3. Seseorang dengan fasting plasma glucose (FPG) atau glukosa plasma dalam keadaan
puasa ≥ 110 mg/dl dari hasil 2 kali pengukuran terpisah dapat dikatakan beresiko
menderita diabetes tipe 2 (Muhammad, 2009).
15
Agar anak-anak terhindar dari obesitas yang bisa menyebabkan diabetes dengan cara
menetapkan menu seimbang dengan variasi sedemikian rupa, yaitu ;
1. Memberikan bekal sekolah yang sehat pada anak
2. Memberi pengetahun nutrisi pada anak (seperti fast food) sehingga mereka mau
menghindari makanan tersebut
3. Mengajarkan olahraga secara rutin
4. Menyediakan camilan yang bergizi
5. Membiasakan pola makan yang teratur, 6 kali sehari yaitu 3x makan besar, dan 3x
cemilan bergizi (Anonim, 2006).
2.5.PENATALAKSANAAN DIABETES
2.5.1.PENYULUHAN ( EDUKASI )
16
2.5.2.PERENCANAAN MAKAN
Karena penting bagi pasien untuk pemeliharaan pola makan yang teratur,
maka penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perencanaan makanan. Tujuan perencanaan
makanan dan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut :
- Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal
- Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil dan janinnya
2.5.3.LATIHAN JASMANI
Dalam pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang teratur memegang peran
penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada diabetes adalah
memperbaiki metabolisme atau menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah,
meningkatkan kerja insulin, membantu menurunkan berat badan, meningkatkan kesegaran
jasmani dan rasa percaya diri, mengurangi risiko kardiovaskuler (Waspadji, dkk, 2002).
2.5.4.OBAT HIPOGLIKEMIK
Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani
teratur, namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat
hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemik oral (OHO) dapat dijumpai dalam
bentuk golongan sulfonilurea, golongan biguanida dan inhibitor glukosidase alfa (Waspadji,
dkk, 2002).
1.TERAPI INSULIN
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam
sel glukosa itu dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak aktif glukosa tidak dapat
masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya
kadarnya di dalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti itu badan akan jadi lemah tidak
ada sumber energi di dalam sel. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang-lubang
kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan Diabetes mellitus tipe 2 jumlah lubang
kuncinya yang kurang, meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang
kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga akan
kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat
(Waspadji, dkk, 2002).
17
Ada berbagai jenis sediaan insulin eksogen yang tersedia, yang terutama
berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration). Sediaan insulin untuk
terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
18
2.TERAPI OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL ( OHO )
Untuk sediaan Obat Hipoglikemik Oral terbagi menjadi 3 golongan:
1. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin atau merangsang sekresi insulin di
kelenjar pankreas, meliputi obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan glinida
(meglitinida dan turunan fenilalanin). Contoh-contoh senyawa dari golongan ini
adalah Gliburida/Glibenklamid, Glipizida, Glikazida, Glimepirida, Glikuidon,
Repaglinide, Nateglinide.
2. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada penderita lanjut usia, oleh sebab itu
sebaiknya obat hipoglikemik oral yang bekerja jangka panjang tidak diberikan pada
penderita lanjut usia.
3.TERAPI KOMBINASI
Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa OHO
atau OHO dengan insulin. Kombinasi yang umum adalah antara golongan sulfonilurea
dengan biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang
memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua golongan obat
hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap sensitivitas reseptor insulin, sehingga kombinasi
keduanya mempunyai efek saling menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi
kedua golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya tidak
bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri (Ditjen Bina Farmasi dan ALKES, 2005).
19
BAB III
PENUTUP
20
REFERENSI
21