Anda di halaman 1dari 14

KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS DAN LATIHAN

DOSEN : SRI DEWI BR. SIREGAR, S.KEP.,NS.,M.KEP.

DISUSUN OLEH :

SENJA NITA ( 1914201031 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FLORA MEDAN

S1 KEPERAWATAN

T.A 2020-2021

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian aktivitas dan latihan

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan
seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Aktivitas fisik yang kurang
memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem muskuloskeletal seperti atrofi otot,
sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.

Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk menjaga
kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi
sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas oto. Gangguan aktivitas
dan latihan adalah keadaan dimana individu mengalami ketidakcukupan energi fisiologis atau
psikologis untuk menahan atau memenuhi kebutuhan atau keinginan aktivitas sehari-hari

2.2 Kebutuhan aktivitas mobilitas dan imobilitas.

1. Kebutuhan Mobilitas Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk


bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
guna mempertahankan kesehatannya.
2. Kebutuhan Imobilitas Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak
dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas),
misalnya mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada
ekstremitas, dan sebagainya.
Jenis imobilitas :

1) Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien hemiplegia yang tidak
mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi
tubuhnya untuk mengubah tekanan.

2) Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami keterbatasan berpikir, seperti


pada pasien yang mengalami gangguan otak akibat suatu penyakit.
3) Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan secara emosional karena
adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Seperti keadaan stress berat
karena diamputasi ketika mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan
sesuatu yang paling dicintai.

4) Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam berinteraksi
karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan social.

2.3 Jenis-jenis aktivitas

1. Jenis aktivitas antara lain:

1) Aktivitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
Aktivitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

2) Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan


jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau
patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami
aktivitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan
sensorik. Aktivitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a) Aktivitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan


batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel
pada system musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
b) Aktivitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan
yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya system saraf yang
reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang
belakang, poliomilitis karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik.

2. Jenis latihan:

1) Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan otot dan sendi.
2) Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada penambahan daya tahan
kardiovaskular.
3) Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot jangka pendek.

Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan berat badan atau
kemampuan olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur memperbaiki kinerja sistem kekebalan
tubuh, dan membantu, dan membantu mencegah penyakit kekayaan seperti jantung, penyakit
kardiovaskuler, diabetes dan obesitas.

2.4 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan aktivitas dan latihan

1. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhikemampuan aktivitas seseorang


karena berdampak pada perilaku kebiasaan seharihari.
2. Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemmapuan aktivitas
karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh.
3. Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan,
contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan
aktivitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan aktivitas (sakit)
karena budaya dan adat dilarang beraktivitas.
4. Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.

5. Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan
dengan perkembangan usia. Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina,
Depresi mood dan cema

2.5 Perubahan sistem tubuh akibat imobilitas

1. Perubahan Metabolisme

Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal, mengingat


imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh.

2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit

Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas


akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsenstrasi protein serum
berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya
perpindahan cairan dari intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga
terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein
dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun,
dan tidak bisa melaksanakan aktivitas metabolisme.
4. Gangguan Fungsi Gastrointestinal

Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal, karena


imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan dapat menyebabkan
gangguan proses eliminasi.

5. Perubahan Sistem Pernapasan

Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat


imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot

6. Perubahan Kardiovaskular

Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa hipotensi


ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.

7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

a) Gangguan Muskular : menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas, dapat


menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung.
b) Gangguan Skeletal : adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan skeletal,
misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.
8. Perubahan Sistem Integumen

Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit


karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.

9. Perubahan Eliminasi

Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.

10. Perubahan Perilaku


Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.

2.6 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas dan latihan

1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis
untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat
penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat
susuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi
pelindung organ-organ dalam. Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang
kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang
panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada
kedua ujung. dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago
dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis
terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak
serta akan menyatu pada masa dewasa.
2. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak
sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan
dengan tulang melalui tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan
atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi.
Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus
akan mengakibatkan ketidakstabilan.
4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem
saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan
otonom. Bagian somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan
pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan
kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan
terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial akan
mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat
segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan berbagai
derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang
merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang
sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi
bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain seperti sindesmosis, sinkondrosis dan
simpisis.

2.7. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU JALAN


(KRUK)

1. Pengertian Alat Bantu Berjalan(Kruk)


Kruk yaitu tongkat atau alat bantu untuk berjalan, biasanya digunakan secara berpasangan yang di
ciptakan untuk mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan.
2. Tujuan PenggunaanKruk
a. Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kemampuanmobilisasi.
b. Menurunkan risiko komplikasi darimobilisasi.
c. Menurunkan ketergantungan pasien dan oranglain.
d. Meningkatkan rasa percaya diriklien.
3. FungsiKruk
a. Sebagai alat bantuberjalan.
b. Mengatur atau memberi keseimbangan waktuberjalan.
c. Membantu menyokong sebagian berat badan.
4. Indikasi PenggunaKruk
a. Pasien dengan fraktur ekstremitas bawah.
b. Pasien dengan postop amputasi ekstremitasbawah.
c. Pasien dengan kelemahan kaki atau poststroke.
5. KontraIndikasi
a. Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37oC.
b. Penderita dalam keadaanbedrest.
c. Penderita dengan postop.
6. Manfaat PenggunaanKruk
a. Memelihara dan mengembalikan fungsiotot.
b. Mencegah kelainan bentuk, seperti kaki menjadibengkok.
c. Memelihara dan meningkatkan kekuatanotot.
d. Mencegah komplikasi, seperti otot mengecil dan kekakuansendi.
7. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakankruk
a. Perawat atau keluarga harus memperhatikan ketika klienakan menggunakan kruk.
b. Monitor klien saat memeriksa penggunaan kruk dan observasi untuk beberapa saat sampai
problemhilang.

c. Perhatikan kondisi klien saat mulai berjalan.


d. Sebelum digunakan, cek dahulu kruk untukpersiapan.
e. Perhatikan lingkungansekitar.
f. Gunakan wc duduk untuk buang airbesar.
g. Bila tidak ada wc duduk, gunakan wc biasa dengan kursi yang tengahnya diberi lubang.
h. Jaga keseimbangantubuh.
8. Teknik PenggunaanKruk
a. Cara berjalan menggunakankruk
1) Langkah I, dengan kruk tetap di tempatnya, tekanan tempat di tangan anda, bukan
pada ketiakAnda.

2) Langkah II, pindahkan kaki dioperasikan dan kedua kruk maju pada saat yangsama.
3) Langkah III, mencari dan lurus ke depan, langkah pertama melalui kruk dengan kaki
dioperasikan diikuti oleh kaki Andaacreage.

b. Teknik TurunTangga
1) Pindahkan berat badan pada kaki yang tidaksakit.
2) Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai untuk memindahkan berat badan
padakruk.

3) Gerakkan kaki yang sakit kedepan.


4) Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengankruk.
c. Teknik NaikTangga
1) Pindahkan berat badan padakruk.
2) Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dari anaktangga.
3) Pindahkan berat badan dari kruk ke tungkai yang tidaksakit.
4) Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengankruk.
d. TeknikDuduk
1) Klien di posisi pada tengah depan kursi dengan aspek posterior kaki menyentuh
kursi.

2) Memberi metode yang aman untuk duduk dan bangun darikursi.


3) Klien memegang kedua kruk dengan tangan berlawanan dengan tungkai yangsakit.
4) Bila kedua tungkai sakit, kruk ditahan, pegang pada tangan klien yang lebih kuat.
e. Teknik NaikKendaraan
Tubuh dirapatkan ke mobil, kemudian pegang bagian atas pintu, bokong diangkat
kemudian naikkan kaki yang sakit.

f. Gaya Berjalan 4 TitikTumpu


1) Langkahkan kruk sebelah kanan kedepan.
2) Langkahkan kaki sebelah kiri kedepan.
3) Langkahkan kruk sebelah kiri kedepan.
4) Langkahkan kaki sebelah kanan ke depan.
g. Gaya Berjalan 3Titik
1) Kedua kayu penopang dan kaki yang tidak boleh menyangga dimajukan, kemudian
menyusul kaki yangsehat.

2) Kedua kayu penopang lalu segera dipindahkan ke muka lagi dan pola tadi di
ulanglagi.

h. Gaya Berjalan 2Titik


1) Kruk sebelah kiri dan kaki kanan majubersama-sama.
2) Kruk sebelah kanan dan kaki kiri majubersama-sama.

i. Full WeightBearing
Berjalan normal, penggunaan alat penyangga di kurangi, lambat laun akhirnya dihilangkan.

j. Partial Weight Bearing

1) Dua tangan atau dua tongkat beserta satu tungkai lemah majuserentak.
2) Tungkai yang sehat melangkah maju dengan berat tubuh bertumpu pada kedua
tangan atau tongkat serta sebagian bertumpu pada kaki yanglemah.

k. Non weightBearing
1) Dua tangan atau dua tungkai yang sakit maju serentak, posisi tungkai yang lemah
diangkat bergantung ke arahdepan.

2) Tungkai yang sehat melangkah maju dengan berat tubuh bertumpu pada kedua
tangan atautongkat.

l. Swing ToGait

1) Langkahkan kedua krukbersama-sama.


2) Kedua kaki diangkat dan diayunkan maju sampai pada garis yang menghubungkan
kedua tangan atau ujungkruk.

m. Swing throughGait

1) Langkahkan kedua krukbersama-sama.


2) Kedua kaki diangkat, diayunkan melewati garis yang menghubungkan kedua tangan
atau ujungkruk.

2.8 Asuhan keperawatan kebutuhan aktivitas dan latihan

A. PENGKAJIAN

1.Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi
keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.

2.Riwayat Keperawatan Dahulu

Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan pemenuhan


kebutuhan mobilitas.

3.Riwayat Keperawatan Keluarga

Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya riwayat alergi,
stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
4.Kemampuan Mobilitas
Tingkat Kategori

Aktivitas/Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh
Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 1
Memerlukan bantuan atau
Tingkat 2
pengawasan orang lain

Tingkat 3

Memerlukan bantuan,

Tingkat 4 pengawasan orang lain, dan


peralatan

Sangat tergantung dan tidak dapat


melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan

5.Kemampuan Rentang Gerak

Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan,
panggul, dan kaki dengan derajat rentang gerak normal yang berbeda pada setiap gerakan
(Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, hiperekstensi)
6.Perubahan Intoleransi Aktivitas

Pengkajian intoleransi aktivitas dapat berhubungan dengan perubahan sistem


pernapasan dan sistem kardiovaskular.
8.Perubahan psikologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan
imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, dan sebagainya.
9.Pola Kesehatan
a) Aktivitas / Istirahat
Tanda : Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.
b) Sirkulasi Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri)
atau hipotensi (kehilangan darah).
c) Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, dan kesemutan

(parestesis).
Tanda : Deformitas lokal angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi
berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi. Agitasi (mungkin
berhubungan dengan nyeri / ansietas atau trauma lain). d)Nyeri atau
Kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada
area jaringan / kerusakan tulang dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri
akibat kerusakan saraf .Spasme / kram otot (setelah imobilitasi). e)Keamanan

Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, dan perubahan


warna.Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).

SOAL :
1. Pengertian mobilisasi manakah dibawah ini yang tepat……..
A. kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas teratur untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat
menuju kemandirian
B. Salah satu aksi energetic yang bergerak bebas
C. Suatu kegiatan yang diberikan kepada pasien yang mengalami kelemahan otot
D. Kemampuan untuk bergerak dan memerlukan tenaga
JAWABAN : A

2. Salah satu tujuan dari mobilisasi adalah kecuali….


A. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
B. Mencegah masalah yang timbul akibat kurang mobilisasi
C. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari-hari
D. Mencegah terjadinya trauma
JAWABAN : C

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi…


A. Gaya hidup
B. Proses penyakit dan
C. Proses aktivitas yang energetic
D. Jawaban A dan B benar
JAWABAN : B

4. Manakah pengertian kruk yang benar di bawah ini ….


A. tongkat atau alat bantu untuk berjalan, biasanya digunakan secara berpasangan yang di ciptakan untuk
mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan.
B. gerakan kedapan dan kebelakang
C. alat bantu gerak untuk orang kesulitan berjalan biasanya digerakan dengan cara didorong D. Sebuah
papan yang memiliki empat roda dugunakan untuk meluncur
JAWABAN : A
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/435961817/Makalah-Pemenuhan-Kebutuhan-Aktivitas-Dan-Latihan-H-2
https://laboratorium.umkt.ac.id/wp-content/uploads/2020/12/2.-Keperawatan-Dasar-
PDFKANcompressed.pdf

Anda mungkin juga menyukai