Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

A. DEFINISI
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup. Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya
menyangkut tentang kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri.Gangguan mobilisasi
dapat terjadi pada semua tingkatan umur.
Mobilisasia dalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degenerative
dan untuk aktualisasi.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan
kemampuan geraknyase cara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan
normalnya.
Suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau
satu ektremitas atau lebih dengan tingkatan :
a. Tingkat 0: mandiri penuh
b. Tingkat 1 : memerlukan peralatan atau alat bantu
c. Tingkat 2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan, pengawasan, atau
pembelajaran
d. Tingkat 3 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan/ alat bantu
e. Tingkat 4 : ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktifitas

B. JENIS-JENIS MOBILITAS DAN IMOBILITAS


1. Jenis-jenis mobilitas
a. Mobilitas penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga
dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh
ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol
seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasasn jelas dan tidak
mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah
tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas
sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik.
Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua yaitu:
1. Mobilitas sebagian temporer
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskuloskeletal, contohnua adalah adanya dislokasi pada sendi dan tulang.
2. Mobilitas sebagian permanen
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel,
contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang
belakang,poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
2. Jenis-jenis Imobilitas
a. Imobilitas fisik
Merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia
yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat
mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
b. Imbilitas intelektual
Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir, seperti
pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
c. Imobilitas emosional
Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional
karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Contohnya,
keadaan seseorang yang mengalami stress berat yang dapat disebabkan karena bedah
amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau
kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
d. Imobilitas sosial
Merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi
sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam
kehidupan sosial.

C. ETIOLOGI
a. Kelainan Postur
b. Gangguan Perkembangan Otot
c. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
d. Trauma Langsung pada Sistem Mukuloskeletal dan neuromuscular
e. Kekakuan Otot
f. Tirah baring dan imobilitas
g. Kelemahan secara umum
h. Gaya hidup yang kurang gerak
i. Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan

D. PERUBAHAN SISTEM TUBUH AKIBAT IMOBILITAS ( Tanda dan Gejala)


a. Perubahan metabolisme
Imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal, mengingat imobilitas dapat
menyebabkan turunnnya kecepatan metabolisme dalam tubuh sehingga menurunkan
kecepatan basal metabolic rate (BMR) yang menyebabkan berkurangnya energi untuk
perbaikan sel-sel tubuh (Alimul Hidayat, 2006, hlm.175). Selain itu, bedrest yang terus-
menerus juga akan menurunkan aktivitas pankreas dimana insulin yang diproduksi tidak
cukup untuk menoleransi glukosa, sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa
dalam serum. Efek tersebut dapat kembali normal setelah pasien melakukan aktivitas.
Selama imobilisasi juga terjadi peningkatan ekskresi nitrogen yang negatif. Kondisi ini
akan mengubah osmolalitas plasma dan akan menyebabkan terjadinya perpindahan
cairan intervaskuler akan keluar ke ruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah
sehingga terjadilah.
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan
mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi serum berkurang sehingga
dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh.
c. Gangguan pengubahan zat gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan
kalori dapat megakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun,
dimana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, dan oksigen dalam jumlah yang
cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.
d. Gangguan fungsi gastrointestinal
Hal ini disebabakan karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang
dicerna,sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan
seperti perut kembung, mual dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan gangguan
proses eliminasi.
e. Perubahan sistem pernafasan
Akibat imobilitas, kadar haemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya
lemah otot yang dapat mengakibatkan proses metabolisme terganggu.
f. Perubahan kardiovaskuler
1. Penurunan kardiak reserve
Imobilisasi mengakibatkan pengaruh simpatis atau sistem adrenergik lebih besar dari
pada sistem kolinerik atau sistem vagal. Hal ini menyebabkan peningkatan denyut
jantung yang menyebabkan waktu pengisian diastolik memendek dan terjadi
penurunan kapasitas jantung untuk merespons terhadap kebutuhan metabolisme
tubuh.
2. Peningkatan beban kerja jantung
Pada kondisi bedrest yang lama, jantung bekerja lebih keras dan kurang
efesien,disertai urah kardiak yang turun selanjutnya akan menurunkan efisiensi
jantung dan meningkatkan beban kerja jantung .
3. Hipotensi ortostatik
Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya kemampuan saraf
otonom. Hipotensi ortostatik merupakan turunnya tekanan 15 mmHg atau lebih ktika
pasien bangkit dari tidur atau pada saat duduk untuk berdiri .
4. Phlebotrombosis
Kejadian phlebotrombosis lebih sering terjadi pada pasien yang mengalami paralisis
dibandingkan bukan paralisis. Hal ini disebabkan adanya perubahan hemodinamik,
statik venous dan disertai gangguan pembekuan darah (Asmadi, 2009, hlm.126)
g. Perubahan sistem muskuloskeletal
1. Gangguan muskular
2. Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat menyebabkan turunnya
kekuatan otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya massa
otot dapat menyebabkan atrofi pada otot.
3. Gangguan skeletal
4. Misalnya terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan
kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan
atrofi dan memendeknya otot.
h. Perubahan sistem integumen
Adanya penurunan elastisistas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas
dan terjadinya iskemia serta nekrosis jaringan superfisial dengan adanya luka dekubitus
sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.
i. Perubahan eliminasi
Mungkin disebabkan penurunan jumlah urin yang disebabkan oleh kurangnya asupan
dan penurunan curah jantung sehingga aliran darah renal dan urin berkurang.
j. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa bermusuhan,
bingung, emas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur dan menurunnya
mekanisme koping.
E. PATOFISIOLOGI

ETIOLOGI :

1. POSTUR ABNORMAL
TARTIKOLIS
LORDOSIS
KIFOSIS
KIPOLORDOSIS
SKOLIOSIS
FOOTDROP
DLL
2. GANGGUAN PERKEMBANGAN OTOT
DISTROPI MUSKULAR
3. TRAUMA LANGSUNG PADA SISTEM SARAF
PUSAT
KONTUSIO
SALAH URAT
FRAKTUR

FRAKTUR
GANGUAN PEMENUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

Intoleransi aktivitas Gangguan mobilitas Keletihan Nyeri


Penatalaksanaan Penatalaksanaan Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Energy management Exercise therapy Energy Pain
Activity terapi ambulation management management
F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS
a. Gaya hidup
Perubahangayahidupdapatmemepengaruhikemampuanmobilitasseseorangkarenaberdamp
akpadaperilakukebiasaansehari-hari.
b. Proses penyakit/ cidera
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat mempengaruhi
fungsi system tubuh. Pada pasien parese akan beresiko mengalami gangguan
pemenuhan aktivitas dan latihan. Hal ini dikarenakan pada pasien parese mengalami
kelemahan atau kelumpuhan parsial yang tidak lengkap atas suatu kondisi yang ditandai
oleh hilangnya sebagian gerakan atau pergerakan terganggu. Kelemahan adalah
hilangnya sebagian fungsi otot untuk satu atau lebih keompok otot yang dapat
menyebabkan gangguan mobilitas bagian yang terkena.
c. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan, contohnya orang
memiliki budaya seringberjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat,
sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena budaya dan
adat dilarang beraktivitas.
d. Tingkat energy
Energi dibutuhkan untuk melakukan mobilitas.
e. Usiadan status perkembangan
Kemampuanataukematanganfungsialatgeraksejalandenganperekembanganusia.

G. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Mobilitas dan


Imobilitas
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan sekarang
Pengkajian riwayat pasien saai ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan
terjadinya keluhan atau gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya
nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah
terganggunya mobilitas dan imobilitas,dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
2. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
moblitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis (kecelakaan
cerebrovaskuler, trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial, cedera medulla
spinalis, dan lain-lain). Riwayat penyakit sistem kardiovaskuler (infark miokard,
gagal jantung kongestif). Riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis,
fraktur, artritis). Riwayat penyakitistek pernafasan (penyakit paru obstruksi
menahun, pneumonia). Riwayat pemakaian obat (seperti sedative, hipnotik, depresan
sistem saraf pusat).
3. Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan
kaki kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan atau spastis.
4. Kemampuan mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah tanpa
bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:

Tingkat aktivitas/mobilitas Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang


lain

Memerlukan bantuan, pengawasan orang


Tingkat 3
lain,dan peralatan

Sangat bergantung dan tidak dapat melakukan


Tingkat 4
atau berpartisipasi dalam perawatan
5. Kemampuan rentang gerak
Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukanpada daerah bahu,
siku,lengan, panggul, dan kaki.

Gerak sendi Derajat rentang


normal

Bahu

Abduksi: Gerakan lengan kelateral dari posisi samping atas 180

Kepala: Telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh

Siku

Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas 150
menujubahu

Pergelangan tangan

Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah 80-90

Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi

Hiperekstensi: Tekukjari-jari tangan ke arah belakang sejauh 80-90


mungkin.
70-90
Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak
tangan menghadap ke atas.
0-20

Adduksi: Tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking, telapak


tangan menghadap ke atas 30-50

Tangan dan jari

Fleksi: Buat kepalan tangan 90


Ekstensi:Luruskan jari 90

Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin 90

Abduksi: Kembangkan jari tangan 20

Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan 20

6. Perubahan intoleransi aktivitas


Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada sistem
pernafasan antara lain suara nafas, analisa gas darah, gerakan dinding thoeak, adanya
mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian
intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistm kardiovaskuler seperti nasddi dan
tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya trombus, serta perubahan tanda
vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi
7. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.
Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan:
Skala Presentasi Karakteristik
Kekuatan Normal
0 0 Paralisis sempurna.
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
dipalpasi atau dilihat.
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan
topangan.
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan minimal.
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan tahanan penuh.
8. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas
dan imobilitas antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam
mekanisme koping dan lain-lain.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hambatan mobilitas fisik
Yang berhubungan dengan:
1. Penurunan kekuatan dan daya tahan tubuh, sekunder akibat (penyakit sistem saraf,
distrofi otot, paralisis parsial, defisit sensorik, gangguan muskuloskeletal, fraktur).
2. Edema
3. Peralatan eksternal (gips, bidai, slang infus)
4. Insufisiensi kekuatan dan daya tahan tubuh untuk bergerak dengan (prostesis,kruk,
walker)
5. Kelelahan
6. Nyeri
7. Kelemahan otot
8. Gaya berjalan yang abnormal, sekunder akibat (osteomielitis, defisiensi skeletal
kongenital)
Kriteria hasil:Klien akan mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya tahan
ekstremitas.
Intervensi:
1. Kaji faktor peyebab, misal trauma (robekan kartilago, fraktur, amputasi), prosedur
pembedahan (perbaikan letak sendi, reduksi fraktur, bedah vaskuler)

2. Tingkatkan mobilitas dan pergerakan yang optimal


3. Instruksikan klien untuk melakukan latihan ROM aktif pada ekstremitas yang sehat
sedikitnya empat kali sehari, jika memungkinkan. Lakukan ROM pasif pada
ekstremitas yang sakit.Lakukan latihan secara perlahan guna memberi kesempatan otot
untuk rileks, sokong ekstremitas yang berada diatas dan dibawah persendian untuk
mencegah ketegangan pada persendian dan jaringan.
4. Posisikan tubuh yang sejajar untuk mencegah komplikasi
5. Pertahankan kesejajaran tubuh yang baik pada saat menggunakan alat bantu (misal:
gips, traksi, dan lain-lain).
6. Lakukan mobilisasi yang progresif
a) Bantu klien bangkit ke posisi duduk secara perlahan.
b) Beri kesempatan klien menggantungkan tungkainya di sisi tempat tidur selama
beberapa menit sebelum berdiri.
c) Lanjutkan dengan ambulasi dengan atau tanpa alat bantu
b. Intoleransi aktifitas
Yang berhubungan dengan:
1. Gangguan system tranfor oksigen, sekunder akibat gagal jantung congestive, infark
miokad, PPOK, atelektasi anemia, hipovolemi, gangguan endokrin atau metabolik, dll
2. Ketidakadekuatan sumber energy, sekunder akibat obesitas, malnutrisi, diet yang tidak
adekuat
3. Peningkatan kebutuhan metabolik, sekunder akibat keganasan, pembedahan, stress, dll

Criteria hasil:

Individu akan meningkatkan aktivitasnya hingga tahap (tetapkan tingkat aktivitas yang
diharapkan)

Indicator

1. Mengidentifikasi factor yang memperburuk intoleransi aktivitas


2. Mengidentifikasi metode untuk menurunkan intoleransi aktifitas
3. Mempertahankan tekanan darah dalam batas normal 3 menit setelah beraktifitas

Intervensi umum

1. Pantau respon klien terhadap aktivitas


R: respon klien terhadap aktivitas dapat di evaluasi dengan dengan membandingkan
tekanan darah, nadi, pernapasan pra aktifitas dengan tekanan darah, nadi dan
pernapasan pasca aktivitas

2. Tingkatkan aktifitas secara bertahap


R: toleransi terhadap aktifitas terbentuk secara siklus melalui upaya penyesuaian
frekuensi, durasi dan intensitas aktifitas yang di atur sampai tercapai tingkat yang di
inginkan.
3. Kaji keadekuatan pola tidur
R: gejala intoleransi aktivitas dapat membaik dengan istirahat. Jadwal harian
direncanakan untuk menetapkan periode aktifitas dan istirahat yang bergantian, serta
di koordinasi untuk mengurangi periode pengeluaran energy yang terlalu berlebihan.
4. Dorong keluarga untuk menyampaikan masalahnya
R: keputusab individu untuk terlibat dalam aktivitas tertentu di pengaruhi oleh
pengetahuan, nilai, keyakinan, dan kemampuan untuk bertindak.
REFERENSI

Asmadi, 2009. Teknik prosedural keperawatan; konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Salemba medika.

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

Perry & Potter. 2005. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Jakarta :
EGC.

Tarwoto & Wartonah, 2010. Kebutuhan .Kebutuhan Dasar & Proses Keperawatan. Edisi 4.
Jakarta : Salemba Medika.

Judith M. 2012. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai